IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

dokumen-dokumen yang mirip
Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 5 Hasil Persilangan WILIS X B 3570

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

SELEKSI NOMOR- NOMOR HARAPAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) GENERASI F 5. HASIL PERSILANGAN WILIS x MLG 2521

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

I. PENDAHULUAN. Kedelai termasuk salah satu komoditas yang dibutuhkan, karena protein yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai

Lindiana 1*), Nyimas Sa diyah 1, Maimun Barmawi 1 ABSTRACT

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

II. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai

PENDUGAAN HERITABILITAS KARAKTER HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI HASIL PEMULIAAN BATAN

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

KERAGAMAN FENOTIPE, GENOTIPE, DAN HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F 7 HASIL PERSILANGAN WILIS x MLG 2521

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Lapangan Terpadu Fakultas

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kedelai pertama kali dibudidayakan oleh orang China dan pertama kali

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman

KERAGAAN, KERAGAMAN, DAN HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMI KACANG PANJANG (Vigna Unguiculata) GENERASI F 1 HASIL PERSILANGAN TIGA GENOTIPE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri. Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

BAHAN DAN METODE. 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 3. Keragaan Karakter Agronomi dari Populasi M3 Hasil Seleksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertama kali mentimun dibudidayakan oleh manusia (seribu) tahun yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu tanaman pangan pengasil protein

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

Keragaman Fenotipe dan Heritabilitas Kedelai (Glycine Merril) Generasi F 6 Hasil Persilangan Wilis X Mlg 2521

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L) adalah anggota keluarga Graminae, ordo Maydeae, genus Zea (Fischer

TINJAUAN PUSTAKA. yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

POLA PEWARISAN SIFAT-SIFAT AGRONOMIS DAN MUTU BIJI PADA POPULASI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril)

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F 2 HASIL PERSILANGAN WILIS X MALANG 2521

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014.

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman pangan yang. sedangkan produksi dalam negri belum mencukupi, untuk mengatasinya

I. PENDAHULUAN. yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Pemanfaatan ubikayu sebagai

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat

). Produksi asiatikosida dari Casi 016 pada naungan 25% nyata lebih tinggi (1.84 g m -2 ) daripada aksesi lokal (Casi 013); sedangkan pada naungan

LAMPIRAN. : seleksi persilangan galur introduksi 9837 dengan wilis

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada penelitian F 5 hasil persilangan Wilis x B 3570 ini ditanam 15 genotipe terpilih dari generasi sebelumnya, tetua Wilis, dan tetua B 3570. Pada umumnya ragam fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada semua karakter yang diamati kecuali umur berbunga dan umur panen (Tabel 2). Nilai keragaman fenotipe yang luas ditunjukkan oleh ragam fenotipe lebih besar dua kali simpangan bakunya. Nilai keragaman fenotipe yang sempit ditunjukkan oleh ragam fenotipe lebih kecil dua kali simpangan bakunya. Tabel 2. Ragam dan kriteria keragaman fenotipe populasi F 5 hasil persilangan Wilis x B 3570. Karakter Ragam Fenotipe Simpangan Baku σ f 2σ f Kriteria Umur berbunga 0,00 0,00 0,00 Sempit Umur panen 0,00 0,00 0,00 Sempit Tinggi tanaman 112,80 5,71 11,43 Luas Jumlah cabang produktif 1,56 0,09 0,18 Luas Total jumlah polong 909,36 55,15 110,30 Luas Bobot 100 butir 0,10 0,00 0,01 Luas Bobot biji per tanaman 74,85 5,05 10,09 Luas Keterangan : Keragaman Luas : > 2σ f Keragaman Sempit : < 2σ f (Anderson dan Bancroft, 1952 dikutip oleh Wahdah, 1996)

25 Pada ragam genotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang sempit untuk semua karakter yang diamati (Tabel 3). Nilai keragaman genotipe yang sempit ini ditunjukkan oleh ragam genotipe lebih kecil dua kali simpangan bakunya. Tabel 3. Ragam dan kriteria keragaman genotipe pada populasi F 5 hasil persilangan Wilis x B 3570. Karakter Ragam Genotipe Simpangan baku σ g 2σ g Kriteria Umur berbunga 0,00 0,00 0,00 Sempit Umur panen 0,00 0,00 0,00 Sempit Tinggi tanaman 42,13 25,05 50,05 Sempit Jumlah cabang produktif 0,45 0,33 0,67 Sempit Total jumlah polong 227,19 191,43 382,87 Sempit Bobot 100 butir 0,05 0,02 0,05 Sempit Bobot biji per tanaman 12,43 15,41 30,81 Sempit Keterangan : Keragaman Luas : > 2σ g Keragaman Sempit : < 2σ g (Anderson dan Bancroft, 1952 dikutip oleh Wahdah, 1996) Tabel 4. Nilai tengah dan simpangan baku fenotipe populasi F 5 hasil persilangan Wilis x B 3570. No Karakter Nilai Tengah ± Simpangan Baku Kisaran nilai tengah 1 Umur berbunga 2,51 ± 0,00 2,51 2 Umur panen 3,21 ± 0,00 3,21 3 Tinggi tanaman 97,72 ± 5,71 93,03 104,92 4 Jumlah cabang produktif 6,79 ± 0,09 6,83 7,01 5 Total jumlah polong 160,50 ± 76,51 83,99 237,01 6 Bobot 100 butir 3,40 ± 0,00 3,40 7 Bobot biji per tanaman 34,22 ± 5,12 29,10 39,34

26 Karakter total jumlah polong dan tinggi tanaman memiliki kisaran nilai tengah yang luas. Karakter umur berbunga, umur panen, jumlah cabang produktif, bobot 100 butir, dan bobot biji per tanaman memiliki kisaran nilai tengah yang sempit (Tabel 4). Tabel 5. Heritabilitas arti luas populasi F 5 hasil persilangan Wilis x B 3570. Karakter Heritabilitas (H) Kriteria Umur berbunga 0% Rendah Umur panen 0% Rendah Tinggi tanaman 37,35% Sedang Jumlah cabang produktif 29,00% Sedang Total jumlah polong 24,98% Sedang Bobot 100 butir 50,42% Tinggi Bobot biji per tanaman 16,60% Rendah Keterangan : Kisaran nilai heritabilitas menurut Mangoendidjojo (2003): 1. Tinggi apabila nilai H > 50 %; 2. Sedang apabila nilai H terletak antara 20 50 %; 3. Rendah apabila nilai H < 20 %. Heritabilitas dalam arti luas merupakan perbandingan antara ragam genotipe dengan ragam fenotipe. Nilai duga heritabilitas yang tinggi terdapat pada karakter bobot 100 butir (Tabel 5). Karakter tinggi tanaman, jumlah cabang produktif dan total jumlah polong menunjukkan nilai duga heritabilitas sedang. Nilai duga heritabilitas rendah ditunjukkan oleh karakter umur berbunga, umur panen dan bobot biji per tanaman. Menurut Mangoendidjojo (2003) nilai duga heritabilitas yang tinggi apabila nilai heritabilitasnya lebih besar dari 50%. Nilai duga heritabilitas sedang ditunjukkan oleh nilai heritabilitasnya terletak 20 50%, sedangkan nilainya rendah kurang dari 20%.

27 Tabel 6. Nomor-nomor harapan kedelai keturunan F 5 hasil persilangan Wilis x B 3570. Peringkat No. Genotipe Ulangan UB (hari) UP (hari) TT (cm) Karakter JCP (buah) TJP (buah) B.100 B (gram) BBT (gram) 1 163-1-4 1 39 107 95 4 203 14.5 80,3 2 130-2-11 1 39 97 107 7 360 10,6 73,5 3 130-2-11 2 39 99 103 11 320 10,6 70,9 4 163-1-15 1 39 107 90 4 223 14,2 66,1 5 102-3-2 1 39 107 93 6 192 16,3 65,4 6 163-1-1 1 39 107 80 6 254 11,9 63,6 7 140-1-15 1 39 107 104 5 218 14,9 63,4 8 163-1-6 1 39 107 87 5 196 15,5 61,3 9 181-5-4 1 38 107 79 6 176 15,8 61,2 10 140-1-2 1 39 100 93 4 183 15,5 60,6 11 102-4-1 3 41 110 85 11 263 13,2 58,4 12 181-5-1 2 39 106 87 6 195 15,3 58 13 102-4-6 3 41 106 85 11 274 11,1 57,3 14 163-1-2 1 39 107 92 5 251 14,2 57,1 15 102-3-11 1 39 107 81 5 199 13,6 56,7 16 159-5-1 2 39 103 91 9 214 13,5 56,3 17 163-1-16 3 41 113 120 9 271 11,2 54,4 18 66-1-15 1 39 107 94 5 185 13,5 53.9 19 159-1-14 2 39 110 95 10 240 13,9 53,7 20 159-5-2 3 41 106 85 5 188 14,2 51,6 21 163-1-1 3 41 113 100 8 246 11,3 50,2 22 163-1-5 1 39 107 94 3 165 14,8 50 23 181-5-1 1 38 100 89 7 182 14,2 49,5 24 159-1-16 2 39 106 96 5 200 11,2 47,6 25 140-1-5 3 41 113 115 9 211 12,2 46,1 26 102-3-15 2 39 99 79 5 145 11,2 40,3 Rerata F 5 39,55 106,17 98,74 6,92 165,96 11,49 34,38 Rerata F 5 terpilih 39,38 106,80 93,04 6,58 221,31 14,50 52,85 Rerata Wilis 38,67 97,52 90,19 6,48 185,67 11,00 40,40 Rerata B 3570 39,33 112,88 122,48 9,22 228,07 9,49 30,80 Keterangan : UB (umur berbunga); UP (umur panen); TT (tinggi tanaman); JCP (jumlah cabang produktif); TJP (total jumlah polong); B.100 B (bobot 100 butir); dan BBT (bobot biji per tanaman).

28 Rerata F 5 terpilih untuk karakter umur berbunga tidak berbeda dengan rerata F 5 - nya dan mendekati rerata umur berbunga tetua B 3570. Rerata F 5 terpilih untuk karakter umur panen tidak berbeda dengan rerata F 5 -nya dan mendekati rerata umur panen tetua B 3570. Rerata F 5 terpilih untuk karakter tinggi tanaman berbeda dengan rerata F 5 -nya dan mendekati rerata tinggi tanaman tetua B 3570. Rerata F 5 terpilih untuk jumlah cabang produktif tidak berbeda dengan rerata F 5 -nya dan mendekati rerata jumlah cabang produktif tetua B 3570. Rerata F 5 terpilih untuk karakter total jumlah polong berbeda dengan rerata F 5 -nya dan mendekati rerata total jumlah polong tetua B 3570. Rerata F 5 terpilih untuk karakter bobot 100 butir berbeda dengan rerata F 5 -nya dan melebihi rerata bobot 100 butir tetua Wilis. Rerata F 5 terpilih untuk karakter bobot biji per tanaman berbeda dengan rerata F 5 - nya dan melebihi rerata bobot biji per tanaman tetua Wilis (Tabel 6). Pemilihan nomor-nomor harapan sebanyak 26 genotipe yang terdapat pada populasi F 5 didasarkan pada genotipe-genotipe yang memiliki bobot 100 butir dan bobot biji per tanaman melebihi rerata kedua tetua. Dengan demikian dapat diperhitungkan kemajuan genetik dari genotipe yang tumbuh. 4. 2 Pembahasan 4.2. 1 Keragaman dan heritabilitas Pada penelitian ini terdapat tujuh karakter agronomi yang diamati. Karakter tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, total jumlah polong, bobot 100 butir, dan bobot biji per tanaman memiliki keragaman fenotipe yang luas. Keragaman fenotipe yang sempit ditunjukkan oleh karakter umur berbunga dan umur panen (Tabel 2). Menurut Crowder (1997), apabila beberapa genotipe tanaman yang

29 berbeda ditanam pada lingkungan yang seragam, akan menunjukkan penampilan fenotipe yang berbeda-beda. Pada penelitian ini semua genotipe ditanam pada lingkungan yang relatif sama dan menghasilkan keragaman fenotipe yang luas hampir pada semua karakter, kecuali umur berbunga dan umur panen. Keragaman yang luas juga dapat dipengaruhi oleh gen yang mengatur proses fisiologis tanaman. Gen tersebut menata asupan unsur hara yang diperoleh dari tanah ke seluruh bagian tanaman. Dalam hal ini kelengkapan dan kuantitas unsur hara akan menentukan kinerja gen. Kemampuan gen dalam membentuk asamasam amino atau enzim yang diperlukan dalam proses biokimia akan berhubungan dengan hal-hal penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Erwin Yuliadi, komunikasi pribadi). Gen adalah bagian asam deoksiribo nukleat (ADN). Gen mengatur pekerja molekuler yang melaksanakan seluruh kegiatan yang menunjang kehidupan di dalam sel. Situs tempat bekerjanya gen adalah sel. Tanaman terbentuk dari banyak sel yang masingmasing sel memiliki fungsi yang berbeda sesuai dengan jaringan-jaringannya. Contohnya, tanaman mempunyai sel yang membentuk akar tanaman dan sel lain yang membentuk daun. Masing-masing fungsi sel di dalam suatu organisme ditentukan oleh informasi genetik yang dikode di dalam ADN. Asam deoksiribo nukleat membawa informasi pewarisan dalam bentuk yang dapat disalin dan diteruskan secara utuh dari generasi ke generasi. Proses biokimia yang terdapat di dalam kebanyakan gen dikenal sebagai kode genetik, menentukan struktur kimia suatu protein tertentu. Protein tersusun atas asam amino yang panjang dan urutan khas asam-asam amino ini mengatur fungsi dari setiap protein. Struktur ADN gen menentukan susunan asam amino pada protein yang akhirnya menentukan tipe

30 dan fungsi protein yang dibuat (Hikam dkk., 2009). Keanekaragaman gen yang mengatur proses fisiologis ini yang menyebabkan terjadinya keragaman yang luas pada beberapa karakter tanaman yang diamati. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wantini (2013) pada tanaman kedelai generasi F 3 hasil persilangan Wilis x B 3570. Wantini melaporkan bahwa karakter tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, total jumlah polong, bobot 100 butir, dan bobot biji per tanaman memiliki keragaman fenotipe yang luas. Hasil penelitian yang sama dilaporkan oleh Sa diyah dkk. (2010) dan Sa diyah (2011) yaitu keragaman fenotipe yang luas terdapat pada karakter bobot 100 butir benih dan bobot biji per tanaman. Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pada semua karakter yang diamati memiliki keragaman genotipe yang sempit. Keragaman yang sempit mungkin disebabkan oleh benih yang digunakan diperkirakan merupakan generasi F 5 yang persentase heterozigotnya sudah rendah yaitu 6,25%. Kemungkinan secara genetik karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, total jumlah polong, bobot 100 butir, dan bobot biji per tanaman lokus-lokusnya telah homozigot. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wantini (2013) pada tanaman kedelai yang menunjukkan bahwa karakter umur panen memiliki keragaman genotipe yang sempit. Karakter total jumlah polong dan tinggi tanaman memiliki kisaran nilai tengah yang luas (Tabel 4). Karakter umur berbunga, umur panen, jumlah cabang produktif, bobot 100 butir, dan bobot biji per tanaman memiliki kisaran nilai

31 tengah yang sempit. Menurut Mangoendidjojo (2003), ukuran luas sempitnya keragaman (variabilitas) dinyatakan dengan variasi, yaitu besarnya simpangan setiap nilai pengamatan dari nilai rata-rata. Terjadinya atau timbulnya variasi disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan dan faktor keturunan atau genetik. Heritabilitas merupakan perbandingan ragam genetik dengan ragam fenotipe. Tujuh karakter agronomi yang diamati pada generasi F 5 menunjukkan bahwa bobot 100 butir mempunyai nilai heritabilitas yang termasuk ke dalam kriteria tinggi yaitu 50,42% (Tabel 5). Besaran nilai heritabilitas yang tinggi mengindikasikan bahwa karakter tersebut diwariskan secara sederhana dan mudah diturunkan kepada keturunannya. Seleksi dapat efektif karena faktor genetik lebih berperan daripada lingkungan dalam pewarisan sifat. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sa diyah (2010) pada tanaman kacang panjang generasi F 4. Karakter bobot 100 butir memiliki nilai heritabilitas tinggi sebesar 80% sehingga seleksi untuk memperoleh genotipe berbiji besar pada generasi selanjutnya relatif mudah diturunkan. Karakter total jumlah polong, jumlah cabang produktif, dan tinggi tanaman memiliki nilai heritabilitas sedang yaitu 24,98%; 29,00%; dan 37,35% (Tabel 5). Hasil penelitian yang sama dilaporkan oleh Hakim (2010) yaitu untuk karakter jumlah cabang per tanaman memiliki nilai heritabilitas sedang sebesar 41,20%. Pada penelitian ini nilai heritabilitas paling rendah ditunjukkan oleh umur berbunga, umur panen, dan bobot biji per tanaman yaitu 0%; 0%; dan 19,37% (Tabel 5). Heritabilitas rendah mengindikasikan bahwa karakter tersebut diwariskan tidak secara sederhana, melainkan dipengaruhi oleh faktor

32 lingkungan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Susiana (2006) bahwa karakter umur berbunga dan umur panen memiliki nilai heritabilitas rendah yaitu 0%. Hasil penelitian Wirnas (2006) menunjukkan bahwa karakter bobot biji per tanaman mempunyai nilai heritabilitas yang rendah dibandingkan dengan karakter yang lain pada beberapa populasi kedelai generasi F 6. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hakim (2010) pada tanaman kacang hijau bahwa hasil biji per tanaman mempunyai nilai heritabilitas rendah sebesar 19,40%. 4.2.2 Nomor-nomor harapan kedelai populasi keturunan F 5 hasil persilangan Wilis x B 3570 Pada penelitian ini terdapat 282 genotipe yang tumbuh kemudian dipilih sebanyak 26 genotipe. Pemilihan genotipe berdasarkan nilai rerata bobot 100 butir dan bobot biji per tanaman di atas rerata kedua tetuanya. Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7 9 g/100 butir), sedang (10 13 g/100 butir), dan besar (>13 g/100 butir). Tujuan dilakukannya pemeringkatan adalah untuk mengetahui genotipe-genotipe yang lebih unggul dari seluruh genotipe yang ada (Tabel 6). Dari 26 genotipe tersebut terdapat satu genotipe yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan kedua tetuanya. Genotipe 163-1-4 memiliki bobot 100 butir dan bobot biji per tanaman yaitu 14,50 g dan 80,30 g. Jika ditanam kembali pada generasi selanjutnya diharapkan menghasilkan genotipe yang memiliki ukuran biji besar dan berdaya hasil tinggi. Karakter bobot 100 butir memiliki keragaman fenotipe yang luas dan nilai heritabilitas tinggi. Seleksi untuk

33 memperoleh ukuran biji yang besar sesuai dengan minat pasar relatif mudah didapat. Nomor-nomor harapan untuk kedelai generasi F 5 hasil persilangan Wilis x B 3570 yang memiliki keunggulan pada bobot 100 butir dan bobot biji per tanaman antara lain genotipe nomor 163-1-4, 130-2-11, 130-2-11, 163-1-15, 102-3-2, 163-1-1, 140-1-15, 163-1-6, 181-5-4, 140-1-2. Keunggulan ini sesuai dengan tingginya bobot biji per tanaman yang berat dan mengacu pada produksi yang tinggi (Tabel 6).