Rini Ramdhiani Muchtar, Bandiati, S K P, Tita D. Lestari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha diversifikasi pangan dengan memanfaatkan daging kambing

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan prioritas ke-5 tingkat Nasional dalam Rancangan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

5 KINERJA REPRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi Bali (Bos sondaicus, Bos javanicus, Bos/Bibos banteng) merupakan plasma

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

menghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat

IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya daging sapi dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

MAKALAH PRODUKSI TERNAK DAN KAMBING. Seleksi dan Manfaat Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak. Disusun Oleh : Kelompok 3.

I. PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk menghasilkan daging, susu, dan sumber tenaga kerja sebagai

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

I. PENDAHULUAN. yang mayoritas adalah petani dan peternak, dan ternak lokal memiliki beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Sistem Pemeliharaan Domba di UPTD BPPTD Margawati

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

Dosen dan Teknisi Laboratorium Reproduksi Ternak dan Inseminasi Buatan. Pak Kikin

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

I. PENDAHULUAN. Kinali dan Luhak Nan Duomerupakandua wilayah kecamatan dari. sebelaskecamatan yang ada di Kabupaten Pasaman Barat. Kedua kecamatan ini

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Amerika (Masanto dan Agus, 2013). Kelinci New Zealand White memiliki

I. PENDAHULUAN. Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

Kata Kunci : Kerbau Betina, Karakteristik Reproduksi, Tingkat Kesuburan. Keyword: Female Buffalo, Reproductive Characteristics, Fertility Rate

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

Kajian Produktivitas Sapi Madura Study On Madura Cattle Productivity

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

Transkripsi:

EVALUASI PRODUKTIVITAS ANAK DOMBA LOKAL MENGGUNAKAN RUMUS PRODUKTIVITAS MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI REPRODUKSI (Kasus di Peternakan Rakyat Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta) Rini Ramdhiani Muchtar, Bandiati, S K P, Tita D. Lestari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK Penelitian Evaluasi Produktivitas Anak Domba Lokal Menggunakan Rumus Produktivitas Melalui Penerapan Teknologi Reproduksi telah dilaksanakan di Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta pada bulan April 2012. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jumlah produktivitas anak domba lokal yang diduga dengan menggunakan rumus produktivitas serta mengetahui seberapa besar simpangan pendugaan produktivitas anak domba lokal tersebut setelah ada penerapan teknologi reproduksi berupa sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Pengambilan data dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan terhadap produktivitas anak, tingkat fertilitas dan lamb crop. Data yang diperoleh merupakan data kelahiran anak domba (Cempe) dihitung menggunakan rumus produktivitas. Data aktual yang didapat dibandingkan dengan data hasil perhitungan rumus produktivitas untuk memperoleh persentase simpangan. Hasil penelitian menunjukkan besarnya simpangan yang dihasilkan adalah sebesar 65,10% dengan persentase fertilitas 100% serta lamb crop mencapai 89,04%. Kata Kunci : Produktivitas anak, domba lokal, sinkronisasi estrus, inseminasi buatan. PENDAHULUAN Pemeliharaan domba memiliki beberapa tujuan diantaranya untuk memenuhi kebutuhan materi, adat, dan hiburan. Masyarakat umumnya menjadikan kegiatan beternak domba sebagai usaha sampingan dari usaha pokok bertani. Domba merupakan ternak yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan menjadi ternak alternatif pemenuh kebutuhan daging. Pemeliharan domba di Indonesia umumnya diarahkan untuk produksi daging. Populasi domba Nasional dari tahun 2008 hingga 2010 berturut turut sebesar 9.605.000, 10.199.000 dan 10.725.000 ekor. Penyebaran populasi terbesar berada di Pulau Jawa tepatnya Provinsi Jawa Barat. (Direktorat Jendral Peternakan, 2010). Upaya konservasi domba lokal dilakukan untuk meningkatkan populasi serta memelihara plasma nutfah domba lokal di Indonesia. Hal tersebut dilakukan dengan membentuk suatu populasi dasar domba lokal yang berasal dari Desa Wanaraja Garut yang diarahkan sebagai tipe pedaging. Mengetahui produktivitas anak yang dihasilkan diperlukan dalam pembentukan populasi dasar, produktivitas anak dapat dihitung menggunakan rumus produktivitas.

Produktivitas anak adalah jumlah anak yang dihasilkan dari suatu populasi induk. Produktivitas anak diperoleh dari hasil perkalian koefisien-koefisien teknis di dalam rumus produktivitas. Rata rata kelahiran pertahun diketahui dari lamanya masa kebuntingan selama 5 bulan. Rata-rata kelahiran pertahun diperoleh dari kemampuan domba beranak 3 kali selama dua tahun. Jadi dalam satu tahun diperoleh nilai sebesar 1,5 per tahun. Jumlah anak per kelahiran adalah kemampuan menghasilkan berapa banyak anak dari seekor induk. Nilai dari jumlah anak sekelahiran adalah sebesar 150%, nilai fertilitas induk sebesar 90%, lamb crop atau panen anak diketahui sebesar 80% (Mulliadi D, 2009) Penerapan teknologi sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan diharapkan memberikan nilai yang lebih signifikan dengan meningkatkan nilai lamb crop dan fertilitas induk serta dapat mengubah perhitungan produktivitas anak domba lokal yang dihitung berdasarkan rumus produktivitas yang akan diseleksi untuk menentukan populasi dasar. Sehubungan dengan hal itu perlu diketahui pula seberapa besar persentase simpangan yang diperoleh dari pendugaan produktivitas anak domba lokal menggunakan rumus produktivitas dengan produktivitas anak domba lokal aktual setelah ada penerapan teknologi reproduksi. BAHAN DAN METODE Pada penelitian ini digunakan dua ekor domba pejantan dan 28 ekor domba betina dengan kriteria betina siap kawin. Program manajemen reproduksi mengaplikasikan teknologi reproduksi ternak yaitu sinkronisasi estrus menggunakan spons intra vagina yang mengandung progesteron dan sistem perkawinan dilakukan dengan inseminasi buatan. Penelitian ini merupakan suatu kasus dengan menggunakan metode studi kasus. Pengambilan data dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan terhadap produktivitas anak, tingkat fertilitas induk, dan lamb crop. Kasus yang diamati adalah kasus peternakan domba lokal yang menerapkan teknologi reproduksi sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan di Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta. Prosedur penelitian yang akan dilakukan mengikuti alur sebagai berikut: 1. Pengumpulan data yang merupakan data kelahiran dari tahun 2010 hingga April 2012. 2. Analisis data, dengan kajian penelitian yaitu jumlah produktivitas anak.

3. Pengolahan data dengan Microsoft Excel. Adapun Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1. Produktivitas anak (Jumlah anak yang dilahirkan) 2. Fertilitas betina yaitu kemampuan betina untuk bunting dan mempertahan kan kebuntingan. B = Jumlah anak sekelahiran C = Lamb Crop D = Fertilitas betina E = Jumlah induk pada populasi awal yang akan diseleksi (ekor) 2. Persentase simpangan produktivitas anak Besarnya persentase simpangan pendugaan populasi dasar hasil rumus produktivitas anak dengan data aktual di lapangan. Fertilitas betina = Jumlah betina yang bunting Jumlah betina yang dikawinkan x 100% 3. Lamb Crop adalah persentase ternak hidup yang dapat disapih (Mulliadi D, 2009) Lamb Crop = Jumlah anak hidup hingga sapih Jumlah anak yang dilahirkan x 100% Analisis data yang dilakukan sebagai berikut : 1. Menghitung dugaan jumlah produktivitas anak yang akan digunakan untuk populasi dasar yang dibutuhkan dihitung berdasarkan rumus produktivitas yang dikutip dari Hardjosubroto yang dimodifikasi oleh Mulliadi D, 2009 : Produktivitas Anak = A x B x C x D x E Keterangan : A = Rata rata kelahiran anak per tahun % Simpangan = Y 1 Y 1 Y 1 x 100% Keterangan : Y 1 = Produktivitas anak yang dihasilkan di lapangan (aktual). Y 1 = Produktivitas anak yang diduga dengan rumus. HASIL DAN PEMBAHSAN Keadaan Umum Desa Neglasari merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Purwakarta, yang memiliki topografi berbukit dengan luas wilayah 337,805 Ha (hektar). Desa ini berada di ketinggian 600-700 meter di atas permukaan laut, dengan rata rata curah hujan 213,95 mm per tahun dan termperatur harian 27-32 C. Hampir seluruh lokasi di Desa Neglasari merupakan lahan pertanian dan tanah yang subur sehingga kondisi tersebut mendukung pendayagunaan lahan tanah secara optimal. Luas wilayah desa ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu luas daratan 306,757 Ha (hektar) dan luas

pesawahan 31,048 Ha (hektar). Lahan terbangun berupa lahan pemukiman penduduk seluas 97,103 Ha (hektar). Sebagian besar penggunaan lahan di desa ini digunakan sebagai lahan perkebunan. Penggunaan lahan lainnya adalah areal peternakan dengan komoditas ternak seperti sapi, kerbau, domba, kambing, kelinci, dan aneka unggas. Rata Rata Kelahiran per Tahun Rata rata kelahiran per tahun di peternakan domba lokal yang telah menerapkan teknologi sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan yaitu domba beranak 3 kali selama dua tahun jadi dalam jangka waktu satu tahun diperoleh nilai sebesar 1,5 per tahun. Adanya penerapan sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan ini mengefisienkan siklus reproduksi. Jadwal penerapan sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jadwal Program Sinkronisasi Estrus dan Inseminasi Buatan Penerapan Teknologi Reproduksi Tenak Periode Sinkronisasi Estrus Lepas Spons Inseminasi Buatan I Sabtu, 19 Juni 2010 Sabtu, 3 Juli 2010 Senin, 5 Juli 2010 Sabtu, 26 Juni 2010 Sabtu, 10 Juli 2010 Senin, 12 Juli 2010 Senin, 12 Juli 2010 Senin, 26 Juli 2010 Rabu, 28 Juli 2010 II Senin, 7 Maret 2011 Senin, 21 Maret 2011 Rabu, 23 Maret 2011 Rabu, 23 Maret 2011 Rabu, 06 April 2011 Sabtu, 09 April 2011 III Kamis, 25 Agustus 2011 Kamis, 08 September 2011 Minggu, 11 September 2011 Minggu, 02 Oktober 2011 Minggu, 16 Oktober 2011 Selasa,19 Oktober 2011 Program sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan dilakukan beberapa kali dalam satu periode bertujuan untuk mengefektifkan program tersebut. Jarak antara program dalam setiap periode adalah sekitar satu minggu. Tujuan akhir adalah menghasilkan domba betina yang birahi. Program reproduksi yang dilakukan setiap periode terdiri dari program sinkronisasi estrus menggunakan spons intra vagina, pelepasan spons intra vagina, pelaksanaan perkawinan melalui inseminasi buatan selanjutnya deteksi kebuntingan dengan tes urin menggunakan cairan DEEA GestDect. Adanya aplikasi teknologi reproduksi memudahkan peternak untuk memprogram dan memperkirakan waktu yang lebih efisien untuk menghasilkan cempe. Diketahui bahwa satu periode kebuntingan dimulai dari terjadinya fertilisasi hingga kelahiran normal. Perhitungan kebuntingan digunakan sebagai patokan untuk melakukan program perkawinan. Domba memiliki masa kebuntingan selama 5 bulan dengan masa

kosong selama 40 hari hingga 60 hari sehingga satu siklus induk dapat dikawinkan lagi dua bulan pasca melahirkan. Dari serangkaian program tersebut ditambah dengan lamanya bunting dengan lamanya waktu kosong maka dalam dua tahun ternak tersebut dapat melahirkan sebanyak tiga kali dalam dua tahun. Jumlah Anak Se-Kelahiran Domba lokal merupakan domba yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan anak lebih dari satu yang disebut Prolifik. Banyaknya anak atau fekunditas dapat dinyatakan dalam tingkat ovulasi dan banyak anak per kelahiran. Tingkat ovulasi jelas menentukan jumlah anak per kelahiran. Jumlah anak per kelahiran adalah hasil dari tingkat ovulasi pada saat siklus terjadinya pembuahan, dikurangi dengan jumlah sel telur, janin dan anak dalam kandungan (Tomaszewska, dkk. 1991). Persentase jumlah anak sekelahiran yang diperoleh pada peternakan domba lokal yang telah menerapkan teknologi reproduksi sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase Jumlah Anak Se-Kelahiran No Kelahiran Ke- Persentase (%) Kelahiran Tunggal Kelahiran Kembar 1 I 50,00 50,83 2 II 42,86 57,14 3 III 42,86 57,14 Total 45,24 57,76 Berdasarkan Tabel 2. Hasil penelitian menunjukan persentase kelahiran kembar kurang dari 80% seperti yang diharapkan rumus dengan jumlah anak sekelahiran 150%. Jumlah anak sekelahiran yang dihasilkan pada peternakan tersebut hanya mencapai 108.3% dengan kelahiran kembar sebanyak 57,76% dan kelahiran tunggal dalam tiga periode kelahiran mencapai 45,24%. Kelahiran kembar kadang-kadang banyak terjadi pada hewan unipara (ovarium melepaskan satu ovum sewaktu ovulasi). Kelahiran kembar pada domba terjadi sebanyak 60-70%, sebagian besar disebabkan karena status nutrisi pada saat ovulasi selain karena keturunan (Sasongko, 2009). Kelahiran kembar berkaitan dengan laju ovulasi pada seekor induk. Laju ovulasi adalah rataan jumlah sel telur yang dihasilkan oleh seekor induk setiap siklus birahi. Pada domba kondisi tubuh yang baik serta peningkatan kualitas pakan sebelum perkawinan mungkin meningkatkan jumlah anak sekelahiran dengan meningkatkan laju ovulasi. Kelahiran kembar pada peternakan ini kurang dari 80% walaupun asupan

nutrisi yang baik telah diberikan, hal tersebut dapat disebabkan oleh umur induk yang masih muda, seperti diketahui domba lokal yang menerapkan teknologi reproduksi ini adalah induk betina yang baru siap kawin. Umur induk mempengaruhi tingkat ovulasi serta jumlah anak perkelahiran dan biasanya lebih rendah pada saat pubertas. Tingkat ovulasi meningkat dengan bertambahnya umur induk (Tomaszewska, dkk. 1991). Faktor lain yang berpengaruh selain faktor genetik ialah faktor eksternal seperti pakan serta temperatur yang tinggi dapat menyebabkan adanya gangguan pada ternak sehingga ternak mudah terkena stres dan berpengaruh terhadap laju ovulasi ternak tersebut. Lamb Crop Lamb crop pada peternakan domba lokal yang telah menerapkan teknologi reproduksi sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan selama tiga kali masa kelahiran adalah 89.04% dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase Lamb Crop No Kelahiran Ke Jumlah Anak Dilahirkan Mati Hidup Hingga Sapih % Lamb Crop 1 I 48 6 42 87,50 2 II 48 4 44 91,67 3 III 50 6 44 88,00 Total 146 16 130 89,04 Hasil pengamatan terhadap lamb crop setelah adanya penerapan teknologi reproduksi menunjukan, pada kelahiran pertama persentase lamb crop adalah 87,50%, kelahiran ke dua 91,67% dan kelahiran ke-tiga adalah 88%. Sifat cempe yang masih rentan terkena penyakit didukung dengan cuaca di daerah tersebut yang tidak menentu menyebabkan cempe tersebut mudah terserang penyakit namun pencegahan serta penanganan penyakit yang dilakukan dengan baik oleh peternak sangat berpengaruh dalam menekan angka kematian cempe. Domba merupakan ternak yang prolifik memiliki kemampuan untuk melahirkan anak lebih dari satu. Bobot lahir cempe yang rendah dihasilkan oleh induk melahirkan anak lebih dari dua ekor sehingga mengakibatkan pertumbuhan cempe kurang pesat. Dengan bobot lahir yang rendah dan pertumbuhan yang tidak optimum mengakibatkan kemampuan adaptasi dan kompetisi yang kurang. Persaingan antara anak cempe untuk mendapatkan air susu dari induknya sangat tinggi pada cempe yang lahir lebih dari dua ekor. Mencegah adanya persaingan antara cempe untuk mendapatkan susu dari induknya maka diberikanlah milk replacer atau susu pengganti untuk memenuhi

asupan nutrisi cempe tersebut sehingga tingkat kematian cempe dapat ditekan dan menghasilkan tingkat lamb crop dalam tiga kali masa kelahiran adalah sebesar 89.04%. Perhatian terhadap kesehatan serta asupan nutrisi bagi induk juga sangat diperhatikan dengan penanganan penyakit yang tepat hingga tambahan asupan nutrisi yang diberikan seperti tambahan ampas tahu serta leguminosa agar induk induk tersebut dapat memperhatikan dan menyusui anaknya dengan baik. Tingkat Fertilitas Induk Tingkat persentase fertilitas domba lokal yang telah diberikan perlakuan sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan menunjukan hasil 100%. Dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Persentase Fertilitas Induk No Kelahiran Ke Jumlah Betina yang di Inseminasi buatan Jumlah Betina yang Bunting Persentase Fertilitas 1 I 28 28 100% 2 II 28 28 100% 3 III 28 28 100% Nilai fertilitas induk yang tertera pada Tabel 4 tersebut menunjukan keberhasilan inseminasi buatan yang dilakukan. Keberhasilan inseminasi buatan tersebut tentunya didukung oleh ketepatan penentuan birahi. Adanya penerapan sinkronisasi estrus pada kelompok domba lokal tersebut membantu dalam menentukan waktu inseminasi buatan. Pemberian perlakuan sinkronisasi estrus menggunakan spons intra vagina yang mengandung hormon progesteron pada sekelompok domba betina akan menyerentakan waktu birahi secara bersamaan. Lama estrus domba rata rata 30 jam dengan kisaran 3 84 jam. Perkawinan terbaik dilakukan pada pertengahan hingga akhir periode estrus. Inseminasi buatan harus segera dilakukan 2 hari setelah pelepasan spons intra vagina. Selain itu tes kebuntingan mengunakan DEEA GestDect dengan menguji urin ternak betina yang telah dikawinkan mempermudah peternak melakukan program perkawinan. Jika hasilnya negatif bunting maka ternak tersebut dapat diprogram kembali sesegera mungkin. Produktivitas Anak Domba Lokal Aktual Berdasarkan hasil yang diperoleh dari 28 ekor induk domba lokal yang menerapkan sistem teknologi reproduksi sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan diperoleh hasil sebagai berikut Tabel 5.

Tabel 5. Populasi Dasar Domba Lokal Aktual No Kelahiran ke Jumlah anak yang dilahirkan Jumlah anak yang hidup hingga sapih 1 I 48 42 2 II 48 44 3 III 50 44 Total 146 130 Berdasarkan Tabel. 5 terlihat bahwa jumlah anak yang lahir dari 28 ekor induk adalah 146 ekor cempe dalam 3 kali masa kelahiran dan yang berhasil hidup hingga sapih adalah 130 ekor cempe. Setiap periode kelahiran, 28 ekor induk tersebut dapat menghasilkan 48 hingga 50 ekor hal ini menunjukan adanya kelahiran kembar sehingga anak yang dihasilkan dua kali jumlah induk. Namun tidak seluruhnya anak yang dilahirkan dapat bertahan hidup hingga sapih. Terjadi kematian diantara tenggang waktu kelahiran hingga masa sapih, kematian cempe tersebut disebabkan oleh banyak faktor selain faktor internal dari cempe tersebut seperti kemampuan beradaptasi, faktor eksternal seperti faktor lingkungan terutama cuaca daerah peternakan dan suhu lingkungan yang fluktuatif sehingga dapat menyebabkan kematian. Faktor yang memengaruhi tingkat kematian beberapa hari pertama setelah kelahiran diantaranya disebabkan oleh berbagai faktor genetik, lingkungan serta interaksi antara keduanya. Diantaranya adalah bobot lahir, jumlah anak per kelahiran, keunggulan anaknya, dan kemampuan iduk (Tomaszewska, dkk. 1991). Produktivitas Anak Domba Lokal Hasil Perhitungan Menggunakan Rumus Produktivitas Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pendugaan produktivitas anak domba lokal menggunakan rumus produktivitas dengan 28 jumlah induk ekor menunjukkan hasil yang ditampilkan pada Tabel 6. Tabel. 6 Pendugaan Produktivitas Anak Berdasarkan Rumus Produktivitas No Koefisien Teknis 1 Rata rata Kelahiran per tahun 1.5 2 Jumlah Anak Sekelahiran (%) 150 3 Lamb Crop (%) 80 4 Fertilitas Induk (%) 90 5 Jumlah Induk(ekor) 28 6 Produktivitas Anak (ekor) 45,36 Penerapan teknologi reproduksi pada domba lokal dilapangan telah memenuhi koefisien teknis yang berpengaruh dalam pendugaan produktivitas anak menggunakan

rumus produktivitas. Hasil produktivitas anak yang diperoleh merupakan hasil dari penerapan sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan yang telah berlangsung selama tiga kali kelahiran dalam dua tahun. Perhitungan produktivitas anak menggunakan rumus produktivitas dengan koefisien teknis yang telah ditetapkan merupakan hasil perkalian dari koefisien koefisien teknis tersebut. Rata rata kelahiran dalam satu tahun adalah 1.5, jumlah anak sekelahiran 150% yang menandakan adanya kelahiran kembar sebesar 80%, lamb crop 80%, fertilitas induk 90% dengan jumlah induk 28 ekor adalah 45,36 ekor cempe yang diduga dihasilkan. Simpangan Produktivitas Anak Domba Lokal Berdasarkan Rumus Produktivitas Terhadap Produktivitas Anak Domba Lokal Sebenarnya. Hasil simpangan produktivitas anak domba lokal berdasarkan rumus produktivitas terhadap produktivitas anak domba lokal aktual dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Simpangan Produktivitas Anak Domba Lokal Berdasarkan Rumus Produktivitas dengan Produktivitas Anak Domba Lokal Sebenarnya. Produktivitas Anak % Simpangan Rumus Produktivitas 45,36 ekor 65,10 % Produktivitas Aktual 130 ekor Hasil pengolahan pada Tabel. 7 didapatkan persentase simpangan sebesar 65.10% dengan koefisien teknis rumus yang telah ditetapkan. Adanya simpangan antara produktivitas anak aktual dengan pendugaan produktivitas anak menggunakan rumus produktivitas, bahwa diduga ada beberapa koefisien yang dipengaruhi oleh penerapan teknologi reproduksi tersebut. Penerapan teknologi reproduksi sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan dapat meningkatkan nilai fertilitas induk serta nilai lamb crop sehingga menghasilkan produktivitas anak yang lebih besar dibandingkan dengan pendugaan menggunakan rumus produktivitas. Simpangan yang dihasilkan menunjukan bahwa manajemen pemeliharaan serta manajemen perkawinan dengan menerapkan teknologi reproduksi sinkronisasi estrus pada peternakan ini sudah baik dengan terbukti jumlah produktivitas anak domba lokal aktual yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan yang diduga oleh rumus. KESIMPULAN 1. Penerapan teknologi reproduksi sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan dapat meningkatkan persentase

nilai fertilitas induk sebesar 100% serta lamb crop hingga mencapai 89,04%. 2. Adanya penerapan teknologi reproduksi sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan menunjukan adanya simpangan antara pendugaan produktivitas anak domba lokal menggunakan rumus produktivitas dengan produktivitas anak aktual sebesar 65,10%. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jendral Peternakan. 2010. Statistik Peternakan 2010. Available online at:http://www.datainfonak.22web.n et/index.php?page=statistikpeterna kan&action=info (diakses tanggal 28 Februari 2011 pukul 12.30) Mulliadi, D. 2009. Modul Praktikum Manajemen Pemuliaan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Sumedang.. 2009. Modul Kuliah Manajemen Pemuliaan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Sumedang. Sasongko, Wr. 2009. Sapi Bali Beranak Kembar Di Nusa Tenggara Barat. Available online at : http://ntb.litb ang.deptan.go.id/index.php?option =com_frontpage&itemid=1 (diakses pada tanggal 25 Juni 2012). Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Transito. Bandung. Toelihere M.R.1979. Fisiologi reproduksi pada ternak. Angkasa. Bandung.1985. Inseminasi Buatan pada ternak. Angkasa. Bandung Tomaszweska, M W, Mastika, I, M, Djadjanegara, A, Gardiner S, Wiradarya T. R., dan Putu, I G. 1991. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Tomaszweska, M W, Manika, Chaniago, T. D., Putu, I. G. and Sutama, I.K,. 1991. Reproduksi, Tingkah Lakudan Produksi Ternak di Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.