Kriteria PROPER Pengendalian Pencemaran Udara 2014

dokumen-dokumen yang mirip
KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN PROPER

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN

PENGUATAN KAPASITAS PROPER 2014 FORM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

Petunjuk Teknis Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui PROPER

PERINGKAT BIRU MERAH HITAM 1. Tidak Melaksanakan ketentuan. dalam : c. UKL UPL

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

Kriteria PROPER Pengendalian Pencemaran Air 2014

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

KRITERIA PROPER BIRU, MERAH, DAN HITAM

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

B. KRITERIA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Peringkat No. Aspek Biru Merah Hitam 1. Ketaatan terhadap izin.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

PENILAIAN MANDIRI ASPEK PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Kualitas Udara

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 19 TAHUN 2008

PENILAIAN MANDIRI. UDARA Disampaikan pada Acara: Sosialisasi Penilaian Mandiri PROPER 2014 Jakarta, Februari 2014

STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Lingkungan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FORMAT PELAPORAN PEMANTAUAN EMISI DAN KONDISI DARURAT PENCEMARAN UDARA KEGIATAN DAN/ATAU USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAN EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK DI JAWA TIMUR

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

SOSIALISASI MEKANISME PENILAIAN MANDIRI PROPER SEKRETARIAT PROPER KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dicantumkan dalam izin Ortodonansi Gangguan.

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Pada Acara Pelatihan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak Tempat Hotel Aston Rasuna Tanggal 18 Juni 2013

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA


PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

SALINAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang :

Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

Keputusan Kepala Bapedal No. 205 Tahun 1996 Tentang : Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 133 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU EMISI BAGI KEGIATAN INDUSTRI PUPUK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

SELF ASSESSMENT PROPER

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA

Perancangan Sistem Penilaian pada Model Kematangan Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan Kajian Metode Proper

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

SALINAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang :

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188 / 336 / KPTS / 013 / 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

LAPORAN HASIL UJI. Alamat : Kampung Salam, Darmaga, Kec. Cisalak Kab. Subang, West Java 04011

Sistem Pelaporan Elektronik LINGKUNGAN HIDUP (SIMPEL)

DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TERHADAP KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN DI KAWASAN SIMONGAN KOTA SEMARANG. Zaenuri

Lampiran 1 Hasil Uji Kualitas Udara Ambien. Laporan Kegiatan Pemantauan Kualitas Udara Ambien Tahun

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 133 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU EMISI BAGI KEGIATAN INDUSTRI PUPUK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 169 TAHUN 2003

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

TATA CARA PENILAIAN KETAATAN DAN PENILAIAN KINERJA LEBIH DARI KETAATAN

KRITERIA PENILAIAN PROPER

G U B E R N U R JAMB I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR

PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN/KOTA

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

PENGUATAN KAPASITAS PROPER 2014 FORM DOKUMEN LINGKUNGAN & FORM PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PETERNAKAN SAPI DAN BABI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. PENILAIAN MANDIRI dan PENGAWASAN LANGSUNG PROPER Periode

KOP SURAT BADAN USAHA

PROGRAM PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN PENILAIAN MANDIRI PROPER

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-15/MENLH/4/1996 TENTANG PROGRAM LANGIT BIRU MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Makalah Baku Mutu Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN.

KEBIJAKAN PENYUSUNAN LAPORAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Deputi IV Bidang Pengelolaan B3, LB3 dan Sampah Asdep PLB3 dan Pemulihan Lahan Terkontaminasi LB3

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

Transkripsi:

PENGUATAN KAPASITAS PROPER 2014 Kriteria PROPER Pengendalian Pencemaran Udara 2014 Sekretariat PROPER KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

Perbedaan Kriteria Udara PROPER 2013 dibandingkan Kriteria Udara PROPER 2014 (1) Aspek Kriteria PROPER 2013 Kriteria PROPER 2014 Ketaatan terhadap sumber emisi. Tidak pernah melakukan pemantauan semua sumber emisi pada periode penilaian Ketaatan Terhadap Jumlah Parameter yang Dipantau BIRU Menghitung beban pencemaran emisi yang dipersyaratkan dalam peraturan BIRU MERAH Tidak menghitung beban pencemaran emisi yang dipersyaratkan dalam peraturan MERAH Tidak pernah memantau seluruh parameter yang dipersyaratkan sesuai dengan baku mutu

Perbedaan Kriteria Udara PROPER 2013 dibandingkan Kriteria Udara PROPER 2014 (2) Aspek Kriteria PROPER 2013 Kriteria PROPER 2014 Ketaatan terhadap jumlah data tiap parameter yang dilaporkan. 1. Tidak pernah melaporkan data seluruh parameter yang dipersyaratkan untuk : a.data Pemantauan CEMs; b.data Pemantauan manual. 2. Melaporkan data pemantauan palsu. BIRU Melaporkan data palsu dan menyebabkan pencemaran lingkungan BIRU Menghitung beban pencemaran emisi MERAH MERAH Tidak menghitung beban pencemaran emisi

Perbedaan Kriteria Udara PROPER 2013 dibandingkan Kriteria Udara PROPER 2014 (3) Aspek Kriteria PROPER 2013 Kriteria PROPER 2014 Ketaatan terhadap baku mutu BIRU Menghitung Beban pencemaran untuk industri yang wajib dalam peraturan MERAH Tidak menghitung Beban pencemaran untuk industri yang wajib dalam peraturan 1. Dalam satu periode penilaian semua data pemantauan manual Melebihi Baku Mutu > 500%; 2. Dalam satu periode penilaian 25% data CEMS > 500% Baku Mutu. BIRU MERAH Melampaui Baku Mutu dan sudah pernah dikenakan sanksi administrasi. Ketaatan terhadap ketentuan teknis 1. Membuang emisi gas buang tidak melalui cerobong 2. Tidak memenuhi seluruh ketentuan yang dipersyaratkan dalam sanksi administrasi. Membuang emisi gas buang tidak melalui cerobong dan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan

1. Ketaatan terhadap Sumber Emisi (Cerobong) 2. Ketaatan Terhadap Jumlah Parameter Yang Dipantau. 3. Ketaatan Terhadap Jumlah Data Per Parameter Yang Dilaporkan. 4. Ketaatan Terhadap Pemenuhan BMEU 5. Ketaatan terhadap ketentuan Teknis

1. Ketaatan Terhadap Sumber Emisi (Cerobong) Catatan 1. Khusus untuk Industri Manufaktur, Prasarana, Jasa dan Agroindustri : sumber emisi yang berasal dari proses non pembakaran, emisi yang dipantau diwakili satu cerobong dari tiap unit produksi dan dilakukan secara bergantian sehingga semua sumber emisi dapat dipantausumber emisi yang berasal dari proses kimia wajib dipantau Cerobong yang hanya mengalirkan udara masuk dan udara keluar tidak wajib dipantau Cerobong yang hanya mengeluarkan uap air tidak wajib dipantau 2. Dryer di industri agro wajib dipantau. 3. Tungku bakar sawit wajib diukur seluruh sumber emisi serta memenuhi Baku Mutu sesuai Kepmen LH No. 13 tahun 1995 Lampiran VB 4. Sumber emisi tidak wajib dipantau: a. Internal Combustion Engine (Genset, Transfer Pump Engine) : kapasitas < 100 HP (76,5 KVA); atau beroperasi < 1000 jam/tahun; atau yang digunakan untuk kepentingan darurat, kegiatan perbaikan, kegiatan pemeliharaan < 200 jam/tahun; b. Exhaust Laboratorium Fire Assay; 5. Khusus Kawasan Industri wajib melakukan pemantauan ambien pada lokasi atau titik pemantauan sesuai dengan dokumen lingkungan Biru Sumber emisi yang sudah mempunyai baku mutu emisi spesifik memantau semua sumber emisi 100%. Merah Hitam Sumber emisi yang sudah mempunyai baku mutu emisi spesifik : tidak semua sumber emisi dipantau atau pemantauan <100%

2. Ketaatan Terhadap Jumlah Parameter yang Dipantau B I R u 1. Memantau 100% seluruh parameter yang dipersyaratkan : a) Untuk sektor yang mempunyai Baku Mutu Spesifik mengacu kepada Baku Mutu Emisi Spesifik. b) Untuk sektor yang belum mempunyai Baku Mutu Spesifik mengacu kepada baku mutu Amdal/ UKLUPL, jika dokumen Amdal/ UKLUPL tidak mencantumkan baku mutu maka menggunakan baku mutu Lampiran V B Kepmen 13/1995, kecuali Genset mengacu kepada PerMenLH 13 Tahun 2009. 2. Bagi emisi yang bersumber dari proses pembakaran dengan kapasitas < 25 MW atau satuan lain yang setara yang menggunakan bahan bakar gas, tidak wajib mengukur parameter sulfur dioksida jika kandungan sulfur dalam bahan bakar kurang dari atau sama dengan 0,5% berat dan tidak mengukur parameter total partikulat. Merah Terdapat parameter yang tidak diukur <100% sesuai persyaratan baku mutu Lampiran VB Kepmen 13/1995 atau Baku Mutu Spesifik Hitam

Lanjut...Ketaatan Terhadap Jumlah Parameter yang Dipantau Khusus untuk industri Agro: 1.Sumber emisi Dryer dan kamar asap pada Industri Karet, untuk yang pembakaran langsung parameter yang diukur SO 2, NO 2, Partikulat, NH 3, sedangkan yang pembakaran tidak langsung parameter yang diukur hanya partikulat dan NH3 dengan Baku Mutu Emisi mengacu pada KepmenLH 13/1995, Lamp. VB. 2.Sumber emisi Dryer pada industri selain industri karet, untuk yang pembakaran langsung parameter yang diukur: SO 2, NO 2, Partikulat sedangkan yang pembakaran tidak langsung parameter yang diukur hanya partikulat dengan Baku Mutu Emisi mengacu pada Kepmen LH 13/1995, Lamp. VB 3.Kamar asap pada Pengolahan Ikan, parameter yang diukur : SO 2, NO 2, Partikulat dengan BME mengacu pada Kepmen LH 13/1995, Lamp. VB.

3. Ketaatan Terhadap Jumlah Data PerParameter Yang Dilaporkan B I R u Melaporkan data secara periodik : 1. Pemantauan CEMS, setiap 3 bulan tersedia data: minimal 75% dari seluruh data pemantauan ratarata harian (100%) (data dianggap valid apabila dalam sehari minimal tersedia 18 jam pengukuran) 2. Pemantauan Manual, setiap 6 bulan minimal 1 data (100%), kecuali proses pembakaran dengan: a.kapasitas desain < 570 KW pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun; b.kapasitas desain 570 KW < n < 3 MW pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; c.kapasitas desain > 3 MW pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan. 3. Pelaporan unit Ketel uap yang beroperasi < 6 bulan pengujian minimal 1 kali dalam 1 tahun. 4. Menghitung beban pencemaran Merah Hitam 1. Pelaporan data Pemantauan CEMs setiap 3 bulan tersedia data < 75%; 2. Pelaporan data pemantauan manual <100% selama periode penilaian. 3. Tidak menghitung Beban pencemaran. Melaporkan data pemantauan palsu.

4. Ketaatan Terhadap Pemenuhan BMEU Biru 1. Memenuhi BMEU 100% untuk pemantauan manual tiap sumber emisi; 2. Bagi pemantauan yang wajib CEMS, yaitu: Data hasil pemantauan memenuhi 95% ketaatan dari data ratarata harian yang dilaporkan dalam kurun waktu 3 bulan waktu operasi. 3. Memenuhi Beban pencemaran emisi dalam peraturan Merah 1. Pemantauan manual : memenuhi baku mutu <100% tiap sumber emisi; 2. Pemantauan CEMS data hasil pemantauan memenuhi <95% ketaatan dari data ratarata harian selama 3 bulan waktu operasi. 3. Tidak memenuhi Beban pencemaran emisi dalam peraturan Hitam Melampaui Baku Mutu dan sudah pernah dikenakan sanksi administrasi.

5. Ketaatan Terhadap ketentuan Teknis B I R u Merah Hitam 1. Menaati semua persyaratan teknis cerobong 2. Memasang dan mengoperasikan CEMs bagi industri : a. Unit Regenerator Katalis (unit Perengkahan katalitik alir); b. Unit Pentawaran Sulfur; c. Proses pembakaran dengan kapasitas > 25 MW dan apabila kandungan sulfur > dari 2% untuk seluruh kapasitas; d. Peleburan Baja; e. Pulp & Kertas; f. Pupuk; g. Semen; h. Carbon Black. 1. Tidak menaati semua persyaratan teknis cerobong; 2. Tidak memasang CEMS. Membuang emisi gas buang tidak melalui cerobong dan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan; 3. Peralatan CEMs beroperasi normal; 4. Semua sumber emisi non fugitive emisi harus dibuang melalui Cerobong; 5. Menggunakan jasa laboratorium eksternal yang ditunjuk oleh Gubernur; 6. Memenuhi sanksi administrasi sampai batas waktu yang ditentukan; 7. Jika CEMs rusak wajib melaksanakan pemantauan kualitas emisi setiap 3 bulan selama maksimal 1 tahun periode penilaian.

Terima Kasih SEKRETARIAT PROPER GEDUNG B LANTAI 4SE KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP JL. D.I. PANJAITAN KAV 24 JAKARTAS 13410 TELP: 62218520886 FAX : 62218520886 PROPER.MENLH.GO.ID