BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Alpiah, 2014 Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Menulis Berita

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek keterampilan yaitu keterampilan

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI SEBAGAI KREATIVITAS MENGARANG SISWA: STUDI KASUS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

YUNICA ANGGRAENI A

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai peristiwa yang sarat dengan nilai-nilai moral yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. menulis guru cenderung menganggap dirinya sebagai sumber utama pengetahuan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

TITIK ARIYANI HALIMAH A

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah.

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ema Rosalita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. benar. Seseorang dapat dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika pembacanya

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan menulis siswa yang rendah merupakan permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Apabila menguasai keempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dituangkan melalui bahasa baik, lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen merupakan sebuah karya yang didalamnya terkandung berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuniar Afrilian, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung ataupun tidak tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1981:3). Dalam

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Dalam kegiatan menulis ini, maka sang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Menulis sesungguhnya berkaitan dengan mengungkapkan gagasan. Aktivitas tersebut tidaklah berbeda dengan berbicara. Hanya bentuk dan cara mengungkapkannya relatif berbeda meskipun memiliki substansi pesan yang sama. Menulis adalah suatu bentuk mengekspresikan diri. Seperti halnya berbicara, menulis sesungguhnya mengungkapkan maksud tujuan tertentu dan berdasarkan struktur bahasa tertentu (Suwarna, 2 Mei 2002). Berdasarkan penjelasan tersebut, menulis pada dasarnya adalah suatu 1

2 kegiatan mengolah dan mempertimbangkan kaidah-kaidah kebahasaan serta bagaimana menyiasati tematik yang diungkapkan melalui bahasa tulis. Banyak topik yang bisa diungkapkan melalui tulisan. Begitupun banyak bentuk yang bisa dituangkan dalam tulisan. Artinya bentuk-bentuk tulisan seperti: cerpen, puisi, essai, opini, dan lain-lain dapat dipilih sebagai salah satu bentuk pengucapan. Dalam kehidupan modern ini, keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Morsey (1976 : 122) menjelaskan bahwa menulis dipergunakan oleh orang terpelajar untuk mencatat, meyakinkan, melaporkan/memberitahukan, dan mempengaruhi. Maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan itu tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat. Meskipun telah disadari bahwa keterampilan menulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern, namun pada kenyataannya, pengajaran menulis di sekolah-sekolah masih jauh dari harapan. Pelajaran membaca dan menulis yang dulu merupakan pelajaran dan latihan pokok kini kurang mendapatkan perhatian, baik dari para siswa maupun para guru. Pelajaran mengarang sebagai salah satu aspek dalam pengajaran

3 bahasa Indonesia kurang ditangani secara sungguh-sungguh. Akibatnya, kemampuan berbahasa Indonesia para siswa kurang memadai (Pelly, 2000 : 16). Rendahnya mutu kemampuan menulis siswa disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajaran menulis atau mengarang masih dianaktirikan (Badudu, 1985 : 35). Kenyataan tersebut dipertegas pula oleh Taufik Ismail dalam berbagai forum, bahwa bangsa kita menderita sakit rabun membaca dan lumpuh menulis. Sindiran kritis tersebut tentunya dialamatkan pada kegagalan pembinaan bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Pengajaran bahasa dan sastra Indonesia yang selama ini dilaksanakan melalui sistem persekolahan belum mampu memenuhi harapan sebagian besar masyarakat. Dalam hubungannya dengan masalah tersebut, sejumlah hal yang sering kita identifikasi dalam pembelajaran menulis atau mengarang yaitu penyampaian materi teoritis yang diberikan secara berlebihan. Akibatnya, kemampuan berbahasa (menulis) siswa kurang produktif. Hal ini diperparah oleh adanya anggapan yang mengedepankan bahwa metode ceramah di depan kelas merupakan metode terbaik. Pembelajaran keterampilan menulis dewasa ini masih dilakukan secara tradisional dengan menekankan pada hasil tulisan siswa, bukan pada proses yang seharusnya dilakukan. Pendekatan tradisional dalam pembelajaran menulis hanya ditekankan pada hasil berupa tulisan yang telah jadi, tidak yang dikerjakan siswa ketika menulis. Para siswa langsung berpraktik menulis tanpa belajar bagaimana caranya menulis. Guru biasanya

4 menyediakan beberapa macam judul/topik karangan dan meminta siswa untuk memilih salah satunya. Para siswa kemudian diminta untuk secara langsung menulis. Setelah selesai, hasil kerja siswa dikumpulkan, dikoreksi, dan dinilai oleh guru. Kegiatan-kegiatan ini terus-menerus terjadi yang mengakibatkan para siswa merasa jenuh dan kurang menyenangi pembelajaran menulis. Mereka akhirnya berpendapat bahwa kegiatan pembelajaran menulis merupakan suatu beban yang memberatkan. Akhirnya keterampilan menulis para siswa sangat rendah. Pada hakikatnya tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah adalah untuk mengembangkan keterampilan berbahasa siswa, baik secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan kemampuan apresiasi dan ekspresi sastra. Hal senada pun diungkapkan oleh Sayuti (2003 : 1) bahwa pengajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam segala fungsi, yaitu sebagai sarana komunikasi, sarana berfikir/bernalar, sarana persatuan, dan sarana kebudayaan. Pelaksanaan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia dinyatakan bermakna apabila tujuan tersebut tercapai, yakni berkembangnya keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, serta tumbuhnya apresiasi dan ekspresi sastra dengan baik di kalangan siswa. Tentunya apa yang dijelaskan di atas mengenai tujuan pembelajaran sastra memiliki persamaan dengan apa yang dikatakan oleh

5 Rusyana (1992 : 2) bahwa tujuan pengajaran sastra di sekolah yaitu untuk memperoleh pengalaman apresiasi sastra dan pengalaman ekspresi sastra. Sehubungan dengan tujuan yang ingin dicapai, berikut kenyataan yang dihadapi pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, orientasi metodelogis yang selama ini dipakai ternyata kurang bermakna, harus disesuaikan. Pendekatan pengajaran yang dipergunakan hendaknya pendekatan yang mampu menciptakan situasi yang berpotensi mengeliminasi kerisauan para siswa. Selain permasalahan kebiasaan menulis dan penerapan pendekatan yang kurang efektif, permasalahan yang perlu mendapat perhatian dalam pembelajaran sastra adalah mengenai penilaian kemampuan hasil belajar siswa. Selain penilaian kemampuan mengapresiasi, penilaian berekspresi sastra (menulis atau mengarang) harus mendapat perhatian. Penilaian hasil belajar mengajar bahasa dan sastra Indonesia di semua jenjang pendidikan, bentuk soal yang disodorkan hampir sebagian besar adalah tes objektif. Ini berarti penekanan hasil belajar mengajar lebih kepada aspek pengetahuan dibandingkan dengan aspek keterampilan (salah satu aspek keterampilan, yaitu kemampuan ekspresi sastra). Bentuk tes objektif tidak menyentuh aspek ekspresi sama sekali, sedangkan selain kemampuan apresiasi, kemampuan ekspresi sastra merupakan sasaran utama pengajaran sastra di sekolah.

6 Bertolak dari masalah kegiatan belajar mengajar bahasa dan sastra Indonesia, khususnya kemampuan ekspresi sastra (menulis cerpen), penulis akan meneliti sebuah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen, dan menerapkannya ke dalam bentuk karya ilmiah (tesis) dengan judul Keefektifan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Menulis Cerpen di SMU (Penelitan Eksperimen di Kelas III SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2005-2006). 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, bahwa salah satu faktor ketidakberhasilan pengajaran sastra di sekolah adalah kurang bermaknanya pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran sastra, khususnya pembelajaran menulis cerpen. Penulis sebagai calon pengajar bahasa dan sastra Indonesia, berhasrat mencoba mengadakan penelitian dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis cerpen. Sesuai dengan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, penulis merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut. 1) Apakah pembelajaran menulis cerpen di SMA Negeri 19 Bandung dengan menggunakan pendekatan kontekstual cukup efektif?

7 2) Apakah pendekatan kontekstual yang diterapkan di SMA Negeri 19 Bandung dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan akan menentukan langkah kegiatan yang harus ditempuh dalam suatu kegiatan. Untuk itulah segala kegiatan akan terarah jika terlebih dahulu ditentukan tujuannya. Bertitik tolak dari pernyataan di atas, penulis menetapkan tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk mendeskripsikan; 1) keefektifan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas III SMA Negeri 19 Bandung; 2) peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas III SMA Negeri 19 Bandung melalui pendekatan kontekstual. 1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, pengajar, siswa, dan sekolah. Manfaat tersebut antara lain bagi: 1) Peneliti a. Beroleh pengetahuan dan penguasaan teori menulis, khususnya menulis cerpen.

8 b. Dapat mencobakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen. c. Beroleh pengalaman dan gambaran nyata berhasil atau tidak penerapan pendekatan tersebut. 2) Pengajar a. Mengenal pendekatan kontekstual lebih jauh, sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sehari-hari. b. Dijadikan bahan referensi mengajar di kelas. 3) Siswa a. Beroleh pengalaman apresiasi, ekspresi, dan praktek menulis yang baik dalam menulis cerpen. b. Dapat dijadikan tolah ukur kemampuan mereka dalam menulis cerpen. c. Membantu siswa meningkatkan keterampilan menulis cerpen. d. Dapat belajar ke arah yang lebih kreatif dalam suasana yang kondusif. 4) Sekolah a. Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan yang bermanfaat khususnya bagi sekolah, terutama dalam rangka perbaikan pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan.

9 1.4 Anggapan Dasar Dalam penelitian ini, anggapan dasar terbagi menjadi dua yaitu anggapan dasar mengenai cerpen dan anggapan dasar mengenai pendekatan kontekstual. Anggapan dasar tentang cerpen yang dijadikan titik tolak penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Cerpen adalah cerita atau narasi fiksi yang relatif pendek hanya mengandung satu peristiwa untuk satu aspek bagi pembacanya. 2. Cerpen ditulis dalam suasana yang intens yang menuntut pengungkapan jiwa dan kepekaan perasaan terhadap realitas sosial yang ada di masyarakat. 3. Dengan menggunakan bahasa sastra, cerpen dapat mengungkapkan realitas nyata dalam realitas fiksi yang tidak dapat diungkapkan dengan wujud tulisan jurnalisme atau pun tulisan non fiksi lainnya. 4. Kemampuan mengapresiasi dan berekspresi sastra merupakan sasaran utama pengajaran sastra di sekolah menengah. Sedangkan seperangkat anggapan dasar tentang pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan pengajaran yang dipergunakan hendaknya pendekatan yang mampu menciptakan situasi yang berpotensi mengeliminasi kerisauan para siswa.

10 2. Anak belajar lebih baik melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan yang alamiah. 3. Strategi belajar lebih diutamakan dalam pendekatan kontekstual. 4. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta atau konsep yang siap diterima, tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh siswa. 5. Tugas guru mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dan baru, dan memfasilitasi belajar. 1.5 Hipotesis Penelitian Berangkat dari rumusan masalah yang telah penulis rumuskan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. Pendekatan kontekstual efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas III IPA 3 di SMA Negeri 19 Bandung. 1.6 Definisi Opersional Penulis membuat atau merumuskan batasan kata-kata yang dianggap perlu dijabarkan, agar paparan penelitian yang penulis sajikan tidak terlalu banyak penafsiran. 1. Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu efektif dan efisiensinya suatu tindakan atau usaha sehingga memberikan pengaruh atau akibat dari tindakan atau usaha tersebut.

11 2. Pendektan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari, dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif, yaitu: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. 3. Cerpen adalah cerita atau narasi fiksi yang relatif pendek hanya mengandung satu peristiwa untuk satu aspek bagi pembacanya.