O Pembingbing. 1. Ida Bagus Putra Atmadja 2. Ida Ayu Sukihana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana. Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

REVIEW OF THE LAW AGAINST DEBT ABSORPTION BANKING CREDIT AGREEMENT YUYUK HERLINA / D

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA BANK RAKYAT INDONESIA (PT PERSERO)Tbk CABANG DENPASAR

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

KEWENANGAN PELAKSANAAN EKSEKUSI OLEH KREDITUR TERHADAP JAMINAN FIDUSIA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. KEWENANGAN PIHAK KETIGA SEBAGAI PENJAMIN DALAM PERJANJIAN KREDIT 1 Oleh : Sarah D. L.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR TERHADAP KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERUBAHAN BANK GARANSI DALAM SUATU PENJAMINAN. A. Prosedur Perubahan/Amendment Bank Garansi Terhadap Perubahan Nilai

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT ULATIDANA RAHAYU DI KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PADA KREDIT DI BANK MANDIRI CABANG SANUR

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

ABSTRAK. Memasuki era globalisasi, pengusaha berlomba-lomba untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. satu perolehan dana yang dapat digunakan masyarakat adalah mengajukan

II. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52.

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN (STUDI DI BANK BNI CABANG GATSU BARAT) *

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN TITLE EKSEKUTORIAL DALAM SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDTI TANPA AGUNAN PADA KOPERASI SERBA USAHA SURYA MAKMUR DI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. kreditnya, sebab kredit adalah salah satu portofolio alokasi dana bank yang terbesar

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

HJ-3 MACAM-MACAM JAMINAN. Oleh Herlindah, SH, M.Kn

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya manusia

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk

Transkripsi:

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENJAMIN UNTUK MEMPEROLEH PEMBAYARAN KEMBALI DARI DEBITUR YANG WANPRESTASI JIKA PENJAMIN TELAH MELAKSANAKAN KEWAJIBANNYA PADA BANK BNI CABANG DENPASAR I Gede Krisna Adi Yasa O703005128 Pembingbing Abstract 1. Ida Bagus Putra Atmadja 2. Ida Ayu Sukihana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana This study aimed to describe the execution of the credit agreement with a guarantee. Particularly in the case of bail bonding and how the protection of the law against the guarantor in case the debtor defaults. This research is an empirical juridical is to study the behavior of the parties directly involved in the work activity of users kreditdengan deposit guarantees to third parties. This study was conducted at a branch of Bank BNI denpasar Key word Penjamin, Wanprestasi, Debitur, Kreditur 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahaui bahwa hukum adalah satu norma yang diciptakan oleh masyarakat, yan terdiri dari serangkaian peraturan-peraturan yang mengatur segala tingkah laku orang-orang sebagai anggota masyarakat, yang bertujuan untuk menciptakan tata tertib diantara anggota masyarakat yang bersangkutan. Dalam lalu 1

hubungan keperdataan khususnya yang menyangkut masalah perjanjian pada azasnya yang menjadi sendi-sendi yang sangat penting adalah janji dan kepercayaan dari masing masing pihak yang mengadakan hubungan tersebut yang dituangkan dalam bentuk suatu kesepakatan. Adanya perubahan keadaan (zaman) yang semakin lama semakin berkembang, baik perubahan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor kebutuhan, pola berpikir dari anggota masyarakat, pola tingkah laku yang baik yang bersifat positif maupun negatif, sehingga perkembangan ini juga akan menuntut adanya suatu kepastian hukum terhadap setiap tindakan yang dilakukan oleh anggota masyarakat, terutama dalam hubungan lalu lintas keperdataan, yang lebih mengkhusus lagi yaitu dalam membuat suatu perjanjian, harus dibuat dalam bentuk tertulis. Perubahan zaman sudah semakin maju, sehingga segala perubahan bentuk hubungan keperdataan apakah itu dalam bentuk hutang-piutang, tukar- menukar dan sebagainya, yang dulu dibuat secara lisan sudah tidak bita dipertahankan lagi. Jadi dari apa yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa setiap perjanjian yang telah dibuat dengan kata sepakat pada mulanya, dan apakah perjanjian itu dibaut dalam bentuk tertulis, bahkan terlebih-lebih kalau dibuat dalam bentuk lisan (tidak tertulis) belum tentu akan dapat berjalan (terlaksana) semulus sesuai dengan pada waktu rencana perjanjian tersebut dibuat dan disepakati. Perihal ketentuanketentuan yang mengatur tentang perjanjian terdapat dalam ketentuan KUHPerdata Buku III, tentang Perikatan. "Kata perikatan ini mempunyai arti yang lebih luas daripada perkataan perjanjian". Seperti yang telah disinggung pula di atas bahwa perkembangan zaman atau perubahan keadaan juga dipengaruhi oleh perkembangan kebutuhan dan cars pemenuhan kebutuhan tersebut setiap anggota masvarakat yang bersangkutaa di dalam pemenuhan kebutuhan dalam bidang perekonomian akan memerlukan adanya keberadaan suatu lembaga jaminan kredit, karena lembaga jaminan ini sangat erat dengan kebutuhan akan kredit, sebagai sarana untuk memperbesar atau memperluas suatu usaha baik yang bersifat badan hukum maupun perorangan. 2

Pemberian fasilitas akan kredit memerlukan suatu jaminan demi kepentingan keamanan pemberian kredit tersebut, untuk menghindari adanya resiko apabila seorang debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya. "Karena perkembangan ekonomi dan perdagangan akan diikuti oleh perkembangan akan kebutuhan akan kredit dan pemberian kredit tersebut". Jadi jaminan atau anggunan di dalam perjanjian kredit mempunyai makna yang sangat penting. Menurut UU No. 7 Tahun 1992, tentang Perbankan, dalam pasal 8 menyebutkan. "Dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan". dan menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, pada pasal 1, angka 5 menyebutkan : Ketentuan pasal 8 dirubah, sehingga pasal 8 seluruhnya menjadi berbunyi sebagai berikut : Pasal 8 (1) Dalam memberikan kredit/pembiayaan berdasarkan prinsip syariat, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah Debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. (2) Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia". Dan dalam penjelasan UU No. 10 Tahun 1998 pasal I, angka 5 disebutkan bahwa: Ayat (1) Kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat. untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian kredit atau pemberian pembiayaan berdasarkan Prinsip syariah dalam arti keyakinan atas kemampuan dan 3

kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan modal, anggunan, dan proper dan Nasabah Debitur. II Isi Makalah 2. TINJAUAN UMUM TENTANG PENJAMIN DAN WANPRESTASI 2.2 Pengertian Penjamin Pengertian penjamin adalah semua orang maupun badan hukum yang dianggap sebagai subyek hukum dapat bertindak sebagai penjamin, dalam praktiknya, hanya badan hukum yang berbentuk "Perseroan Terbatas" yang dapat diterima oleh bank/lembaga keuangan lainya selaku penjamin. Penentuan siapa saja yang bertindak sebagai penjamin dalam suatu perjanjian kredit biasanya semata-mata ditetapkan oleh pihak kreditor atau melalui pengajuan dari debitur sendiri. 2.3 Pengertian Wanprestasi Sebetum berbicara atau membahas tentang wanprestasi, terlebih dahulu mengetahui apa itu arti dan prestasi. Prestasi adalah segala sesuatu yang hak kreditur dan merupakan kewajiban bagi debitur. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata, prestasi dapat berupa: a. Memberi sesuatu; b. Berbuat sesuatu; c. Tidak berbuat sesuatu. Prestasi dan perikatan harus memenuhi syarat: a. Harus diperkenankan, artinya prestasi itu tidak melanggar ketertiban, kesusilaan, dan Undang-undang. 4

b. Harus tertentu atau dapat ditentukan. 1 2, Metode Jenis penelitian dalam Makalah ini menggunakan jenis penelitian emperis yaitu suatu metode dimana diadakan pengkajian secara yuridis, di samping itu penulis akan melihat pula pandangan dan ajaran para sarjana hukum (doktrin) dan kernudian membandingkan dengan praktek pelaksanaannya yang dilakukan oleh para praktisi di masyarakat 3. Hasil Dan Pembahasan 3.1 Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Penjamin Untuk Memperoleh Pembayaran Kembali Dari debitur Yang Wanpretasi Terhadap beralihnya kedudukan penjamin menggantikan kreditur sebagai akibat penjamin telah melakukan pembayaran, maka akan timbul adanya dua macam hak yang dinuliki oleh penjamin. Adapun hak-hak yang dimaksud adalah : 1. Hak Regres yang merupakan hak penjamin karena telah membayar hutanghutang debitur. 2. Hak penjamin menggantikan kedudukan kreditur karena sobrogasi. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu mengenai pengertian dua macam hak yang diberikan oleh Undang-Undang kepada penjamin. Ad.l. Hak reges adalah hak penjamin karena membayar hutang-hutang debitur. Hal ini terdapat dalam pasal 1839 KUHPerdata yang berbunyi "Si penanggung yang telah membayar, telah dapat menuntutnya kembali dari si berhutang utama, baik penanggung itu telah diadakan dengan maupun tanpa si berhutang utama". 2 Ad.2. Hak penjamin menggantikan kedudukan kreditur karena subrogasi. Hak semacam ini yang dimiliki oleh penjamin dapat dilihat dalam pasal 1840 KUHPerdata, yang pada pokoknya menyatakan : "Si penanggung 1 R. Tjiptoadinogroho, 1990, Perbankan Masalah Perkreditan (Penghayatan Analisis dan Penuntut), Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 34. 2 M. Djumhana, 2008, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Cita Aditya Bakti, Bandung. 5

telah membayar, menggantikan demi hukum sebagai hak si berpiutang terhadap si berhutang". 1.2 Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Kreditur Dan Debitur Wanpretasi Antara penjamin Dengan Kreditur Dan Debitur Wanpretasi berkaitan dengan hak dan kewajiaban Antara penjamin Dengan Kreditur Dan Debitur Wanpretasi Adapun hak-hak dari penjamin yaitu : A.1 Hak menuntut lebih dahulu apabila harta debitur habis dengan adanya hak ini, si penanggung tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang, selainnya jika si berhutang lalai, sedangkan harta benda si berhutang ini harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi hutangnya (Pasal 1831 KUH Perdata). dari ketentuan Pasal 1831 KUH Perdata maka dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab penanggung merupakan "cadangan" dalam halnya harta benda si debitur tidak mencukupi untuk melunasi hutangnya, atau dalam hal debitur itu sama sekali tidak mempunyai harta benda yang dapat disita. Apabila pendapatan lelang sita atas harta benda si debitur itu tidak mencukupi untuk melunasi hutangnya, barulah tiba gilirannya untuk menyita harta benda si penanggung. Jadi, apabila seorang penanggung dituntut untuk membayar hutangnya debitur (yang ditanggung olehnya), ia berhak untuk menuntut supaya dilakukan lelang sita lebih dahulu terhadap kekayaan debitur. Kemudian penanggung tidak dapat menuntut agar harta benda si berhutang lebih dahulu disita dan dilelang untuk melunasi hutangnya, dalam hal: A.1.1. Apabila ia telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut dilakukannya lelang sita lebih dahulu atas harta benda si berhutang tersebut; A.1.2. Apabila ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan si berhutang utama secara tanggung-menanggung dalam hal ini 6

akibat perikatannva diatur menurut asas-asas yang ditetapkan untuk hutanghutang tanggung-menanggung; A.1.3. Jika si berhutang dapat mengajukan suatu tangkisan yang hanya mengenai dirinya sendiri secara pribadi; A.1.4. Jika si berhutang berada dalam keadaan pailit; A.1.5. Dalam halnya penanggungan yang diperintahkan oleh hakim. 3 lalu dikaitkan dengan perjanjian utang-piutang III Kesimpulan 1) Hubungan Hukum antara Penjamin dengan Kreditur aan debitur yang Wanprestasi. Hubungan hukum antara penjamin adalah adanya hubungan dengan hak dan kwewajiban yang erat kaitannya dengan telah dilakukannya pembayaran debitur kepada kreditur. untuk itu, pihak penjamin menuntut kepada debitur supaya membayar apa yang telah dilakukan oleh penjamin kepada kreditur. Disamping itu penjamin berhak menuntut : a. Pokok dan Bunga. b. Penggantian biaya, kerugian, dan bunga. 2. Perlindungan Hukum terhadap Penjamin untuk Memperoleh Pembayaran Kembali dari Debitur yang Wanprestasi. Si penjamin ada juga mempunyai hak menuntut penggantian biaya, rugi dan hunga serta jika ada alasan untuk itu. (Pasal 1839 KUH Perdata). Kemudian dikatakan oleh Pasal 840 : Si penjamin yang telah membayar, menggantikan demi hukum segala hak si berpiutang terhadap si berhutang. Pergantian ini adalah apa yang dalam hukum perjanjian dinamakan "subrogasi", dalam hal ini subrogasi menurut unclang-undang sebagaimana yang ditnaksudkan dalam Pasal 1402 sub 3 KUH Perdata. Dafatar Bacaan M. Djumhana, 2008, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Cita Aditya Bakti, Bandung 3 Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, Jilid 2, Andi Offset, Yogyakarta, 1990. 7

R. Tjiptoadinogroho, 1990, Perbankan Masalah Perkreditan (Penghayatan Analisis dan Penuntut), Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 34. Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, 1990.Jilid 2, Andi Offset, Yogyakarta, 8