BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 22 Tahun : 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) KABUPATEN BANYUWANGI.

TENTANG TATA CARA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRATIF DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI INDRAGIRI HULU

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

MEMUTUSKAN: Menetapkan :

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 34 TAHUN 2012 TENTANG

NOMOR lv TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Walikota Tasikmalaya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Pajak. Bumi dan Bangunan. Pemberian. Pengurangan. Pencabutan.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA METRO PROVINSI LAMPUNG PERATURAN WALIKOTA METRO NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 48 TAHUN 2012

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 23 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 23 TAHUN 2013

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 25 TAHUN 2013

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 18 Tahun 2017 Seri B Nomor 2

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 33 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 177 TAHUN : 2013 SERI : -

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG

TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/PMK.03/2017 TENTANG PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 30 TAHUN 2012

BUPATI WONOSOBO PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 86 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 83 TAHUN 2012

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2012 SERI B.2 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2011

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 84 TAHUN 2012

- 1 - BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI B.1 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN LUWU

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2012 SERI B.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENELITIAN DAN PEMERIKSAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL

PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2012 SERI B.3 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 8 TAHUN 2013

Walikota Tasikmalaya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN DAN PENGAJUAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK RESTORAN

Transkripsi:

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 22 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 26 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan telah diatur dengan Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 20 Tahun 2013; b. bahwa agar Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud dalam huruf a dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna, dipandang perlu mengubah beberapa ketentuan dalam Peraturan Bupati dimaksud; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 20 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 26 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 44);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 4. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2008 Nomor 01 Seri E) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 8 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 Nomor 07 Seri E); 5. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 26 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 Nomor 1 Seri B); 6. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 20 Tahun 2013 tentang Petumjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (Berita Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 Nomor 20); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAAN DAN PERKOTAAN.

Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 20 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 26 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (Berita Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 Nomor 20) diubah sebagai berikut : 1. Ketentuan Pasal 1 ditambahkan 1 (satu) angka baru, yakni angka 37 yang berbunyi sebagai berikut : 37. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. 2. Ketentuan Pasal 12 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 12 Pajak terutang yang tercantum dalam : a. SPPT PBB-P2 harus dilunasi paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT PBB-P2 oleh Wajib Pajak; b. SKPD PBB-P2 harus dilunasi paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKPD PBB-P2 oleh Wajib Pajak; c. STPD PBB-P2 harus dilunasi paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya STPD PBB-P2 oleh Wajib Pajak; dan d. SPPT yang tidak atau kurang dibayar jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) setiap bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak saat jatuh tempo pajak dan ditagih melalui STPD. 3. Ketentuan Pasal 22 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diubah dan ditambahkan ayat baru yakni ayat (4) sehingga sehingga Pasal 22 berbunyi sebagai berikut : Pasal 22 (1) Permohonan pembetulan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak atau kuasanya paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterbitkan surat ketetapan/keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20. (2) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara perseorangan atau kolektif. (3) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. setiap permohonan hanya dapat diajukan untuk 1 (satu) surat

keputusan atau surat ketetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20; b. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia disertai alasan dan bukti yang mendukung permohonan; dan c. diajukan kepada Kepala Dinas. (4) Tanggal penerimaan surat yang dijadikan dasar untuk memproses surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tanggal terima surat Wajib Pajak. 4. Ketentuan Pasal 27 ayat (2) huruf a ditambah 1 (satu) angka baru yakni angka 7 (tujuh) sehingga Pasal 27 berbunyi sebagai berikut : Pasal 27 (1) Pengurangan dapat diberikan kepada Wajib Pajak: a. karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan/atau karena sebab-sebab tertentu lainnya; b. karena Wajib Pajak tidak mampu secara financial untuk membayar pajak yang dibuktikan dari Desa; dan c. dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa. (2) Kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan/atau karena sebab-sebab tertentu lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk : a. Wajib Pajak orang pribadi meliputi : 1. objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi veteran pejuang kemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan, penerima tanda jasa bintang gerilya, atau janda/dudanya; 2. objek pajak berupa lahan pertanian/perkebunan/perikanan/ peternakan yang hasilnya sangat terbatas yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang berpenghasilan rendah; 3. objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari pensiunan, sehingga kewajiban PBB-P2-nya sulit dipenuhi; 4. objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang berpenghasilan rendah, sehingga kewajiban PBB-P2-nya sulit dipenuhi; 5. objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang berpenghasilan rendah yang NJOP per meter perseginya meningkat akibat perubahan lingkungan dan dampak positif pembangunan; 6. objek pajak yang berupa lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan/atau 7. objek pajak yang berupa tanah kas desa dan tanah lungguh/bengkok Perangkat Desa;

b. Wajib Pajak badan meliputi : objek pajak yang Wajib Pajaknya adalah Wajib Pajak badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas pada Tahun Pajak sebelumnya sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin. (3) Bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. (4) Sebab lain yang luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi kebakaran, wabah penyakit tanaman, dan/atau wabah hama tanaman. 5. Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 28 Besarnya pengurangan yang diberikan : a. dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a angka 1 diberikan pengurangan sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari PBB-P2 yang terutang; b. dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (2) huruf a angka 2 dapat diberikan sebagai berikut : 1. Wajib pajak dengan penghasilan kurang dari Rp. 900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah) dan objek yang luasnya kurang dari 1 ha (satu hektar), diberikan pengurangan sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari PBB-P2 yang terutang; 2. Wajib pajak dengan penghasilan kurang dari Rp. 900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah) dan objek pajak yang luasnya 1 ha (satu hektar) sampai dengan 3 ha (tiga hektar), diberikan pengurangan sebesar 30% (tiga puluh perseratus) dari PBB-P2 yang terutang; 3. Wajib pajak dengan penghasilan kurang dari Rp. 900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah) dan objek pajak yang luasnya lebih dari 3 ha (tiga hektar), diberikan pengurangan sebesar 20% (dua puluh perseratus) dari PBB-P2 terutang. c. dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a angka 3 dapat diberikan pengurangan sebagai berikut : 1. Wajib pajak menerima dana pensiun per bulan Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), diberikan pengurangan sebesar 40% (empat puluh perseratus) dari PBB-P2 terutang; 2. Wajib pajak menerima dana pensiun per bulan Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) sampai dengan Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah), diberikan pengurangan sebesar 30% (tiga puluh perseratus) dari PBB-P2 terutang;

3. Wajib pajak menerima dana pensiun per bulan Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah), diberikan pengurangan sebesar 20% (dua puluh perseratus) dari PBB-P2 terutang. d. dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a angka 4 dapat diberikan pengurangan sebagai berikut : 1. Wajib pajak yang berpenghasilan per bulan kurang dari Rp. 450.000,- (empat ratus lima puluh ribu rupiah), diberikan pengurangan sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari PBB-P2 terutang; 2. Wajib pajak yang berpenghasilan per bulan Rp. 450.000,- (empat ratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah), diberikan pengurangan sebesar 30% (tiga puluh perseratus) dari PBB-P2 terutang; 3. Wajib pajak yang berpenghasilan per bulan Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp. 900.000,- (sembilan ratus ribu rupiah), diberikan pengurangan sebesar 20% (dua puluh perseratus) dari PBB-P2 terutang. e. dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a angka 5 dapat diberikan pengurangan sebagai berikut : 1. Wajib pajak yang berpenghasilan kurang dari Rp. 900.000,- (sembilan ratus ribu rupiah) dan nilai jual objek pajaknya meningkat lebih dari 75% (tujuh puluh lima perseratus) dibanding tahun lalu, diberikan pengurangan sebesar 40% (empat puluh perseratus) dari PBB-P2 terutang; 2. Wajib pajak yang berpenghasilan kurang dari Rp. 900.000,- (sembilan ratus ribu rupiah) dan nilai jual objek pajaknya meningkat antara 50% (lima puluh perseratus) sampai dengan 75% (tujuh puluh lima perseratus) dibanding tahun lalu, diberikan pengurangan sebesar 30% (tiga puluh perseratus) dari PBB-P2 terutang; 3. Wajib pajak yang berpenghasilan kurang Rp. 900.000,- (sembilan ratus ribu rupiah) dan nilai jual objek pajaknya meningkat antara 25% (dua puluh lima perseratus) sampai dengan 50% (lima puluh perseratus) dibanding tahun lalu, diberikan pengurangan sebesar 20% (dua puluh perseratus) dari PBB-P2 terutang. f. dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a angka 6 dapat diberikan pengurangan sebesar 30% (tiga puluh perseratus) dari PBB-P2 terutang. g. dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a angka 7 dapat diberikan pengurangan sebagai berikut : 1. PBB-P2 yang terutang antara Rp. 200.000,00 sampai dengan Rp. 500.000,00 diberikan pengurangan sebesar 20% (dua puluh perseratus);

2. PBB-P2 yang terutang antara Rp 501.000,00 sampai dengan Rp. 1.000.000,00 diberikan pengurangan sebesar 25% (dua puluh lima perseratus); 3. PBB-P2 yang terutang antara Rp. 1.000.000,00 diberikan pengurangan sebesar 30% (tiga puluh perseratus); h. dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf b dapat diberikan pengurangan sebesar 30% (tiga puluh perseratus) dari PBB-P2 terutang. i. dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a angka 5 dapat diberikan pengurangan sebagai berikut : 1. Objek pajak terkena bencana kategori berat, diberikan pengurangan sebesar 100% (seratus perseratus); 2. Objek pajak terkena bencana kategori sedang, diberikan pengurangan sebesar 50% (seratus perseratus); 3. Objek pajak terkena bencana kategori ringan, diberikan pengurangan sebesar 25% (seratus perseratus); j. dalam hal terjadi pengenaan besaran pajak yang berbeda akibat lebih dari satu kondisi sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 diberlakukan salah satu ketentuan yang prosentase pengurangannya lebih besar. 6. Diantara Pasal 28 dan Pasal 29 disisipkan 1(satu) Pasal baru, yakni Pasal 28A, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 28A Permohonan wajib pajak dilampiri dengan dokumen pendukung : a. Objek pajak dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a angka 1 dapat berupa : 3. fotocopy kartu tanda anggota veteran, atau fotocopy surat keputusan tentang pengakuan, pengesahan, dan penganugerahan gelar kehormatan dari pejabat yang berwenang; 4. fotocopy SPPT PBB-P2; 5. bukti pelunasan/print out pelunasan PBB tahun sebelumnya. b. Objek pajak dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a angka 2 dapat berupa : 4. surat pernyataan dari wajib pajak yang menyatakan bahwa hasil pertanian/perkebunan/peternakan hasilnya sangat terbatas; 5. bukti pelunasan/print out pelunasan PBB tahun sebelumnya; 6. mengisi formulir penghasilan per bulan.

c. Objek pajak dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a angka 3 dapat berupa : 4. fotocopy surat keputusan pensiun; 5. bukti pelunasan/print out pelunasan PBB tahun sebelumnya. d. Objek pajak dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a angka 4 dapat berupa : 4. surat Keterangan tidak mampu dari desa; 5. bukti pelunasan/print out pelunasan PBB tahun sebelumnya; 6. mengisi formulir penghasilan per bulan. e. Objek pajak dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a angka 5 dapat berupa : 4. bukti pelunasan/print out pelunasan PBB tahun sebelumnya; 5. mengisi formulir penghasilan per bulan. f. Objek pajak dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a angka 6 dapat berupa : 4. surat keputusan lahan pertanian berkelanjutan dari instansi terkait; 5. bukti pelunasan/print out pelunasan PBB tahun sebelumnya. g. Objek pajak dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf b dapat berupa : 4. fotocopy akte pendirian usaha; 5. fotocopy laporan keuangan atau bukti lainnya yang dapat dipersamakan 1 (satu) tahun terakhir; 6. bukti pelunasan/print out pelunasan PBB tahun sebelumnya.

h. Objek pajak dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) dan ayat (4) dapat berupa : 4. surat pernyataan dari wajib pajak yang menyatakan bahwa objek pajak terkena bencana yang diketahui kepala desa; 5. bukti pelunasan/print out pelunasan PBB tahun sebelumnya. 7. Diantara Pasal 32 dan Pasal 33 disisipkan 1(satu) Pasal baru, yakni Pasal 32A, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 32A Keputusan atas pengajuan pengurangan, ditetapkan oleh : a. Kepala Dinas, dalam hal jumlah PBB-P2 yang terutang sampai dengan Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah); dan b. Bupati, dalam hal jumlah PBB-P2 yang terutang lebih dari Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah). 8. Ketentuan Pasal 36 ayat (1) huruf a diubah sehingga Pasal 36 berbunyi sebagai berikut : Pasal 36 (1) Pengajuan keberatan SPPT PBB-P2 secara kolektif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf a dilakukan untuk setiap SPPT PBB-P2 sampai dengan Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala Dinas dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut: a. asli SPPT PBB-P2 dan/atau SKPD PBB-P2 yang diajukan keberatan; dan b. surat keterangan Kepala Desa setempat. (2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT PBB-P2 dan/atau SKPDPBB-P2, kecuali apabila Wajib Pajak atau kuasanya dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. (3) Surat Keberatan yang diajukan harus ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasa yang ditunjuk. (4) Dalam hal surat keberatan ditandatangani oleh Kuasa yang ditunjuk oleh Wajib Pajak, maka harus dilampiri dengan surat kuasa. (5) Bentuk dan isi formulir pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

9. Ketentuan Pasal 40 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 40 Keputusan atas pengajuan keberatan SPPT PBB-P2, SKPD PBB-P2, ditetapkan oleh : a. Kepala Dinas, dalam hal jumlah PBB-P2 yang terutang sampai dengan Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah); dan b. Bupati, dalam hal jumlah PBB-P2 yang terutang lebih dari Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah). 10. Ketentuan Pasal 45 ayat (3) huruf c dan ayat (4) diubah sehingga Pasal 45 berbunyi sebagai berikut : Pasal 45 (1) Berdasarkan hasil pemeriksaan atau penelitian terhadap permohonan pengembalian sebagai dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1), dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak tanggal diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak PBB-P2, Kepala Dinas harus memberikan keputusan. (2) Tanggal diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan tanggal pada Bukti Penerimaan Surat pada waktu diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak PBB-P2 dihitung atau berdasarkan cap pos apabila permohonan diajukan melalui kantor pos. (3) Keputusan Kepala Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa : a. SKPDLB, apabila jumlah PBB-P2 yang dibayar ternyata lebih besar dari yang seharusnya terutang; b. SKPDN, apabila jumlah pembayaran PBB-P2 sama dengan jumlah PBB-P2 yang seharusnya terutang; atau c. SKPDKB, apabila jumlah PBB-P2 yang dibayar ternyata kurang dari jumlah PBB-P2 yang seharusnya terutang. (4) Bentuk dan isi SKPDLB, SKPDN, dan SKPDKB sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. 11. Ketentuan dalam Lampiran IX ditambahkan 1 (satu) ketentuan baru yakni huruf C, sehingga Lampiran IX berbunyi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal II Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Gunungkidul. Diundangkan di Wonosari pada tanggal 4 Juli 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL, ttd BUDI MARTONO Ditetapkan di Wonosari pada tanggal 4 Juli 2014 BUPATI GUNUNGKIDUL, ttd BADINGAH BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2014 NOMOR 22

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN C. SKPDKB KOP DINAS SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH KURANG BAYAR (SKPDKB) Nomor :...(1) Tanggal Penerbitan: (2) Tanggal Jatuh Tempo :... (3) I. Berdasarkan Pasal 32 Perda Kabupaten Gunungkidul Nomor 26 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, telah dilakukan pemeriksaan kewajiban Pajak PBB-P2 terhadap : A. WAJIB PAJAK : 1. Nama Wajib Pajak :...(4) 2. NPWPD...(5) 3. Alamat :...(6) RT/RW : (7) 4. Desa :...(8) 5. Kabupaten :...(9) 5. Kecamatan :...(10) 6. Provinsi : (11) Atas Pembayaran PBB-P2 : Nomor :...(12) Tanggal :...(13) B. OBYEK PAJAK : 1. NOP :...(14) 2. Lokasi Obyek Pajak :...(15) RT/RW :..(16) 3. Desa :...(17) 5. Kabupaten :.(18) 4. Kecamatan :...(19) 6. Provinsi :..(20) II. Dari pemeriksaan atau keterangan lain tersebut di atas, jumlah yang masih harus dibayar adalah sebagai berikut : 1. Pajak yang seharusnya terutang : Tarif Pajak...% x Rp. Rp.. (21) 2. Pajak yang seharusnya dibayar Rp.. (22) 3. Pajak yang telah dibayar tanggal... Rp. (23) 4. Diperhitungkan a. Pokok STPD Rp. (24) b. Pengurangan Rp. (25) - c. Jumlah (a-b) Rp. (26) d. Dikurangi Pokok SKPDLB / Pengembalian Pajak PBB-P2 Rp. (27) e.. Jumlah (c-d) Rp. (28) + 5. Jumlah yang dapat diperhitungkan (3+4e) Rp.. (29) 6. Jumlah (2-5) Rp.. (30) 7. Sanksi Administrasi berupa Bunga Bunga :... x 2% x Rp.... Rp. (31) 8. Pajak yang kurang bayar (6 + 7) Rp. (32) Dengan Huruf :... Kepala Dinas... (33) Kepada Yth. (36) Di (37) Nama (34) NIP... (35). Diterima tanggal : (38) Oleh : (39)...(40). (Nama Lengkap & tandatangan)

Angka (1) : Diisi nomor SKPDKB yang diterbitkan Angka (2) : Diisi tanggal SKPDKB Angka (3) : Diisi jatuh tempo pelunasan SKPDKB Angka (4) : Diisi Nama Wajib Pajak Angka (5) : Diisi NPWPD Wajib Pajak Angka (6) : Diisi Alamat Wajib Pajak Angka (7) : Diisi RT/RW domisili Wajib Pajak Angka (8) : Diisi Desa domisili Wajib Pajak Angka (9) : Diisi Kabupaten domisili Wajib Pajak Angka (10) : Diisi Kecamatan domisili Wajib Pajak Angka (11) : Diisi Provinsi domisili Wajib Pajak Angka (12) : Diisi Nomor SSPD pembayaran Pajak yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak (jika ada) Angka (13) : Diisi Tanggal SSPD pembayaran Pajak yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak (jika ada) Angka (14) : Diisi Jenis Pajak yang diperiksa Angka (15) : Diisi Alamat Wajib Pajak Angka (16) : Diisi RT/RW domisili Wajib Pajak Angka (17) : Diisi Desa domisili Wajib Pajak Angka (18) : Diisi Kabupaten domisili Wajib Pajak Angka (19) : Diisi Kecamatan domisili Wajib Pajak Angka (20) : Diisi Provinsi domisili Wajib Pajak Angka (21) : Diisi Pokok Pembayaran Pajak Terutang Angka (22) : Diisi jumlah Pajak Terutang yang seharusnya dibayar Angka (23) : Diisi Jumlah pembayaran pajak yang telah dilakukan sebelumnya oleh Wajib Pajak Angka (24) : Diisi Jumlah Pokok pajak terutang yang tercantum dalam STPD Angka (25) : Diisi Jumlah pengurangan yang telah ditetapkan/disetujui atas permohonan Wajib Pajak Angka (26) : Diisi hasil pengurangan angka 24 dan angka 25 Angka (27) : Diisi Jumlah pokok SKPDLB yang telah ditetapkan/disetujui atas permohonan Wajib Pajak Angka (28) : Diisi hasil pengurangan angka 26 dan angka 27 Angka (29) : Diisi hasil penjumlahan angka 23 dan angka 28 Angka (30) : Diisi hasil penjumlahan angka 22 dan angka 29 Angka (31) : Diisi jumlah sanksi administrasi bunga sesuai Pasal 19 Perda Nomor 26 Tahun 2012 Angka (32) : Diisi hasil penjumlahan angka 30 dan angka 31 Angka (33) : Diisi Dinas yang mengampu ketugasan di bidang pajak daerah Angka (34) : Diisi Nama Kepala Dinas Angka (35) : Diisi NIP Kepala Dinas Angka (36) : Diisi Nama Wajib Pajak Angka (37) : Diisi Kota Domisili Wajib Pajak Angka (38) : Diisi Tanggal Penerimaan Surat oleh Wajib Pajak/Kuasa-nya Angka (39) : Diisi Nama Penerima Surat Angka (40) : Diisi Tanda Tangan dan nama terang penerima surat BUPATI GUNUNGKIDUL, ttd BADINGAH