BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir di seluruh belahan dunia terutama negara tropik dan subtropik sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Waktu survival (survival time) merupakan salah satu penelitian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

I. Pendahuluan Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengue shock syndrome (DSS). Kewaspadaan dini terhadap. tanda-tanda syok pada penderita demam berdarah dengue (DBD)

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dengue (DEN) dari kelompok Arbovirus B, yaitu termasuk arthtropod-borne virus

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengue adalah penyakit infeksi virus pada manusia yang ditransmisikan

BAB I PENDAHULUAN. dan ditularkan oleh gigitan nyamuk Ae. aegypti ini menjadi penyakit tular virus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropik di seluruh dunia terutama daerah perkotaan dan pinggiran kota. Distribusi geografis demam berdarah, frekuensi, dan jumlah kasus DBD telah meningkat tajam selama dua dekade terakhir. Frekuensi menunjukkan kepada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada kelompok masyarakat sedangkan jumlah kasus adalah jumlah mereka yang terkena atau terserang penyakit DBD. Diperkirakan 2,5 milyar penduduk (sekitar 2/5 dari populasi penduduk dunia) sangat berisiko terinfeksi DBD (WHO, 2015). Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Menurut Laporan Kajian Kebijakan Penanggulangan (Wabah) Penyakit Menular menyatakan bahwa penyakit DBD dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan domestik maupun iklim, demografi, sosial ekonomi, dan perilaku. Penyakit DBD merupakan penyakit yang dapat berimplikasi luas terhadap kerugian material dan moral berupa penurunan kualitas hidup anak, biaya rumah sakit dan pengobatan pasien, kehilangan produktivitas kerja bagi penderita, kehilangan wisatawan akibat pemberitaan buruk terhadap daerah kejadian dan yang paling fatal adalah kehilangan nyawa (Llyod, 2003). Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Setelah perang dunia II, DBD 1

2 menjadi masalah kesehatan masyarakat di Asia Tenggara. Ada kenaikan yang drastis dalam jumlah dan frekuensi epidemic penyakit DBD di Asia Tenggara. Penyakit ini paling banyak menyerang anak-anak dengan angka fatalitas kasus berkisar antara 1% hingga 10% (rata-rata 5%). Diperkirakan terjadi 50 hingga 100 juta kasus demam Dengue per tahun, 500.000 kasus DBD perlu dirawat inap setiap tahunnya dengan persentase 90% pada anak-anak berusia dibawah 15 tahun dengan rata-rata kematian mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya (WHO, 2005). Sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi nomor dua di dunia setelah Thailand (Kemenkes RI, 2010). Hal yang sama juga dilaporkan WHO bahwa sejak tahun 2000 hingga tahun 2010 daerah endemik DBD banyak terdapat di wilayah Asia Tenggara. Sebagaimana yang dilaporkan Cases of Dengue in SEA Region Countries, pada tahun 2010 penderita DBD di Indonesia berjumlah 80.065 penderita dengan Incidence Rate (IR) 34,29% dan Case Fatality Rate (CFR) 0,93%. DBD masih menjadi prioritas utama masalah kesehatan Indonesia untuk penyakit menular. Demam berdarah merupakan salah satu penyebab kematian terbesar pada usia sekolah dan remaja di Indonesia. DBD merupakan penyakit menular yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) (Kepmenkes RI No HK.02.02/Menkes/52/2015). Pada tahun 2012 jumlah penderita DBD di Indonesia yang dilaporkan sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah kematian 816 orang (Incidence Rate/

3 Angka Kesakitan 37,11 per 100.000 penduduk dan CFR=0,90%) dan pada tahun 2013 angka kesakitan DBD tercatat 45,85 per 100.000 penduduk (112.511 kasus) dengan angka kematian sebesar 0,77% (871 kematian). Pada tahun 2014 tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang dan 641 diantaranya meninggal dunia. Hal ini menunjukkan bahwa masih perlu upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, manajemen tatalaksana penderita di sarana-sarana pelayanan kesehatan, peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kesehatan di rumah sakit dan puskesmas (dokter, perawat, dan lain-lain) termasuk peningkatan sarana-sarana penunjang diagnostik dan penatalaksaaan bagi penderita di sarana-sarana pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Di Provinsi Sumatera Utara penyakit DBD telah menyebar luas sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi sehingga masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang ada di Sumatera Utara. Pada tahun 2013, jumlah kasus DBD di Sumatera Utara sebesar 4.732 kasus dengan IR 35 per 100.000 penduduk. Jumlah ini mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2012 dengan jumlah kasus 4.367 kasus dengan IR sebesar 33 per 100.000 penduduk. Berdasarkan angka kesakitan DBD di Sumatera Utara dalam 10 tahun terakhir dari tahun 2004-2013, kasus DBD tertinggi terjadi pada tahun 2010 dengan IR sebesar 72 per 100.000 penduduk (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2014). DBD juga masih menjadi masalah penyakit menular yang menjadi prioritas dibeberapa daerah endemis yang ada di Provinsi Sumatera Utara seperti

4 Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Karo. Hal ini didasarkan pada jumlah kasus selalu menunjukkan tren peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan KLB wilayah Provinsi Sumatera Utara maka daerah endemis DBD di Sumatera Utara adalah Kota Medan, Deli Serdang, Binjai, Langkat, Asahan, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, dan Kabupaten Karo (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2014). Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, nyamuk Aedes aegypti tidak memungkinkan hidup dan berkembangbiak pada daerah dengan ketinggian diatas 1000 meter di atas permukaan laut karena suhu udara terlalu rendah. Namun, perubahan iklim global yang menyebabkan kenaikan rata-rata temperatur, perubahan pola musim hujan dan kemarau disinyalir menyebabkan risiko terhadap penularan DBD bahkan berisiko terhadap munculnya KLB DBD. Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah endemis DBD di Sumatera Utara. Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 700-1500 mdpl. Pada tahun 2014 tercatat ada 248 kasus DBD di Kabupaten Karo dengan IR sebesar 63,7 per 100.000 penduduk. Angka ini menunjukkan terjadinya peningkatan kasus yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya yaitu 82 kasus pada tahun 2013, dan 90 kasus pada tahun 2012. (Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, 2014). Upaya untuk memberantas penyakit DBD telah dikeluarkan Kepemenkes No. 581/ Menkes/ SK/ VII/ 1992 tentang pemberantasan penyakit DBD yang menyebutkan bahwa upaya pemberantasan penyakit DBD melalui kegiatan

5 pencegahan, penemuan, pelaporan penderita, pengamatan penyakit, dan penyelidikan epidemiologi, seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat, pemberantasan sarang nyamuk yang dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi. Upaya pemberantasan penyakit DBD ini dilaksanakan dengan cara tepat guna oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat. Dari sini tampak bahwa penyakit ini mendapat perhatian dari pemerintah. Kesuksesan dari program penanggulangan DBD pastinya akan memberikan hasil yang positif dalam menurunkan angka kasus DBD karena program-program penanggulangan penyakit DBD memiliki peran yang sangat vital untuk menanggulangi DBD mengingat penyakit DBD adalah penyakit menular yang telah tersebar luas. Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan bertanggung jawab atas masalah kesehatan yang ada di wilayah kerjanya. Tingginya beban puskesmas sebagai unit operasional utama di lapangan juga menjadi kendala utama yang dihadapi dalam implementasi kebijakan penanggulangan penyakit menular dalam kasus DBD (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006). Kecamatan Tigapanah merupakan wilayah yang berada pada ketinggian 1128-1328 meter di atas permukaan laut. Puskesmas Tigapanah Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo merupakan puskesmas dengan status puskesmas rawat inap. Jumlah desa wilayah kerja Puskesmas Tigapanah ada 21 desa. Kejadian kasus DBD yang terjadi di wilayah kerja puskesmas ini merupakan suatu fenomena karena terjadinya KLB DBD dan peningkatan jumlah kasus yang singnifikan. Pada tahun 2013 dilaporkan bahwa tidak ada kasus DBD, namun

6 pada tahun 2014 dilaporkan adanya kasus DBD yang berjumlah lima kasus, dan terjadi peningkatan yang signifikan pada tahun 2015 yaitu dengan jumlah 63 kasus (Puskesmas Tigapanah 2015). Berdasarkan hasil survei awal diperoleh informasi bahwa program yang dilaksanakan dalam upaya penanggulangan penyakit DBD adalah penyuluhan yang dilakukan ke desa-desa dan ke sekolah sekolah, survei jentik, fogging dan abatisasi, dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Penyuluhan dilakukan di dalam dan di luar gedung. Di dalam gedung yang bersifat formal dilakukan di sekolah-sekolah dan yang bersifat informal dilakukan di acara pertemuan keagamaan seperti perpulungan dan perwiritan. Sedangkan penyuluhan diluar gedung dilakukan di jambur, biasanya dilakukan setelah adanya kasus dan dilakukan oleh petugas puskesmas. Survei jentik dilakukan untuk pengambilan sampel jentik di dalam maupun di luar gedung dimana terdapat sumber atau genangan air bersih dan dilaksanakan oleh petugas puskesmas. Selanjutnya, fogging dan abatisasi yang dilakukan di dalam maupun di luar gedung. Program ini dilakukan setelah adanya kasus dengan pelaksana dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dimana alat dan bahannya juga oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. Dalam pelaksanaan fogging dan abatisasi petugas dari puskesmas dilibatkan sebagai pendamping dan penyuluh, penyuluhan dilakukan secara door-to-door. PSN adalah program yang dilakukan di luar gedung. Bentuk dari kegiatan ini adalah Gerakan Jum at Bersih yang melibatkan bidan desa dalam pelaksanaannya.

7 Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala tata usaha Puskesmas Tigapanah diperoleh informasi bahwa banyak kendala yang ditemui dalam pelaksanaan program untuk penanggulangan penyakit DBD. Dimulai dari jumlah tenaga kesehatan bidang Pencegahan dan Pemberantasan (P2) DBD yang hanya berjumlah satu orang dan hanya bertugas sebagai pencatatan dan pelaporan. Pelaksana program dilakukan oleh siapa saja yang bersedia. Kendala lain nya adalah pada pelaksanaan program PSN dalam Gerakan Jum at Bersih belum optimal karena masih ada warga yang berpikir bahwa penyakit DBD tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Pada saat penyuluhan banyak warga yang tidak hadir karena menganggap kegiatan penyuluhan tidak penting. Mereka beranggapan bahwa fogging saja sudah cukup untuk mencegah penyakit DBD. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sriwulandari (2009) mengenai evaluasi pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan penyakit demam berdarah Dengue Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan, menyatakan bahwa salah satu hambatan dalam pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD yaitu susahnya koordinasi dengan beberapa pihak. Dinyatakan bahwa susahnya koordinasi dengan masyarakat maupun pihak desa terlihat dari terkadang ada perangkat desa yang tidak terlalu tanggap saat ada kasus yang menimpa warga. Penelitian yang dilakukan oleh Dalimunthe (2011), mengenai peranan puskesmas dalam upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue. Menyebutkan bahwa upaya dan tindakan yang dilaksanakan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan cukup berhasil. Hal ini ditandai dengan tidak bertambahnya

8 warga yang terkena DBD dan Kecamatan Sidorejo Hilir Medan tidak termasuk daerah endemik. Akan tetapi perlu ditingkatkan penyuluhan DBD dan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan fogging di sekolah-sekolah dan tempat tinggal warga secara serentak serta pembagian bubuk abate gratis. Penelitian yang berkaitan juga dilakukan oleh Tairas, dkk (2015), mengenai analisis pelaksanaan pengendalian DBD di Kabupaten Minahasa. Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa pelaksanaan pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Minahasa Utara yang meliputi surveilans kasus, diagnosis dan tatalaksana kasus, pengendalian vektor DBD, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB, penyuluhan dan peran serta masyarakat dan monitoring evaluasi secara umum sudah berjalan baik dan dirasa cukup sebagai program untuk menanggulangi penyakit DBD. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk menganalisis pelaksanaan program penanggulangan DBD di Puskesmas Tigapanah Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana analisis pelaksanaan program penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Tigapanah Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2016.

9 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan program penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Tigapanah Kecamatan Tigapanah Kabupaten KaroTahun 2016. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Pemerintah, Sebagai bahan kajian dan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dan Puskesmas Tigapanah dalam pelaksanaan program penanggulangan DBD agar menjadi lebih baik dan untuk membuat kebijakan untuk penanggulangan DBD. 2. Bagi Masyarakat, Sebagai pengetahuan dan informasi dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD sehingga mampu meningkatkan peran serta masyarakat dalam program penanggulangan DBD. 3. Bagi Peneliti, Sebagai sarana belajar untuk mengetahui pelaksanaan program penanggulangan DBD serta dapat menerapkan ilmu dan pengalaman belajar selama di Fakultas Kesehatan Masyarakat. 4. Bagi Peneliti Lain, Sebagai dasar dan bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya secara lebih mendalam yang berhubungan dengan skripsi ini.