RESUME MATAKULIAH METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR

[1] [2]

MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RESUME PERKULIAHAN MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR

MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR

Oleh: Nur Azizah (NIM )

Merumuskan Hipotesis Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB 3 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori

PERTEMUAN 7 HIPOTESIS PENELITIAN

A. Pengertian Hipotesis Penelitian

HANDI EKO PRASETYO.SKOM,MM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

JURUSAN TERAPI WICARA POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

MODUL DASAR PENGUJIAN HIPOTESIS DASAR PENGUJIAN HIPOTESIS

MERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR, MERUMUSKAN HIPOTESIS

HIPOTESIS PENELITIAN

Penentuan hipotesis adalah menjadi bagian yang penting dalam melakukan dan merancang sebuah penelitian. Hipotesis merupakan bagian dari tujuan

LANDASAN TEORI KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Pengertian Hipotesis Setelah menemukan fenomena penelitian kemudian menyusun desain penelitian dan rerangka konseptual penelitian, langkah

Pertemuan 4. Landasan Teori dan Penyusunan Hipotesis

Prosedur Penelitian (1)

BAB 3 PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian umumnya dimulai dengan adanya permasalahan yang perlu

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Telaah Pustaka dan Hipotesis DOSEN : DIANA MA RIFAH

BAB III METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Pertemuan Keempat Landasan Teori dan Rumusan Hipotesis. Metode Riset Dr. Muhamad Yunanto, MM. Fak. Ekonomi Universitas Gunadarma

III. METODE PENELITIAN. yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik

KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2014

BAB IV KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi

PENGUJIAN HIPOTESIS MAKALAH. (Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliahi Metodologi Penelitian Bidang Studi) Oleh : TINI HENDRAYATI

METODE PENELITIAN KUANTITATIF. Imam Gunawan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Variabel Penelitian 2. Landasan Teori 3. Kerangka Pikir 4. Kajian Penelitian yang Relevan 5. Hipotesis

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

PERUMUSAN MASALAH DAN TINJAUAN PUSTAKA

Hipotesis Penelitian

RAGAM / JENIS PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan mutlak harus disertakan. Metode atau metodologi penelitian ini akan

BAB III METODE PENELITIAN

JENIS-JENIS PENELITIAN

Tugas Individu Metodologi Penelitian II Resume Buku

BAB III. Objek dan Metode Penelitian

4) Judul Penelitian. 1) Latar Belakang Masalah. 2) Indikasi Masalah. 3) Batasan Masalah

PENGERTIAN Pertama Kedua Ketiga MACAM MACAM TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

PENGUJIAN HIPOTESIS. 1. Pengertian Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode atau cara penelitian guna

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2014.

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian dengan mengambil objek

BAB III METODE PENELITIAN. Keharusan sebuah penelitian adalah bersifat logis dan berkesinambungan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengetahui seberapa besar minat belajar siswa kelas XII Jurusan Teknik

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena data pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, karena

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan judul penelitian, yaitu Pengaruh Program Merajut Asa

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN

HIPOTESIS PENELITIAN. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH. Tujuan Pembelajaran

VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT.(Persero) Bank Riau Kepri Cabang Air

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian menurut Silalahi ( 2010 : 180) yaitu, rencana dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menguji suatu data yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. lakukan dapat terselesaikan dengan baik dan benar serta terarah dan fokus

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. gejala atau peristiwa tertentu. Peristiwa atau kejadian yang diteliti adalah suatu

Transkripsi:

A. Kerangka Berpikir Kerangka pikir merupakan bagian teori dari penelitian yang menjelaskan tentang alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis. Kerangka pikir menggambarkan alur pikiran peneliti dan memberikan penjelasan kepada orang lain mengapa dia mempunyai anggapan seperti yang diuraikan dalam hipotesis. Penulisan kerangka pikir didasarkan atas pendapat ahli dan hasil-hasil penelitian yang mendahuluinya. Dalam penyusunan proposal, kerangka pikir akan terkait erat dengan masalah yang diteliti, variabel dan kajian pustaka. Jadi, secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu, pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir. Kerangka pikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Haryoko dalam Wagiran, 2015). Adapun proses penyusunan kerangka berpikir untuk merumuskan hipotesis digambarkan pada bagan berikut: Bila

Berdasarkan bagan di atas, dapat diberi penjelasan sebagai berikut: 1. Menetapkan Variabel yang Diteliti Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berpikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan. 2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca bukubuku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian, jurnal ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi.

3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori- teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah dikemukakan, deskripsi teori berisi tentang, definisi terhadap masing-masing variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu. 4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul- betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri. 5. Analisis Komparatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas. 6. Sintesa kesimpulan Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berpikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis. 7. Kerangka Berpikir Setelah sintesa atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan maka selanjutnya disusun kerangka berpikir, yaitu dapat berupa kerangka berpikir yang asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. Kerangka berpikir asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka akan begitu; jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi pula atau jika pengawasan dilakukan dengan baik (positif), maka kebocoran anggaran (negatif). 8. Hipotesis akan berkurang

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila kerangka berpikir berbunyi jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi, maka hipotesisnya berbunyi ada hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen kerja dengan produktivitas kerja. Bila kerangka berpikir berbunyi karena lembaga A menggunakan teknologi tinggi, maka produktivitas kerjanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B yang teknologi kerjanya rendah, maka hipotesisnya berbunyi Terdapat perbedaan produktivitas kerja yang signifikan antara lembaga A dan B, atau produktivitas kerja lembaga A lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka pikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi, kerangka pikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesis tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesis tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis. Contoh Teori Kerangka Berpikir dan Hipotesis Judul penelitian: Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori kepemimpinan dan motivasi kerja. Paradigma penelitian (model hubungan antar variabel) X X = Kepemimpinan Y = Motivasi Teori: Teori Kepemimpinan Y 1. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tuhuan yang telah ditetapkan bersama (Megginson). 2. Kepemimpinan adalah proses dimana seseorang individu mempengaruhi anggota kelompok lain untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasi yang telah ditentukan Organizations). (Jerald Greenberg, Robert A Baron, 1997 433, Nehavior in

Sintesa: RESUME MATAKULIAH METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN Kepemimpinan adalah proses dimana seorang individu mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasi. Teori Motivasi 1. Motivasi adalah proses yang dapat membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku orang untuk mencapai beberapa tujuan (Grenberg, Baron.2001). 2. Motivasi merupakan faktor-faktor yang menyebabkan orang memilih jalan tertentu. (Griffin, Moorhead, 2000). Sintesa: Motivasi adalah seperangkat faktor yang dapat membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku seseorang untuk memilih jalan tertentu dalam mencapai tujuan. Kerangka Berpikir: Bila kepemimpinan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi orang lain, maka pengaruh tersebut akan dapat membangkitkan, mendorong, dan memelihara perilaku seseorang mencapai tujuan. Hipotesis: Ada pengaruh positif antara kepemimpinan dan motivasi kerja. Pada riset kuantitatif kerangka berpikirnya adalah hubungan antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Contohnya terlihat dalam diagram berikut (berupadiagram): Jenis Survei MINAT LINGKUNGAN METODE GURU MOTIVASI PRESTASI Jenis Eksperimen METODE PMRI SAINTIFIK PRESTASI

B. Pengertian Hipotesis Penelitian Setelah mengemukakan permasalahan serta memeriksa bahan pustaka yang berkaitan, peneliti siap untuk menyusun suatu hipotesis. Dikutip pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA (dalam Arikunto, 2010), tentang pemecahan masalah, seringkali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan tiap-tiap segi, dan mencari jawabannya melalui penelitian yang dilakukan. untuk Jawaban terhadap permasalahan ini dibedakan atas 2 hal sesuai dengan taraf pencapaiannya, yaitu: 1. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoretik, dicapai melalui membaca. 2. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik, dicapai setelah penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap sumber data. Sehubungan dengan pembatasan pengertian tersebut maka hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Tidak harus semua penelitian memiliki hipotesis. Biasanya hipotesis merujuk pada hubungan antara dua variabel atau lebih. Bila peneliti setuju dengan pendapat ini maka mereka hanya perlu berpikir akan menggunakan hipotesis atau tidak dalam penelitiannya jika penelitian tersebut mengandung satu variabel. Pengertian ini sebaiknya tidak dibalik dengan berkesimpulan bahwa semua penelitian yang hanya mengandung satu variabel saja dalam penelitiannya boleh juga mengajukan hipotesis. Jika dalam penelitian peneliti hanya mempunyai satu variabel maka tebakan jawabannya juga menyangkut satu variabel. Hipotesis yang semula merupakan dugaan, setelah dibuktikan melalui data yang dapat dipercaya keabsahannya lalu berubah status menjadi thesa (kebenaran). Itulah sebabnya istilah yang digunakan adalah hipotesis yang merupakan gabungan dari hypo (dibawah) dan tesa (kebenaran). Secara keseluruhan berarti dibawah kebenaran, kebenaran yang masih berada di bawah (belum tentu benar), dan baru diangkat menjadi kebenaran kalau telah disertai buktibukti. Hipotesis dibuat karena dua alasan: (1) hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan

penelitian dibidang itu, dan (2) hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data; hipotesis dapat menunjukkan kepada peneliti prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data apa yang harus dikumpulkan. Dengan demikian dapat dicegah terbuangnya waktu dengan sia-sia. Bagaimana mengetahui kedudukan suatu hipotesis? 1. Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel penyebab dan variabel akibat? 2. Adanya data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh penyebab itu. 3. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat tersebut. Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. Walaupun hipotesis ini sangat penting sebagai pedoman kerja dalam penelitian, namun tidak selalu semua penelitian harus berorintasikan hipotesis. Jenis penelitian eksploratif, survey, atau kasus, dan penelitian pengembangan biasanya justru tidak berhipotesis. Tujuan penelitian jenis ini bukan untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari tentang gejala-gejala sebanyakbanyaknya. Sehubungan dengan hal ini G.E.R Brurrough (dalam Arikunto, 2010) mengatakan bahwa penelitian berhipotesis (penelitian hipotesis) penting dilakukan bagi: 1. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu (magnitude) 2. Penelitian tentang perbedaan (differencies) 3. Penelitian hubungan (relationship) Ahli lain yaitu Deabold Van Dalen (dalam Arikunto, 2010) mengutarakan adanya 3 bentuk inter relationship studies yang termasuk penelitian hipotesis, yaitu: 1. Case studies 2. Causal comparative studies 3. Correlations studies C. Fungsi dan Kegunaan Hipotesis Secara sederhana, beberapa fungsi hipotesis antara lain: 1. Untuk menguji teori

Teori adalah perangkat yang relatif luas digunakan untuk menjelaskan dan memperkirakan kejadian. Ilmuwan mengembangkan suatu teori untuk menjelaskan dan menerangkan fenomena, dan ia menggunakan suatu cara yang dengannya teori bisa diuji atau diarahkan pada pemeriksaan atau penyanggahan. Jarang peneliti menguji teori secara langsung. Paling sering terjadi ia mengadakan pengujian hipotesis yang menghasilkan dan dihasilkan dari teori. Jika hipotesisnya teruji seperti yang ditetapkan oleh peneliti atau jika pengamatan empirisnya sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam hipotesis, kita bisa mengatakan bahwa teorinya terdukung untuk sebagian. Biasanya membutuhkan banyak pengujian untuk hipotesis yang berbeda dari teori yang sama guna mengetahui nilai prediktif dan kelayakan sebagai alat untuk menjelaskan suatu kejadian atau rangkaian beberapa kejadian. Oleh karenanya hipotesis dapat dinyatakan sebagai suatu pernyataan dari teori dalam bentuk yang bisa diuji. 2. Untuk mendorong teori Merupakan kecenderungan beberapa hipotesis tertentu tidak berhubungan dengan suatu teori. Bisa terjadi bahwa sebagai hasil dari suatu hipotesis, suatu teori akhirnya tersusun. Dengan demikian suatu fungsi lain dari hipotesis adalah untuk mendorong teori yang bisa menerangkan suatu keadaan. Meskipun lebih sering terjadi bahwa penelitian berlangsung dari teori kepada hipotesis, kadang- kadang hal sebaliknya terjadi. 3. Untuk menerangkan fenomena sosial Hipotesis juga menunjukkan fungsi deskriptif. Setiap kali hipotesis diuji secara empiris, ia menceritakan kepada kita sesuatu mengenai fenomena yang terkait. Jika hipotesis diterima, maka informasi kita mengenai fenomena yang terkait. Jika hipotesis diterima, maka informasi kita mengenai fenomena tersebut bertambah. Bahkan meskipun hipotesis ditolak, pengujian menjelaskan kepada kita sesuatu mengenai fenomena yang tidak kita ketahui sebelumnya. Beberapa kegunaan hipotesis antara lain: 1. Memberikan kejelasan sementara tentang gejala-gejala serta

mempermudah perluasan pengetahuan dalam suatu bidang. Untuk dapat sampai pada pengetahuan yang dapat dipercaya mengenai masalah penelitian, orang harus melangkah lebih jauh dari sekedar mengumpulkan fakta-fakta yang berserakan, untuk mencari generalisasi dan antar hubungan yang ada diantara fakta-fakta itu. Antar hubungan dan generalisasi ini akan memberikan gambaran pola yang penting bagi pemahaman persoalan. Pola semacam itu tidak mungkin menjadi jelas selama pengumpulan data dilakukan tanpa arah. Hipotesis yang telah terencana dengan baik akan memberikan arah dan mengemukakan penjelasan-penjelasan. Karena hipotesis dapat diuji dan divalidasi melalui penyelidikan ilmiah, maka hipotesis dapat membantu kita memperluas pengetahuan. 2. Memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian. Pertanyaan tidak dapat diuji secara langsung. Misalnya, kita tidak dapat menguji pertanyaan apakah komentar guru terhadap pekerjaan murid menyebabkan peningkatan hasil belajar siswa secara nyata? akan tetapi orang dapat menguj hipotesis yang tersirat dalam pertanyaan tersebut. komentar guru terhadap hasil pekerjaan siswa menyebabkan meningkatnya hasil belajar murid secara nyata. Atau lebih spesifik lagi skor hasil belajar siswa yang menerima komentar dari guru lebih tinggi daripada yang tidak menerima komentar guru atas hasil pekerjaannya. Selanjutnya dapat diuji hubungan antara kedua variabel yaitu komentar guru dan prestasi siswa. 3. Memberikan arah kepada penelitian Hipotesis merupakan tujuan khusus. Dengan demikian, hipotesis juga menentukan sifat-sifat data yang diperlukan guna menguji pernyataan tersebut. Secara sederhana hipotesis menunjukkan kepada peneliti apa yang harus dilakukan. Fakta yang harus dipilih dan diamati adalah fakta yang ada hubungannya dengan pertanyaan tertentu. Hipotesis dapat menjadi dasar dalam menentukan sampel serta prosedur penelitian yang harus dipakai. Hipotesis dapat menunjukkan analisis statistik yang diperlukan. Contoh: hipotesis yang menyatakan penggunaan metode cooperative lebih baik daripada metode ceramah. Hipotesis ini menuntun peneliti untuk menentukan metode penelitian sekaligus penentuan sampelnya. Bahkan

hipotesis ini memberikan petunjuk analisis statistik yang harus dilakukan. Dari pernyataan hipotesis tersebut jelas peneliti harus melakukan eksperimen yang membandingkan hasil belajar menggunakan metode cooperative dan metode ceramah kemudian dianalisis dengan tes atau teknik analisis data uji beda agar dapat diketahui signifikansinya. 4. Memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan. Peneliti dapat melaporkan diseputar jawaban-jawaban hipotesis sehingga membuat penyajian laporan lebih berarti dan mudah dibaca secara sistematis. D. Ciri Hipotesis yang Baik Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang rumusannya mudah dipahami paling tidak memuat variabel-variabel permasalahan penelitian. Apakah variabelvariabel tersebut dihubungkan, diperbandingkan, atau diuji keberpengaruhannya. Hipotesis hendaknya memuat nilai prediktif (mengandung dugaan yang sesuai dengan kajian literature), bersifat konsisten (tidak bertentangan dengan teori dan penelitian sebelumnya). Hipotesis harus dapat diuji. Berikut adalah beberapa ciri hipotesis yang baik menurut beberapa ahli. Ary, D, dkk (1982) (dalam Wagiran) mengemukakan ciri hipotesis yang baik: 1. Hipotesis harus memiliki daya penjelas. Suatu hipotesis harus merupakan penjelasan yang mungkin mengenai apa yang seharusnya diterangkan. 2. Hipotesis harus merupakan hubungan yang diharapkan diantara variabelvariabel. Suatu hipotesis harus menerka atau menduga hubungan antara dua atau lebih variabel. 3. Hipotesis harus dapat diuji. Suatu hipotesis yang dapat diuji (testability) berarti dapat ditahkikkan (verifiable) artinya deduksi, kesimpulan, dan perkiraan dapat ditarik dari hipotesis tersebut sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan pengamatan empiris yang akan mendukung atau tidak mendukung hipotesis tersebut. Hipotesis yang dapat diuji memungkinkan peneliti menetapkan berdasarkan pengalaman, apakah akibat yang tersirat secara deduktif itu benar- benar terjadi atau tidak. 4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis hendaknya tidak betentangan dengan hipotesis, teori, dan hukum-hukum yang

sebelumnya sudah mapan. 5. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana mungkin. Hal ini bukan hanya memudahkan pengujian hipotesis, melainkan menjadi dasar bagi penyusunan laporan yang jelas dan mudah dimengerti pada akhir penyelidikan. E. Macam-macam Hipotesis Dalam penelitian terdapat hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian muncul bila penelitian dilakukan pada populasi, sedangkan hipotesis statistik muncul apabila penelitian dilakukan pada sampel. Hipotesis statistik muncul untuk menguji apakah hipotesis penelitian yang hanya diuji dengan data sampel dapat diberlakukan untuk populasi. Dalam pembuktian ini muncul taraf signifikansi, taraf kesalahan dan kepercayaan dari pengujian. Terdapat dua hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis kerja merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil). Dalam kegiatan penelitian yang diuji terlebih dahulu adalah hipotesis penelitian terutama pada hipotesis kerjanya. Jika penelitian ingin menguji apakah hasil penelitian itu signifikan atau tidak maka diperlukan hipotesis statistik. Yang diuji dalam hipotesis statistik adalah hipotesis nol, karena peneliti tidak berharap ada perbedaan antara sampel dan populasi. Penyelidikan bisa berasal dari masalah-masalah praktis, dari situasi tingkah laku yang diamati, dari penelitian sebelumnya atau dari teori-teori dalam bidang terkait. Dengan demikian, hipotesis dapat diperoleh secara induktif dari pengamatan tingkah laku atau secara deduktif dari teori atau hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hipotesis penelitian mempunyai fungsi memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau research question. Hipotesis penelitian biasanya akan sama banyaknya dengan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian. Dengan kata lain hipotesis penelitian akan mencakup rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis ini pada umumnya tidak diuji dengan teknik statistik, namun merupakan jawaban sementara yang akan menuntun peneliti untuk bertindak di lapangan. Hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi hipotesis induktif dan hipotesis deduktif.

Hipotesis induktif adalah hipotesis yang formulasinya didasarkan atas generalisasi hasil dari serangkaian observasi yang telah dilakukan di lapangan atau di bidang ilmu yang bersangkutan. Hipotesis deduktif adalah hipotesis yang formulasinya didasarkan atas generalisasi hasil dari serangkaian studi teori atau studi kepustakaan. 1. Hipotesis Induktif Dalam prosedur induktif, peneliti merumuskan hipotesis sebagai suatu generalisasi dari hubungan-hubungan yang diamati. Maksud peneliti melakukan pengamatan terhadap tingkah laku, memperhatikan kecenderungan atau kemungkinan adanya hubungan-hubungan dan kemudian merumuskan penjelasan sementara tentang tingkah laku yang diamati itu. Penyelidikan terhadap hipotesis induktif yang berasal dari persoalan sehari- hari sering dapat membantu menunjukkan pemecahan persoalan-persoalan seperti itu. Tetapi karena hipotesis itu berasal dari masalah-masalah lokal yang bersifat khusus, maka hasil yang mempunyai daya penjelas yang terbatas kendatipun ada gunanya. 2. Hipotesis Deduktif Berbeda dengan hipotesis yang dirumuskan sebagai generalisasi dari hubungan yang diamati, ada hipotesis yang ditarik deduktif dari teori. Hipotesis ini memiliki kelebihan dapat mengarah pada sistem pengetahuan yang lebih umum, karena kerangka untuk menempatkannya secara berarti ke dalam bangunan pengetahuan yang telah ada dalam teori itu sendiri. Ilmu tidak dapat berkembang secara efisien kalau setiap studi tetap merupakan upaya yang terpisah-pisah. Ilmu menjadi kumulatif dengan membangun di atas kumpulan fakta dan teori yang ada. Hipotesis yang berasal dari suatu teori dikenal sebagai hipotesis deduktif. Hipotesis statistik dipergunakan jika peneliti melakukan analisis dengan hanya menggunakan sebagian dari keseluruhan data yang ada. Sedangkan teknik statistik yang menggambarkan pengambilan data keseluruhan ke arah sebagian populasi disebut sebagai proses inferensi. Teknik statistik dalam menganalisis sampel ini sering juga disebut sebagai statistika inferensial. Jika hasil analisis dari sampel tersebut kemudian dipergunakan untuk menyimpulkan hasil analisis keseluruhan,

maka proses tersebut dinamakan generalisasi. Bila peneliti langsung menggunakan populasi sebagai dasar analisis, apakah ia masih perlu hipotesis? Jawabannya adalah hipotesis penelitian tetap pelu diajukan sebagai arah dalam melakukan kegiatan lapangan, sedangkan hipotesis statistik kurang diperlukan. Peneliti langsung dapat langsung menganalisis data kemudian langsung memperoleh hasilnya yang menggambarkan apa yang diteliti saat ini. Hipotesis statistik secara umum dapat dibedakan menjadi empat yaitu: hipotesis nihil, hipoteis riset, hipotesis alternatif, dan hipotesis penyearah. 1. Hipotesis Nol/Nihil Hipotesis nihil merupakan hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan, tidak ada pengaruh atau tidak ada perbedaan antara variabel yang diteliti. Hipotesis ini merupkan hipotesis dasar penelitian kuantitatif yang pada intinya merupakan pernyataan teoritis yang perlu diuji. Hipotesis nol adalah kebalikan dari hipotesis penelitian. Hipotesis nol merupakan pernyataan mengenai kenyataan suatu hal tetapi pernyataan yang menolak atau menyangkal apa yang ditunjukkan oleh hipotesis penelitian. Hipotesis nol adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Mengapa peneliti tidak langsung menguji hipotesis penelitian, tetapi justru hipotesis nol. Alasannya adalah: 1) Karena seorang ilmuwan menetapkan perannya yang lebih tidak memihak dan obyektif mengenai fenomena dibandingkan dengan orang awam, maka akan tampak seakan ia tidak berlaku obyektif jika ia berusaha untuk membuktikan kebenaran sesuatu yang diyakini benar dari semula. Mencoba menunjukkan kebenaran hipotesis penelitian bagi seseorang setidaknya mengimplikasikan suatu bias yang nyata ke arah mencoba mengukuhkan perkiraan seseorang itu dan mengabaikan berbagai hal yang cenderung menyangkal keyakinan orang tersebut. 2) Lebih mudah untuk membuktikan sesuatu yang salah ketimbang membuktikan sesuatu yang benar. Hipotesis nol diyakini merupakan alat yang akan bertindak sebagai petunjuk yang benar dari berbagai hal sampai terbukti sebaliknya. 3) Kebiasaan. Para peneliti terutama peneliti sosial biasanya menggunakan

hipotesis nol untuk diuji. 4) Probabilitas benar atau salah. Contoh penggunaan hipotesis nol dari hipotesis statistik: Hipotesis statistik perbedaan: H0: X1 = X2 Ha: X1 X2 Hipotesis nol menyatakan bahwa rata-rata kelompok 1 adalah sama dengan rata-rata kelompok 2. Hipotesis alternatif menyatakan bahwa rata-rata dari kedua kelompok tidak sama satu sama lain. Hipotesis Statistik kaitan (korelasi): H0: rxy =0 Ha: rxy 0 Hipotesis nol menyatakan bahwa hubiungan antara variabel X dan Y adalah sama dengan nol. Hipotesis alternatif menyatakan hubungan antara variabel x dan variabel y adalah tidak sama dengan nol. Hipotesis statistik tentang perkiraan nilai: H0: X = 75 Ha: X 75 Hipotesis nol menyatakan bahwa rata-rata (dari suatu ciri sampel) adalah sama dengan 75. Hipotesis alternatif menyatakan bahwa rata-rata (dari suatu ciri sampel) adalah tidak sama dengan 75. 2. Hipotesis Riset Hipotesis ini sering digunakan untuk mendampingi hipotesis nol. Hipotesis riset merupakan penggambaran terhadap ide peneliti yang dikembangkan dari hasil kaji teoritik. Hipotesis ini tidak diuji namun sebagai pendamping atau tandingan terhadap hipoetsis pertama. Peranan hipotesis riset adalah mengakomodasi substansi ide dari kajian teoritis jika hipotesis pertama atau hipoetsis nihil gagal, maka hipotesis riset akan ditolak. Sebagai contoh dalam analisis misalnya H0 ditolak pada tingkat signifikansi tertentu maka hipotesis riset secara otomatis akan tidak ditolak. Demikian pula sebaliknya bila H0 diterima maka otomatis Ha akan diterima. Contoh:

H0: 1 2 Ha: 1 2 RESUME MATAKULIAH METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN Arti: hipotesis nihil menyatakan tidak ada perbedaan antara nilai rata-rata grup satu dengan nilai rata-rata grup dua. Disamping itu peneliti juga mengajukan hipotesis tandingan atau hipotesis riset yang menyatakan ada perbedaan nilai rata- rata grup satu dan grup dua. Yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nihil, yaitu jawaban sementara dari hasil kajian pustaka atau setelah peneliti menyusun landasan teori. 3. Hipotesis Alternatif Hipotesis ini merupakan pernyataan operasional hipotesis penelitian. Hipotesis ini adalah harapan yang beradsarkan teori. Jika literatur yang digunakan menyatakan bahwa penemuan-penemuan teknik belajar tertentu adalah efektif, maka kita harus membuat hipotesis yang sama atau harapan yang sama. Jika hasil survey menyatakan bahwa teknik pengajaran tersebut tidak efektif, hipotesis kita adalah hipotesis nol. Hipotesis ini dapat digunakan untuk mendapatkan pernyataan selain hipotesis nihil. Contoh: H0: 1 2 Ha: 1 2 4. Hipotesis Penyearah Hipotesis dapat langsung atau tidak langsung. Hipotesis nol biasnya dalam bentuk tidak langsung karena arahnya tidak ditentukan. Untuk itu digunakan uji dua pihak, sementara hipotesis yang arahnya ditentukan memerlukan uji satu pihak. Hipotesis yang hanya menyatakan ada perbedaan termasuk hipotesis tidak langsung dengan alasan bahwa sifat perbedaan itu tidak ditentukan. a. Untuk hubungan dua variabel sejajar tidak dapat dirumuskan hipotesis terarah. Contoh: ada hubungan antara nilai matematika dan nilai IPA. b. Ha terarah: Tingkat kekayaan berpengaruh terhadap kelancaran berusaha... berpengaruh terhadap... Terdapat korelasi... dan...

c. Ho terarah: Tingkat kekayaan tidak berpengaruh terhadap kelancaran berusaha... tidak berpengaruh terhadap... Tidak terdapat korelasi... d. Ha tidak terarah Ada pengaruh kekayaan terhadap kelancaran berusaha Ada pengaruh... terhadap... Ada korelasi... dan... e. H0 tidak terarah Tidak ada pengaruh kekayaan terhadap kelancaran berusaha Tidak ada pengaruh... terhadap... Tidak ada korelasi antara... dan... Dalam hipotesis terarah peneliti sudah dengan berani dengan tegas menyatakan bahwa variabel bebas memang berpengaruh terhadap variabel terikat. Dalam hipotesis tidak terarah, peneliti merasakan adanya pengaruh, tetapi belum berani secara tegas menyatakan pengaruh tersebut namun baru menyatakan ada pengaruh. F. Bentuk-bentuk Perumusan Hipotesis Berdasarkan Rumusan Masalah Betuk-bentuk hipotesis sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif dan asosiatif/hubungan. Hipotesis deskriptif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif, hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah komparatif; dan hipotesis asosiatif adalah merupakan jawaban sementara terhadap masalah asosiatif/hubungan.. Rumusan hipotesis deskriptif, lebih didasarkan pada pengamatan pendahuluan terhadap obyek yang diteliti. a. Hipotesis Deskriptif

Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri. b. Hipotesis Komparatif Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda. Contoh: c. Hipotesis Asosiatif Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. G. Kekeliruan yang Terjadi Pada Hipotesis Benar dan tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti dan tidaknya hipotesis tersebut. Mungkin seorang peneliti merumuskan hipotesis yang isinya benar, tetapi setelah data terkumpul dan dianalisis ternyata bahwa hipotesis tersebut ditolak, atau tidak terbukti. Sebaliknya mungkin seorang peneliti merumuskan sebuah hipotesis yang salah, tetapi setelah dicocokan dengan datanya, hipotesis yang salah tersebut terbukti. Keadaan ini akan berbahaya, apabila mengenai hipotesis tentang sesuatu yang berbahaya. Contoh: Belajar tidak mempengaruhi prestasi. Dari data yang terkumpul, memang ternyata anak-anak yang tidak belajar dapat lulus. Maka ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tersebut terbukti. Tentu saja kesimpulan ini salah menurut norma umum. Pembuktian hipotesis mungkin benar. Akibatnya bisa berbahaya apabila disimpulkan oleh siswa atau mahasiswa bahwa tidak ada gunanya mereka belajar. Yang salah adalah perumusan hipotesisnya. Dalam hal lain dapat terjadi perumusan hipotesisnya benar tetapi ada kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Apabila terjadi hal yang demikian kita tidak boleh menyalahkan hipotesisnya. Kesalahan penarikan kesimpulan tersebut barangkali disebabkan karena kesalahan sampel, kesalahan perhitungan ada pada variabel lain yang mengubah hubungan antara variabel belajar dan variabel prestasi yang pada suatu pengujian

hipotesis ikut berperan. Misalnya: Faktor untung-untungan, faktor soal tes yang sudah bocor, faktor menyontek dan sebagainya. (Sugiyono, 2001) menyatakan bahwa dalam menaksir populasi berdasarkan data sampel kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu: a. Kesalahan Tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan (alpha). b. Kesalahan tipe II, adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan dengan Macam Kekeliruan Ketika Membuat Kesimpulan tentang Hipotesis (beta). Kesimpulan dan Keputusan Hipotesis benar Keadaan Sebenarnya Hipotesis salah Terima hipotesis Tidak membuat kesalahan Kesalahan macam II Tolak hipotesis Kesalahan tipe I Tidak membuat Dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Keputusan menerima hipotesis nol yang benar, berarti tidak membuat kesalahan. 2. Keputusan menerima hipotesis nol yang salah, berarti terjadi kesalahan tipe II. 3. Membuat keputusan menolak hipotesis nol yang benar, berarti terjadi kesalahan tipe I. 4. Keputusan menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat kesalahan. Misalnya: peneliti menetapkan kesalahan α = 1% berarti bahwa jika kita menerapkan kesimpulan penelitian kita, akan ada penyimpangan sebanyak 1%. Besar kecilnya resiko kesalahan kesimpulan ini tergantung dari keberanian peneliti, atau kesediaan peneliti mengalami kesalahan tipe I.

Kesalahan tipe I ini disebut taraf signifikasi pengetesan, artinya kesediaan yang berwujud besarnya probabilitas jika hasil penelitian terhadap sampel akan diterapkan pada populasi. Besarnya taraf signifikansi ini pada umunya sudah diterapkan terlebih dahulu misalnya 0,15; 0,5; 0,01, dan sebagainya. Pada umumnya untuk penelitian-penelitian di bidang ilmu pendidikan digunakan taraf signifikansi 0,05 atau 0,01, sedangkan untuk peneliti obatobatan yang risikonya menyangkut jiwa manusia, diambil 0,005 atau 0,001, bahkan mungkin 0,0001. Apabila peneliti menolak hipotesis atas dasar taraf signifikansi 5% berarti sama dengan menolak hipotesis atas dasar taraf kepercayaan 95%, artinya apabila kesimpulan tersebut diterapkan pada populasi yang terdiri dari 100 orang, akan cocok untuk 95 orang dan bagi 5 orang lainnya terjadi penyimpangan. H. Cara Menguji Hipotesis Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak hipotesis tersebut. Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho). Seperti telah diketahui bersama bahwa fungsi hipotesis adalah untuk memberikan suatu pernyataan terkaan tentang hubungan tentatif antara fenomenafenomena dalam penelitian. Kemudian hubungan-hubungan ini akan diuji validitasnya menurut teknik-teknik yang sesuai untuk keperluan pengujian. Bagi seorang peneliti, hipotesis bukan merupakan suatu hal yang menjadi vested interest, dalam artian bahwa hipotesis harus selalu diterima kebenarannya. Jika hipotesis ditolak karena tidak sesuai dengan data, misalnya, keadaan ini tidak berarti si peneliti akan kehilangan muka. Bahkan harga diri peneliti akan naik jika si peneliti dapat menerangkan mengapa hipotesisnya tidak valid. Penolakan hipotesis dapat merupakan penemuan yang positif, karena telah memecahkan ketidaktahuan (ignorance) universal dan memberi jalan kepada hipotesis yang lebih baik. Akan tetapi, seorang ilmuwan tidak dapat mengetahui bukti positif atau negatif kecuali ilmuwan tersebut

mempunyai hipotesis dan dia telah menguji hipotesis tersebut. Hipotesis tidak pernah dibuktikan kebenarannya, tetapi diuji validitasnya. Kecocokan hipotesis dengan fakta bukanlah membuktikan hipotesis, karena bukti tersebut memberikan alasan kepada kita untuk menerima hipotesis, dan hipotesis adalah konsekuensi logis dari bukti yang diperoleh. Untuk menguji hipotesis diperlukan data atau fakta-fakta. Kerangka pengujian harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum si peneliti mengumpulkan data. Pengujian hipotesis memerlukan pengetahuan yang luas mengenai teori, kerangka teori, penguasaan penggunaan teori secara logis, statistik, dan teknik- teknik pengujian. Cara pengujian hipotesis bergantung dari metode dan disain penelitian yang digunakan. Yang penting disadari adalah hipotesis harus diuji dan dievaluasikan. Apakah hipotesis tersebut cocok dengan fakta atau dengan logika? Ilmuwan tidak akan mengakui validitas ilmu pengetahuan jika validitas tidak diuji secara menyeluruh. Satu kesalahan besar telah dilakukan jika dipikirkan bahwa hipotesis adalah fakta, walau bagaimanapun baiknya kita memformulasikan hipotesis tersebut. Secara umum hipotesis dapat diuji denga dua cara, yaitu mencocokkan dengan fakta, atau dengan mempelajari konsistensi logis. Dalam menguji hipotesis dengan mencocokkan fakta, maka diperlukan percobaan-percobaan untuk memperoleh data. Data tersebut kemudian kita nilai untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut cocok dengan fakta tersebut atau tidak. Cara ini biasa dikerjakan dengan menggunakan desain percobaan. Jika hipotesis diuji dengan konsistensi logis, maka si peneliti memilih suatu desain di mana logika dapat digunakan, untuk menerima atau menolak hipotesis. Cara ini sering digunakan dalam menguji hipotesis pada penelitian yang menggunakan metode noneksperimental seperti metode deskriptif, metode sejarah, dan sebagainya. Penelitian Tanpa Hipotesis Mungkin kita bertanya, apakah semua penelitian harus berhipotesis? Terkait dengan pertanyaan tersebut, untuk memberikan jawabannya, (Arikunto, 2002) menjelaskan ada dua alternatif jawaban. Pendapat pertama

mengatakan, semua penelitian pasti berhipotesis. Semua peneliti diharapkan menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan butir-butirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian. Pendapat kedua mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin dihipotesiskan. Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam sebuah penelitian, banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan penelitian. Mungkin problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti dengan hipotesis, tetapi problematika nomor 3 dihipotesiskan. Contoh: Hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja para karyawan kantor A. Problematika 1 : Seberapa tinggi motivasi berprestasi karyawan kantor A? (tidak dihipotesiskan). Problematika 2 : Seberapa tinggi etos kerja karyawan kantor A? (tidak dihipotesiskan) Problematika 3 : Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawan kantor A? Hipotesis : Ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawan kantor A.