1. Lakilaponto yang kemudian menjadi Raja Buton VI dan Sultan I

dokumen-dokumen yang mirip
Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dg Paskibraka, di Jakarta, tgl.18 Agt 2014 Senin, 18 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan

Sambutan Presiden RI pd Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi, di Jakarta, 25 Apr 2014 Jumat, 25 April 2014

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat

Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sangat pantas dijadikan referensi nomor wahid sepanjang masa. bahkan setan pun tak ingin berpapasan dengannya di jalan.

PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN HARI JADI KOTA BAU-BAU DAN PERUBAHAN PENULISAN BAU-BAU

PENDEKATAN TEORITIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Perkembangan Sistem Politik Indonesia: Tinjauan Teoritis

Wujud Cerita Panglima Besar dalam Masyarakat Desa Sei Nagalawan. merupakan panglima yang tinggal di Desa Sei Nagalawan. Tokoh Panglima Besar

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan

NASKAH DRAMA SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN DEMAK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Tanggal 17 Agustus Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan Salam sejahtera bagi kita sekalian.

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Asal Mula Candi Prambanan

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Sarana dan Prasarana DDII, Bekasi, 27 Juni 2011 Senin, 27 Juni 2011

Raja Tampan yang Bodoh

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA

Raja Tampan yang Bodoh

SISTEM PEMERINTAHAN ISLAM DAN UNDANG- UNDANG KESULTANAN BUTON DI SULAWESI TENGGARA. Muhammad Roy Purwanto 1. Abstrackt

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Raja Tampan yang Bodoh

PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Raja Tampan yang Bodoh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

Raja Tampan yang Bodoh

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan

BAB IV. Buton Utara setelah Terintegrasi dengan Kesultanan Buton. setelah terintegrasi dengan Kesultanan Buton karena dengan pertimbangan bahwa

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

Sikap Kepahlawanan dan

RUKUN NEGARA. B.006(B.M) Januari 2013 (100.)

Penganugerahan Warga Kehormatan Korps Brimob Polri kepada Presiden RI, 15 Nov 2013 di Mako Brimob Jumat, 15 November 2013

dia tak pernah melepas cadar yang menutupi wajah cantiknya.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate.La Bolontio diberikan amanat oleh Sultan

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Kode Kehormatan Pramuka

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Suatu hari, datanglah Sunan Kalijaga ke kediaman Ki Ageng Pandanaran dengan mengenakan pakaian compang-camping layaknya seorang tukang rumput.

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e )

Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya:

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya

BAB IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. geografi dan demografi Kecamatan, Lakudo Kabupaten Buton. Kemudian, dirinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO

Daftar Isi. Ketetapan SK Rektor. 2. Konstitusi Penjalas... 13

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

LATIHAN SOAL UUD 1945 ( waktu : 36 menit )

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.11 Nabi Dawud AS. dan Nabi Sulaiman AS.

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UNDANG - UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA Pembukaan

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG

KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA

ACARA 100 TAHUN PERINGATAN KEBANGKITAN NASIONAL TAHUN 2008, DI ISTANA NEGARA JAKARTA, 20 MEI 2008 Rabu, 21 Mei 2008

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SELAYAR,

I. YOSUA TELAH MENAATI SEMUA PERINTAH ALLAH

LA BOLONTIO ABAD XV. Pembimbing: Drs. Jonji Apriyanto, M.Hum*, Drs. Surya Kobi, M.Pd** ELI SABAN

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga.

Sambutan Presiden RI pd Penganugerahan Gelar Kehormatan Adat Budaya Banjar tgl. 24 Okt 2013 Kamis, 24 Oktober 2013

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

Revelation 11, Study No. 15 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu, Pasal 11, Pembahasan No. 15, oleh Chris

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pernikahan dengan Khadijah dan datangnya wahyu pertama.

RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER

Th A Hari Minggu Adven I

Untung Suropati. Untung Bersekutu Dengan VOC

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2003 TENTANG

Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

Written by Administrator Sunday, 17 November :00 - Last Updated Wednesday, 26 March :12

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

Sambutan Menteri Keuangan Acara Wisuda Politeknik Keuangan STAN Tahun 2016 Sentul International Convention Center 19 Oktober 2016

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009

PENGASASAN KESULTANAN MELAYU MELAKA (m/s 47 48)

RGS Mitra 1 of 10 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

Transkripsi:

Tradisi Buton baik lisan maupun tulisan menuturkan bahwa Murhum yang semasa kecil bernama Lakilaponto lahir di istana Raja Wuna diperkirakan pada awal abad ke XVI memiliki darah kebangsawanan Melayu, Jawa, Wuna, Konawe, Luwu dan Buton. Sibatara (Sri Batara) yang pernah menjadi duta keliling Kerajaan Majapahit untuk wilayah Timur Nusantara abad ke XIV,melakukan perkawinan di Kerajaan Luwu (Sulawesi selatan) dengan Waboteo (Wetendiabe) dan melahirkan dua orang putra yaitu Laeli alias Sugipatani yang kelak menjadi raja Wuna I dan Latiworo kelak menjadi Raja Tiworo I. Sugipatani menurunkan Sugilaende (Sugimpeori) Raja Wuna ke II kemudian berputra bernama Sugimanuru Raja Wuna ke III dan kawin dengan Watuwapala anak dari Kiy Jula (Putra Bataraguru Raja Buton ke III). melahirkan 3 orang putra yaitu : 1. Lakilaponto yang kemudian menjadi Raja Buton VI dan Sultan I 2. Laposusu 3. Wapogo Dimasa kanak-kanak Murhum telah memperlihatkan sifat-sifat kepemimpinan, berbudi pekerti, tegas, suka menolong, pemberani, adil dan penuh kesabaran, sehingga mendapat perhatian khusus dari ayah handanya Raja Wuna ke III. Oleh karena itu Raja Wuna III berinisiatif untuk mengirim Murhum ke Istanah Raja Buton yang saat itu memerintah adalah Raja Mulae (raja Buton V) paman dari pihak ibunya sebagaibelobamba (salah satu Sistim Pengkaderan para calon pemimpin masa depan), untuk belajar tentang tata cara adat istiadat Istana peraturan-peraturan kenegaraan, akhlak dan sopan santun maupun kesatriaan. MASA PERJUANGAN Memasuki usia dewasa Murhum meninggalkan istanah Raja Mulae dan melanglang buana sampai di pulau Selayar bahkan menjadi salah seorang tokoh perlawanan dalam mengusir bajak laut Tobelo dan dalam pengejarannya terhadap para pengacau keamanan, Murhum tiba dipulau Marege (wilayah Australia) sekarang). Ketika Murhum masih berada di Selayar situasi perairan di Kerajaan Buton sangat rawan sebagai akibat serangan bajak laut pimpinan Labolontio (sosok manusia bermata satu) mulai menyerang wilayah-wilayah pesisir Utara Kerajaan Buton, maka Raja Mulae ( Raja Buton ke V) meminta Bontona Barangkatopa segera memanggil Murhum kembali ke Buton dengan tugas utama menghancurkan bajak laut Labolontio. Sementara itu di pusat Kerajaan Buton laskar kerajaan telah siap menunggu perintah untuk berangkat menghadapi bajak laut dan atas perintah Murhum (selaku pimpinan pasukan) berangkat menuju selat Buton antara daratan pulau Buton dan Pulau Muna (Boneatiro sekarang), terjadilah pertempuran yang amat dahsyat dan Labolontio tewas terbunuh ditangan Murhum sendiri. Maka sebagai bukti seusai perang kepala Labolontio dipenggal oleh salah seorang pasukan Murhum selanjutnya diambil untuk diperlihatkan kepada Raja Buton (Raja Mulae) serta dipertontonkan seluruh rakyat sebagai tanda kemenangan dan kedamaian diseluruh wilayah kerajaan (tengkorak Labolontio saat ini tersimpan pada Kantor Dinas Pariwisata Baubau). Atas jasa Murhum membebaskan Buton dari kekacauan bajak laut pimpinan Labolontio maka sebagai keistimewaan, keagungan budi, dan rasa tanggung jawab dari seorang Raja, sehingga

Murhum yang kemudian hari dinikahkan dengan Watampaidongi (Putri Raja Mulae). Murhum sebagai seorang kesatria asli yang penuh rasa tanggung jawab moral atas keamanan dan ketertiban wilayah-wilayah kerajaan leluhurnya yaitu Buton, Wuna, Tiworo dan Konawe, maka sekitar tahun 1520 atas restu Raja Mulae, Murhum dan pasukannya untuk kedua kalinya di berangkatkan menuju Banggai (Sulawesi Timur), sebagai pasukan perdamaian dalam rangka membantu masyarakat Banggai dari kemungkinan ancaman dan gangguan yang akan ditimbulkan oleh sisa-sisa pasukan Labolontio maupun ancaman dari kerajaan lain disekitarnya. Oleh karena itu kehadiran pasukan perdamaian dari Kerajaan Buton ini, maka rakyat Banggai merasa terlindungi sehingga Murhum dinyatakan sebagai pimpinan mereka, sekaligus menjadikan wilayah Banggai menjadi salah satu bagian wilayah Kerajaan Buton. Sumpah setia mayarakat Banggai, ketika Murhum hendak kembali kenegeri asalnya (Kerajaan Buton) setelah melaksanakan tugas ± 3 Tahun lamanya menjadi pasukan penjaga keamanan, ikut pula sekelompok masyarakat Banggai menuju Kerajaan Buton dan selanjutnya mereka ditempatkan disalah satu Pulau (wilayah Kerjaan Buton) Yaitu Pulau Wawonii. Kesuksesan Murhum dalam beberagai misi politik (peperangan dan perdamaian) serta telah menjelajahi hampir seluruh wilayah jazirah Tenggara dan Tengah Pulau Sulawesi bahkan sampai di utara Benua Australia menambah keyakinan dan kepercayaan para raja sehingga Murhum dijadikan sebagai salah seorang kandidat calom pemimpin di Jazirah Tenggara Sulawesi. a. MENJADI RAJA KONAWE MASA MENITI KARIR POLITIK Sebagai seorang patriot dan pembebas kemanusiaan pada masanya, Murhum telah menjadi setrum para tetua adat di Jazirah Sulawesi Tenggara baik sebagai pimpinan perang maupun sebagai juru damai bahkan sebagai hakim (Juru Runding) dalam menyelesaikan berbagai kasus yang melanda beberapa kerajaan di Sulawesi Tenggara pada saat itu. Ketika Kerajaan Konawe (Kendari sekarang) salah satu negeri leluhur Murhum terjadi prahara/pertikaian dengan Kerajaan Mekongga (saat ini menjadi wilayah Kolaka) maka atas permintaan Mokole Konawe kepada Raja Buton, maka Murhum diberangkatkan ke Kerajaan Konawe dengan dikawal sepasukan orang-orang pilihan dari Kadie/Wilayah Watumotobe (wilayah Kapontori sekarang), salah satu pasukan elit kelompok Matana Soromba dengan pertimbangan bahwa wilayah Watumotobe sama dengan kondisi alam kerajaan Konawe yang berhutan lebat. Kehadiran Murhum bersama para pengawalnya disambut suka cita oleh Mokole Konawe karena betepatan dengan kesulitan yang dihadapi negerinya sedang bertikai dengan Kerajaan Mekongga. Keyakinan Mokole Konawe atas kemampuan Murhum beserta para pengawalnya sehingga diberikan kepercayaan penuh kepada Murhum untuk mengambil sikap sekaligus menjadi pimpinan pasukan Konawe dalam menyelesaikan krisis dengan Kerajaan Mekongga. Krisis tersebut tidak berlangsung lama dan kemenangan berpihak kepada Kerajaan Konawe atas jasa Murhum. Berakhirnya Perseteruan dengan Kerajaan Mekongga maka Mokole Konawe mengundang para petinggi adat kerajaan untuk bermusyawarah, dalam hal mana pertemuan tersebut Mokole Konawe menyampaikan maksudnya untuk mengundurkan diri dari jabatannya karena faktor usia tidak memungkinkan untuk terus-menerus menjadi Mokole.

Beliau berpesan dan menitip harapan agar Murhum yang telah berjasa besar dalam menyelesaikan pertikaian dengan kerajaan Mekongga dapat kiranya dipertimbangkan sebagai salah seorang calon Mokole. Musyawarah mufakat suksesi jabatan Mokole Konawe berlangsung selama 8 hari 8 malam dan setelah mendengarkan saran, pendapat dari berbagai aspek tentang Murhum, maka diputuskan bahwa yang pantas untuk menjadi Mokole Konawe adalah Murhum dengan dasar pertimbangan Murhum seorang pemberani, berbudi pekerti, telah berjasa, juga keturunan Bangsawan Konawe (kemenakan Mokole) juga Mokole Konawe tidak mempunyai anak laki-laki. Suksesi Mokole yang telah berlangsung selama 8 hari 8 malam tersebut dalam sejarah Konawe memberikan gelar kepada Murhum dengan istilah Halu Oleo, sejak masa itulah Murhum menjadi Raja Konawe dan iapun kawin dengan salah seorang putri mantan Mokole yang dikaruniai 3 (tiga) orang putri yaitu Wakonawe, Wapoasia dan Walepo-lepo (nama-nama tersebut telah diabadikan menjadi nama kampung di Wilayah Kendari saat ini). b. MENJADI RAJA WUNA IV Setelah sekian lama Murhum dalam perkawinannya dengan Wa Tampayidongi putri Raja Mulae (Raja Buton VI) maka datang perutusan dari istana Kerajaan Wuna dan menyampaikan bahwa ayahanda Murhum yaitu Raja Sugimanuru sakit keras sehingga diharapkan untuk kembali ke tanah kelahirannya (Kerajaan Wuna). Tidak berselang lama setelah Murhum tiba, maka ayahandanya (Raja Sugimanuru) mangkat. Dengan mangkatnya Raja Sugimanuru melahirkan kosongnya pimpinan kerajaan Wuna pada waktu itu. Syara Wuna mengadakan musyawarah untuk menentukan pengganti mendiang Raja Sugimanuru. Diantara 2 (dua) orang putra Sugimanuru yaitu Lakilaponto alias Murhum dan La Posasu, maka diputuskan oleh syara Wuna menetapkan Lakilaponto alias Murhum sebagai Raja Wuna ke IV dengan pertimbangan sebagai putra sulung Raja Sugimanuru. Sebaliknya di Kerajaan Buton pada saat yang hampir bersamaan Murhum dipanggil pulang oleh Raja Mulae untuk urusan yang sangat penting sehingga dalam keadaan itu jabatan sebagai Raja Wuna ke IV diserahkan kepada saudaranya yaitu La Pososu sebagai Raja Wuna ke V. c. MENJADI RAJA BUTON VI ( SULTAN BUTON I ) Karena usia sudah uzur Raja Buton ke V yaitu Raja Mulae sangat menyadari kemampuan dalam mengendalikan roda pemerintahan mulai nampak menurun sehingga meminta pertimbangan syara Buton (Siolimbona) untuk menyerahkan jabatan Raja kepada Murhum dengan pertimbangan bahwa Murhum telah memberikan jasa dan pengabdiannya dalam menyelamatkan Kerajaan Buton dari berbagai gangguan, ancaman, juga didasari pribadi Murhum menunjukan sifat-sifat seorang pemimpin, jujur, bijaksana dan tegas mengambil keputusan, disamping sebagai anak menantu Raja Mulae. Usul Raja Mulae mendapatkan respon positif dan suara bulat dari anggota legislatif Dewan Siolimbona untuk menetapkan Murhum sebagai Raja Buton yang ke VI. Pada awal masa pemerintahan Raja Murhum mengangkat Manjawari sebagai Sapati pertama dan Batambu sebagai Kenepulu pertama kedua orang yang disebutkan tersebut adalah putra asli Selayar dan Wajo (Sulawesi Selatan), atas jasa keduanya membantu perlawanan Kerajaan Buton menghadapi bajak laut sehingga diberikan jabatan. Menurut catatan sejarah Buton, Murhum menjadi Raja selama 20 tahun dimulai sejak akhir tahun 1538 Masehi.

Ketika memasuki tahun ke-4 menjadi Raja, ia pun kedatangan tamu, seorang muballig dari Johor (semenanujung Tanah Melayu) yaitu Syekh Abdul Wahid Bin Sulaiman. Dan dari padanya ia mengukuhkan keislamannya sekaligus juga memperoleh pengakuan sebagai Raja Islam dengan gelar Sultan Murhum Kaimuddin pada tahun 1948 Hijriah atau tahun 1542 Masehi. Dua puluh tahun kemudian sesudah menjadi Raja tepatnya pada tahun 1558 Sultan Murhum Kaimuddin memperoleh pengakuan dan pengukuhan kembali dari Sultan Rum (Turki) sebagai Sultan Murhum Kaimuddin Khalifatul Khamis. Dan Kerajaan Buton berubah status menjadi Pemerintahan Kesultanan Islam.Peristiwa tersebut menjadi momentum sejarah mulai membangun Pemerintahan Kesultanan Buton atas sendi-sendi Islam dibawah bimbingan Syekh Abdul Wahid selaku penasehat kesultanan pada saat itu. Antara lain dikukuhkannya Falsafah perjuangan hidup bermasyarakat yaitu Yinda-yindamo arataa somanamo karo, yinda-yindamo karo somanamo lipu, yinda-yindamo lipu somanamo Sara, yinda-yindamo lipu somanamo agama (tiada meniadalah harta demi diri, tiada meniadalah diri demi negeri, tiada meniadalah negeri demi pemerintahan, tiada meniadalah pemerintahan demi agama). Dipuncak pemerintahannya Sultan Murhum telah menjadikan tokoh pemimpin dari 3 (tiga) Kerajaan yaitu Kerajaan Konawe, Wuna dan Buton yang mempunyai wilayah teritorial yang sangat luas meliputi Kepulauan Banggai, Buton, Muna, Kabaena, Tiworo, Kepulauan Tukang Besi, Wawonii, Marunene (Rumbia) pada pertengahan abad ke XVI. Masih banyak prestasi lain beliau yang tidak dapat diungkapkan semuanya disini dan setelah 46 tahun memimpin Kesultanan Buton (baik sebagai Raja ke VI dan Sultan I), tepat pada tahun hijriah 991 (tahun 1584 M) Lakilaponto Murhum Sultan Kaimuddin Khalifatul Khamis perpulang kerahmatullah dalam usia kurang lebih 90 tahun, dimakamkan di Bukit Lelemangura dalam kompleks Benteng Wolio Keleurahan Melai Kecamatan Betoambari Kota Bau Bau. Sebagai akibat dari rasa cinta terhadap negeri dan tanah air serta rakyatnya, lahirlah rasa pengabdian yang tinggi pada seseorang yang patriotik. Tetapi seseorang yang memiliki rasa pengabdian yang dibuktikan dalam kenyataan kehidupan masyarakat, otomatis harus memiliki aspek-aspek kebudayaan yang lain seperti rasa kesabaran, rasa ketabahan (keuletan, ketekunan, kemauan yang keras), keberanian (berani berkorban dan tulus ikhlas, ketaatan), rasa optimis untuk mencapai kemenangan (kejayaan), rasa cinta terhadap kebenaran dan keadilan, serta mempunyai rasa kerinduan terhadap kemakmuran dan kedamaian. Didalam pengabdian terhadap Negeri dan rakyatnya seorang patriotik otomatis pula dipandang oleh rakyat dan masyarakatnya sebagai bapak pemimpin, sehingga patriot itu juga pelindung, tokoh, pelopor dan pahlawan. Nilai patriotiknya adalah nilai-nilai kebapaan, kepemimpinan yang diliputi oleh rasa cinta terhadap tanah air, negeri dan bangsa serta rakyatnya dan mempunyai rasa dedikasi yang tinggi dan berkemauan keras untuk membawa rakyat dan negerinya kealam bahagia, tentram dan damai, adil dan makmur, serta sejahtera. Jika Murhum dalam sejarahnya, ternyata adalah seorang patriotik, maka ia adalah : 1. Seorang pemimpin, seorang bapak, baik sebagai raja dalam pemerintahan, maupun seorang panglima perang, yang membawa negeri dan rakyatnya kepada persatuan dan kesatuan, dan tentram dari gangguan pengacau dari luar.

Please download full document at www.docfoc.com Thanks