BAB I PENDAHULUAN. Terlepas dari pro dan kontra dari berbagai kalangan terkait dengan kebijakankebijakan. manusia memiliki pendapat yang berbeda.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. unutk mencapai tujuan pembangunan, yaitu suatu masyarakat yang sejahtera,

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai komponen yang antara satu dan lainnya saling berkaitan. 1

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, terutama dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian

BAB I PENDAHULUANN. Kurikulum merupakan hal penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia sampai saat ini tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI PENELITIAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGEMBANGAN KURIKULUM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (STUDI DI SMP NEGERI 3 PETERONGAN JOMBANG)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosda Karya, 2013) hlm. 16. aplikasinya (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2009) hlm, 13

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/ 1435 H

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. akhir ini dilakukan di SMP Negeri 2 Ngimbang dengan nomor Statistik Sekolah /

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini tergolong jenis penelitian pengembangan (Development. dengan model integrated learning berbasis masalah.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup suatu bangsa agar tidak sampai menjadi. bangsa yang terbelakang dan tertinggal dengan bangsa lain.

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I. I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pembelajaran Intrakurikuler yang dilakukan Guru Pendidikan Agama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

ANALISIS STANDAR PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI SMA NEGERI 1 MAJALENGKA TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan sebagai suatu gejala budaya dalam masyarakat telah berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi. dalam rangka mencerdaskan kahidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam. kehidupan, baik kehidupan keluarga atau berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaturan Sistem Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional

Standar Nasional Pendidikan

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya.1 Pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang saling mempengaruhi, misalnya persoalan administrasi,

BAB I PENDAHULUAN. yang cerdas dalam menghadapi kehidupan modern sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan dilakukan agar pendidikan di

REFLEKSI PELAKSANAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MAN 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepibadian yang utama. 1. professional yang dituntut untuk melakukan transformasi pengetahuan agar

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB V PENUTUP. pembelajaran dapat tercapai secara optimal. a. CTL (Contextual Teaching and Learning) b. Reading Guide (Bacaan Terbimbing)

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang efektif bisa dirumuskan sebagai pengajaran yang

BAB IV. IMPLEMENTASI KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) DI MTs AGUNG ALIM BLADO. A. Kriteria Ketuntasan Minimal di MTs Agung Alim Blado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. feeling attituted, personal ideals, aktivitas kepercayaan. 1. (mendidik). Namun menurut al-attas (1980) dalam Hasan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan sudah masuk ranah politik. Iklim perpolitikan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (Studi Situs Di SD Negeri Batursari 6 Mranggen Demak) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan untuk membantu dan mengantarkan peserta didik menuju cita-cita yang. prestasi siswa didik sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Komponen tersebut antara lain adalah Peserta didik, Pendidik, Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN. dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai

SBI = (SNP + X) Pengembangan PTD

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam kemajuan suatu negara. Di Indonesia sendiri, seperti yang kita ketahui bahwa semakin tahun berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Terlepas dari pro dan kontra dari berbagai kalangan terkait dengan kebijakankebijakan yang dibuat oleh pemerintah, hal yang wajar sebenarnya karena setiap manusia memiliki pendapat yang berbeda. Pendidikan terlalu besar untuk diselesaikan oleh salah satu komponen sistem masyarakat kita, entah itu pemerintah, lembaga pendidikan, para pakar pendidikan, atau lembaga swadaya masyarakat dan komponen lainnya. 1 Dalam undang-undang pasal 35 No. 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, mengamanatkan pada kita agar memiliki Standar Nasional Pendidikan (SNP). Sebagai acuan dan pengendalian pendidikan. 2 Selain disebutkan dalam undang-undang, disebutkan juga dalam turunannya, yakni peraturan pemerintah (PP) No. 19. Bahwa SNP adalah kriteria minimal 1 Sambutan Rektor UNJ dalam buku Mengurai Benang Kusut Pendidikan; Gagasan Para Pakar Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003) 2 Zainal Aqib, Membangun Prestise Sekolah Standar Nasional SSN & SBI sekolah berstandar Internasional, (Bandung : Yrama Widya, 2010), hal. 1 1

2 pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. 3 PP memberikan arahan tentang 8 standar pendidikan Nasional, yang meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan terakhir standar penilaian pendidikan. Selama ini, kita melihat kegagalan dari sistem pendidikan kita, terlihat dari berbagai kebijakan yang terputus atau tidak berkesinambungan. Kebijakan bongkar pasang dalam sistem pendidikan, tidak membawa kita ke arah yang jelas malah berputar-putar dan jalan di tempat. Misalnya pembaharuan sistem pendidikan pada tahun 70-an, dengan melakukan eksperimen yang berskala luas, berusaha menciptakan rancangan sekolah yang komprehensif dengan menggunakan sistem kurikulum berupa modul. Begitu selesai proyeknya, berganti menteri berganti pula kebijakannya dan rancangan yang telah menghasilkan biaya berjuta-juta seolah lenyap begitu saja. Kebijakan yang dibuat dari waktu ke waktu seringkali bukan berdasarkan pada hasil observasi atau penelitian praktis di Indonesia sendiri, tetapi mengadopsi dari sistem kebijakan negara lain. Untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas, ada beberapa unsur yang harus dipenuhi. Unsur-unsur tersebut terbagi menjadi tiga bagian, Pertama berupa perangkat keras (hardware) yang meliputi tempat belajar, sarana 3 Inawati, Model Pembalajaran Terpadu di Sekolah Dasar, (Bandung: Pusat Pengembangan & pembardayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA), 2009), hal. 1

3 prasarana, laboratorium, perpustakaan, dan sebagainya. Kedua, perangkat lunak (software) yang berupa kurikulum, program pengajaran, manajemen sekolah, dan sebagainya. Ketiga perangkat berfikir (brainware) yang meliputi keberadaan guru, kepala sekolah, dan semua pihak yang terkait dengan sistem pembelajaran. Salah satu unsur untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana tersebut di atas adalah kurikulum, yang posisinya sendiri dalam keseluruhan proses pendidikan begitu sentral dan penting. Posisi kurikulum dapat dicontohkan seperti halnya posisi pemerintah pusat di tengah-tengah pemerintah daerah dalam suatu wilayah kesatuan negara. 4 Pada dasarnya kurikulum berisi tentang tujuan, metode, media, evaluasi bahan ajar dan pengalaman belajar. Kurikulum yang baik senantiasa berubah dan bersifat dinamis, tidak statis. Selalu bisa menyesuaikan terhadap lingkungan, entah itu dari lingkungan pendidikan maupun dari luar pendidikan dan tantangan global (up to date). Dengan kata lain, suatu kurikulum akan mampu berperan sebagai alat mencapai tujuan pendidikan jika sanggup merubah dirinya dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada. Dalam pengembangan kurikulum sebaiknya berorientasi pada keperluan masa depan, dengan zaman yang terus berubah maka kurikulum yang baik harus mampu memenuhi permintaan dari semua dimensi kehidupan. Artinya kurikulum harus relevan dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam konteks inilah pengemban tanggungjawab pengembangan kurikulum perlu terus menerus 4 Lias Hasibuan, Kurikulum & Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada, 2010), hal 21.

4 melakukan perencanaan kembali atau merevisi kurikulum yang telah ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum juga harus disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan anak didik, keadaan lembaga pendidikan, dan kondisi daerah, baik berupa materi yang diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan evaluasi keberhasilan belajar mengajar. Sebagai konsekuensinya, maka setiap guru (sebagai subjek pengembang kurikulum) bertanggungjawab dan menyambut permintaan dan kebutuhan atas perubahan. Perubahan-perubahan itu harus direncanakan melalui proses yang logis rasional dan valid. Dengan demikian setiap guru harus senantiasa berusaha merelevansikan pendidikan yang diberikannya dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab ini pada gilirannya menuntut tingkat pengetahuan, keterampilan dan pengalaman agar mampu mengembangkan kurikulum secara terus menerus. Terhadap konsep masyarakat yang terus berubah dengan cepat dan implikasinya terhadap perubahan kurikulum, maka umumnya para guru dapat dikategorikan menjadi tiga golongan. Golongan pertama, terdiri para guru yang responsive terhadap kegiatan pengembangan kurikulum secara berkesinambungan dan uji coba atau semacam eksperimen. Golongan kedua, adalah para guru yang lebih menyukai mengikuti dengan baik dan patuh kurikulum yang ada atau sedang dilaksanakan tanpa berusaha melakukan usaha perbaikan atau perubahan. Apa yang baik menurut

5 pandangan guru adalah baik bagi semua siswa. Golongan ketiga, adalah para guru yang menentukan isi kurikulum bergantung selera, atau minat dan kemampuan guru sendiri. Apa yang menjadi minat guru dapat saja dimasukkan dalam kurikulum, sehingga pada akhirnya kurikulum terus menerus ditambah, dilengkapi, pada gilirannya timbul ketidakseimbangan dalam kurikulum. 5 Ketiga sikap tersebut masing-masing memiliki kelemahan. Terlalu sering melakukan inovasi dan melaksanakan eksperimen dapat menimbulkan kebingungan. Sementara eksperimen sedang berlangsung ternyata keadaan telah berubah, tentu kurikulum menjadi tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat. Sikap yang ketiga terlalu menekan pada minat dan kemampuan guru secara individual, akan menyebabkan kurikulum itu menjadi terlalu berat bagi para siswa, sehingga akan disangsikan keberhasilannya, terutama pada kurikulum PAI yang dewasa ini mengalami misorientasi dan salah strategi. Pendidikan agama merupakan bagian integral dari pendidikan nasional, hal tersebut dijelaskan dalam UU tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 33 ayat 2 bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat antara lain pendidikan agama, termasuk salah satunya pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam dilaksanakan untuk mengembangkan potensi keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia. 2010), h. 103. 5 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

6 Kurikulum dan pembelajaran PAI di SMP dirancang untuk mengantarkan siswa kepada peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak yang mulia. Semua itu dapat dicapai dengan terlebih dahulu jika siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang utuh dan benar terhadap ajaran agama Islam, sehingga terinternalisasi dalam penghayatan dan kesadaran untuk melaksanakannya dengan benar. Dengan demikian kurikulum dan pembelajaran PAI yang dirancang seharusnya dapat mengantarkan siswa kepada pengetahuan dan pemahaman yang utuh dan seimbang antara penguasaan ilmu pengetahuan tentang agama Islam dengan kemampuan pelaksanaan ajaran serta pengembangan nilai-nilai akhlakul karimah. Hal inilah yang melatar belakangi peneliti mengangkat judul skripsi Upaya Guru Dalam Mengembangkan Desain Kurikulum PAI di SMPN 2 Ngimbang Lamongan. Dari sini peneliti ingin mengetahui lebih banyak mengenai upaya guru dalam mengembangkan desain kurikulum khususnya PAI untuk mencapai tujuan pembelajaran. B. Rumusan Masalah Sebelum peneliti memaparkan rumusan masalah, peneliti memfokuskan kajian penelitian pada mata pelajaran PAI aspek fiqih. Dari pemaparan latar belakang di atas, peneliti menarik rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilaksanakan, adapaun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

7 1. Bagaimana Desain Kurikulum PAI di SMPN 2 Ngimbang Lamongan? 2. Bagaimana Upaya Guru dalam mengembangkan desain kurikulum PAI di SMPN2 Ngimbang Lamongan? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui bagaimana desain kurikulum PAI di SMPN 2 Ngimbang Lamongan. 2. Mengetahui Upaya guru dalam mengembangkan desain kurikulum PAI di SMPN 2 Ngimbang Lamongan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman tentang hal berkaitan dengan kurikulum (PAI khususnya). 2. Bagi pengajar, bisa menjadi tambahan ilmu pengetahuan, dan menjadi tolak ukur dalam mengembangkan kurikulum, sebagai langkah untuk mencapai hasil pembelajaran. 3. Bagi pihak sekolah, tentunya hasil penelitian ini bisa menjadi bahan evaluasi atau pertimbangan dalam pengembangan kurikulumnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga tersebut.

8 E. Penelitian Terdahulu Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan penulisan skripsi penulis, antara lain adalah Tesis yang ditulis oleh Mohamad Tulus, Program Pascasarjana Jurusan Magister Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang (2012) yang berjudul Pengembangan Kurikulum PAI Muatan Lokal Madrasah Aliyah (MA) Nurul Jadid Paiton dalam Meningkatkan Mutu Lulusan tesis ini menunjukkan hasil penelitian yaitu (1) Perencanaan yang dilakukan MA Nurul Jadid dalam mengembangkan PAI muatan lokal meliputi; merumuskan tujuan, menentukan bahan pembelajaran (isi), dan merumuskan strategi pelaksanaan. (2) Dalam implementasinya MA Nurul Jadid dalam mengembangkan PAI pada muatan lokal dilaksanakan secara terpadu pada kegiatan intrakurikuler dan secara terpisah pada ekstrakurikuler dengan program tutorial sore hari dan madrasah diniyyah malam hari. Untuk yang masuk pada intrakurikuler pelaksanaannya dikoordinir oleh waka kurikulum, dan untuk yang tutorial sore hari dalam implementasinya dikoordinir oleh ketua program di masing-masing jurusan, sedangkan untuk yang madin malam hari dikoordinir oleh seseorang yang ditunjuk dan diserahi tugas oleh MA Nurul Jadid untuk mengelola madin tersebut. (3) Dalam penilaiannya menggunakan instrument tes baik secara tertulis lisan maupun tindakan. Untuk kegiatan penilaian kurikulumnya diperoleh dari hasil penilaian belajar siswa, lulusan, serta hasil supervisi yang dilakukan oleh kepala madrasah setiap enam bulan sekali. (4)

9 Untuk melihat dampak yang ditimbulkan dari adanya pengembangan kurikulum PAI muatan lokal, MA Nurul Jadid melihat dari aspek ; Prestasi siswa MA Nurul Jadid dalam bidang keagamaan, lulus UAN pada materi kegamaan, dan lulus masuk seleksi Perguruan Tinggi yang tes tulis dan lisannya berkaitan dengan materi kegamaan, seperti beasiswa santri yang diselenggarakan oleh Kemenag. Selanjutnya adalah skripsi yang ditulis oleh Suwartini, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Kependidikan Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta (2010) yang berjudul Implementasi KTSP dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII di MTs N Sleman Kota, Kabupaten Sleman Yogyakarta (Telaah Atas Metode Pembelajaran). Hasil dari penelitian ini adalah (1) Implementasi KTSP yang dikembangkan oleh MTs N Sleman Kota Yogyakarta adalah kurikulum operasional yang dikembangkan dan disusun oleh para steakholder di bawah bimbingan dan arahan dari Kanwil DEPAG yang dilaksanakan oleh MTs N Sleman Kota sebagai kurikulum pendidikan, sedangkan konsep KTSP dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah sebuah perangkat silabus, struktur kurikulum yang dikembangkan dan disusun oleh guru mata pelajaran Aqidah Akhlak berdasarkan KTSP Mts N Sleman Kota dan dilaksanakan oleh guru sebagai implementasi. (2) Pelaksanaan pembelajaran menggunakan berbagai metode namun guru yang bersangkutan belum sepenuhnya bisa membangkitkan motivasi siswa karena lebih didominasi dengan metode ceramah. (3) Faktor penghambat yang ditemukan yaitu dari pihak guru

10 yang belum bisa menguasai berbagai metode, dari siswa yang belum aktif dan sarana prasarana yang masih kurang. Kemudian skripsi yang ditulis oleh Muttaqin, Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki Malang (2008) yang berjudul Implementasi Pengembangan Kurikulum Madrasah Bertaraf Internasional di MA Nurul Jadid Paiton Probolinggo Jawa Timur. Hasil penelitian yang diperoleh adalah Pengembangan kurikulum di MA Nurul Jadid Paiton mengadopsi dan mengadaptasi kurikulum Internasional Cambridge University (Australia) sebagai salah satu negara anggota Organizationfor Economic and Cooperation Development (OECD) dengan tetap mengacu pada kurikulum KTSP. Kurikulum adaptif berorientasi pada Ilmu Matematika dan Sains, tetapi tidak mengesampingkan materi keagamaan sebagai identitas kemadrasahan maupun pesantren salaf. Pengembangan kurikulum madrasah bertaraf internasional di MA Nurul Jadid Paiton merupakan sintesis antara kurikulum internasional, kurikulum nasional serta kurikulum madrasah/pesantren sebagai integrasi antara IPTEK dan IMTAK yang dipandang perlu oleh masyarakat global. Dengan demikian menurut teori sistem/model pengembangan kurikulum yang demikian itu disamakan sistem rekontruksi sosial. Kemudian skripsi yang ditulis oleh Sadirman, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta (2008) yang berjudul Upaya Guru PAI dalam Mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri 9 Yogyakarta. Dalam skripsi ini menyimpulkan bahwa upaya-

11 upaya guru dalam mengimplementasikan KTSP meliputi (1) Pengembangan program yang terdiri atas program tahunan, program semesteran dan program remedial. (2) Penyusunan silabus. (3) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP (4) Kegiatan belajar mengajar berbasis kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan hal-hal lain yang menjadi upaya guru PAI dalam rangka membentuk kompetensi peserta didik yang baik. F. Definisi Operasional 1. Upaya Guru Usaha / syarat / tindakan umum menyampaikan suatu maksud. 6 Mereka yang memberikan pelajaran pada anak didik yang memegang suatu mata pelajaran tertentu. 7 Yang dimaksud dengan upaya guru di sini adalah usaha-usaha atau tindakan yang dilakukan oleh guru PAI dalam mengembangkan desain kurikulum PAI. 2. Desain Kurikulum PAI Desain adalah bentuk atau model bisa juga diartikan sebagai proses untuk membuat atau menciptakan suatu objek baru. Dalam penelitian ini lebih mengarah pada bentuk atau rancangan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi bahan pelajaran serta cara yang 6 Sukanto & Tata Iryanto, KBBI terbaru, (Surabaya: Indah, 1996), h. 270. 7 Lailatul Hidayah, Study Tentang Kualitas Mengajar Guru PAI, (Surabaya, Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1999), h. 5.

12 digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar. 8 Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Desain Kurikulum PAI adalah bentuk atau rancangan kurikulum mata pelajaran PAI. 3. SMPN 2 Ngimbang Lamongan SMPN 2 Ngimbang Lamongan adalah salah satu jenjang pendidikan Menengah pertama yang dimiliki oleh negara. Sekolah ini terletak di desa Lamongrejo kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan. Sekolah ini adalah salah satu sekolah negeri di daerah tingkat kecamatan yang sedang merintis sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN). G. Sistematika Pembahasan Sebagai gambaran isi Skripsi ini, berikut penulis sampaikan sistematika dalam pembahasan Skripsi ini, adapun selengkapnya sebagaimana dibawah ini: Bab I : Pendahuluan. Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional, sistematika pembahasan. Bab II : Kajian Pustaka. Dalam Bab ini membahas tentang tinjauan tentang upaya guru dalam mengembangkan desain kurikulum PAI, tinjauan tentang pendidikan agama Islam. 2011). h.4. 8 Nik haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Bandung : Alfabeta.

13 Bab III : Metode Penelitian. Bab ini membahas berbagai hal terkait dengan pendekatan dan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, tahap-tahap penelitian, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV : Laporan Hasil Penelitian. Dalam Bab ini akan memuat uraian tentang Data dan temuan yang diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur yang diuraikan dalam Bab III. Bab V : Pembahasan. Dalam Bab ini berisi pembahasan hasil penelitian yang merupakan pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian yang telah dikemukakan di dalam penelitian. Bab VI : Penutup. Bab VI ini membahas tentang simpulan-simpulan, kata penutup, saran-saran, daftar pustaka dan lampiran-lampiran.