BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kompetensi dasar yang mengharuskan siswa mampu mengidentifikasi alur,

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. serta pengetahuan yang dimilikinya untuk diketahui oleh orang lain. Kurikulum 2013 yang diberlakukan oleh pemerintah juga

HUBUNGAN KETERAMPILAN MENYIMAK TEKS CERPEN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERPEN SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-6 PADANG JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba,

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. berisi usaha-usaha yang dapat membawa serangkai keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa. Sastra terbagi menjadi beberapa jenis misalnya puisi, cerpen, novel,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,

BAB I PENDAHULUAN. sastra telah banyak beredar di lingkungan masyarakat. kejadian yang menyangkut persoalan jiwa/ kehidupan manusia.

H. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMALB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 menempatkan bahasa memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman,

(Sugiyono,2013hlm.76) Keterangan : E = kelas eksperimen yang dipilih secara acak K = kelas kontrol yang dipilih secara acak

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi (SK) : 13. Memahami pembacaan cerpen (KD) : 13.1

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia yang didalamnya terdapat

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

a. Judul Modul Bagian ini berisi nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu. b. Petunjuk Umum

BAB I PENDAHULUAN. segenap aspek organisme atau pribadi (Djamarah, 1996:11). Pembelajaran adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

membuat siswa semakin malas dalam belajar.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui penguasaan keterampilan. jenis tulisan baik tulisan fiksi maupun nonfiksi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Annisa Octavia Koswara, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dengan baik dan benar dalam berbagai kegiatan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. sastra ini dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa ditempuh disekolah adalah jalur pendidikan formal. Pendidikan formal

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menguatkan kedudukan dan

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Melalui

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS DRAMA MENJADI TEKS CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK MULTI KARYA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Oleh karena itu, kemampuan menguasai bahasa Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Oleh Elisda Betharia Marpaung Atika WAsilah, S.Pd., M.Pd. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa. atau kaidah kebahasaan. Selain itu, Mahsun (2014:97) berpendapat:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rahayu Yulistia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia, karena dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan mengungkapkan buah pikiran melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. menulis cerpen. Salah satu aktifitas menulis dalam kurikulum 2013 adalah Hal ini terdapat dalam Kompetensi Inti 4 yaitu mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori, dengan Kompetensi Dasar 4.2 yaitu menyusun teks hasil tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Setiap siswa memiliki kemampuan menulis yang berbeda-beda. Ada siswa yang mampu menulis dengan baik, namun ada siswa yang kurang mampu untuk menulis. Pada dasarnya setiap orang jika hendak menulis, harus terlebih dahulu mengenal objek yang ingin ditulis. Sehubungan dengan itu, peneliti mencoba menceritakan bagaimana kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Kurangnya pemahaman siswa mengenai karya fiksi seperti cerpen memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Cerpen banyak mengangkat tentang nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat. Nilai-nilai itu dikemas menjadi sebuah cerita yang menarik dan

penuh konflik. Konflik tersebut bermanfaat untuk menggugah atau menarik perhatian pembaca untuk membaca cerita tersebut. Pengajaran sastra seperti cerpen, dapat membawa siswa untuk memahami suatu cerita secara keseluruhan. Sebuah cerpen dapat terwujud karena disusun dengan meramukan unsur pembangunnya. Salah satu unsur pembangun cerpen adalah unsur instrinsik (unsur dalam sebuah cerpen). Unsur instrinsik itu terdiri dari tema, tokoh, penokohan, plot (alur), latar (tempat, suasana, waktu), gaya bahasa, dan amanat. Kenyataannya, pembelajaran menulis cerpen di sekolah belum mencapai hasil yang memuaskan. Pernyataan ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Siska Suriyani, dkk dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Latihan Terbimbing Siswsa kelas X.2 SMAN 6 Padang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan nilai kemampuan peserta didik dalam menulis cerpen sebelum diterapkan metode latihan terbimbing adalah 46,11, sesudah diterapkan pada siklus pertama menjadi 5,29, dan pada siklus kedua menjadi 88,61 dengan KKM 75. Rendahnya nilai siswa diakibat oleh tiga permasalahan yang terkait dengan kemampuan menulis cerpen. Pertama, kurangnya pengetahuan siswa tentang menulis cerpen. Kedua, kurang menariknya pembelajaran menulis cerpen. Ketiga, kemampuan menulis siswa masih kurang, khususnya kemampun menulis cerpen. Penelitian sebelumnya yang juga dilakukan oleh Tukiman, dengan judul Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Pendekatan Pembelajaran Terpadu Siswa Kelas XII IPA-3 SMA N 1 Mojolaban. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan nilai kemampuan peserta didik dalam menulis cerpen sebelum menggunakan pendekatan pembelajaran terpadu adalah 57 dan sesudah menggunakan pendekatan pembelajaran terpadu menjadi 71.85 dengan KKM 67. Rendahnya perolehan nilai tersebut disebabkan oleh tiga hal. Pertama, dari segi proses, yakni masih rendahnya keterampilan siswa dalam menggali ide dan menjadikannya sebuah cerpen. Kedua dari segi jumlah, hanya sebagian kecil siswa yang terampil menulis. Ketiga, ditinjau dari segi kualitas karya yang dihasilkan, masih banyak karya yang belum layak disebut sebagai sebuah cerpen, baik dari segi struktur cerita maupun dari segi penggunaan bahasa Sejalan dengan uraian di atas, rendahnya penguasaan keterampilan menulis juga dibuktikan dengan masih sulitnya siswa memahami cerpen. Pada observasi awal yang dilaksanakan di sekolah penelitian, peneliti mengadakan tanya jawab terhadap guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Pematangsiantar yaitu, Ibu Irianna Simaremare, S.Pd. Hasil tanya jawab tersebut menyatakan bahwa siswa masih kesulitan dalam menulis cerpen. Hal ini terbukti ketika siswa diberi tugas menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dan sesuai dengan struktur cerpen nilai siswa masih tergolong rendah, rendahnya perolehan nilai siswa dikarenakan kurangnya kosakata yang dimiliki siswa untuk mengembangkan ide ceritanya, siswa juga belum mampu membuat cerpen sesuai dengan struktur cerpen dan unsur intrinsik cerpen, faktor lainnya adalah siswa merasa bosan menulis sehingga ditemukan karya yang asal-asalan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ketidakmampuan siswa dalam menulis cerpen, disebabkan oleh beberapa faktor: 1. siswa belum

memahami cara menulis cerpen, 2. siswa tidak tertarik dalam pelajara menulis cerpen, 3. siswa masih kurang mampu untuk menulis cerpen, 4. guru belum menggunakan metode pengajaran yang tepat. Selain faktor di atas, pengajaran sastra di sekolah juga masih bersifat konvensional, hanya menjelaskan pada teori-teori, tidak pada praktik. Guru menjelaskan konsep dan siswa mendengarkan sambil mencatat penjelasan guru. Kondisi yang seperti ini mengakibatkan siswa hanya menerima apa yang diberikan guru tanpa mengetahui bagaimana memperoleh hal itu dan situasi kelas menjadi pasif. Sementara dalam kurikulum 2013 yang sedang berlangsung di beberapa sekolah menyarankan bahwa tidak semua materi pembelajaran cocok menggunakan metode seperti ini, seperti materi menulis cerpen. Pemilihan dan penentuan model pembelajaran inilah yang belum dipergunakan guru dengan baik. Siswa akan kaya dengan teori namun akan kurang mampu untuk membuat cerpen tersebut secara nyata. Agar siswa dapat memahami dengan mudah suatu cerpen, maka salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah model pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran sastra oleh guru bahasa Indonesia. Model pembelajaran merupakan sebuah alat ataupun fasilitas untuk mengantarkan bahan pembelajaran untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan model pembelajaran yang digunakan akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Dikatakan demikian karena model pembelajaran dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar sehingga mengkhususkan guru berupaya memilih salah

satu model pembelajaran yang menurutnya mampu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas perlu suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami sebuah karya sastra secara lebih menyenangkan yaitu model pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai inti dari pembelajaran. Dalam Pembelajaran berbasis proyek ini peserta didik ditekankan untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat dan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Model pembelajaran ini memperkenankan peserta didik untuk bekerja secara mandiri maupun secara kelompok dalam menghasilkan sebuah produk yang benar-benar nyata. Maka dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek siswa diharapkan mampu membuat cerpen sesuai dengan objek sekelilingnya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik untuk menjadikan permasalahan tersebut sebagai topik yang akan diteliti. Adapun judul yang dipilih sesuai dengan masalah tersebut yaitu Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Kemampuan Menulis Cerpen oleh Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pematangsiantar Tahun Pembelajaran 2014/2015.

B. Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah penelitian ini,maka masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) kemampuan menulis cerpen siswa masih tergolong rendah, (2) kurangnya ide-ide kreatif guru dalam menemukan model pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran menulis cerpen, (3) metode dan langkah-langkah pembelajaran belum tepat, (4) model pembelajaran kurang tepat dengan materi menulis cerpen. C. Pembatasan Masalah Masalah yang diidentifikasi di atas terlalu luas untuk diteliti serta keterbatasan dan kemampuan peneliti untuk meneliti keseluruhan permasalahan yang ada. Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas, maka perlu adanya pembatasan masalah baik dari segi cakupan maupun dari segi objek dari penelitian itu agar dapat menghasilkan pembahasan yang lebih dalam. Oleh karena itu, masalah yang diteliti terbatas pada ide kreatif guru dalam menemukan model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah menulis cerpen. Peneliti menyarankan menggunakan model berbasis proyek diterapkan dalam kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas VII.

D. Rumusan Masalah Setelah membatasi masalah penelitian, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan peneliti adalah merumuskan masalah yang akan diteliti. Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut: (1) bagaimana kemampuan siswa dalam menulis cerpen sebelum menggunakan model pembelajaran berbasis proyek? (2) bagaimana kemampuan siswa dalam menulis cerpen sesudah menggunakan model pembelajaran berbasis proyek? (3) bagaimana pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan siswa dalam menulis cerpen? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam menulis cerpen sebelum menggunakan model pembelajaran berbasis proyek oleh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pematangsiantar tahun pembelajaran 2014/2015 (2) untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam menulis cerpen sesudah menggunakan model pembelajaran berbasis proyek oleh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pematangsiantar tahun pembelajaran 2014/2015 (3) untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan menulis cerpen oleh siswa SMP Negeri 1 Pematangsiantar tahun pembelajaran 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian Setelah melakukan penelitian, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi manfaat. (1) Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen. (2) Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Setelah menerapkan model pembelajaran berbasis proyek diharapkan dapat semakin menumbuhkan minat siswa terhadap keterampilan menulis, khususnya dalam menulis cerpen berdasarkan struktur dan unsur intrinsiknya. b. Bagi Guru Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberi solusi dan masukan dalam menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif terutama dalam pembelajaran menulis cerpen. c. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan perbandingan atau pertimbangan karena penelitian ini menyajikan beberapa teori yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain.