LAPORAN PELAKSANAAN RIVIU RANCANGAN PERATURAN WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN TENTANG LIKUIDASI ENTITAS AKUNTANSI

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

GUBERNUR RIAU GUBER RIAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 74 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALUKU TENGGARA

B E R I T A D A E R A H N US A TENGGARA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL

PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

I. PENDAHULUAN.

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 057 TAHUN 2014

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 264/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA SUBSIDI

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 260/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAINNYA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 263/PMK.05/2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA BUPATI BARITO UTARA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 263/PMK.05/2014 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 87 TAHUN No. 87, 2016 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhi

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

B U P A T I K U N I N G A N

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

2017, No nilai kekayaan awal Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Laporan Keuangan. Konsolidasian. Prosedur.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR PEMERINTAH KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 120/PMK.05/2009 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

WALIKOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 8 TAHUN 2013

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1620, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Akuntansi. Investasi Pemerintah. Sistem. Perubahan.

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM NEGARA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.677, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Akuntansi. Pelaporan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 271/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN HIBAH

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 36 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS

Transkripsi:

KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KANTOR WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN PELAKSANAAN RIVIU RANCANGAN PERATURAN WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN TENTANG LIKUIDASI ENTITAS AKUNTANSI TAHUN 2017

Daftar Isi Daftar Isi i Daftar Isi 1 Latar Belakang 2 Tujuan Riviu Pendahuluan 2 3 Dasar Riviu Pelaksanaan Kegiatan 3 Peserta Pelaksanaan Kegiatan Riviu Perkada Penandatanganan Berita Acara Hasil Riviu Kesimpulan dan Tindak Lanjut 4 6 10 11 Sambutan Pelaksanaan Riviu Penandatanganan Berita Acaraa Hasil Riviu Kesimpulan dan Tindak Lanjut Lampiran 12 Lampiran i << Daftar Isi

PENDAHULUAN Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah diikuti dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Dua buah peraturan ini membawa konsekuensi bagi penataan kembali Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Penataan OPD dapat mengakibatkan adanya penggabungan, pemecahan, maupun pembubaran bagi OPD. Hal inilah yang kemudian membutuhkan persiapan proses likuidasi agar sisi governance dapat terselenggara dengan baik. Salah satu persiapan yang dibutuhkan yaitu adanya perangkat regulasi untuk dapat dijadikan pedoman bagi proses likuidasi. Regulasi merupakan bagian hulu yang menjadi rujukan bagi semua tindakan maupun permasalahan yang kemungkinan timbul. Regulasi mengenai proses likuidasi perlu diwujudkan sampai ke tingkat peraturan kepala daerah, mengingat bahwa regulasi terkait hal tersebut belum diatur secara khusus di dalam peraturan yang lebih tinggi. Dalam hal ini, Pemerintah Kota Tidore Kepulauan kemudian Riviu Rancangan Perkada Tentang Pelaksanaan Likuidasi >> 1

telah merancang Peraturan Kepala Daerah tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi pada Pemerintah Kota Tidore Kepulauan. Dalam proses penyusunan regulasi, keterlibatan pihak eksternal yang relevan dapat menjadi sebuah mekanisme cross-check untuk meningkatkan kualitas regulasi yang dihasilkan. Surat Kepala BPKAD Pemerintah Kota Tidore Kepulauan Nomor: 900/38/01-8/2017, tanggal 24 Januari 2017 hal Permintaan Riviu Rancangan Perwali, menjadi dasar bagi penunjukan Kanwil Ditjen Perbendaharaan sebagai pihak eksternal untuk melakukan riviu atas Rancangan Peraturan Walikota Tidore Kepulauan tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi. Tujuan Riviu Riviu ditujukan untuk memberikan telaah dan rekomendasi atas Rancangan Peraturan Walikota Tidore Kepulauan tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi berdasarkan standar/acuan/ ketentuan yang berlaku. Dasar Riviu Riviu dilakukan berdasarkan standar/acuan/ketentuan yang berlaku bagi pelaksanaan proses likuidasi, yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan; 4. Peraturan Menteri LHK Nomor P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Urusan Pemerintahan Bidang Kehutanan; 5. Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: K.26-30 IV.7 I-L/99 tanggal 15 Juli 2016 Hal Penjelasan atas Beberapa Permasalahan dalam Pengalihan PNS sebagai Dampak Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. 2 << Riviu Rancangan Perkada Tentang Pelaksanaan Likuidasi

Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan riviu dilakukan pada tanggal 26-27 Januari 2017 dengan mengambil tempat di aula kantor BPKAD Pemerintah Kota Tidore Kepulauan. Peserta Kegiatan riviu Rancangan Peraturan Walikota Tidore Kepulauan tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi diikuti oleh beberapa pihak yaitu: Tim Riviu Kanwil Ditjen Perbendaharaan, Pimpinan dan Unsur Pegawai BPKAD Pemerintah Kota Tidore Kepulauan, serta Bagian Hukum Pemerintah Kota Tidore Kepulauan. Riviu Rancangan Perkada Tentang Pelaksanaan Likuidasi >> 3

PELAKSANAAN KEGIATAN RIVIU PERKADA Sambutan Ahmad Parape Kepala Bidang PAPK Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Maluku Utara Dalam sambutannya, Kepala Bidang PAPK Ahmad Parape mengungkapkan bahwa terbitnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah membawa dampak bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penyelenggaraan mempercepat pemerintahan terwujudnya diarahkan kesejahteraan untuk masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah. Undang-undang ini juga mengarahkan peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan lebih 4 << Riviu Rancangan Perkada Tentang Pelaksanaan Likuidasi

memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah, antardaerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tersebut juga diikuti dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah yang mengatur mengenai pembentukan perangkat, jenis, kriteria, kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi, pemetaan urusan maupun nomenklatur Organisasi Perangkat Daerah. Terbitnya peraturan perundang-undangan sebagaimana di atas tentunya berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Terjadinya penggabungan, pemecahan, maupun pembubaran Organisasi Perangkat Daerah sebagai akibat dari penataaan OPD perlu diikuti dengan langkah-langkah pengelolaan selama masa-masa transisi tersebut. Sebagai contoh, likuidasi atas suatu SKPD perlu diikuti dengan pengalihan aset, pengalihan kewajiban, pengalihan pegawai, pengalihan anggaran, dan hal terkait lainnya. Jika hal ini tidak dikelola dengan baik maka terdapat beberapa potensi resiko yang mengikuti. Beberapa potensi resiko di bidang pengalihan anggaran yaitu kurangnya ketersediaan anggaran pada OPD baru, perhitungan anggaran yang rawan tidak akurat, serta keterlambatan penetapan APBD. Sementara itu, potensi resiko di bidang pengalihan aset diantaranya adalah pelaporan aset yang tidak akurat, aset yang kemudian turut berpindah dengan pegawai yang memanfaatkan mapun permasalahan aset lainnya. Dalam rangka mengurangi potensi resiko yang ada, maka beberapa hal yang menyangkut proses likuidasi harus disiapkan, diantaranya adalah penyiapan peraturan yang memadai yang disertai dengan proses pelaksanaan likuidasi secara prudent dan profesional. Rancangan Peraturan Walikota Tidore Kepulauan tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi pada Pemerintah Kota Tidore Kepulauan merupakan langkah maju dari Pemerintah Kota Tidore dalam mengantisipasi perubahan Organisasi Perangkat Daerah. Dalam hal ini Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Maluku Utara memberikan apresiasi yang setinggitingginya. Rasa terima kasih juga diucapkan atas kepercayaan Pemerintah Kota Tidore Kepulauan untuk memberikan kesempatan kepada Kanwil Ditjen Perbendaharaan dalam melaksanakan riviu atas rancangan peraturan tersebut. Riviu atas rancangan peraturan diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas regulasi sebelum regulasi tersebut ditetapkan. Riviu Rancangan Perkada Tentang Pelaksanaan Likuidasi >> 5

Pelaksanaan Riviu Riviu Rancangan Peraturan Walikota Tidore Kepulauan Tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi dilakukan dengan metode pembahasan pasal per pasal yang menjadi highlight dan membutuhkan diskusi lebih lanjut antara perancang perkada dengan tim riviu. Berdasarkan hasil diskusi serta mengacu pada standar/ketentuan yang ada maka kemudian disepakati apakah pasal tersebut perlu diubah/diganti/dihapus/ditambah. Berikut merupakan hasil riviu rancangan perkada: No 1 Bab/Pasal/Ayat Menimbang Semula Bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan lampiran 1.11 PSAP 10 tentang Koreksi Kesalahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, maka perlu ditetapkan Peraturan Walikota tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi Pada Pemerintah Kota Tidore Kepulauan. Seharusnya Perlu ditambah kalimat: perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan operasi yang tidak dilanjutkan 2 Mengingat a. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Perlu ditambah peraturan lain seperti: (1) UU No 23/2014 tentang pemerintahan daerah, (2) Per Men LHK Nomor P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Urusan Pemerintahan Bidang Kehutanan 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya, dengan mengeliminasi akun-akun timbal balik agar dapat disajikan sebagai satu entitas pelaporan konsolidasian. Untuk pemerintah daerah lebih tepat entitas akuntansi bukan entitas pelaporan 4 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan pemerintah, yaitu aset, utang, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Neraca Penutup adalah laporan Istilah ekuitas dana lebih mendekati istilah penyebutan ekuitas ketika penerapan akuntansi berbasis CTA. Untuk penyebutan ekuitas pada penerapan akuntansi berbasis akrual lebih tepat jika tidak memakai kata: 6 << Riviu Rancangan Perkada Tentang Pelaksanaan Likuidasi

yang menyajikan informasi posisi keuangan SKPD, yaitu aset, utang, dan ekuitas dana pada Tanggal Likuidasi Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan dana 5 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Laporan Barang Pengguna yang selanjutnya disingkat LBP adalah laporan yang disusun oleh PB yang menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir periode tertentu setiap semesteran dan tahunan serta mutasi yang terjadi selama periode tersebut. Kata: BMN perlu diganti dengan kata BMD 6 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Laporan Keuangan Likuidasi adalah laporan keuangan pokok suatu entitas yang dilikuidasi setelah diselesaikan proses likuidasinya, yang disusun oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan Entitas Akuntansi yang dilikuidasi sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku. Penyusun LK yang dilikuidasi adalah tim likuidasi 7 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Barang Milik Negara yang selanjutnya disingkat BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Barang Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BMD adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 8 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Hanya terdapat definisi berupa: entitas akuntansi yang ditunjuk Perlu ditinjau kembali apakah perlu ditambah definisi entitas pelaporan lain yang ditunjuk 9 Pasal 3 Tidak lagi beroperasi yang diakibatkan oleh sebab-sebab lain, yang antara lain meliputi perubahan menjadi Badan Layanan Umum atau Badan Usaha Milik Daerah dan sebaliknya. Dimasukkan poin c: tidak lagi beroperasi disebabkan misi, fungsi, program, kegiatan berakhir 10 Pasal 7 Tugas-tugas Pejabat Jawab Likuidasi; Diganti dengan istilah tim likuidasi Penanggung Dalam hal Likuidasi Entitas Akuntansi, Surat Penetapan Pejabat Penanggung Jawab Likuidasi Riviu Rancangan Perkada Tentang Pelaksanaan Likuidasi >> 7

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada: Ketua tim Likuidasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (2) adalah Penanggung Jawab Proses Likuidasi atau Pejabat Penanggung Jawab Likuidasi. 11 Pasal 8 Dalam hal entitas akuntansi yang dilikuidasi pada akhir tahun anggaran batas waktu penyelesaian transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b paling lambat satu bulan tahun anggaran berikutnya. Di hapus 12 Pasal 11 Penyampaian Laporan Keuangan Penutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,b dan c disampaikan paling lambat 1 bulan setelah tanggal likuidasi. Penyampaian Laporan Keuangan Penutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,b dan c disampaikan paling lambat 1 bulan setelah tanggal penutupan 13 Bagian Keenam Penyelesaian Hak dan Kewajiban Setelah Laporan Keuangan Penutup Pasal 13 Pasal 14 Penyelesaian hak dan kewajiban setelah Laporan Keuangan Penutup meliputi penyelesaian aset dan kewajiban yang terdiri atas: a. Kas dibendahara Pengeluaran, Setara Kas dan Kas Lainnya yang sampai terbit laporan keuangan penutup belum diselesaikan; b. Piutang dan Utang; dan c. Persediaan, Aset Tetap, AL. Penyelesaian sisa pagu DPA/Anggaran dimasukkan jikalau suatu saat terjadi likuidasi di tengah tahun anggaran 14 Pasal 18 Dalam hal Likuidasi Entitas Pelaporan, Laporan Keuangan Likuidasi merupakan gabungan dari Laporan Keuangan Likuidasi seluruh Entitas Akuntansi yang berada di bawahnya. Dihapus 15 Pasal 20 Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. Lampiran peraturan walikota perlu disusun 8 << Riviu Rancangan Perkada Tentang Pelaksanaan Likuidasi Kata: Kas di Bendahara Pengeluaran dihapus

16 Pasal 22 Bentuk dan isi Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of Responsibility) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. Lampiran peraturan walikota perlu disusun Riviu Rancangan Perkada Tentang Pelaksanaan Likuidasi >> 9

PENANDATANGANAN BERITA ACARA HASIL RIVIU Dalam rangka penuangan hasil riviu maupun untuk keperluan dokumentasi kegiatan maka dilakukan penandatanganan Berita Acara Hasil Riviu Rancangan Peraturan Walikota Tidore Kepulauan tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi. Penandatanganan berita acara dilakukan oleh dua pihak. Pihak pertama yaitu Pemerintah Kota Tidore Kepulauan yang merupakan penyusun rancangan peraturan walikota. Pihak kedua yaitu Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Maluku Utara yang melakukan riviu rancangan peraturan dalam upaya meningkatkan kualitas peraturan yang dihasilkan. Lampiran berita acara memuat poin hasil riviu mengenai hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dalam rancangan peraturan walikota dimaksud. 10 << Riviu Rancangan Perkada Tentang Pelaksanaan Likuidasi

KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT Kegiatan riviu peraturan kepala daerah mengenai likuidasi merupakan bagian dari kerjasama antara Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Maluku Utara dengan Pemerintah Daerah di Wilayah Maluku Utara. Sebagaimana komitmen awal, Kanwil senantiasa akan mendukung pemerintah daerah terutama dalam peningkatan kualitas pengelolaan keuangan. Terbitnya Peraturan Walikota Tidore Kepulauan diharapkan menjadi langkah awal yang dapat membentengi pelaksanaan proses likuidasi sehingga likuidasi dapat berjalan secara akuntabel dan tertib. Kerjasama ini ke depan dapat dimungkinkan untuk ditindaklanjuti sampai kepada pendampingan pengalihan aset, kewajiban, dan terkait lainnya dalam rangka likuidasi. Kesemuanya diarahkan sebagai perwujudan kerjasama pengelolaan fiskal pusat dan daerah. Riviu Rancangan Perkada Tentang Pelaksanaan Likuidasi >> 11

LAMPIRAN Dokumen Pelaksanaan Riviu 12 << Riviu Rancangan Perkada Tentang Pelaksanaan Likuidasi

Lampiran: Hasil Riviu Rancangan Peraturan Walikota Tidore Kepulauan Tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi pada Pemerintah Kota Tidore Kepulauan No Bab/Pasal/Ayat Semula Seharusnya 1 Menimbang Bahwa dalam rangka melaksanakan Perlu ditambah kalimat: perubahan ketentuan lampiran 1.11 PSAP 10 kebijakan akuntansi, perubahan tentang Koreksi Kesalahan pada estimasi akuntansi, dan operasi yang Peraturan Pemerintah Nomor 71 tidak dilanjutkan Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, maka perlu ditetapkan Peraturan Walikota tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi Pada Pemerintah Kota Tidore Kepulauan. 2 Mengingat a. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Perlu ditambah peraturan lain seperti: (1) UU No 23/2014 tentang pemerintahan daerah, (2) Per Men LHK Nomor P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Urusan Pemerintahan Bidang Kehutanan 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 4 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 5 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya, dengan mengeliminasi akun-akun timbal balik agar dapat disajikan sebagai satu entitas pelaporan konsolidasian. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan pemerintah, yaitu aset, utang, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Neraca Penutup adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan SKPD, yaitu aset, utang, dan ekuitas dana pada Tanggal Likuidasi Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan Laporan Barang Pengguna yang selanjutnya disingkat LBP adalah laporan yang disusun oleh PB yang menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir periode tertentu setiap semesteran dan tahunan serta mutasi yang terjadi selama periode tersebut. Untuk pemerintah daerah lebih tepat entitas akuntansi bukan entitas pelaporan Istilah ekuitas dana lebih mendekati istilah penyebutan ekuitas ketika penerapan akuntansi berbasis CTA. Untuk penyebutan ekuitas pada penerapan akuntansi berbasis akrual lebih tepat jika tidak memakai kata: dana Kata: BMN perlu diganti dengan kata BMD 1

No Bab/Pasal/Ayat Semula Seharusnya 6 BAB I Laporan Keuangan Likuidasi adalah Penyusun LK yang dilikuidasi adalah KETENTUAN laporan keuangan pokok suatu tim likuidasi UMUM entitas yang dilikuidasi setelah Pasal 1 diselesaikan proses likuidasinya, yang disusun oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan Entitas Akuntansi yang dilikuidasi sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku. 7 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 8 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Barang Milik Negara yang selanjutnya disingkat BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Hanya terdapat definisi berupa: entitas akuntansi yang ditunjuk Barang Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BMD adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perlu ditinjau kembali apakah perlu ditambah definisi entitas pelaporan lain yang ditunjuk 9 Pasal 3 Tidak lagi beroperasi yang diakibatkan oleh sebab-sebab lain, yang antara lain meliputi perubahan menjadi Badan Layanan Umum atau Badan Usaha Milik Daerah dan sebaliknya. 10 Pasal 7 Tugas-tugas Pejabat Penanggung Jawab Likuidasi; Dimasukkan poin c: tidak lagi beroperasi disebabkan misi, fungsi, program, kegiatan berakhir Diganti dengan istilah tim likuidasi Dalam hal Likuidasi Entitas Akuntansi, Surat Penetapan Pejabat Penanggung Jawab Likuidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada: Ketua tim Likuidasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (2) adalah Penanggung Jawab Proses Likuidasi atau Pejabat Penanggung Jawab Likuidasi. 11 Pasal 8 Dalam hal entitas akuntansi yang dilikuidasi pada akhir tahun anggaran batas waktu penyelesaian transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b paling lambat satu bulan tahun anggaran berikutnya. 12 Pasal 11 Penyampaian Laporan Keuangan Penutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,b dan c disampaikan paling lambat 1 bulan setelah tanggal likuidasi. Di hapus Penyampaian Laporan Keuangan Penutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,b dan c disampaikan paling lambat 1 bulan setelah tanggal penutupan 2

No Bab/Pasal/Ayat Semula Seharusnya 13 Bagian Keenam Penyelesaian Hak Penyelesaian hak dan kewajiban setelah Laporan Keuangan Penutup dan Kewajiban meliputi penyelesaian aset dan Setelah Laporan Keuangan Penutup Pasal 13 Pasal 14 kewajiban yang terdiri atas: a. Kas dibendahara Pengeluaran, Setara Kas dan Kas Lainnya yang sampai terbit laporan keuangan penutup belum diselesaikan; b. Piutang dan Utang; dan c. Persediaan, Aset Tetap, AL. Penyelesaian sisa pagu DPA/Anggaran dimasukkan jikalau suatu saat terjadi likuidasi di tengah tahun anggaran Kata: Kas di Bendahara Pengeluaran dihapus 14 Pasal 18 Dalam hal Likuidasi Entitas Pelaporan, Laporan Keuangan Likuidasi merupakan gabungan dari Laporan Keuangan Likuidasi seluruh Entitas Akuntansi yang berada di bawahnya. 15 Pasal 20 Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. 16 Pasal 22 Bentuk dan isi Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of Responsibility) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. Dihapus Lampiran peraturan walikota perlu disusun Lampiran peraturan walikota perlu disusun 3

WALI KOTA TIDORE KEPULAUAN PROVINSI MALUKU UTARA PERATURAN WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN NOMOR TAHUN 2016 T E N T A N G PELAKSANAAN LIKUIDASI ENTITAS AKUNTANSI PADA PEMERINTAH KOTA TIDORE KEPULAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan lampiran 1.11 PSAP 10 tentang Koreksi Kesalahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, maka perlu ditetapkan Peraturan Walikota tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi Pada Pemerintah Kota Tidore Kepulauan. Mengingat : a. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PELAKSANAAN LIKUIDASI ENTITAS AKUNTANSI PADA PEMERINTAH KOTA TIDORE KEPULAUAN Comment [M1]: Perlu ditambah kalimat: perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan operasi yang tidak dilanjutkan Comment [M2]: Perlu ditambah peraturan lain seperti (1) UU No 23/2014 tentang pemerintahan daerah, (2) Per Men LHK Nomor P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Urusan Pemerintahan Bidang Kehutanan, (3) Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: K.26-30 IV.7 I-L/99 tanggal 15 Juli 2016 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Likuidasi adalah tindakan penyelesaian seluruh aset dan kewajiban sebagai akibat pengakhiran/pembubaran entitas akuntansi dan/atau entitas pelaporan pada Pemerintah Kota Tidore Kepulauan 2. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.

3. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih Entitas Akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. 4. Identitas Entitas Akuntansi adalah atribut yang menjadi tanda suatu entitas akuntansi dan dapat menjadi pembeda antara entitas akuntansi yang satu dengan yang lainnya berupa serangkaian kode bagian anggaran, kode eselo dan kode satuan kerja. 5. Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya, dengan mengeliminasi akunakun timbal balik agar dapat disajikan sebagai satu entitas pelaporan konsolidasian. 6. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya. 7. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran dalam melaksanakan tugas dan fungsi SKPD 8. Pengguna Barang yang selanjutnya disingkat PB adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik daerah. 9. Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikansaat kas atau setara kas diterima atau dibayar. 10. Tanggal Likuidasi adalah tanggal pengakhiran dan pembubaran Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan. 11. Laporan Keuangan Penutup adalah laporan keuangan pokok suatu entitas pada Tanggal Likuidasi Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntasi Pemerintahan yang berlaku. 12. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan pemerintah, yaitu aset, utang, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. 13. Neraca Penutup adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan SKPD, yaitu aset, utang, dan ekuitas dana pada Tanggal Likuidasi Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan 14. Laporan Realisasi Anggaran yang selanjutnya disingkat LRA adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yangmasing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. 15. Laporan Operasional yang selanjutnya disingkat LO adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintah dalam satu periode pelaporan. 16. Laporan Perubahan Ekuitas yang selanjutnya disingkat LPE adalah laporan yang menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 17. Catatan atas Laporan Keuangan yang selanjutnya disingkat CaLK adalah bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. 18. Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan APBD. 19. Laporan Barang Pengguna yang selanjutnya disingkat LBP adalah laporan yang disusun oleh PB yang menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir periode tertentu setiap semesteran dan tahunan serta mutasi yang terjadi selama periode tersebut. Comment [M3]: Pengetikan: ditambah huruf n Comment [M4]: Untuk pemerintah daerah lebih tepat entitas akuntansi bukan entitas pelaporan Comment [M5]: Pengetikan: ditambah spasi Comment [M6]: Apakah memerlukan kata entitas pelaporan kecuali jika ada BLUD yang mempunyai kewajiban melaporkan maka bisa menjadi cakupan Comment [M7]: Apakah memerlukan kata entitas pelaporan kecuali jika ada BLUD yang mempunyai kewajiban melaporkan maka bisa menjadi cakupan Comment [M8]: Tidak perlu ada kata dana Comment [M9]: Tidak perlu ada kata dana Comment [M10]: Apakah memerlukan kata entitas pelaporan kecuali jika ada BLUD yang mempunyai kewajiban melaporkan maka bisa menjadi cakupan Comment [M11]: Pengetikan: ditambah spasi Comment [M12]: Apakah di pemda istilahnya ini? Comment [M13]: Mungkin yang dimaksud adalah BMD

20. Laporan Keuangan Likuidasi adalah laporan keuangan pokok suatu entitas yang dilikuidasi setelah diselesaikan proses likuidasinya, yang disusun oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan Entitas Akuntansi yang dilikuidari sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku. 21. Neraca Likuidasi adalah neraca yang memuat posisi aset dan kewajiban entitas setelah diselesaikan proses likuidasinya, yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku. 22. Barang Milik Negara yang selanjutnya disingkat BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 23. Tim Pelaksana Likuidasi adalah tim yang dibentuk dengan Keputusan Walikota dan dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang mempunyai tugas melaksanakan proses likuidaasi SKPD. 24. Operasi tidak dilanjutkan adalah penghentian suatu misi atau tupoksi tertentu yang berakibat pelepasan atau penghentian suatu fungsi, program, atau kegiatan, sehingga aset, kewajiban, dan operasi dapat dihentikan tanpa mengganggu fungsi, program, atau kegiatan yang lain. 25. Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk adalah Entitas Akuntansi yang diserahi tugas dan/atau wewenang untuk menggunakan, memanfaatkan dan menatausahakan aset, dan/atau kewajiban dari Entitas Akuntansi yang dilikuidasi. Pasal 2 Comment [M14]: Apakah penyusunnya adalah PPTK Entitas Akuntansi yang dilikuidasi? Penanggung jawab likuidasi /tim likuidasi lebih relevan Comment [M15]: Mungkin yang dimaksud adalah BMD Comment [M16]: Pengetikan: pengurangan huruf a Comment [M17]: Apakah perlu ditambah definisi entitas pelaporan yang ditunjuk Peraturan Walikota ini mengatur mengenai: a. Penyelesaian hak dan kewajiban Entitas Akuntansi dan yang dilikuidasi; b. Penyusunan laporan keuangan bagi Entitas Akuntansi yang dilikuidasi; dan c. Penyusunan Laporan Kinerja bagi Entitas Akuntansi yang dilikuidasi. Comment [M18]: Pengetikan Pasal 3 Likuidasi dilaksanakan terhadap Entitas Akuntansi yang mengalami kondisi sebagai berikut: a. Perubahan Identitas Entitas Akuntansi yang antara lain disebabkan karena penggabungan entitas akuntansi atau pemecahan entitas akuntansi; b. Tidak mendapat alokasi anggaran pada tahun anggaran berikutnya c. Tidak lagi beroperasi yang diakibatkan oleh sebab-sebab lain, yang antara lain meliputi perubahan menjadi Badan Layanan Umum atau Badan Usaha Milik Daerah dan sebaliknya. Comment [M19]: Apakah perlu ditambah sebab-sebab lain agar dapat mencakup likuidasi di masa mendatang Pasal 4 (1) Perubahan Identitas Entitas Akuntansi yang disebabkan karena penggabungan Entitas Akuntansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dapat berasal dari penggabungan beberapa Entitas Akuntansi atau satu Entitas Akuntansi dengan: a. Menggunakan Identitas Entitas Akuntansi baru; atau b. Menggunakan salah satu Identitas Entitas Akuntansi yang digabung. (2) Perubahan Identitas Entitas Akuntansi yang disebabkan karena pemecahan Entitas Akuntansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dapat berasal dari pemecahan satu Entitas Akuntansi menjadi beberapa Entitas Akuntansi dengan: a. Satu atau beberapa Entitas Akuntansi menggunakan Identitas Entitas Akuntansi baru dan Identitas Entitas Akuntansi yang dipecah masih digunakan; atau Comment [M20]: Seharusnya diganti kata menjadi

b. seluruh Entitas Akuntansi menggunakan Identitas Entitas Akuntansi baru. (3) Pemecahan Entitas Akuntansi yang tidak menghilangkan Entitas Akuntansi tersebut, tidak diperlakukan sebagai Entitas Akuntansi yang dilikuidasi. (4) Pemecahan Entitas Akuntansi yang menghilangkan Identitas Entitas Akuntansi tersebut, diperlakukan sebagai Entitas Akuntansi yang dilikuidasi. Pasal 5 (1) Perubahan Identitas Entitas Akuntansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a tidak termasuk perubahan Identitas Entitas Akuntansi yang disebabkan: a. Pemutakhiran sistem; dan/atau b. Pergeseran atau perubahan alur pelaporan keuangan secara berjenjang dalam satu Entitas Pelaporan. BAB II LIKUIDASI ENTITAS AKUNTANSI Bagian Kesatu Tahapan Likuidasi Pasal 6 Tahapan likuidasi Entitas Akuntansi meliputi kegiatan sebagai berikut: a. Penetapan Penanggung Jawab Proses Likuidasi; b. Penyelesaian hak dan kewajiban sebelum Laporan Keuangan Penutup; c. Penyusunan Laporan Keuangan Penutup; d. Penyelesaian hak dan kewajiban setelah Laporan Keuangan Penutup; dan e. Penyusunan Laporan Keuangan Likuidasi. Bagian Kedua Penetapan Penanggung Jawab Proses Likuidasi Pasal 6 (1) Pelaksanaan proses likuidasi dipimpin oleh tim yang dibentuk oleh Kepala Daerah yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah. (2) Ketua Tim Pelaksana likuidasi entitas akuntansi menjadi penanggung jawap proses likuidasi. (3) Penanggung Jawab Proses Likuidasi Entitas Akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mempunyai tugas sebagai berikut: a. Memastikan pemimpin Entitas Akuntansi yang dilikuidasi menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan Penutup tepat pada waktunya; b. Memastikan pemimpin Entitas Akuntansi yang dilikuidasi melakukan koreksi atas Laporan Keuangan Penutup sesuai dengan rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan; c. Menetapkan Entitas Akuntansi yang Ditunjuk untuk menerima sisa pagu, aset, dan kewajiban dari Entitas Akuntansi yang dilikuidasi; d. Memastikan pimpinan Entitas Akuntansi yang dilikuidasi menyelesaikan saldo kas, piutang, dan kewajiban pada Laporan Keuangan Penutup. e. Memastikan entitas akuntansi yang ditunjuk untuk menerima dan mencatat saldo aset dan kewajiban Entitas Akuntansi yang dilikuidasi dalam laporan keuangannya. f. Memastikan Pimpinan Entitas Akuntansi yang dilikuidasi menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan Likuidasi; dan g. Memastikan Pimpinan Entitas Akuntansi yang dilikuidasi Melakukan koreksi atas Laporan Keuangan Likuidasi sesuai dengan rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan. Comment [M21]: Pengetikan: dihilangkan agar tidak ambigu serta diganti dengan kata dilakukan Comment [M22]: pengetikan Comment [M23]: memungkinkan untuk ditambah kata entitas pelaporan yang ditunjuk atau pemda lain

(4) Penanggung Jawab Proses Likuidasi berkoordinasi dengan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) untuk memastikan bahwa tahapan likuidasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 7 (1) Surat Penetapan Tim Penanggung Jawab Likuidasi sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (2) paling sedikit memuat informasi mengenai: a. Identitas pejabat yang ditunjuk sebagai Penanggung Jawab Likuidasi; b. Nama dan Identitas Entitas Akuntansi yang dilikuidasi; c. Dasar hukum dan latar belakang pelaksanaan likuidasi terhadap Entitas Akuntansi; d. Tanggal mulai dilaksanakan proses likuidasi; e. Tugas-tugas Pejabat Penanggung Jawab Likuidasi; f. Satu/beberapa Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk sebagai penerima aset dan/atau kewajiban Entitas Akuntansi yang dilikuidasi, dalam hal terdapat penyerahan aset dan/atau kewajiban Entitas Akuntansi yang dilikuidasi; g. satu/beberapa Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk sebagai penerima sisa pagu Entitas Akuntansi yang dilikuidasi, dalam hal likuidasi Entitas Akuntansi; dan (2) Dalam hal likuidasi Entitas Akuntansi, pejabat yang ditunjuk menjadi Pejabat Penanggung Jawab Likuidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari SKPD yang dilikuidasi dan ditunjuk sebagai penerima aset dan/atau kewajiban entitas akuntansi yang dilikuuidasi; (3) Dalam hal Likuidasi Entitas Akuntansi, Surat Penetapan Pejabat Penanggung Jawab Likuidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada: a. Pemimpin Entitas Akuntansi yang dilikuidasi; b. Pemimpin Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk; (2) Ketua tim Likuidasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (2 ) adalah Penanggung Jawab Proses Likuidasi atau Pejabat Penanggung Jawab Likuidasi. Bagian Ketiga Penyelesaian Hak dan Kewajiban Sebelum Laporan Keuangan Penutup Pasal 8 Comment [M24]: istilah dan pejabat ini apakah diperlukan Comment [M25]: apa perlu ditambah pasal jika terjadi peralihan aset antar pemda Comment [M26]: apakah benar berasal dari SKPD yang dilikuidasi? Comment [M27]: Istilah dan pejabat ini apakah diperlukan Comment [M28]: Apakah perlu ditambah kepada: (1) pejabat penanggungjawab likuidasi (2) Kepala PPKD dan yang mengurusi aset daerah Comment [M29]: Istilah dan pejabat ini apakah diperlukan (1) Penyelesaian hak dan kewajiban sebelum Laporan Keuangan Penutup adalah penyelesaian atas transaksi-transaksi terakhir meliputi: a. Saldo Uang Persediaan dan/atau Tambahan Uang Persediaan; b. Saldo kas pada Bendahara Penerimaan dan/atau Bendahara Pengeluaran selain saldo Uang Persediaan dan/atau Tambahan Uang Persediaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan saldo kas yang berasal dari hibah; dan (2) Entitas Akuntansi yang dilikuidasi harus menyelesaikan transaksi-transaksi terakhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Penyelesaian transaksi-transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sebelum Entitas Akuntansi yang dilikuidasi menyusun Laporan Keuangan Penutup. (4) Penyelesaian saldo Uang Persediaan dan/atau Tambahan Uang Persediaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan keuangan daerah. (5) Atas penyelesaian saldo Uang Persediaan dan/atau Tambahan Uang Persediaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Entitas Akuntansi yang dilikuidasi selanjutnya menghapus saldo Uang Persediaan dan/atau Tambahan Uang Persediaan dari Neraca.

(6) Penyelesaian saldo kas pada Bendahara Penerimaan dan/atau Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan mengenai Pengelolaan Keuangan Daerah. (7) Atas penyelesaian saldo kas pada Bendahara Penerimaan dan/atau Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Entitas Akuntansi yang dilikuidasi selanjutnya menghapus saldo kas pada Bendahara Penerimaan dan/atau Bendahara Pengeluaran dari Neraca. (8) Dalam hal entitas akuntansi yang dilikuidasi pada akhir tahun anggaran batas waktu penyelesaian transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b paling lambat satu bulan tahun anggaran berikutnya. Comment [M30]: Pertimbangannya? Bagian Keempat Penyusunan Laporan Keuangan Penutup Pasal 9 (1) Entitas Akuntansi yang dilikuidasi harus menyusun Laporan Keuangan Penutup setelah terselesaikannya seluruh transaksi terakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1). (2) Entitas Akuntansi yang dilikuidasi melakukan rekonsiliasi dengan PPKD dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Penutup. (3) Apabila Likuidasi Entitas Akuntansi dilakukan pada akhir tahun anggaran, Laporan Keuangan Penutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sama dengan Laporan Keuangan Tahunan. (4) Laporan Keuangan Penutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Laporan Realisasi Anggaran; b. Neraca Penutup; c. Laporan Operasional; d. Laporan Perubahan Ekuitas dan e. CaLK. (5) Laporan Keuangan Penutup yang disusun oleh Entitas Akuntansi yang dilikuidasi dilampiri dengan: a. Laporan Pengguna Barang Tahunan yang telah direkonsiliasi dengan Bidang Aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah b. Ringkas Laporan Pengguna Barang Tahunan. c. Daftar Piutang Daerah. d. Daftar Hutang Daerah. (6) Laporan Keuangan Penutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disusun dengan menggunakan Identitas Entitas Akuntansi yang dilikuidasi dan ditandatangani oleh pemimpin Entitas Akuntansi yang dilikuidasi. (7) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (5 ) huruf a,b,c dan d disusun dengan menggunakan Identitas Entitas Akuntansi yang dilikuidasi dan ditandatangani oleh pemimpin Entitas Akuntansi yang dilikuidasi. Pasal 10 (1) Neraca Penutup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) huruf b menjadi dasar penyelesaian aset dan kewajiban serta penyusunan Neraca Likuidasi. (2) LRA, LO dan LPE sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) huruf a, c dan d tidak boleh mengalami perubahan setelah dilakukan penutupan. (3) Setelah Laporan Keuangan Penutup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 disusun, seluruh transaksi yang berdampak pada perubahan saldo dalam LRA dan/atau LO

diselesaikan dengan menggunakan Identitas Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk dan dibukukan oleh Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk. (4) CaLK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4 ) huruf e menyajikan informasi penting terkait Likuidasi Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan, yang antara lain meliputi dasar hukum pelaksanaan likuidasi dan rencana tindak lanjut penyelesaian aset dan kewajiban. (5) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4 ) huruf a,b,c,d dan e disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Pasal 11 (1) Entitas Akuntansi yang dilikuidasi menyampaikan Laporan Keuangan Penutup setelah dilakukan rekonsiliasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) kepada: a. Penanggung Jawab Proses Likuidasi; b. Pemimpin Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk; c. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) d. Badan Pemeriksa Keuangan. (2) Penyampaian Laporan Keuangan Penutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,b dan c disampaikan paling lambat 1 bulan setelah tanggal likuidasi. Comment [M31]: Apakah ada kemungkinan dialihkan ke pemda lain, jika iya menambah pasal Comment [M32]: Apakah perlu ada Comment [M33]: Pertimbangannya? Bagian Kelima Penyusunan Laporan Kinerja Pasal 12 (1) Selain menyusun laporan keuangan dan laporan barang, Entitas Akuntansi yang dilikuidasi harus menyusun Laporan Kinerja. (2) Tata cara penyusunan Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan mengenai pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah. Bagian Keenam Penyelesaian Hak dan Kewajiban Setelah Laporan Keuangan Penutup Pasal 13 (1) Penyelesaian hak dan kewajiban setelah Laporan Keuangan Penutup meliputi penyelesaian aset dan kewajiban yang terdiri atas: a. Kas dibendahara Pengeluaran, Setara Kas dan Kas Lainnya yang sampai terbit laporan keuangan penutup belum diselesaikan; b. Piutang dan Utang; dan c. Persediaan, Aset Tetap, dan Aset Lainnya. Penyelesaian Kas dibendahara Pengeluaran dan Setara Kas dan Kas Lainnya Pasal 14 (1) Saldo kas dibendahara pengeluaran, kas lainnya dan setara kas pada Laporan Keuangan Penutup diserahterimakan kepada Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk. (2) Serah terima saldo kas dibendahara pengeluaran, kas lainnya dan setara kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam suatu dokumen Berita Acara Serah Terima. (3) Salinan Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada: Comment [M34]: Penyelesaian sisa pagu DPA/Anggaran apa perlu dimasukkan jikalau suatu saat terjadi likuidasi di tengah tahun anggaran Comment [M35]: Apakah seharusnya sebelum LK Penutup? Comment [M36]: Apakah seharusnya sebelum LK Penutup? Comment [M37]: Apakah seharusnya sebelum LK Penutup? Comment [M38]: Apakah seharusnya sebelum LK Penutup? a. Penanggung Jawab Proses Likuidasi; dan b. Pihak ketiga yang berhak menerima pembayaran kas.

(4) Serah terima saldo kas dibendahara pengeluaran, kas lainnya dan setara kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diungkapkan secara memadai dalam CaLK Entitas Akuntansi yang dilikuidasi serta Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk. (5) Pengungkapan serah terima saldo kas dibendahara pengeluaran, kas lainnya dan setara kas secara memadai sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling sedikit meliputi: a. Rincian saldo dan peruntukan kas; b. Pihak ketiga yang berhak menerima pembayaran; c. Informasi penting lainnya yang disyaratkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP). (6) Apabila setelah penyusunan laporan keuangan penutup dan masih terdapat saldo kas dibendahara pengeluaran, kas lainnya dan setara kas yang telah diserahterimakan kepada Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk, bendahara pengeluaran dan pimpinan entitas akuntansi yang dilikudasi tetap bertanggungjawab untuk mengembalikan saldo kas tersebut ke kas daerah. (7) Setelah penyusunan laporan keuangan penutup maka rekening bank bendahara pengeluaran Entitas Akuntansi yang dilikuidasi ditutup oleh PPKD selaku BUD dengan menerbitkan perintah penutupan rekening. (8) Apabila pada rekening bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) masih terdapat saldo maka dikembalikan ke kas daerah. Pasal 15 (1) Berdasarkan Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2), maka saldo kas dan setara kas: a. Dihapus dari Neraca Entitas Akuntansi yang dilikuidasi; b. Dicatat sebagai pengurang ekuitas pada LPE Entitas Akuntansi yang dilikuidasi; c. Dilaporkan dalam Neraca Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk; dan d. Dicatat sebagai penambah ekuitas pada LPE Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk. (2) Penyelesaian kas dan setara kas milik pihak ketiga yang telah diserahterimakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) selanjutnya dilaksanakan oleh Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk. (3) Terhadap kas dan setara kas yang berasal dari hibah langsung, diserahterimakan kepada Entitas Akuntansi yang akan melanjutkan kegiatan yang dibiayai dari hibah langsung dimaksud. (4) Serah terima saldo kas dan setara kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diungkapkan secara memadai dalam CaLK Entitas Akuntansi yang dilikuidasi dan Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk. (5) Pengungkapan serah terima saldo kas dan setara kas secara memadai sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling sedikit meliputi: a. Rincian saldo kas dan setara kas yang diserahterimakan; b. Pihak ketiga yang berhak menerima pembayaran kas dan setara kas; dan c. Informasi penting lainnya yang disyaratkan oleh PSAP. Comment [M39]: Apakah seharusnya sebelum LK Penutup? Comment [M40]: Apakah seharusnya sebelum LK Penutup? Comment [M41]: Apakah tidak ambigu? Comment [M42]: Apakah perlu tambahan pasal jika dilakukan pengalihan antar pemda Comment [M43]: sda Comment [M44]: sda Penyelesaian Piutang dan Utang Pasal 16 (1) Saldo piutang dan utang pada Laporan Keuangan Penutup diserahterimakan kepada Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk. (2) Serah terima saldo piutang dan utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam dokumen Berita Acara Serah Terima. Comment [M45]: sda

(3) Berdasarkan Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud pada ayat (2), piutang yang telah diserahterimakan selanjutnya: a. dihapus dari Neraca Entitas Akuntansi yang dilikuidasi; b. dicatat sebagai pengurang ekuitas pada LPE Entitas Akuntansi yang dilikuidasi; c. dilaporkan dalam Neraca Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk; dan d. dicatat sebagai penambah ekuitas pada LPE Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk. (4) Berdasarkan Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud pada ayat (2), utang yang telah diserahterimakan selanjutnya: a. dihapus dari Neraca Entitas Akuntansi yang dilikuidasi; b. dicatat sebagai penambah ekuitas pada LPE Entitas Akuntansi yang dilikuidasi; c. dilaporkan dalam Neraca Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk; dan d. dicatat sebagai pengurang ekuitas pada LPE Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk. (5) Serah terima piutang dan utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diungkapkan secara memadai dalam CaLK Entitas Akuntansi yang dilikuidasi dan Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk. (6) Pengungkapan serah terima saldo piutang dan utang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling sedikit meliputi: a. Rincian saldo piutang dan utang yang diserahterimakan; b. Pihak ketiga yang masih harus memenuhi kewajiban dalam rangka pelunasan piutang serta pihak ketiga yang berhak menerima pembayaran atas utang; dan c. Informasi penting lainnya yang disyaratkan oleh PSAP. (7) Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk menatausahakan piutang dan utang yang telah diterima sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (8) Pembayaran utang yang telah diserahterimakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya dilaksanakan oleh Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk dan/atau Entitas Pelaporan Yang Ditunjuk. Penyelesaian Persediaan, Aset Tetap, dan Aset Lainnya Pasal 17 (1) Saldo persediaan, aset tetap, dan aset lainnya pada Laporan Keuangan Penutup, diserahterimakan kepada Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk. (2) Serah terima persediaan, aset tetap, dan aset lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam dokumen Berita Acara Serah Terima atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Berdasarkan dokumen Berita Acara Serah Terima atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), persediaan, aset tetap, dan aset lainnya yang telah diserahterimakan selanjutnya: a. Dihapus dari neraca Entitas Akuntansi yang dilikuidasi, termasuk akumulasi penyusutan aset; b. Dicatat sebagai pengurang ekuitas pada LPE Entitas Akuntansi yang dilikuidasi; c. Dilaporkan dalam neraca Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk, termasuk akumulasi penyusutan aset; dan d. Dicatat sebagai penambah ekuitas pada LPE Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk. (4) Penyelesaian atas persediaan, aset tetap, dan aset lainnya baik oleh Entitas Akuntansi yang dilikuidasi maupun Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk, dilaksanakan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan BMD. (5) Serah terima saldo persediaan, aset tetap, dan aset lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diungkapkan secara memadai dalam CaLK Entitas Akuntansi yang dilikuidasi serta Entitas Akuntansi Yang Ditunjuk. Comment [M46]: sda Comment [M47]: sda Comment [M48]: sda Comment [M49]: sda Comment [M50]: sda Comment [M51]: sda Comment [M52]: sda Comment [M53]: sda Comment [M54]: sda Comment [M55]: sda Comment [M56]: sda

(6) Pengungkapan yang memadai sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling sedikit meliputi: a. Rincian jenis dan saldo persediaan, aset tetap, dan aset lainnya yang diserahterimakan; dan b. Pengungkapan lain yang dipersyaratkan PSAP. Bagian Ketujuh Laporan Keuangan Likuidasi Pasal 18 (1) Setelah melaksanakan penyelesaian aset, dan kewajiban Entitas Akuntansi yang dilikuidasi, Penanggung Jawab Proses Likuidasi, menyusun Laporan Keuangan Likuidasi. (2) Laporan Keuangan Likuidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Penanggung Jawab Proses Likuidasi. (3) Laporan Keuangan Likuidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan menggunakan Identitas Entitas Akuntansi yang dilikuidasi. (4) Dalam hal Likuidasi Entitas Pelaporan, Laporan Keuangan Likuidasi merupakan gabungan dari Laporan Keuangan Likuidasi seluruh Entitas Akuntansi yang berada di bawahnya. Pasal 19 (1) Laporan Keuangan Likuidasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 disusun berdasarkan: a. Laporan Keuangan Penutup; dan b. Tindak lanjut penyelesaian aset dan kewajiban. (2) Laporan Keuangan Likuidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disusun paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Audit Badan Pemeriksa Keuangan. Pasal 20 (1) Laporan Keuangan Likuidasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dan Pasal 19 meliputi: a. Laporan Realisasi Aanggaran; b. Laporan Perubahan Ekuitas; c. Neraca Likuidasi; dan d. CaLK. (2) Dalam hal Likuidasi Entitas Akuntansi, Laporan Keuangan Likuidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan: a. Laporan Pengguna Barang Tahunan yang telah direkonsiliasi dengan Bidang Aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah b. Ringkas Laporan Pengguna Barang Tahunan. c. Daftar Piutang Daerah. d. Daftar Hutang Daerah. (3) Neraca Likuidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c harus menunjukkan saldo nihil. (4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. (5) CaLK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d memuat informasi paling sedikit mengenai: a. Latar belakang pelaksanaan Likuidasi; b. Dasar hukum pelaksanaan Likuidasi; dan Comment [M57]: Apakah perlu ada? Comment [M58]: Pertimbangannya? Comment [M59]: Apakah telah dibuat?