Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
Inventarisasi Bambu di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012 KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI BAMBU DI DESA TALANG PAUH BENGKULU TENGAH

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman yaitu kekayaan spesies dan kemerataan dari kelimpahan setiap

Studi Etnobotani Bambu Oleh Masyarakat Dayak Kanayatn Di Desa Saham Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusa sp.) DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA KELURAHAN MANGGA DUA

TINJAUAN PUSTAKA. Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan spesies bambu. Di

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Ini

Keanekaragaman Bambu dan Manfaatnya Di Desa Tabalagan Bengkulu Tengah

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

PENGEMBANGAN LKS BERDASARKAN HASIL STUDI IDENTIFIKASI JENIS BAMBU DI DESA HARAPAN MAKMUR. Abstract

Kegunaan bambu SNI 8020:2014

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

BAB I PENDAHULUAN. sudah maju maupun di negara yang masih berkembang, di daerah dataran rendah

Keanekaragaman dan Penggunaan Jenis-jenis Bambu di Desa Tigawasa, Bali

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha no. 10 Bandung, Indonesia, Bale Angklung Bandung Jl. Surapati no. 95, Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Keanekaragaman Jenis Bambu di Gunung Ciremai Jawa Barat

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

INVENTARISASI DAN PEMANFAATAN BAMBU DI DESA SEKITAR TAHURA KABUPATEN KARO

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

OBSERVASI PLASMA NUTFAH BAMBU DI KABUPATEN MALANG OBSERVATION OF BAMBOOS GERMPLASM IN MALANG REGENCY

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae. Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Keanekaragaman Bambu di Pulau Sumba

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat

ANALISIS SOSIAL EKONOMI PEMANFAATAN DAN POTENSI TANAMAN BAMBU (Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai)

3. METODOLOGI PENELITAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, NOMOR : 201 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU DAN PEDOMAN PENENTUAN KERUSAKAN MANGROVE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BAMBU DAN FASILITAS HUNIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PANJANG PARTIKEL TERHADAP KUALITAS ORIENTED PARTICLE BOARD DARI BAMBU TALI (Gigantochloa apus J.A & J.H. Schult.

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

Identifikasi Bambu pada Daerah Aliran Sungai Tiupupus Kabupaten Lombok Utara. Jl. Majapahit No. 62, Mataram *

KEANEKARAGAMAN VEGETASI DAN PERHITUNGAN KARBON TERSIMPAN PADA VEGETASI MANGROVE DI HUTAN MANGROVE KUALA INDAH KABUPATEN BATUBARA T E S I S.

Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga.

KEBERADAAN MATERIAL BAMBU SEBAGAI SUBTITUSI MATERIAL KAYU PADA PENERAPAN DESAIN INTERIOR DAN ARSITEKTUR

Keberhasilan pertanaman di lapangan salah satunya

IV. METODE PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumber daya alam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang

PENGARUH PERBEDAAN JENIS DAN UMUR BAMBU TERHADAP KUALITASNYA SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN KERAJINAN

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik wisata tersebut berada mendapat pemasukan dan pendapatan.

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN BAWAH DI HUTAN DIKLAT PONDOK BULUH KABUPATEN SIMALUNGUN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu komponen alam yang sangat penting

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN MANGROVE DI PANTAI SELATAN KABUPATEN SAMPANG MADURA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

BANGKA BOTANICAL GARDEN SEBUAH KEBERHASILAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

Program penanaman bambu ini dilakukan pada tahun 2009 sebagai Pilot Demonstration Activities (PDA) yang didanai oleh Asian Development Bank (ADB). Keg

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

PENGARUH KADAR PEREKAT DAN JENIS BAMBU TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS DESA ADAT DI DESA PENGLIPURAN KABUPATEN BANGLI

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

FUNGSI TANAMAN BAMBU DALAM LANSEKAP BERDASARKAN KARAKTER FISIK DAN VISUAL. Oleh : RETNO ISMURDIATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman

Transkripsi:

KEANEKARAGAMAN HAYATI BAMBU (Bambusa spp) DI DESA WISATA PENGLIPURAN KABUPATEN BANGLI Ni Wayan Ekayanti Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mahasaraswati Denpasar email: nwekayanti@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian awal untuk mengetahui keanekaragaman bambu yang ada di Desa Wisata Penglipuran, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, untuk menentukan tingkat dominasi bambu, maka dengan terlebih dahulu menentukan kerapatan relative, frekuensi relative, luas penutupan relative, dan nilai penting suatu jenis bambu. Penelitian adalah penelitian deskriptif karena data yang dikumpulkan dan dianalisis diperoleh dari situasi yang wajar dari fenomena yang bersangkutan. Hasil dari penelitian ini, ada keanekaragaman bambu di Desa Wisata Penglipuran yaitu dijumpai 8 jenis bambu yaitu bambu Tali, bambu Jajang Bali, bambu Jajang Batu, bambu Buluh, bambu Kuning, bambu Tamblang, bambu Aya dan bambu Siam. Dari kedelapan jenis bambu tersebut, Gigantochloa apus (J.A. & J.H Schultes) Kurz mendominansi tingkat kerapatan relatif dengan jumlah 621, frekuensi relatif 14, dan dengan luas penuntupan relatif seluas 118,34 m 2. Kata kunci : bambu, keanekaragaman hayati, panglipuran ABSTRACT This research is beginning to find out the bamboo diversity in Penglipuran Tourism Village, District Bangli, Bangli Regency, to determine the level of dominance bamboo, then by first determining the relative density, relative frequency, relative closure area, and the importance of a type of bamboo. The research is descriptive research because the data is collected and analyzed is obtained from a reasonable situation of the phenomenon in question. Results from this study, there is diversity in the Tourism Village bamboo Penglipuran are found 8 species of bamboo that Tali bamboo, Jajang Bali bamboo, Jajang Stone bamboo, reed bamboo, Yellow bamboo, Tamblang bamboo, Aya bamboo and Siam bamboo. Of the eight species of bamboo, Gigantochloa lear (JA & JH Schultes) Kurz dominance density levels relative to the number 621, the relative frequency of 14, and with a relative closure wide area 118.34 m 2. Keywords: bamboo, biodiversity, penglipuran PENDAHULUAN Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia, dengan karakteristik tanah yang tergolong subur serta iklim yang mendukung, sehingga banyak tanaman yang tumbuh dengan baik. Salah satu tanaman tersebut adalah bambu (Bambusa spp) yang banyak tumbuh di pelosok-pelosok pulau Bali, bahkan tumbuhnya secara liar. Di Desa Wisata Penglipuran, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli 132 terdapat sebuah hutan yang khusus ditumbuhi oleh bambu. Luas kawasan hutan secara keseluruhan yang meliputi Desa Adat Kayang, Desa Adat Kubu, Desa Adat Cekeng, dan Desa Adat Penglipuran yaitu seluas 75 hektar sedangkan luas asli hutan bambu Desa Wisata Penglipuran yaitu 45 hektar, yang terletak disebelah utara dan barat Desa Adat Penglipuran. Luas Desa Wisata Penglipuran itu sendiri yaitu 112 hektar.

Untuk mempertahankan populasi bambu di Desa Wisata Penglipuran agar tetap lestari dan terjaga sampai turun-temurun, maka Desa Wisata Penglipuran turut serta dalam pelestariannya, dengan cara memberikan perlindungan serta dibuatakan awig-awig (aturan-aturan) supaya masyarakat setempat tetap menjaga dan melestarikan bambu tersebut. Salah satu contoh pelestarian bambu di Desa Wisata Penglipuran yaitu tetap menggunakan bambu sebagai atap (sirat) pada angkul-angkul (pintu gerbang khas Bali), disamping untuk keindahan juga sebagai ciri khas Desa Wisata Penglipuran itu sendiri, selain itu di Desa Wisata Penglipuran tidak boleh menebang bambu secara sembarangan terutama pada hari Kajeng Manis (Kajeng, pers.com 2006). Tidak semua bambu dilestarikan, dalam kehidupan sehari-hari, manfaat bambu sangat banyak mulai dari akar hingga daun, misalnya bambu banyak dipakai untuk bahan kerajinan seperti keranjang, anyam-anyaman, alat musik dan juga sebagai bahan bangunan. Disamping itu juga bambu banyak dimanfaatkan didalam pelaksanaan upacara adat dan agama contohnya pada setiap upacara Panca Yadnya (Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya dan Bhuta Yadnya) selalu menggunakan bambu. Kadang-kadang jenis bambu nyapun khusus dalam upacara tersebut (Widjaja, 2005). Berdasarkan banyaknya fungsi dan kegunaan bambu maka perlu dilakukan penelitian keanekaragaman bambu yang ada di Desa Wisata Penglipuran, menentukan kerapatan relatif jenis bambu, menentukan frekuensi relatif bambu, mementukan luas penutupan relatif bambu, menentukan nilai penting suatu jenis bambu, dan untuk menentukan tingkat dominansi jenis bambu di Desa Wisata Penglipuran, Kecamatan bangli, Kabupaten Bangli. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif karena data yang dikumpulkan dan dianalisis diperoleh dari situasi yang wajar dari fenomena yang bersangkutan. Dalam penelitian ini menggunakan ulangan dengan subyek 10 plot yang diletakan menurut metode transek (garis). Untuk menentukan jarak antar plot berdasarkan topografi hutanbambu di Desa Wisata Penglipuran seluas 45 hektar (300 x 1.500 m), untuk memudahkan dalam pengambilan sampel digunakan jarak yang terpendek yaitu 300 n sehingga jarak antara plot I dengan plot II dan seterusnya yaitu berjarak 50 m. Analisis data dalam penelitian ini digunakan analisis vegetasi dan akan mengalami beberapa tahap yaitu :Penentuan Kerapatan Relatif (Rdi) bambu, Penentuan Frekuensi Relatif (RF) bambu, Luas Penutupan Relatif (RC) bambu, Nilai Penting (Inportance Value = IV) bambu, Nilai Summed Dominance Ratio (SDR) bambu, dan Penentuan Indeks Keanekaragaman Jenis. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian yang dilakukan di Desa Wisata Penglipuran, Kabupaten Bangli, diperoleh hasil ada delapan jenis bambu. Kegunaan bambu tersebut sangat beragam mulai dari bahan bangunan sampai yang khusus digunakan untuk membuat alat musik dan upacara keagamaan. Keanekaragaman dan kegunaan bambu yang terdapat di Desa Wisata Penglipuran dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. 133

Tabel 1. Keanekaragaman Bambu di Desa Wisata Penglipuran Kerapatan bambu yang ada di wilayah Desa Wisata Penglipuran berbeda antara jenis yang satu dengan yang lainnya. Gambar 1 berikut ini menyajikan kerapatan relatif delapan jenis bambu yang ada di Desa Wisata Penglipuran. Dalam penelitian ini juga dilakukan penghitungan frekuensi relatif bambu yang tumbuh di hutan bambu kawasan Desa Wisata Penglipuran. Data frekuensi relatif bambu disajikan pada Tabel 2 berikut ini. 134

Tabel 2. Frekuensi Relatif Bambu (Rfi) Keterangan : = ada/ ditemukan - = tidak ada/ tidak ditemukan Luas penutupan relatif masinggmasing jenis bambu yang tumbuh di di kawasan Desa Wisata Penglipuran ditunjukkan oleh Gambar 2 berikut ini. Pada Tabel 3 berikut ini akan diuraikan pertelaan diagnostik bambu yang terdapat di Desa Wisata Penglipuran. Pertelaan diagnostik ini diurut dari yang umum sampai yang khusus. Urutan tersebut meliputi: akar, rebung, buluh, pelepah buluh, percabangan, helai daun. 135

Tabel 3. Pertelaan Diagnostik Bambu No. Nama Bambu Pertelaan Diagnostik 1 Gigantochloa apus (J.A. & J.H Schultes) Kurz Nama Daerah : bambu Tali/ Tiing Tali Akar : Simpodial / pakimorf, rapat dan tegak lurus. Rebung : hijau tertutup bulu coklat dan hitam. Buluh : mencapai tinggi antara 15 m 22m, dengan diameter 4-15 cm. Pelepah Buluh : tidak mudah luruh, tertutup bulu hitam dan coklat. Percabangan : 1,5 m di permukaan tanah, terdiri atas 5-11 cabang, satu cabang lateral lebih besar daripada cabang lainnya. Helai daun : berbentuk lanset dengan ukuran 13-49 cm x 2-9 cm, berwarna hijau tua, permukaan bawah daun agak berbulu. Kegunaan : banyak dimanfaatkan untuk anyaman/ kerajinan tangan, alat rumah tangga, maupun untuk upacara keagamaan. 2 Gigantochloa Ridleyi Holtum 3 Gigantochloa spp Kurz 4 Schizostachyum silicatum Widjaja 5 Gigantochloa aya Widjaja & Astuti Nama Daerah : bambu Jajang Batu/ Tiing Jajang Batu Akar : Simpodial / pakimorf, padat dan tegak lurus. Rebung : hijau keabu-abuan. Buluh : mencapai tinggi antara 16 m dengan diameter 10 cm buluh buluh berwarna hijau. Pelepah Buluh : tidak mudah luruh, tertutup oleh bulu coklat tua melekat. Percabangan : tumbuh pada bagian tengah keatas. Helai daun : berbentuk lanset dengan ukuran 40 cm x 6 cm, berwarna hijau tua, permukaan bawah daun gundul. Kegunaan :tidak terlalu banyak dimanfaatkan. Nama Daerah : bambu Jajang Bali / Tiing Jajang Bali Akar : Simpodial / pakimorf, rapat dan tegak lurus. Rebung : hijau tertutup bulu coklat dan hitam. Buluh : mencapai tinggi antara 17 m 20 m, dengan diameter 6-8 cm. Pelepah Buluh : tidak mudah luruh, tertutup bulu coklat yang tersebar di bagian punggungnya. Percabangan : tumbuh pada bagian tengah keatas, satu cabang lateral lebih besar daripada cabang lainnya. Helai daun : berbentuk lanset dengan ukuran 10-37 cm x 2-6 cm, berwarna hijau tua, permukaan bawah daun agak berbulu. Kegunaan : banyak dimanfaatkan untuk anyaman/ kerajinan tangan, alat rumah tangga, maupun untuk upacara keagamaan. Nama Daerah : bambu Buluh / Tiing Wuluh Akar : Simpodial / pakimorf, padat. Rebung : hijau tertutup bulu putih sampai coklat. Buluh : mencapai tinggi antara 7 m 14 m, dengan diameter 2-5 cm. Pelepah Buluh : menempel, tidak mudah luruh, tertutup bulu putih sampai coklat. Percabangan : 1,5 cm dari permukaan tanah, cabang sama besar. Helai daun : berbentuk lanset dengan ukuran 17-25 cm x 2-6 cm, berwarna hijau tua, permukaan bawah daun berbulu, Kegunaan : banyak dimanfaatkan untuk pembuatan alat musik, seperti suling. Nama Daerah : bambu Aya / Tiing Aya Akar : Simpodial / pakimorf, rapat dan tegak lurus. Rebung : hijau 136

dengan bulu coklat hingga hitam melekat. Buluh : mencapai tinggi antara 15 m- 22 m, dengan diameter : 8-15 cm. Pelepah Buluh : melekat, tidak mudah luruh, tetutup bulu hitam atau coklat. Percabangan : 1,5 cm dari permukaan tanah, terdiri atas 5 11 cabang, satu cabang lateral lebih besar daripada cabang lainnya. Helai daun : berbentuk lanset dengan ukuran 21 35 cm x 3 6 cm, berwarna hijau tua, permukaan bawah daun agak berbulu. Kegunaan : untuk bahan pembuatan semat (alat jarit alami pada pembuatan canang) / tusuk daun. 6 Thyrsostachys siamensis Gamble 7 Bambusa vulgaris var. Striata ex Wendl 8 Schizostachyum brachycladum kurz Nama Daerah : bambu Siam Akar : Simpodial / pakimorf, padat dan tegak. Rebung : hijau pucat sampai keunguan, gundul tidak berbulu. Buluh : mencapai tinggi 8 m, dengan diameter : 3 5 cm. Pelepah Buluh : tidak mudah luruh, tetutup bulu putih. Percabangan : terletak jauh dipermukaan tanah, satu cabang lebih besar daripada cabang lainnya. Helai daun : berbentuk memita dengan ukuran 7 14 cm x 0,5 1 cm, berwarna hijau keputihan, permukaan bawah daun agak berbulu. Kegunaan : untuk tanaman hias Nama Daerah : bambu Kuning / Tiing Kuning Akar : Simpodial / pakimorf, tidak terlalu rapat dan tumbuh tegak. Rebung : kuning tertutup bulu coklat dan hitam. Buluh : mencapai tinggi antara 20 m, dengan diameter 5 12 cm. Pelepah Buluh : mudah luruh, tetutup bulu hitam atau coklat. Percabangan : 1,5 m dari permukaan tanah satu cabang lebih besar daripada cabang lainnya. Helai daun : berbentuk lanset dengan ukuran 9 30 cm x 1 4 cm, berwarna hijau tua, permukaan bawah daun agak berbulu. Kegunaan : banyak dimanfaatkan untuk tanaman hias maupun untuk upacara keagamaan. Nama Daerah : bambu tamblang / Tiing Tamblang Akar : Simpodial / pakimorf, padat dan tegak. Rebung : hijau tertutup bulu coklat hingga kuning orange. Buluh : mencapai tinggi antara 15 m, dengan diameter 8 10 cm. Pelepah Buluh : tertutup bulu coklat, tidak mudah luruh.. Percabangan : terdapat diatas tanah 1,5 m. Helai daun : berbentuk lanset dengan ukuran 20 35 cm x 4 7 cm berwarna hijau tua, permukaan bawah daun berbulu. Kegunaan : biasanya banyak dimanfaatkan untuk pembuatan bale pawedan pada saat upacara keagamaan. SIMPULAN DAN SARAN Keanekaragaman bambu di Desa Wisata Penglipuran Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli ada 8 jenis bambu, yaitu bambu Tali, bambu Jajang Bali, bambu Jajang Batu, bambu Buluh, bambu Kuning, bambu Tamblang, bambu Aya, dan bambu Siam. Indeks keanekaragaman bambu ini tergolong sedang. Dari kedelapan jenis bambu tersebut, Gigantochloa apus (J.A. & J.H Schultes) Kurz mendominansi tingkat kerapatan relatif dengan jumlah 621, frekuensi relatif 14, dan dengan luas 137

penuntupan relatif seluas 118,34 m 2. Saran untuk penelitian ini adalah agar dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui fungsi hutan bambu dan jenis bambu yang mungkin ada di Desa Wisata Penglipuran, yang belum teridentifikasi. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada Putu Raka Agus Susena, dan pada semua rekan-rekan yang tidak dapat diucapkan satu persatu atas bantuannya dalam penulisan artikel ini. DAFTAR PUSTAKA Anon. (2007). bambu. http://id. Wikipedia. Org/wiki/ bambu. Diupdate pada 14 : 48, 5 Juni 2007. Anon. (2007). Peranan bambu dalam desa adat. http://id. Wikipedia. Org/wiki/ Peranan bambu dalam desa adat.diupdate pada 14.00, 6 Agustus 2007. Depdiknas. (2002).Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka, Jakarta Novriyanti, E. dan Edi, N. (2000). Jenis-jenis bambu.jakarta. dalam http:// id.wikipidia.org/wiki/bambu, diakses tanggal 2 Februari 2000 Ismanto.A dan Sutiyono.(1992).Studi Kesesuaian Jenis bambu Sebagai Bahan Baku Sumpit.Prosiding seminar nasional penelitian dan pengembangan kehutanan dan project winrock internasional. Bogor. Kliwon. S. (1997).Pembuatan bambu Lapis Dari bambu Tali(Gigantochloa apus). Buletin penelitian hasil hutan 15(3):190-199 Krisdianto. G. S dan A. Ismanto.(2000). Sari hasil penelitian bambu. Pusat penelitian hasil hutan. Bogor. Margono, T. (2000). Keanekaragaman jenis bambu indonesia. Jakarta : Penerbit Grasindo Indonesia. Nurhayati. T.(1990). Pembuatan arang empat jenis bambu dengan cara timbun. Jurnal Penelitian hasil hutan.3 (3) : 7-12 138