PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYELIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA PENCURIAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEKUATAN SURAT ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERSIDANGAN DITINJAU DARI HUKUM ACARA PIDANA

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

Penyidikan tidak hanya untuk menemukan tersangkanya saja namun dapat juga digunakan

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

JURNAL ILMIAH FUNGSI IDENTIFIKASI SIDIK JARI DALAM MENENTUKAN PELAKU TINDAK PIDANA ( Studi di Polres Mataram ) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pembunuhan dan penganiayaan yang terjadi dewasa ini seakan-akan telah

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

FAIZAL IMAM BACHTIAR

Fungsi Sidik Jari Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI PELAPOR

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

WEWENANG KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI POLDA BALI

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang

SANTUNAN OLEH PELAKU TINDAK PIDANA TERHADAP KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

KONSEKUENSI HUKUM PENGINGKARAN ISI BERITA ACARA PEMERIKSAAN OLEH TERDAKWA DI PERSIDANGAN Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. mengatur suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma pergaulan. tingkat kejahatan atau tindak pidana pembunuhan.

BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang Masalah

FUNGSI ALAT BUKTI (SIDIK JARI) DALAM MENGUNGKAP TINDAK KEJAHATAN PENCURIAN (STUDI KASUS DI POLRESTA SURAKARTA) 3. \ 4. 5.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

HAK UNTUK MELAKUKAN UPAYA HUKUM OLEH KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA

JURNAL KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI INFORMASI ATAU DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PERADILAN PERKARA PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB III PENUTUP. maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut : 1. Proses pengambilan sidik jari dalam suatu perkara pidana adalah

I. PENDAHULUAN. Munculnya gelombang reformasi di akhir dekade 90-an yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. membuat masyarakat tidak sadar bahwa korban yang paling dirugikan

BAB I PENDAHULUAN. hukum tidak berdasar kekuasaan belaka. 1 Permasalahan besar dalam. perkembangan psikologi dan masa depan pada anak.

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum.

PROSES HUKUM TERHADAP ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM TINDAK PIDANA PENGGELAPAN JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. dengan hak warga negara. Pengaturan hak asasi manusia secara konstitusional

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum (rechstaat) bukan

BAB I PENDAHULUAN. dipersidangan, dan hakim sebagai aparatur penegak hukum hanya akan

BAB I PENDAHULUAN. tegas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtstaat); tidak. berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstaat).

ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA. (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta)

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

KEGUNAAN SIDIK JARI (DACTYLOSCOPY) DALAM PROSES PENYIDIKAN UNTUK MENGUNGKAP TINDAK PIDANA NASKAH PUBLIKASI

PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK)

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

SKRIPSI PERANAN SAKSI DAN KETERANGAN AHLI DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

REKONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA PIDANA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. cara yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana untuk mencari serta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

Pembuktian penuntut umum dalam perkara tindak pidana korupsi oleh kejaksaan Sukoharjo. Oleh : Surya Abimanyu NIM: E BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

PERANAN HAKIM DALAM PENERAPAN PEMBALIKAN BEBAN PEMBUKTIAN DI PERSIDANGAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Oleh. I Gusti Ngurah Dhian Prismanatha

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

V. PENUTUP. 1. Bagaimana Efektivitas Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Kasus Tindak Pidana Korupsi di Polres Lampung Barat.

PERANAN VISUM ET REPERTUM DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian, siapa subjek penelitian, sumber data, bagaimana karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagaimana tersirat di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

Tinjauan tentang disparitas putusan hakim pada tindak pidana perkosaan (studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB IV. A. Proses Pembuktian Pada Kasus Cybercrime Berdasarkan Pasal 184 KUHAP Juncto

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WHISTLE BLOWER DALAM PERSIDANGAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

Oleh : Rinanda Basitha ** A.A. Ngurah Wirasila *** I Gusti Agung Ayu Dike Widhiyaastuti ****

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik spiritual maupun

Presiden, DPR, dan BPK.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) seperti

PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DALAM BAP DI MUKA SIDANG PANGADILAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR)

FUNGSI SIDIK JARI SEBAGAI ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT (STUDI KASUS POLRES PURWOREJO) AULINA DEVI RAHYUNI

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

E-JOURNAL PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TINDAK PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR (STUDI KASUS DI POLSEK KUTA)

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan diatas dan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana dicantumkan

Transkripsi:

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYELIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA PENCURIAN (Studi Kasus di Polres Gianyar) Oleh: Satya Haprabu Hasibuan Pembimbing : I Gusti Ketut Ariawan I Gusti Ngurah Parwata Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak : Peranan sidik jari dalam proses identifikasi adalah sebagai alat bukti petunjuk untuk menemukan pelaku tindak pidana pencurian. Pasal 184 ayat (1) KUHAP, alat bukti tersebut adalah : keterangan saksi, keterangan ahli, alat bukti surat, alat bukti petunjuk, keterangan terdakwa. Di jaman yang semakin canggih ini menyebabkan munculnya kejahatan dan dalam proses indentifikasi membutuhkan alat bukti petunjuk, misalnya sidik jari. Kata kunci : KUHAP, alat bukti petunjuk, proses identifikasi, sidik jari Abstract : Function of fingerprint in the identification process is as an indication evidence to find the perpetrators of crime, particularly crimes of theft. In article 184 paragraph (1) Indonesian law of criminal procedure, legal means of evidence shall be : the testimony of a witness, the testimony of an expert, a document, an indication, the testimony of the accused. Age of increasingly sophisticated led to the rise of crime and in the identification process requires an indication evidence, for example fingerprint. Key words : Indonesian law of criminal procedure, an indication evidence, identification proses, fingerprint. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalau kita lihat perkembangan yang terjadi akhir-akhir ini, gejala kejahatan semakin meningkat, khususnya di kota-kota besar. Mulyana W. Kusumah mengungkap bahwa data yang disajikan dalam statistik kriminil Polri maupun sumber-sumber resmi lainnya membenarkan secara kuantitatif perkembangan kriminalitas menunjukan kecenderungan kenaikan jumlah kejahatan. 1 Kondisi tersebut juga terjadi di Bali, 1. Kusumah, Mulyana W, 1983. Kejahatan, Penjahat dan Reaksi Sosial, Alumni, Bandung, Hal. 7. 1

khususnya di wilayah Kota Gianyar. Sebagai salah satu kota besar di Bali, peluang untuk terjadinya tindakan-tindakan kriminal sangatlah terbuka. Salah satu bentuk kejahatan yang marak terjadi di Kota Gianyar adalah tindak pidana pencurian. Data Kasus Pencurian yang Terjadi di Wilayah Hukum Polres Gianyar Tindak Pidana Pencurian Tahun 2011 Tahun 2012 (Januari s/d Agustus) 1. Pencurian Biasa 49 kasus 23 kasus 2. Pencurian dengan Pemberatan 63 kasus 31 kasus 3. Pencurian Kendaraan Bermotor 22 kasus 15 kasus 4. Pencurian dengan Kekerasan 6 kasus 4 kasus Dari data yang diperoleh satu tahun terakhir, menunjukkan wilayah hukum Polres Gianyar memiliki kasus tindak pidana pencurian yang beragam. Pada proses penyelidikan akan dilakukan melalui beberapa proses yang salah satunya yakni dengan mengambil sidik jari. Sidik jari yang dalam bahasa Inggris disebut fingerprint ini diambil dalam proses penyelidikan untuk pemeriksaan lebih lanjut mengenai bukti-bukti yang mungkin tertinggal di TKP (Tempat Kejadian Perkara). Hasil yang dicapai dari penyelidikan tadi merupakan suatu pengetahuan yang disebut dactyloscopy atau pengetahuan tentang sidik jari. 2 Bukti tersebut yang akan dicocokan dengan sidik jari milik tersangka jika tersangka dalam hal ini sudah diketemukan atau sidik jari tersebut dapat pula digunakan untuk menemukan tersangka pada suatu kasus yang belum ditemukan tersangkanya. B. Tujuan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan sidik jari dalam proses penyelidikan sebagai salah satu alat bukti untuk mengungkap suatu tindak pidana pencurian di Polres Gianyar serta hambatan-hambatan penyelidik Polres Gianyar dalam pelaksanaan pengambilan sidik jari di Tempat Kejadian Perkara. 2. Karjadi, M, 1971. Tindakan dan Penjidikan Pertama di Tempat Kejadian Perkara. P.T. Gita Karya, Jakarta. Hal. 54. 2

II. ISI MAKALAH A. Metode Penelitian ini menggunakan metode pendekatan empiris. Yang mana definisi empiris ini sendiri menurut Fred N.Kerlinger: Sebagai pertanyaan-pertanyaan yang dicoba untuk ditemukan jawabannya. 3 Untuk menunjang penelitian ini maka diperlukan data primer yaitu data yang bersumber dari penelitian lapangan dengan melakukan proses wawancara, dan disertai data sekunder yaitu peraturan perundangundangan, buku literatur, majalah, artikel, makalah, dan kamus. B. Hasil dan pembahasan Secara umum alat bukti sidik jari merupakan sesuatu yang mendukung untuk memperkuat keyakinan hakim di persidangan. Sidik jari akan dikembangkan oleh penyidik dalam proses penyelidikan oleh petugas identifikasi sebagai alat bukti petunjuk dan sidik jari yang ditemukan di TKP dirumuskan sehingga menjadi alat bukti surat dalam bentuk blanko sidik jari. Serta pada saat di persidangan alat bukti keterangan ahli disampaikan oleh petugas identifikasi tentang sidik jari yang ditemukan. Data Pengungkapan Kasus Pencurian dengan Alat Bukti Sidik Jari di Wilayah Hukum Polres Gianyar Tindak Pidana Pencurian Tahun 2011 Tahun 2012 (Januari s/d Agustus) 1. Pencurian Biasa 2. Pencurian dengan Pemberatan 3. Pencurian Kendaraan Bermotor 4. Pencurian dengan Kekerasan 4 kasus 2 kasus 3 kasus 1 kasus Pada umumnya kasus-kasus pencurian yang terjadi di Wilayah Hukum Polres Gianyar, dapat diungkap dan dibuktikan dengan barang bukti dan saksi yang ada. Akan tetapi apabila terdapat kasus yang belum terungkap (kasus gelap) peranan alat bukti sidik jari yang ditemukan di tempat kejadian perkara sangat penting dan diperlukan 3. Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono. 2008. Metode Penelitian Hukum (Buku Pegangan Kuliah), Surakarta, Hal. 48. 3

untuk menemukan tersangkanya. Dengan ditemukan tersangkanya, suatu kasus akan menemui titik terang dengan informasi yang diberikan oleh tersangka kemudian penyidik mengumpulkan barang bukti berdasarkan informasi tersebut. Dalam melaksanakan tugas identifikasi, penyelidik yang merupakan petugas yang berwenang di TKP mengalami keterbatasan, antara lain: a. Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam hal ini, SDM yang dimaksud adalah petugas penyelidik. Petugas penyelidik belum semua mengikuti kejuruan Identifikasi walaupun pada saat pendidikan menjadi anggota Polri telah diajarkan tentang identifikasi. Namun untuk menguasai ilmu tentang identifikasi secara mahir (professional), perlu diberikan pendidikan khusus mengenai identifikasi selama dua bulan, yaitu terdiri dari satu bulan pendidikan dasar dan satu bulan pendidikan lanjutan kejuruan yang bertempat di PUSDIK RESINTEL Megamendung, Jawa Barat. Untuk Polres Gianyar baru sebagian kecil petugas penyelidik yang mengikuti kejuruan Identifikasi. b. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimaksud merupakan alat-alat yang digunakan oleh penyelidik dalam proses penyelidikan khususnya pengambilan sidik jari. Kondisi alat-alat tersebut sudah mengalami penyusutan sehingga kemampuan alat-alat tersebut tidak berfungsi dengan baik. c. Data Masyarakat Data merupakan hal yang paling penting dalam mencocokkan hasil dari penyelidikan khususnya sidik jari yang ditemukan. Keterbatasan data masyarakat yang dimiliki oleh satuan Reskrim Polres Gianyar menjadi suatu hal yang menghambat penyelidik dalam menemukan tersangka. d. Status QUO Ketidakutuhan status QUO (keaslian TKP) merupakan faktor yang sering disebabkan oleh korban yang panik maupun masyarakat yang ingin tahu peristiwa yang terjadi. Jadi TKP sudah terkontaminasi akibat kurang mengertinya masyarakat tentang arti keaslian TKP dan peranannya. Status QUO merupakan keadaan TKP setelah peristiwa hukum terjadi yang belum adanya intervensi dari siapapun dan keasliannya masih utuh. 4

III. KESIMPULAN 1. Bahwa peranan sidik jari dalam proses penyelidikan untuk mengungkap suatu tindak pidana pencurian adalah untuk menyederhanakan proses penyelidikan dan menemukan tersangkanya melalui langkah-langkah yang telah diatur dalam undang-undang yang utamanya adalah kasus-kasus yang belum diketahui tersangkanya (kasus gelap). Sidik jari akan dikembangkan oleh penyidik dalam proses penyelidikan oleh petugas identifikasi sebagai alat bukti petunjuk dan sidik jari yang ditemukan di TKP dirumuskan sehingga menjadi alat bukti surat dalam bentuk blanko sidik jari. Serta pada saat di persidangan alat bukti keterangan ahli disampaikan oleh petugas identifikasi tentang sidik jari yang ditemukan. 2. Bahwa terdapat faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi pelaksanaan tugas penyelidik dalam melaksanakan proses pengambilan sidik jari di TKP, antara lain: a. Faktor Intern Terbatasnya petugas identifikasi di Polres Gianyar yang mengikuti kejuruan identifikasi sehingga tidak mahir (professional) dalam proses pengambilan sidik jari di TKP. b. Faktor Ekstern. Faktor penghambat yang paling dominan adalah tidak utuhnya status QUO (keaslian TKP) merupakan faktor yang sering disebabkan oleh korban maupun masyarakat yang ingin tahu peristiwa yang terjadi. Jadi TKP sudah terkontaminasi akibat kurang mengertinya masyarakat tentang peran dan arti keaslian TKP. IV. DAFTAR PUSTAKA Buku Kusumah, Mulyana W, 1983. Kejahatan, Penjahat dan Reaksi Sosial, Alumni, Bandung. Karjadi, M, 1971. Tindakan dan Penjidikan Pertama di Tempat Kejadian Perkara. P.T. Gita Karya, Jakarta. Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono. 2008. Metode Penelitian Hukum (Buku Pegangan Kuliah), Surakarta. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana. 5