BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agypti yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. ,

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang sederajat atau setara (Equal). Pengertian setara ialah mengacu pada persamaanpersamaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Nyamuk Aedes aegypti Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk sebagai vektor

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB III METODE PENELITIAN. jumlah tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi populasi larva Aedes

HASIL DAN PEMBAHASAN

KUESOINER KECAMATAN :... NAMA SEKOLAH : SD... ALAMAT SEKOLAH :... WILAYAH PUSKESMAS :... TGL. SURVEY :... PETUGAS :...

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kajian resiko penularan demam berdarah dengue pada sekolah dasar di Kecamatan Oebobo dan Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang, tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. memburuk setelah dua hari pertama (Hendrawanto dkk., 2009). Penyebab demam

BAB 1 PENDAHULUAN. mempercepat persebaran penyakit perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PERANCANGAN VIDEO INFOGRAFIS MENGENAI PENYEBARAN DAN SIKLUS HIDUP NYAMUK

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Anti Nyamuk Bakar dan Kampanye Rumah Bebas Nyamuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

Al-Sihah : Public Health Science Journal. Sulaemana Engkeng 1, Roy Max Dotulong Mewengkang 2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Tanggal / Tempat Lahir : 13 Agustus 1988 / Terengganu, Malaysia.

ANOPHELES. Vector penyakit malaria Vektor filariasis malayi dan timori (Anopheles barbirostris) Kepentingan dalam dunia kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

JENIS-JENIS LARVA NYAMUK DI KELURAHAN TANJUNG REJO, KECAMATAN MEDAN SUNGGAL, MEDAN. KARYA TULIS ILMIAH OLEH: WOO XIN ZHE

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

Proses Penularan Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedudukan Taksonomi dan Morfologi Cabai Rawit (Capsicum frutescen)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

UJI EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI BUNGA KENANGA (Canangium odoratum Baill) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK Culex quinquefasciatus SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk Aedes sp. adalah serangga pembawa vektor penyakit Deman

Langkah-langkah Anti Nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (Achmadi, 2010). melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

SURVEY KEPADATAN LARVA AEDES AEGYPTI DI KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU

UMUM 1. Nama:.. 2. Tanggal Lahir:. 3. Jenis Kelamin: Laki-laki/Perempuan 4. Kelas: 5. Sekolah: SDN Cibogo. Universitas Kristen Maranatha

Antisipasi Gigitan Nyamuk Aedes aegypti dengan Lotion Tolak Nyamuk. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Nyamuk Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi menjadi 109 genus dan Anophelinae yang terbagi menjadi 3 genus. Di seluruh dunia terdapat lebih dari 2500 spesies nyamuk namun sebagian besar dari spesies nyamuk tidak berasosiasi dengan penyakit virus (arbovirus) dan penyakitpenyakit lainnya. Jenis jenis nyamuk yang menjadi vektor utama, dari subfamili Culicinae adalah Aedes sp, Culex sp, dan Mansonia sp, sedangkan dari subfamili Anophelinae adalah Anopheles sp (Harbach,2008). Semua jenis nyamuk membutuhkan air untuk hidupnya, karena larva nyamuk melanjutkan hidupnya di air dan hanya bentuk dewasa yang hidup di darat (Sunaryo, 2001). Telur nyamuk menetas dalam air dan menjadi larva. Nyamuk betina biasanya memilih jenis air tertentu untuk meletakkan telur seperti pada air bersih, air kotor, air payau, atau jenis air lainnya. Bahkan ada nyamuk yang meletakkan telurnya pada axil tanaman, lubang kayu (tree holes), tanaman berkantung yang dapat menampung air, atau dalam wadah bekas yang menampung air hujan atau air bersih (Rattanarithikul dan Harrison, 2005). Telur nyamuk menetas dalam air dan menjadi larva. Larva nyamuk hidup dengan memakan organisme kecil, tetapi ada juga yang bersifat sebagai predator seperti larva Toxorhynchites sp yang memangsa jenis larva nyamuk lain yang hidup dalam air. Kebanyakan nyamuk betina menghisap darah manusia atau hewan lain seperti kuda, sapi, babi, dan burung dalam jumlah yang cukup sebelum perkembangan telurnya. Namun ada jenis nyamuk yang bersifat spesifik dan hanya menggigit manusia atau mamalia. Nyamuk jantan biasanya hidup dengan memakan cairan tumbuhan (Sembel, 2009).

Tingkah laku dan aktivitas nyamuk pada saat terbang dan menghisap darah berbeda-beda menurut jenisnya. Ada nyamuk yang aktif pada waktu siang hari seperti Aedes sp dan aktif pada waktu malam hari seperti Anopheles sp dan Culex sp. (Sembel, 2009). 2.2 Siklus Hidup Nyamuk (Aedes sp, Culex sp, Anopheles sp) Nyamuk termasuk dalam kelompok serangga yang mengalami metamormofosa sempurna dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva, pupa dewasa (Sembel, 2009). 2.2.1 Telur Telur biasanya diletakkan di atas permukaan air satu per satu atau berkelompok. Telur-telur dari jenis Culex sp diletakkan berkelompok (raft). Dalam satu kelompok biasa terdapat puluhan atau ratusan ribu nyamuk. Nyamuk Anopheles sp dan Aedes sp meletakkan telur di atas permukaan air satu persatu. Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama dalam bentuk dorman. Namun, bila air cukup tersedia, telur telur itu biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan (Sembel, 2009). 2.2.2 Larva Telur menetas menjadi larva. Berbeda dengan larva dari anggota Diptera yang lain seperti lalat yang larvanya tidak bertungkai, larva nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas. Larva dari kebanyakan nyamuk menggantungkan diri di permukaan air. Untuk mendapatkan oksigen dan udara, larva-larva nyamuk Culex sp dan Aedes sp biasanya menggantungkan tubuhnya membentuk sudut terhadap permukaan air. Ada jenis larva nyamuk yang hidup dalam air dan bernapas melalui difusi kutin (cutaneous diffusion) seperti Mansonia sp. Mansonia sp memiliki tabung udara yang berbentuk pendek dan runcing yang dipergunakan untuk menusuk akar tanaman air. Stadium larva memerlukan waktu kurang lebih satu minggu. Pertumbuhan dan

perkembangan larva dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah temperatur, cukup tidaknya bahan makanan, ada tidaknya pemangsa dalam air dan lain sebagainya (Soegijanto 2006). Kebanyakan larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan partikel-partikel lainnya yang ada di dalam air. Larva biasanya melakukan pergantian kulit empat kali dan berpupasi sesudah tujuh hari (Sembel, 2009). 2.2.3 Pupa Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa berbentuk agak pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif bergerak dalam air terutama bila diganggu. Mereka berenang naik turun dari bagian dasar ke permukaan air. Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah dua atau tiga hari, maka kulit pupa akan pecah dan nyamuk dewasa keluar serta terbang (Sembel, 2009). 2.2.4 Dewasa Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak di atas permukaan air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap sayapnya dan sesudah mampu mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa terbang mencari makan. Dalam keadaan istirahat, bentuk dewasa Culex sp dan Aedes sp hinggap dalam keadaan sejajar dengan permukaan, sedangkan Anopheles sp hinggap membentuk sudut dengan permukaan (Sembel, 2009).

Gambar 2.1 Perbedaan siklus hidup nyamuk Aedes sp, Culex sp, Anopheles sp (Sembel,2009) 2.3 Habitat Pembiakan nyamuk 2.3.1 Berdasarkan tempat bertelur Berdasarkan tempat bertelur, habitat nyamuk dapat dibagi menjadi container habitats dan ground water habitats (genangan air tanah). Container habitat terdiri dari wadah alami dan wadah artifisial. Genangan air tanah adalah genangan air yang terdapat tanah di dasarnya. Spesies yang memiliki habitat genangan air tanah adalah Anopheles sp, Culex sp (Qomariah, 2004). Wadah alami banyak terdapat di area hutan atau area perkebunan. Namun wadah alami juga banyak terdapat di tempat lain, misalnya area bekas penebangan pohon, ruas- ruas bambu, area pantai dimana terdapat banyak tempurung kelapa. Spesies yang memiliki habitat wadah alami adalah Aedes sp, Anopheles sp, Culex sp (Rattanarithikul dan Harrison, 2005).

Wadah artifisial adalah wadah terindikasi adanya aktifitas manusia atau modifikasi manusia. Habitat ini kebanyakan berada di area pemukiman. Contoh wadah artifisial yaitu, barang-barang bekas, penampung air kulkas/dispenser, tempat penampungan air. Spesies yang memiliki habitat wadah artifisial adalah Aedes sp, Culex sp. Beberapa wadah artifisial memiliki ukuran dan daya tarik yang cukup besar untuk menarik spesies dan genera nyamuk yang memiliki habitat genangan air tanah (Rattanarithikul dan Harrison, 2005). Perubahan alam dapat menyebabkan perubahan habitat. Misalnya banjir dapat menyapu telur yang ada di selokan (Rattanarithikul dan Harrison, 2005). 2.3.2 Berdasarkan Spesies A. Aedes sp Nyamuk Aedes sp aktif pada waktu siang hari. Aedes aegypti dan Aedes albopictus meletakkan telur dan berbiak pada tempat penampungan air bersih atau air hujan seperti bak mandi, tangki penampungan air, vas bunga, kalengkaleng, atau kantung plastik bekas, di atas lantai gedung terbuka, talang rumah, bambu pagar, ban-ban bekas, dan semua bentuk wadah yang menampung air bersih. A. albopictus meletakkan telur dan berbiak pada wadah-wadah alami seperti kulit-kulit buah misalnya kulit buah rambutan, tempurung kelapa, (Said,2009). Larva-larva nyamuk dapat terlihat berenang naik turun di tempattempat penampungan air tersebut. Kedua jenis nyamuk A. albocpictus dan A.aegypti merupakan vektor utama penyakit demam berdarah (Sembel, 2009). B. Culex sp Nyamuk-nyamuk Culex sp ada yang aktif pada waktu pagi, siang, dan ada yang aktif waktu sore atau malam. Nyamuk ini meletakkan telur dan berbiak di selokan yang berisi air bersih ataupun selokan air pembuangan domestik yang kotor (organik), serta di tempat penggenangan air domestik atau air hujan di atas permukaan tanah. Larva nyamuk Culex sp sering kali terlihat dalam jumlah yang sangat besar di selokan air kotor.

Jenis nyamuk seperti Culex pipiens dapat menularkan penyakit filariasis (kaki gajah), ensefalitis, dan virus chikungunya (Sembel, 2009). C. Mansonia sp Nyamuk Mansonia sp biasanya berbiak dalam kolam kolam air tawar seperti kolam ikan. Larva larva nyamuk ini bernapas dengan mempenetrasi akar tanaman air. Nyamuk Mansonia sp selain menularkan penyakit chikungunya juga dapat menularkan penyakit filariasis dan encephalitis (Sembel, 2009). D. Anopheles sp Nyamuk Anopheles sp dapat berbiak dalam kolam air tawar yang bersih, air kotor, air payau, maupun air yang tergenang di pinggiran laut. Nyamuk-nyamuk ini ada yang senang hidup di dalam rumah dan ada yang aktif di luar rumah. Ada yang aktif terbang pada waktu pagi, siang, sore, ataupun malam. Nyamuk Anopheles sp sering disebut nyamuk malaria karena banyak dari spesies nyamuk ini menularkan malaria. Jenis nyamuk ini juga dilaporkan menularkan penyakit chikungunya. Spesies Anopheles sp yang berbeda sering menunjukkan tingkah laku yang berbeda dan kemampuan menularkan penyakit yang berbeda pula. Oleh sebab itu, jenis nyamuk Anopheles sp yang menularkan penyakit di satu daerah sering berbeda dengan Anopheles sp yang menularkan penyakit malaria atau chikungunya di daerah lain (Sembel, 2009). 2.4 Identifikasi Larva Nyamuk 2.4.1 Survei larva Survei larva dilakukan dengan mengambil larva nyamuk di berbagai habitat. Kemudian diidentifikasi dan dihitung. Survei larva bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya larva nyamuk (Soekirno dkk, 2006). Pemeriksaan dilakukan dengan mata telanjang di semua tempat air di dalam dan di luar rumah di suatu daerah. Survei larva terdiri dari 2 metode, yaitu :

A. Metode Single Survey Dilakukan dengan mengambil satu larva di setiap genangan air yang terdapat larva, kemudian dilakukan identifikasi jenis larva. B. Metode Visual Dilakukan dengan melihat ada tidaknya larva di setiap genangan air tanpa melakukan pengambilan larva. Survei ini bertujuan untuk mengukur kepadatan larva. 1. Angka bebas Larva (ABL) Angka bebas larva adalah persentase jumlah rumah bebas larva diantara rumah yang diperiksa secara acak (Yuniati, 2012). ABL = jumlah rumah bebas larva jumlah rumah yang diperiksa 100% >50% resiko penularan penyakit rendah <50% resiko penularan penyakit tinggi 2. House Index (HI) House Index adalah persentase jumlah rumah yang ditemukan larva dengan rumah yang diperiksa secara acak (Yuniati, 2012). HI = jumlah rumah ditemukan larva jumlah rumah diperiksa >50% resiko penularan penyakit tinggi <50% resiko penularan penyakit rendah 100%

3. Container Index (CI) Container Index adalah persentase jumlah wadah yang ditemukan larva pada jumlah wadah yang diperiksa yang dipilih secara acak (Yuniati, 2012). CI = jumlah wadah ditemukan larva jumlah wadah diperiksa >50% resiko penularan penyakit tinggi <50% resiko penularan penyakit rendah 100% 4. Breteau Index(BI) Breteau Index adalah jumlah persentase wadah yang terdapat larva dengan rumah yang diperiksa (Zulkarnaini, 2009). BI = jumlah wadah ditemukan larva jumlah rumah diperiksa >50% resiko penularan penyakit tinggi <50% resiko penularan penyakit rendah 100% 2.4.2 Ciri-ciri Larva Nyamuk 1. Pada sisi abdomen segmen VIII terdapat comb scale. Comb scale adalah baris sisik seperti duri pada segmen VIII yang mempunyai bentuk dan ukuran yang bervariasi, biasanya berjumlah 8 21 yang terbagi dalam beberapa deret (Breeland dan Loyless, 1982 ). 2. Larva nyamuk Mansonia sp, Culex sp, Culiseta sp, dan Aedes sp memiliki corong udara (siphon) pada segmen VIII, pada corong udara tersebut terdapat pecten serta beberapa pasang siphonic tuft (Utrio, 1976).

3. Saddle adalah struktur yang mengelilingi segmen anal larva, yang terdapat pada nyamuk Culex sp, Mansonia sp dan Aedes sp (Utrio, 1976) 4. Pada segmen kepala terdapat beberapa Antena, Mata, dan beberapa pasang rambut seperti midfrontal hairs dan inner frontal hairs. Mid frontal hairs adalah bulu yang terdapat pada kepala larva bagian tengah, sedangkan Inner frontal hairs adalah bulu yang terdapat di kepala nyamuk, di bawah midfrontal hairs (Dodge, 1966). Gambar 2.2. Morfologi larva nyamuk (Carruthers)

2.4.3 Morfologi larva Nyamuk Larva nyamuk memerlukan empat tahap perkembangan. Waktu perkembangan larva tergantung pada suhu, ketersediaan makanan dan keberadaan larva dalam sebuah wadah. Dalam kondisi optimal, waktu yang dibutuhkan dari telur menetas hingga menjadi nyamuk dewasa adalah tujuh hari, termasuk dua hari dalam masa pupa. Sedangkan pada suhu rendah dibutuhkan waktu beberapa minggu Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis) dan larva yang terbentuk berturut-turut disebut instar I, II, III dan IV (Depkes RI, 2003). (a) Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas dan corong pernapasan (siphon) belum menghitam. (b) Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernapasan sudah berwarna hitam.larva instar II mengambil oksigen dari udara, dengan menempatkan corong udara (siphon) pada permukaan air seolah-olah badan larva berada pada posisi membentuk sudut dengan suhu permukaan air sekitar 30 C, larva instar II dalam bergerak tidak terlalu aktif. (c) Larva Instar III lebih besar sedikit dari larva instar II dan lebih aktif bergerak. (d) Larva instar IV telah lengkap struktur morfologinya dan jelas tubuh dapat dibagi jelas menjadi bagian kepala (cepal), dada (thorax) dan perut (abdomen). Larva ini berukuran paling besar 5 mm. Larva ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif dan waktu. Temperatur optimal untuk perkembangan larva ini adalah 25 C 30 C (Depkes RI, 2005).

Gambar 2.3 Larva instar (Barry dan William, 1996) 2.4.4 Morfologi Larva Nyamuk Berdasarkan Spesies A. Aedes sp Larva nyamuk Aedes sp menggantungkan tubuhnya dengan membentuk sudut terhadap permukaan air. Larva Aedes sp memiliki ciri ciri yaitu memiliki 2-3 deret comb scale, mempunyai siphon dengan panjang 4x lebar basal (Breeland dan Loyless, 1982). Diatas siphon terdapat sepasang siphonic tufts (Prianto, 2004) dan memiliki lebih dari 4 pecten (Utrio,1976). Pada segmen kepala, larva Aedes sp memiliki 2-4 cabang midfrontal hairs dan inner frontal hairs (Utrio, 1976). B. Anopheles sp Larva Anopheles sp tidak memiliki siphon sehingga Larva Anopheles sp menggantungkan dirinya sejajar dengan permukaan air (Prianto,2004). C. Culex sp Larva Culex sp menggantungkan tubuhnya dengan membentuk sudut terhadap permukaan air (Prianto, 2004). Larva Culex sp memiliki ciri-ciri. Larva Culex sp memiliki ciri ciri yaitu memiliki 4 deret comb scale, mempunyai siphon dengan

panjang 5-6x lebar basal (Breeland dan Loyless, 1982). Diatas siphon terdapat 4-5 pasang siphonic tufts (Prianto, 2004) dan memiliki kurang dari 4 pecten (Utrio,1976). Pada segmen kepala, larva Culex sp memiliki 5-7 cabang midfrontal hairs dan 4-8 cabang inner frontal hairs (Utrio, 1976). Gambar 2.4 Telur dan larva nyamuk berdasarkan spesies ( WHO, 1997) Gambar 2.5 Morfologi Larva Aedes aegypti (Littig dan Stojanovich, 1997)

Gambar 2.6 Morfologi Larva Anopheles quadrimaculatus (Littig dan Stojanovich,1997).

Gambar 2.7 Morfologi Larva Culex quenquefasciatus (Littig dan Stojanovich,1997). 2.5 Pencegahan Larva Nyamuk 2.5.1 Pengendalian dengan Cara Sanitasi Pengendalian melalui sanitasi lingkungan merupakan pengendalian secara tidak langsung, yaitu membersihkan atau mengeluarkan tempat-tempat pembiakan nyamuk seperti kaleng-kaleng bekas, plastik-plastik bekas, ban mobil /motor bekas, dan wadahwadah lain yang dapat menampung air bersih atau genangan air hujan. Barang-barang tersebut dapat dipendam atau dibakar. Tempat-tempat yang bisa menampung air sebagai dari konstruksi bangunan harus dibersihkan dan air-air yang tergenang sesudah hujan harus dikeluarkan. Tempat-tempat penampungan air termasuk sumur harus dibersihkan untuk mengeluarkan atau membunuh telur-telur, larva-larva, dan pupa-pupa nyamuk. Program yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan RI ialah menguras, menimbun, dan mengubur (3M). Menguras berarti membersihkan tempat penampungan air (bak mandi) untuk mengeluarkan larva nyamuk, menimbun berarti mengumpulkaan wadah-wadah yang dapat menampung air menjadi tempat pembiakan

nyamuk, dan mengubur yaitu mengumpulkan wadah-wadah dan menguburkannya dalam tanah (Normitasari dkk, 2012) 2.5.2 Pengendalian dengan Insektisida Penyemprotan dengan malathion (fogging) masih merupakan cara yang umum dipakai untuk membunuh nyamuk dewasa, tetapi cara ini tidak dapat membunuh larva yang hidup dalam air (Sembiring, 2009). Pengendalian yang umum dipergunakan untuk larva nyamuk adalah dengan menggunakan larvasida seperti abate (Sembel, 2009). 2.5.3 Pengembangan Infrastruktur Kesehatan Sejumlah ahli meyakini bahwa negara-negara yang sedang berkembang harus memfokuskan diri pada pengimplementasian infrastruktur pusat-pusat kesehatan seperti puskesmas. Demikian pula pencegahan penyakit dengan melibatkan individu-individu dalam satu keluarga dan di sekitarnya serta oleh berbagai lapisan masyarakat dan pusat-pusat pelayanan kesehatan sangat diperlukan. Kebutuhan yang paling kritis bukan terletak pada metode pengendalian yang lebih baik, tetapi para ahli pengendali vektor yang lebih terampil sehingga mereka dapat melatih atau memberdayakan masyarakat mengenai cara mengendalikan vektor. Selanjutnya, kelompok profesional harus melakukan penelitian lapangan, evaluasi entomologis dan epidemiologis di daerah endemik tempat aktivitas program pengendalian vektor (Sembel,2009).