BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret 2) 3)

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

V. CALIFORNIA BEARING RATIO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret 2) 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

EFEKTIFITAS SEMEN PADA STABILISASI LEMPUNG DENGAN KAPUR AKIBAT PERCEPATAN WAKTU ANTARA PENCAMPURAN DAN PEMADATAN

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

air tanah (drainase tanah), mengganti tanah yang buruk.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum Dalam pengertian teknik secara umum, Tanah merupakan material yang

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membangun suatu jalan, tanah dasar merupakan bagian yang sangat

PERBAIKAN SUBGRADE DENGAN SERBUK BATA MERAH DAN KAPUR (STUDI KASUS TANAH LEMPUNG TANON SRAGEN )

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

KAJIAN PENINGKATAN NILAI CBR MATERIAL LAPISAN PONDASI BAWAH AKIBAT PENAMBAHAN PASIR

METODE PENELITIAN. Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

ANALISIS PENINGKATAN NILAI CBR PADA CAMPURAN TANAH LEMPUNG DENGAN BATU PECAH

PENGGUNAAN LIMBAH BATU BATA SEBAGAI BAHAN STABILISASI TANAH LEMPUNG DITINJAU DARI NILAI CBR. Hairulla

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

III. METODE PENELITIAN. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi,

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

KORELASI ANTARA TEGANGAN GESER DAN NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DENGAN BAHAN CAMPURAN SEMEN

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

ANALISA PENGARUH KAPUR TERHADAP NILAI CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR) DI DONOMULYO KABUPATEN MALANG

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY)

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, pertama melakukan pengambilan sampel tanah di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang. diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

terhadap tanah asli (lempung), tanah lempung distabilisasi kapur 4%, tanah lempung

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Pengambilan sampel tanah lempung dan pasir. 2. Persiapan alat. Pengujian Pendahuluan (ASTM D422-63)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Uraian Umum

BAB III METODOLOGI. konsultasi kepada dosen pembimbing merupakan rangkaian awal dalam pekerjaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN KAPUR DAN FLY ASH UNTUK PENINGKATAN NILAI PARAMETER GESER TANAH LEMPUNG DENGAN VARIASAI LAMA PERAWATAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN

KONTRIBUSI PENAMBAHAN ZAT ADDITIVE (SEMEN) TERHADAP TANAH LOKAL UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR SEBAGAI LAPIS PONDASI ATAS BAMBANG RAHARMADI

Laporan Laboraturium Uji Tanah CBR Laboraturium. No Test : 17 Topik : Percobaan CBR Laboraturium Tgl Uji : 1 Juni 2010 Hari : Rabu

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

: FAHMI YAHYA : DBD TEKNIK PERTAMBANGAN MAKALAH MEKANIKA 1.3. PENGUJIAN PEMADATAN TANAH 1.4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PEMADATAN

PEMANFAATAN LIMBAH KARBIT UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH LEMPUNG DESA COT SEUNONG (172G)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PERKUATAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN DALAM MENINGKATKAN NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG

POTENSI PENAMBAHAN DOLOMIT DAN BOTTOM ASH TERHADAP PENINGKATAN NILAI CBR TANAH EKSPANSIF

STABILISASI TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN CAMPURAN GYPSUM SINTETIS (CaSO4 2H2O) dan GARAM DAPUR (NaCl) DITINJAU DARI PENGUJIAN CBR

BAB III LANDASAN TEORI

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA PEMANFAATAN KLELET ( LIMBAH PADAT INDUSTRI COR LOGAM ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA BETON KEDAP AIR

METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan konstruksi dengan sifat-sifat yang ada di dalamnya seperti. plastisitas serta kekuatan geser dari tanah tersebut.

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH GEDE BAGE BANDUNG DENGAN ENZIM DARI MOLASE TERFERMENTASI

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa

PERILAKU TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN TANAH GADONG DAN KAPUR (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

UJI EKSPERIMEN STABILISASI TANAH DASAR DENGAN SEMEN PADA RUAS JALAN MALAWILI DISTRIK AIMAS KABUPATEN SORONG

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tanah gambut merupakan tanah yang sangat banyak tersebar di Indonesia namun manfaat tanah ini belum bisa dikembangkan sebab tanah gambut termasuk tanah kurang baik, oleh sebab itu, dalam beberapa tahun belakangan kajian dan penelitian mengenai stabilisasi tanah gambut semakin berkembang. Penelitian tersebut telah masuk dalam beberapa variasi yang membahas mengenai stabilisasi tanah gambut menggunakan portland cement, gypsum sintetis, gula pasir, dan abu sekam padi. Beberapa hasil kajian tersebut memberikan dampak yang sangat positif untuk mengurangi sisi negatif dari tanah gambut, hingga memiliki daya dukung besar untuk menjadikan tanah gambut sebagai tanah yang bisa dimanfaatkan dalam pembangunan infrastruktur di wilayah Indonesia. Adapun kajian-kajian telah dilakukan sebelumnya dengan metode penelitian serta variasi aplikasi yang penulis gabungkan sebagai acunan nantinya, berikut: 2.1.1 Tanah Gambut Widodo (2008) telah melakukan penelitian tentang stabilisasi tanah gambut Rawa Pening dengan menggunakan campuran gypsum sintetis (0%, 7%, dan 14%) serta abu sekam padi (0%, 3%, dan 6%) terhadap masa curing 0 hari hingga 7 hari. Dari hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa penambahan gypsum sintetis, abu sekam padi (RHA) dan masa pemeraman bisa meningkatkan kenaikan 2 kali lipat dari nilai CBR tanah gambut asli dan menurunkan nilai swelling. 5

6 Tommy (2008) Menerangkan bahwa dalam penelitian yang dilakukan olehnya dengan penambahan bahan aditif semen portland tipe-v (10%, 20%, dan 30%) terhadap tanah gambut Kalimantan untuk mengkaji kekuatan geser dan perubahan struktur mikroskopiknya. dari hasil uji Triaxial CU dapat meningkatkan nilai kohesi (c ). Namun untuk sudut geser dalam efektif (ϕ) tidak selalu turun mengikuti penambahan kadar PC-V ataupun lamanya masa peram. Susilo (2008) mengemukakan bahwa penelitian yang dapat dilakukan dalam usaha stabilisasi tanah gambut Rawa Pening dengan mencampurkan gula pasir (0%, 3%, dan 6%) dan gypsum sintetis (0%, 7%, dan 14%) dengan masa curing 0 hari dan 7 hari. Dari hasil penelitian laboratorium menunjukkan bahwa penambahan gula pasir, gypsum sintetis, dan masa pemeraman dapat meningkatkan nilai CBR. Nilai CBR yang dihasilkan mengalami kenaikan dua kali lipat dari nilai CBR tanah gambut asli dan nilai pengembangan (swelling) menjadi lebih kecil dari tanah gambut asli. 2.1.2 Bata Merah Purnomosidi (2013) mencoba melakukan pengujian untuk perbaikan subgrade dengan serbuk bata merah dan kapur (studi kasus tanah lempung tanon Sragen ) Penambahan 5% kapur dan 0% bubuk bata merah sampai dengan penambahan 5% kapur dan 9% bubuk bata merah dapat memperbaiki sifat-sifat mekanis tanah, yaitu menaikkan nilai berat volume kering maksimum dan menurunkan kadar air optimum, serta meningkatkan nilai CBR unsoaked dan nilai CBR soaked, walaupun peningkatan nilai CBR soaked tidak begitu besar. Mengacu dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka kali ini penulis akan mencoba mengkaji stabilisasi tanah gambut dengan menggunakan campuran serbuk bata merah untuk stabilisasi tanah gambut secara kimiawi dengan pengujian California Bearing Ratio (CBR). Penelitian ini diharapkan bisa membantu melengkapi serta menambah kajian ilmiah dalam peningkatan pemanfaat tanah untuk infrastruktur pembangunan.

7 2. 2 Landasan Teori 2. 2.1 Tanah Gambut Tanah gambut merupakan tanah yang berasal dari pembusukan tumbuhan, mengandung campuran zat organik. Tanah gambut diketahui memiliki angka pori dan kadar air yang sangat tinggi sehingga daya dukungnya sangat rendah dan kemampatannya sangat tinggi. maka penulis akan menguraikan beberapa definisi tanah gambut di bawah ini. Gambut adalah bahan organis setengah lapuk berserat atau suatu tanah yang mengandung bahan organis berserat dalam jumlah besar. Tanah gambut mempunyai angka pori yang sangat tinggi dan kompresibel (Dunn dkk, 1980). Berdasarkan ASTM D4427-92 (2002) tanah gambut adalah tanah yang memiliki kandungan organik tinggi karena proses pembusukan (dekomposisi) tumbuhan, diklasifikasikan berdasarkan serat, kandungan abu (ASTM D2974), tingkat absorsi (ASTM D2980) dan tingkat keasaman (ASTM D2976). Klasifikasi menurut ASTM D 4427 (1997) tanah gambut dibagi berdasarkan: kadar abu, kadar serat, dan daya serap air. Penelitian yang dilakukan oleh Yunan (2002) dijelaskan bahwa nilai daya serap air didapatkan dari pengujian kadar air tanah asli dan untuk pembahasan klasifikasi lebih lengkap disajikan dalam Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1. Klasifikasi tanah gambut menurut ASTM D 4427 (1997) NO KLASIFIKASI BATASAN A Kadar Abu 1. Low Ash < 5% 2. Medium Ash 5% - 15% 3. High Ash > 15 %

8 Lanjutan Tabel 2.1. Klasifikasi tanah gambut menurut ASTM D 4427 (1997) NO KLASIFIKASI BATASAN B Daya serap terhadap air 1. Kecil < 300% 2. Moderat (sedang) 300 800% 3. Tinggi 800-1500% 4 Ekstrim >1500% Karakteristik tanah gambut menurut Fahmuddin Agus, dalam buku pengukuran cadangan karbon tanah gambut memilik aspek sebagai berikut: 1. Kandungan Corg (karbon organik) Tanah gambut memiliki kandungan Corg berkisar di antara 18-60%. 2. Struktur Tanah gambut tidak berstruktur dan tidak membentuk bongkahan. 3. Sebaran karbon di dalam profil. 4. Tanah gambut memiliki sebaran karbon di dalam profil berkisar 0.03 g/cm 3 dan dalam keadaan ekstrem bisa di antara < 0.01 dan > 0.4 g/cm 3. 5. Mudah Terbakar Tanah gambut merupakan tanah yang mudah terbakar. 6. Penetapan cadangan karbon Tanah gambut memiliki kandungan Corg dan berat isi perlapisan dari permukaan sampai lapisan dasar gambut. 2. 2.2 Stabilisasi tanah Stabilisasi tanah adalah usaha untuk meningkatkan kapasitas daya dukung tanah. Apabila tanah terdapat di lapangan bersifat sangat lepas dan sangat mudah tertekan, atau mempunyai indeks konsistensi tidak sesuai, permeabilitas terlalu tinggi, atau sifat lain yang tidak diinginkan sehingga tidak sesuai untuk proyek pembangunan, maka tanah tersebut harus distabilisasikan (Bowles, 1984).

9 Stabilisasi tanah adalah kombinasi dan manipulasi tanah, dengan atau tanpa bahan tambahan untuk menghasilkan bentuk masa yang mampu mendukung lalu lintas pada segala cuaca (Wright dan Paquett, 1979). Stabilisasi tanah berarti meningkatkan shear strength tanah sehingga memenuhi syarat, dan tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca maupun pergerakan lalu lintas (Kezdi, 1979). Adapun tujuan dari stabilisasi tanah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kerapatan tanah 2. Menambah material yang tidak aktif sehingga meningkatkan kohesi atau tahanan gesek yang timbul. 3. Menambah bahan untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi atau fisis pada tanah. 4. Menurunkan muka air tanah (drainase tanah). 5. Mengganti tanah yang buruk. Sejauh ini stabilisasi tanah bertujuan untuk mendapatkan tanah dasar stabil pada kondisi semua musim dalam umur rencana yang telah ditetapkan dalam sebuah perencanaan. Metode stabilisasi yang biasa digunakan yaitu: 1. Stabilisasi secara mekanis Stabilisasi mekanis adalah metode mengatur gradasi tanah dengan maksud menambah kekuatan atau daya dukung tanah. Usaha ini biasanya menggunakan sistem pemadatan dengan berbagai jenis peralatan mekanis seperti mesin gilas (roller), benda serat yang dijatuhkan, ledakan, tekanan statis (Bowles, 1991). 2. Stabilisasi secara kimiawi Metode stabilisasi dengan cara menambahkan bahan kimia agar dapat mengubah sifat-sifat yang kurang menguntungkan dari tanah dan biasa digunakan untuk stabilisasi tanah berbutir halus. Bahan tambah yang biasa digunakan yaitu: abu sekam padi (HRA), gula, Portland cement (PC), sodium, aspal emulsi, sekam tebu, dan lain-lain.

10 Adapun penelitian dilakukan penulis kali ini merupakan penelitian Stabilisasi secara kimiawi dengan pemanfaatan tanah gambut Rawa Pening dengan bahan campuran serbuk bata merah yang akan diuji dengan pengujian California Bearing Ratio (CBR). 2.2.3 Bata merah Batu bata merah merupakan batu bata yang terbuat dari lempung atau tanah liat dengan atau tanpa campuran bahan lain melalui suatu proses pengeringan dan pembakaran dengan temperatur tinggi sekitar 300-400 C hingga tidak hancur bila direndam dalam air. Bata merah tergolong baik digunakan terdiri dari pasir (silika) dan tanah liat (almunia) yang dicampur dengan perbandingan tertentu dan ditambahkan sedikit air untuk mendapatkan sifat plastis, di mana sifat plastis ini berfungsi agar tanah mudah untuk dicetak, dikeringkan tanpa mengalami penyusutan, retak maupun melengkung Bahan dasar dari bata merah adalah tanah liat, termasuk hidrosilikat alumina dan dalam keadaan murni mempunyai rumus Al2O3, 2SiO2, 2H2O dengan perbandingan berat dari unsur-unsurnya: 47%, 39% dan 14%. Adapun sifat-sifat dan kandungan tanah liat: 1. Sifat liat (plastis) Tanah liat harus dapat dibentuk dengan mudah, keberadaan zat organik, ukuran butir mineral, sisa-sisa binatang kecil, zat-zat yang telah membusuk serta bakteri yang ada dalam tanah liat tersebut akan sangat mempengaruhi sifat plastisnya. 2. Sifat porous Tanah liat mengandung partikel halus hingga kasar. Perbandingan antara keduanya akan menentukan sifat porous tanah liat. 3. Sifat menggelas Tanah liat juga mengandung mineral-mineral lain yang dapat bertindak sebagai bahan gelas (padat, kuat dan keras) waktu dibakar.

11 4. Sifat pada pembakaran Tanah liat mengandung senyawa besi yang memberikan sifat warna merah setelah dibakar. Serbuk bata merah dalam penelitian ini, didapatkan dari bata merah yang dihaluskan serta disaring dengan menggunakan saringan nomor 200. 2.2.4 Pengujian proctor (Modified Proctor) Pengujian proctor dilakukan dengan cara modified proctor. Pengujian ini untuk mengetahui nilai air tambah yang akan digunakan untuk benda uji dalam pengujian CBR. Uji proctor merupakan upaya pemadatan tanah untuk mengeluarkan pori udara yang terdapat dalam tanah, dengan tujuan mekanisnya: 1. Meningkatkan kekuatan tanah. 2. Mengurangi pengaruh air pada tanah. 3. Memperkecil Compressibility dan daya rembes tanah. Tujuan dari pengujian proctor itu sendiri untuk mengetahui kadar air optimum (woptimum) dan berat isi kering maksimum (γd). Hasil dari perngujian ini berupa grafik hubungan kadar air dan berat isi kering tanah, sehingga diperoleh kadar air optimum dan berat isi kering maksimum. Perhitungan pemadatan dilakukan dengan menetukan suatu nilai berat isi kering (γd maks) dengan kadar air tertentu (woptimum). Nilai ini didapatkan dengan kurva uji pemadatan suatu sampel tanah dengan variasi nilai kadar air (w) dengan rumus:

12 γ = γ = berat tanah dalam mould volume mould γ 1 + w (c/cm³) (N/CM³) (2.1) Gambar 2.1 Hasil uji pemadatan proctor (Desiana Vidayanti) Penambahan air mengakibatkan nilai γd menjadi meningkat hingga mencapai puncak, kemudian turun kembali saat kepadatan maksimum tanah tersebut tercapai pada nilai kadar air sebesar woptimum. Proses tersebut bisa dilihat pada gambar 2.1 Uji pemadatan tanah laboratorium dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Standard proctor test. 2. Modified proctor test. Pemadatan tanah proctor test. memiliki banyak perbedaan. Perbedaan tersebut berpengaruh terhadap besar energi pemadatan yang bisa dilihat pada Tabel 2.2 dan Gambar 2.2.

13 Tabel. 2.2 Pemadatan standard proctor dan modiefied proctor Standard proctor test Diameter mould + 10 cm 3 lapis pemadatan 25 pukulan per lapisan Berat palu pemukul 2.7 kg Jatuh bebas palu 300 mm Modified proctor test Diameter mould + 15 cm 5 lapis pemadatan 56 pukulan per lapisan Berat palu pemukul 4.9 kg Jatuh bebas palu 450 mm Kurva pemadatan bisa di lihat pada Gambar.2.2 yang menunjukkan perbandingan antara water content dengan dry density. Gambar 2.2 Kurva pemadatan (Holtz Dan Kovecs,1981) Penelitian ini menggunakan modified proctor karena akan menghasilkan pemadatan yang optimal. Energi yang dihasilkan saat pemadatan modified proctor lebih besar dari standard proctor yang mengakibatkan pori lebih kecil karena adanya perbedaan energi dari masing-masing proctor test. 2.2.5 Penggujian california bearing ratio (CBR) Metode CBR ini awalnya oleh diciptakan O.J Poter lalu dikaji ulang California State Highway Departement. Kemudian dikembangkan dan dimodifikasi oleh Corps insinyur-isinyur tentara Amerika Serikat (U.S Army Corps of Engineers)

14 Prinsip pengujian ini adalah pengujian penetrasi dengan menusukkan benda ke dalam benda uji, maka didapat nilai kekuatan tanah dasarnya. CBR merupakan suatu perbandingan antara beban percobaan (test load) dengan beban Standar (Standard Load) yang dinyatakan dalam persentase. Dengan rumus nantinya akan membentuk sebuah pola yang menunjukkan persentase perbedaan antara tanah asli dan tanah setelah dilakukan penambahan zat lain. Hasil percobaan tersebut dapat digambarkan dalam suatu grafik untuk mendapatkan tebal perkerasan dari suatu nilai CBR. Percobaan CBR mempunyai dasar teoritis dan grafik tabel perkerasan terhadap nilai CBR. Harga CBR yang dicari yaitu harga CBR laboratorium. Pengujian CBR laboratorium ini menggunakan standar ASTM D-1883-94. Nilai CBR adalah perbandingan dalam persen (%) antara tekanan yang diperlukan untuk menembus tanah dengan piston berpenampang bulat seluas 3 inch 2, dengan kecepatan 0.05 inch/menit. Tujuan dilakukan pengujian CBR ini adalah untuk mengetahui nilai CBR pada variasi kadar air pemadatan. Pengujian CBR merupakan cara untuk memperoleh nilai, kemudian dipakai dalam menentukan tebal perkerasan yang diperlukan (Wesley,1977). Adapun Jenis-Jenis CBR sebagai berikut: 1. CBR lapangan (CBR inplace atau field) CBR lapangan digunakan untuk memperoleh nilai CBR asli di lapangan sesuai dengan kondisi tanah pada saat itu. Umumnya digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan yang lapisan tanah dasarnya tidak akan dipadatkan lagi. Pemeriksaan ini dilakukan dalam kondisi kadar air tanah tinggi (musim penghujan), atau dalam kondisi terburuk yang mungkin terjadi.

15 2. CBR lapangan terendam (field soaked CBR) CBR lapangan terendam dimanfaatkan untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli di lapangan pada keadaan jenuh air dan tanah mengalami pengembangan (swelling) yang maksimum. Hal ini sering digunakan untuk menentukan daya dukung tanah di daerah yang lapisan tanah dasarnya tidak akan dipadatkan lagi, biasanya terletak pada daerah yang sering terendam air saat musim penghujan dan kering ketika musim kemarau. Pemeriksaan harus dilakukan pada musim kemarau. Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil contoh tanah dalam tabung (mould) yang ditekan masuk hingga tanah mencapai kedalaman yang diinginkan. Tabung berisi contoh tanah dikeluarkan dan direndam dalam air selama beberapa hari sambil diukur pengembangannya. Setelah pengembangan tidak terjadi lagi, barulah dilakukan pemeriksaan besarnya CBR. 3. CBR laboratorium Tanah dasar (Subgrade) pada konstruksi dapat berupa tanah asli, tanah timbunan atau tanah galian yang telah dipadatkan sampai mencapai kepadatan 95% kepadatan maksimum. Dengan demikian daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai kemampuan lapisan tanah untuk memikul beban setelah tanah dipadatkan. CBR ini disebut CBR laboratorium, karena disiapkan di laboratorium. CBR laboratorium dibedakan atas 2 macam, yaitu CBR laboratorium terendam (soaked) dan CBR laboratorium tidak terendam (unsoaked): a. CBR laboratorium terendam (soaked) dilakukan perendaman selama 4 hari, perendaman ini bertujuan untuk membuat tanah menjadi jenuh air. b. CBR laboratorium tidak terendam (unsoaked) dilakukan langsung setelah tanah dipadatkan untuk pengujian.

Force (kn) 16 Nilai CBR diperoleh dengan cara: 1. Menyusun tabel dan grafik hasil pengujian. Grafik hasil perbandingan antara beban dan penurunan pada benda uji, bisa dilihat pada Gambar 2.1. 1.00 0.50 0.00 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Penetration (mm) Gambar 2.3 Grafik CBR 2. Melakukan perhitungan hasil uji dengan menggunakan rumus. Menurut Soedarmo G.D Dan Purnomo S.J.E (1997) mekanika tanah 2. Ada dua macam pengukuran CBR dengan rumus yaitu: a. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada 2.5 mm (0.1 inchi) terhadap penetrasi standar besarnya 13.50 kg/cm 2 Nilai CBR = (P1/13.50) X 100 % (P1 dalam kg/cm 2 ) (2.2) b. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada penetrasi 5 mm (0.2 ) terhadap penetrasi standar yang besarnya 20.00 kg/cm 2 Nilai CBR =P2/20.00) X 100 % ( P2 dalam kg/cm 2 ) (2.3) atau dengan Rumus: P (beban) = LDR X LRC X 0.00445 (2.4) dengan: LDR = Load Dial Reading LRC = Load Ring Constanta

17 P1 = Gaya yang diperlukan untuk penetrasi 0.1 P2 = Gaya yang diperlukan untuk penetrasi 0.2 P1 Harga CBR 0.1 = X 100 % (2.5) 13.50 P2 Harga CBR 0.2 = X 100 % (2.6) 20.00 Nilai terbesar dari perbandingan antara dua parameter tersebut yang nantinya akan digunakan untuk pengolahan data. Percobaan di laboratorium mengacu dengan standar: 1. Bina Marga: PB 0113 76 2. ASTM: D 1883 73 3. AASHTO: T - 193 81 4. Guide to highways Maintenance (2000) Adapun nilai CBR untuk Subgrade kekuatan jalan bisa dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Nilai CBR untuk Subgrade kekuatan jalan Nilai CBR Kekuatan Subgrade < 3% Jelek 3% - 5% Normal 5%-15% Bagus Keterangan Pemadatan diperlukan Perlu tidaknya pemadatan tergantung dengan kategori jalan Pemadatan secara normal tidak diperlukan kecuali untuk lalu lintas berat

18 Desain CBR biasanya memiliki derajat kepadatan yang bisa dilihat pada Tabel 2.4, angka tersebut didapatkan dengan rumus: γd lapangan D = 100% (2.7) γd laboratorium dengan: D = derajat kepadatan (harus 95%) γd lapangan = dry density lapangan γd laboratorium = dry density laboratorium Tabel 2.4. Kualitatif derajat kepadatan No Derajat Kepadatan Deskripsi 1. 2. 3. 4. 5. 0 15 16 50 51 70 71 85 86 100 Sangat Lepas Lepas Medium Padat Sangat Padat Tujuan percobaan CBR untuk menentukan nilai daya dukung tanah dalam kepadatan maksimum. CBR laboratorium dapat dibedakan atas 2 macam yaitu: 1. CBR laboratorium terendam (soaked). 2. CBR laboratorium tidak terendam (unsoaked). Pengujian CBR laboratorium terendam pelaksanaannya lebih sulit karena membutuhkan waktu dan biaya relatif lebih besar dibandingkan CBR laboratorium tidak terendam. Pengujian CBR laboratorium tidak terendam biasanya selalu menghasilkan daya dukung tanah lebih besar dibandingkan dengan CBR laboratorium terendam.