Musik dan Lagu, Haram? Tuesday, April 19, 2016 https://www.itsme.id/musik-dan-lagu-haram/ it's me - Tidak ada larangan terhadap musik maupun nyanyian yang bisa ditemukan dalam Al-Qur an. Larangan-larangan ini hanya datang dari sumber-sumber di luar Al-Qur an. Ayat-ayat Al-Qur an sering disalahterjemahkan dan disalahtafsirkan untuk menyokong larangan terhadap musik dan nyanyian padahal pembacaan yang jelas terhadap naskah Arab dalam konteks tersebut justru membantah klaim tersebut. Dalam hal ini, Al-Qur an tetap merupakan satu-satunya hakim bagi orang-orang beriman dan mengklaim sebagai satu-satunya sumber pedoman yang paling tegas, benar, lurus, dan stabil. ا ن ه ذ ا ٱل ق ر ا ن ي ه د ى ل ل ت ى ه ى ا ق و م و ي ب ش ر ٱل م ؤ م ن ين ٱل ذ ين ي ع م ل ون ٱلص ال ح ات ا ن ل ه م ا ج را ك ب يرا Sungguh, Al-Qur an ini memberikan petunjuk ke (jalan) yang paling lurus (bahasa Arab: Aqwanu) dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebaikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar. (Q.S. Al-Israa [17] ayat 9) Al-Qur an juga merupakan satu-satunya sumber untuk menentukan apakah sesuatu tersebut absah ataukah perlu dilarang. Kami mencatat ayat berikut yang merupakan suatu respon terhadap dialog terkait memberikan larangan-larangan kepada makanan namun tidak mempunyai landasan. Nasihat umum dinyatakan dengan jelas disini. و لا ت ق ول وا ل م ا ت ص ف ا ل س ن ت ك م ٱل ك ذ ب ه ذ ا ح لا ل و ه ذ ا ح ر ام ل ت ف ت ر وا ع ل ى ٱلل ه ٱل ك ذ ب ا ن ٱل ذ ين ي ف ت ر ون ع ل ى ٱلل ه ٱل ك ذ ب لا ي ف ل ح ون Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta ini halal dan ini haram, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengadaadakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung. (Q.S. An-Nahl [16] ayat 116) Al-Qur an juga memberi tahu pada pembaca bahwa mereka yang mengadili suatu perkara tidak berdasarkan Al-Qur an merupakan orang-orang Kafir (Kaffiruna) (Q.S. Al-Maa idah [5] ayat 44); Zalim (zalimuna) (Q.S. Al-Maa idah [5] ayat 45); pembangkang, pemberontak, penjahat, pelanggar, atau orangorang fasik (fasiquna) (Q.S. Al-Maa idah [5] ayat 47). ق ل م ن ح ر م ز ين ة ٱلل ه ٱل ت ي ا خ ر ج ل ع ب اد ه و ال ط ي ب ات م ن ٱلر ز ق ق ل ه ى ل ل ذ ين ا م ن وا ف ى ٱل ح ي اة ٱلد ن ي ا خ ال ص ة ي و م ٱل ق ي ام ة ك ذ ل ك ن ف ص ل ٱلا ي ات ل ق و م ي ع ل م ون Katakanlah (Muhammad), Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-nya dan rezeki yang baik-baik? Katakanlah, Semua itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, dan khusus (untuk mereka saja) pada hari Kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu untuk orang-orang yang mengetahui. (Q.S. Al-A raaf [7] ayat 32). Ayat berikutnya secara lugas meringkas larangan tersebut: 1 / 5
ق ل ا ن م ا ح ر م ر ب ى ٱل ف و اح ش م ا ظ ه ر م ن ه ا و م ا ب ط ن و ٱلا ث م و ٱل ب غ ى ب غ ي ر ٱل ح ق و ا ن ت ش ر ك وا ب ٱلل ه م ا ل م ي ن ز ل ب ه س ل ط انا و ا ن ت ق ول وا ع ل ى ٱلل ه م ا لا ت ع ل م ون Katakanlah (Muhammad), Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui. (Q.S. Al-A raaf [7] ayat 33). ZABUR NABI DAUD ا ن ا ا و ح ي ن ا ا ل ي ك ك م ا ا و ح ي ن ا ا ل ى ن وح و ٱلن ب ي ين م ن ب ع د ه و ا و ح ي ن ا ا ل ى ا ب ر اه يم و ا س م اع يل و ا س ح اق و ي ع ق وب و ٱلا س ب اط و ع يس ى و ا ي وب و ي ون س و ه ار ون و س ل ي م ان و ا ت ي ن ا د او ود ز ب ورا Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Iskhaq, Yakub, dan anak cucunya; Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Dan kami telah memberikan Zabur kepada Daud. (Q.S. An-Nisaa [4] ayat 163). Zabur Nabi Daud.as jelas-jelas puitis dalam struktur maupun karakternya. Zabur yang ada kini terdiri dari 150 hymne atau lagu yang menyertakan lagu-lagu dukacita, syukur, puji-pujian, kebajikan, dan komposisi campuran lainnya. Cukup terbukti dalam tradisi Yahudi, bahwasanya Zabur yang dinyanyikan di hadapan tempat beribadah dan kemudian di zaman Nabi Sulaiman.as, dinyanyikan di rumah peribadatan yang selesai dibangun. Fakta bahwa hymne tersebut dinyanyikan atau dirapal juga didukung ayat Al-Qur an berikut yang mengatakan bahwa gunung-gunung dan burung-burung menggaungkan-nya. و ل ق د ا ت ي ن ا د او ود م ن ا ف ض لا ي ج ب ال ا و ب ى م ع ه و ٱلط ي ر و ا ل ن ا ل ه ٱل ح د يد Dan sungguh, telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), Wahai gununggunung dan burung-burung nyanyikanlah (bahasa Arab: Awwibi) bersamanya; dan Kami telah melunakkan besi untuknya. (Q.S. Saba [34] ayat 10). Kata Awwibi dalam bahasa Arab berasal dari akar (Alif-Wa-Ba) yang secara harafiah artinya mengulang atau mengumandangkan. Bagaimanapun juga, sifat perapalan Zabur tetaplah kentara sejak awal. 2 / 5
Sumber: Edward Lane s Lexicon [1] Dalam ayat Al-Qur an lain yang memiliki konteks serupa, kita melihat penggunaan kata bahasa Arab yaitu Yussabihna yang berarti mengagungkan Tuhan dalam pujian melalui suara yang dinaikkan dalam permohonan ataupun doa. ف ف ه م ن اه ا س ل ي م ان و ك لا ا ت ي ن ا ح ك ما و ع ل ما و س خ ر ن ا م ع د او ود ٱل ج ب ال ي س ب ح ن و ٱلط ي ر و ك ن ا ف اع ل ين Maka Kami memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu. Dan Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih (bahasa Arab: Yusabbihna) bersama Daud. Dan Kamilah yang melakukannya. (Q.S. Al-Anbiyaa [21] ayat 79). Sumber: Edward Lanes Lexicon [2] Jika nyanyian atau suara musik dilarang, maka mengapa Zabur Nabi Daud.as ditahbiskan seperti lagu atau nyanyian? Memang tidak ada keraguan lagi bahwasanya penasbihan Zabur oleh Nabi Daud.as dinyanyikan untuk mengagungkan Allah. Bagaimanapun hal ini tidak menyiratkan larangan terhadap jenis nyanyian atau musik lainnya. Sesuai falsafah besar Al-Qur an terkait perkataan yang baik dan menyenangkan, terdapat batasan-batasan moral yang pantas, yang menyiratkan dan harus diterapkan pada nyanyian dan musik. Bagaimanapun juga hal ini tidak sama dengan larangan. SALAH MENGUTIP AYAT-AYAT AL-QUR AN 3 / 5
Ayat yang umum digunakan untuk menopang larangan atas musik dan nyanyian adalah ayat berikut: و م ن ٱلن اس م ن ي ش ت ر ى ل ه و ٱل ح د يث ل ي ض ل ع ن س ب يل ٱلل ه ب غ ي ر ع ل م و ي ت خ ذ ه ا ه ز وا ا و ل ي ك ل ه م ع ذ اب م ه ين Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan percakapan kosong (bahasa Arab: Lahwa-I) (bahasa Arab: Hadith) untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya olokolokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (Q.S. Luqman [31] ayat 6) Meskipun makna Hadith dipahami sebagai memaksudkan suatu cerita, laporan, pernyataan, kisah, banyak komentator di kemudian hari melakukan kesalahan yang tidak perlu dengan menyalahtafsirkan makna lahwa hadith menjadi musik dan nyanyian dengan sepenuhnya mendasarkan pendapat-pendapat mereka pada sumber-sumber di luar Al-Qur an saat jelas konteks Al-Qur an dan penggunaan istilah tersebut menegaskan bahwa klaim demikian tidak punya dasar sama sekali. Situasi yang dihadapi disini bukanlah tanpa rasa ironi. Sebagai akibatnya kita tahu bahwa meskipun ada peringatan dalam ayat-ayat Al-Qur an, namun beberapa komentator kemudian menggunakan sumbersumber di luar Al-Qur an dan menyalahartikan pemahaman berdasarkan Al-Qur an terhadap istilah itu, padahal Al-Qur an jelas-jelas memperingatkan agar tidak menyalahgunakan hadis secara sembrono dan menyimpang. APA ITU LAHWA? AKAR L-H-W Sumber: Edward Lanes Lexicon [3] Sumber: Edward Lanes Lexicon [4] Dalam konteks di atas dengan demikian, bukan nyanyian atau musik melainkan adalah HADIS yang menyimpang, sembrono, dan tidak sahih, yang disebut mengakibatkan MANUSIA TERSESAT dari jalan Tuhan tanpa pengetahuan. Wacana dan literatur dekoratif yang tidak memiliki substansi riil serta hanya menyesatkan umat manusia dari jalan kebenaran bersifat kontra-produktif bagi pesan sejati Islam. 4 / 5
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Musik dan Lagu, Haram? - 04-19-2016 KESIMPULAN Sebagaimana ceramah yang bisa digunakan dalam doa dan untuk menyuarakan nasihat, sebaliknya hal itu juga bisa disalahgunakan dan digunakan untuk mencela dan memfitnah serta menyakiti. Ini bukan berarti yang lantas dilarang adalah ceramahnya melainkan penyalahgunaannya yang imoral. Hal yang sama berlaku terhadap musik dan nyanyian yang tidak punya nilai moral intrisik namun pilihan individual yang menentukan manfaat atau mudharatnya. Penilaian adalah kuncinya. REFERENSI: [1] LANE E.W, Edward Lanes Lexicon, Williams and Norgate 1863; Librairie du Liban Beirut-Lebanon 1968, Volume 1, Hal. 123. Kata yang disorot dalam warna merah di kutipan leksikon dicantumkan sendiri oleh penulis. Sorotan tersebut tidak ada dalam naskah asli dan digunakan hanya untuk menekankan relevansi topik yang dibahas saat ini. Sorotan tersebut semata-mata hanyalah ilustrasi dan sepenuhnya digunakan hanya untuk tujuan-tujuan pendidikan dan penjelasan. [2] ibid., Volume 4, Halaman 1289 [3] Ibid., Volume 8, Suplemen, Halaman 3014 [4] Ibid. [5] quran.com [6] quranmassage WWW.ITSME.ID 5 / 5