BAB IV KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM MENGENAI HUKUMAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

Tabel Periode Pengaturan Pendanaan Terorisme

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

Bab XXV : Perbuatan Curang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

PEMIDANAAN SERTA POLITIK HUKUM PIDANA DALAM KUHP/RKUHP DAN PERBANDINGAN DENGAN ISLAM

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

Bab XXVIII : Kejahatan Jabatan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PAMEKASAN TENTANG HUKUMAN AKIBAT CAROK MASAL (CONCURSUS) MENURUT HUKUM ISLAM

I. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional.

BUKU KEDUA KEJAHATAN BAB I KEJAHATAN TERHADAP KEAMANAN NEGARA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kejahatan terorisme sudah menjadi fenomena internasional, melihat

KEJAHATAN DAN PELANGGARAN TERHADAP NYAWA DAN TUBUH ORANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

TINDAK PIDANA TERORISME DARI SUDUT HUKUM PIDANA MATERIIL (PENGATURAN NYA DALAM UNDANG - UNDANG NO. 15 TAHUN 2002)

BAB II TINDAK PIDANA MILITER. tentang apa yang disebut dengan tindak pidana tersebut, yaitu : dilarang dan diancam dengan pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

PEMBUNUHAN DENGAN RENCANA DAN PASAL 340 KUHP

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1989 TENTANG TELEKOMUNIKASI [LN 1989/11, TLN 3391]

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PELAKU PEMBAKARAN LAHAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut.

Pelaksanaan Pidana Mati kemudian juga diatur secara khusus dalam Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XV/2017 Makar dan Permufakatan Jahat

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA


RGS Mitra 1 of 22 PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING TAHUN 2016 TENTANG ITE

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPASAN PAKSA SEPEDA MOTOR

RUU KUHP - Draft II 2005 BUKU KEDUA TINDAK PIDANA BAB I TINDAK PIDANA TERHADAP KEAMANAN NEGARA. Bagian Kesatu Tindak Pidana terhadap Ideologi Negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH

crime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB III PENUTUP. 1. Akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana terorisme antara lain:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

POLITIK HUKUM PEMERINTAH DALAM PENYUSUNAN RUU KUHP. Prof. Dr. Enny Nurbaningsih, S.H.,M.Hum. Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

BAB IV PELANGGARAN KONSERVASI TAMAN HUTAN RAYA R.SOERJO DALAM PERSPEKTIF FIKIH JINAYAH

BAB II PENERAPAN KONSEP NOODWEER DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN SEBAGAI AKIBAT ADANYA TINDAK PIDANA KEHORMATAN KESUSILAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PN DEMAK No. 62/Pid.Sus/2014/PN Dmk DALAM KASUS TABRAKAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan

Pengantar Hukum Indonesia Materi Hukum Pidana. Disampaikan oleh : Fully Handayani R.

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

PERUSAKAN DAN PENGHANCURAN BENDA (BAB XXVII) PERUSAKAN DAN PENGHANCURAN BENDA DALAM BENTUK POKOK (PASAL 406 KUHP) PERUSAKAN DAN PENGHANCURAN BENDA RIN

UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1992 TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN [LN 1992/46, TLN 3478]

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB II HUKUMAN PELAKU TERORISME MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA. 1. Terorisme Menurut Undang-Undang di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana atau perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang dilakukan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILA N NEGERI MEDAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENGEDARAN MATA UANG PALSU

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NOMOR : 61 / PID. B / 2005 / PN. SMG TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA TERORISME YANG DILAKUKAN OLEH ANAK A. PENGATURAN TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Surastini Fitriasih

WELCOME MATA PELAJARAN : MADRASAH ALIYAH ASSHIDDIQIYAH FIQIH. Kelas : XI (Sebelas), Semster : Ganjil Tahun Pelajaran : 2012/2013

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA TERORISME MENURUT UU NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG TERORISME

PENGHANCURAN GEDUNG SECARA MELAWAN HUKUM

[

Transkripsi:

BAB IV KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM MENGENAI HUKUMAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME A. Persamaan Hukuman Pelaku Tindak Pidana Terorisme Menurut Hukum Positif dan Pidana Islam Mengenai persamaan hukuman pelaku tindak pidana terorisme menurut hukum positif dan hukum Islam yaitu sama-sama mendapatkan hukuman atas tindak pidana terorisme. Dalam hukum positif di Indonesia hukuman bagi pelaku tindak pidana terorisme terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang- Undang No. 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Meskipun tidak secara jelas dijelaskan dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana tentang pelaku hukuman tindak pidana terorisme, tetapi berikut penjelasan tentang pelaku hukuman tindak pidana terorisme dalam KUHP: 1. Pasal 106 sampai Pasal 108 Buku II tentang kejahatan yang terdapat pada Bab I tentang kejahatan terhadap keamanan negara, yang berbunyi: Pasal 106: Makar dengan maksud supaya wilayah negara seluruhnya atau sebagian jatuh ketangan musuh atau dengan maksud untuk memisahkan sebagian dari wilayah negara dari yang lain, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. 72

73 Pasal 107: (1) Makar dengan maksud untuk menggulingkan pemerintah, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. (2) Para pemimpin dan para pengatur makar tersebut dalam ayat 1, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun. Pasal 108: (1) diancam denagn pidana paling lama lima belas tahun, karena pemberontakan: 1. Orang yang melawan Pemerintah dengan senjata; 2. Orang yang dengan maksud melawan Pemerintah menyerbu bersama-sama dengan gerombolan yang melawan Pemerintah dengan senjata. (2) Pemimpin-pemimpin dan para pengatur pemberontakan diancam dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun. 2. Pasal 187 Buku II Bab VIII tentang kejahatan yang membahayakan keamanan umum bagi orang atau barang, yang berbunyi: Barang siapa dengan sengaja menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir, diancam: 1. Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika karena perbuatan tersebut di atas timbul bahaya umum bagi barang; 2. Dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, jika karena perbuatan tersebut di atas timbul bahaya bagi nyawa orang lain. 3. Dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika karena perbutan tersebut di atas timbul bahaya bagi nyawa orang lain dan mengakibatkan matinya orang. 3. Pasal 406 Buku II Bab XXVII tentang penghancuran dan pengerusakan barang, yang berbunyi: (1) Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama

74 dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Dijatuhkan pidana yang sama terhadap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum membunuh, merusakkan, membuat tak dapat digunakan atau menghilangkan hewan, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain. Inti dari lima Pasal dalam KUHP tersebut diatas dapat adalah suatu tindakan dapat dikatakan terorisme jika seseorang tersebut telah merusak fasilitas publik dan menggangu keamanan suatu negara yang dapat menimbulkan suasana teror bagi masyarakat luas. Sedangkan hukuman bagi pelaku tindak pidana terorisme menurut Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana terorisme terdapat dalam Pasal 6 yang berbunyi: Setiap orang dengan segaja menggunakan kekerasaan atau ancaman kekerasaan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paing singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun. Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Pasal 6 terdapat ketentuan yaitu (1) setiap orang; (2) dengan sengaja menggunakan kekerasan, ancaman kekerasaan; (3) menimbulkan suasana teror atau rasa takut; (4) terhadap orang secara meluas, atau menimbulkan korban yang bersifat massal; (5) dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain; (6) dan/atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap

75 objek-objek vital yang strategi dan lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasiona. Dengan hukuman paling berat hukuman pidana mati. Menurut hukum Islam tindak pidana terorisme dapat disamakan dengan jarimah al-baghyu (pemberontakan) yang merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah dengan kadar hukuman yang telah ditetapkan dalam Nash al-qur an dan Hadis secara jelas seperti yang terdapat pada Nash al-qur an surat al-maidah ayat 33 yang berbunyi: Artinya: Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. Perintah yang jelas telah disebutkan dalam al-qur an surat al-maidah ayat 33 diatas bahwa seseorang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya atau membuat kerusakan dimuka bumi mereka harus dibunuh atau disalib. Dalam perintah al-qur an tersebut di atas yaitu mengenai adanya hukuman qis}as} dalam jarimah al-baghyu. Pengaturan yang jelas terhadap hukuman jarimah al-baghyu yang berupa qis}as}maka tidak dapat ditolak bahwa seseorang yang melanggar jarimah al-baghyu, seperti tindak pidana terorisme yang masuk dalam

76 kategori jarimah al-baghyu maka tindak pidana terorisme dapat dihukum dengan hukuman qis}as}dari segi pemberlakuan hukuman menurut hukum pidana Islam. B. Perbedaan Hukuman Pelaku Tindak Pidana Terorisme Menurut Hukum Positif dan Hukum Pidana Islam Mengenai perbedaan hukuma pekaku tindak pidana terorisme menurut hukum positif dan hukum islam terletak pada ukuran hukamannya. Dalam hukum positif tindak pidana terorisme diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, dalam KUHP pada Pasal 106 sampai 108, Pasal 187, dan Pasal 406 yang secara ekplisit dapat dikatakan sebagai tindak pidana terorisme dapat diancam dengan hukuman paling berat pidana seumur hidup dan paling ringan pidana penjara lima belas tahun. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Teroerisme pada Pasal 6 dapat diancam dengan hukuman paling berat hukuman mati dan paing ringan pidana penjara empat tahun. Dalam pengaturan hukum pidana di Indonesia jika terdapat dua Undang-Undang yang dapat menjerat suatu tindak pidana dan menggunakan kedua Undang-Undang tersebut maka dapat diambil dengan hukuman yang paing berat. Akan tetapi dalam tindak pidana terorisme terdapat macammacam bentuk tindak pidana terorisme yang mempunyai hukuman yang

77 berbeda-beda, seperti contohnya seorang teroris yang membuat kerusakan disuatu negara yang menimbulkan korban jiwa dengan cara mengebom fasilitas publik maka dapat dihukum dengan hukuman mati, akan tetapi jika hanya masuk dalam anggota ISIS atau kelompok yang dianggap teroris seperti kelompok Santoso maka dapat dihukum dengan hukuman penjara. Akan tetapi dalam hukum dipidana di Indonesia tidak semua terori yang membunuh atau menganiaya dihukum dengan hukum yang sama seperti yang perbuatan yang diakukan oleh para terpidana, seperti dalam putusan Arianto alias Ato Margono Alias Abu Ulya yang merupakan anggota kelompok Santoso yang melakukan pembunuhan terhadap seseorang yang tidak bersalah. Akan tetapi dalam kelompok Santoso hal tersebut merupakan perbuatan amaliyah, dan Arianto alias Ato Margono Alias Abu Ulya mendapatkan hukum penjara selama tiga belas tahun yang berbeda dengan ketentuan hukum pidana Islam yang seharusnya dihukum qis}as}. Dalam hukum Islam tindak pidana Terorisme tergambar secara jelas dalam surat al-maidah ayat 33 yang dengan hukuman qis}as}karena teroris merupakan orang yang membuat kerusakan dimuka bumi yang dalam hukum Islam dapat dijatuhi hukuman mati atau disalib. Akan tetapi dalam hukum Islam jika seseorang teroris tersebut melakukan bentuk terorisme dengan membunuh atau menganiaya maka hukumannya di qis}as}, akan tetapi jika selain dari itu maka hukumannya ditetapkan oleh Ulama atau lembaga atau seorang Hakim yang mengacu pada al-qur an dan Hadis yang sesuai dengan ketentuan mengenai hukuman qis}as}.

78 Ukuran hukuman dalam hukum positif yaitu teroris tidak adanya hukuman denda (diyat) melakainkan hanya hukuman penjara, selain teroris tidak melakukan tindak pidana Pendanaan yang dapat memperlancar suatu tindak pidana terorisme. Akan tetapi dalam hukum Islam jika seseorang yang telah membunuh maka ia harus dibunun atau dengan membayar diyat. Meskipun pembayaran diyat harus disetujui oleh para pihak ahli waris korban. Karena selain hukuma qis}as} bagi para pemberontak atau teroris, menurut hukum Islam, para pemberontak atau teroris dapat dijatuhi hukuman denda (diyat). C. Kelebihan dan Kekurangan Hukuman Pelaku Tindak Pidana Terorisme Menurut Hukum Positif dan Hukum Pidana Islam Mengenai kelebihan dan kekurangan hukuman pelaku tindak pidana terorisme menurut hukum Positif dan hukum Islam bahwa kelebihan hukuman pelaku tindak pidana terorisme dapat dilihat dari sudut pandang hukum Islam sedangkan kekurangan Hukuman pelaku tindak pidana Terorisme dapat dilihat dari hukum positinya. kekeurangan hukuman pelaku terorisme dalam hukum positif terdapat pada tidak memberikan efek jera karena pemberian hukuman yang dibilang tidak sesuai dengan tindak pidana yang dilakukan meskipun mempunyai bentuk terorisme yang berbeda-beda. Kekurangan hukuman pelaku terorisme dalam hukum positif di Indonesia juga tidak mengurangi pelaku terorisme untuk melakukan tindak pidana terorisme dengan mendapatkan hukuman yang ringan. Karena tindak pidana

79 terorisme yang sekarang ini merupakan tindak pidana Internasional yang menjadi ancaman seluruh negera-negara didunia. Terorisme di Indonesia sekarang ini semakin merajalela dan semakin membuat ketakutan bagi masyarat luas, dengan peraturan yang menyebutkan bahwa jika seseorang yang telah masuk dalam anggota ISIS sudah merupakan sebagai pemberontak suatu negara dan dapat dikatakan melakukan suatu tindak pidana terorisme dan dapat dijerat dengan hukuman yang seseuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Mengenai kelebihan hukuman pelaku tindak pidana terorisme menurut hukum Islam yaitu dapat memberikan efek jera dan dapat mengurangi para pelaku terorisme untuk melakukan perbuatan yang melanggar HAM atau merusak tatanan kehidupan suatu negara. Dengan hukuman qis}as} yang diberikan kepada para terorisme yang telah tercantum dalam al-qur an dan Hadis maka seorang teroris yang melakukan benruk tindak pidana teorisme pembunuhan dan penganiayaan dapat dihukum dengan hukuman yang sama dengan para terpidana. Akan tetapi jika selain dari itu maka dapat dihukum dengan hukuman hudud dan dapat diserahkan kepada Ulama, lembaga atau hakim agar memutuskan hukuman yang sesuai dengan tindak pidannya.