I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di ITTARA PD. Semangat Jaya, Desa Sri Rejeki,

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

I. PENDAHULUAN. tanaman yang mengandung mono/disakarida (tetes tebu dan gula tebu), bahan

Iklim Perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri Jurusan

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Pencemaran masalah lingkungan terutama perairan sekarang lebih diperhatikan,

FENOMENA GAS RUMAH KACA

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK

APA ITU GLOBAL WARMING???

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

Oleh: ANA KUSUMAWATI

I. PENDAHULUAN. Lampung adalah produsen tapioka utama di Indonesia. Keberadaan industri

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

vial, reaktor unit DBR200, HACH Spectrofotometri DR 4000, gelas ukur, box ice,

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

Global Warming. Kelompok 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

POTENSI EMISI METANA KE ATMOSFER AKIBAT BANJIR

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

PELESTARIAN BIODIVERSITAS DAN PERUBAHAN IKLIM JOHNY S. TASIRIN ILMU KEHUTANAN, UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI GAPLEK SINGKONG KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

III. METODOLOGI PENELITIAN

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C)

STRUKTURISASI MATERI

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk industri dan transportasi. Untuk mengurangi ketergantungan

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

BATAM, 9 MEI 2014 SUPRAPTONO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ll. TINJAUAN PUSTAKA cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung pada tahun 2013 memiliki luas panen untuk komoditi singkong sekitar 318.107 hektar dan jumlah produksi sebesar 8.329.201 ton (BPS Provinsi Lampung, 2014). Produksi singkong yang sangat tinggi memicu berdirinya industri tapioka skala kecil hingga besar di berbagai kawasan pedesaan Provinsi Lampung. Industri tapioka secara umum menggunakan banyak air untuk proses produksi sehingga akan menghasilkan air limbah dalam jumlah yang banyak (Kementerian Lingkungan Hidup, 2009). Menurut Aprizal (2011), proses pengolahan 1 ton singkong menjadi tepung tapioka menghasilkan air limbah sekitar 5.000 liter yang dapat dimanfaatkan. Air limbah industri tapioka sangat berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi bahan baku produksi biogas melalui proses anerobik (Moertinah, 2010). Menurut Hasanudin et al. (2006) dalam Usman (2011), pembentukan biogas dipengaruhi oleh jumlah air limbah yang dihasilkan dari proses produksi industri tapioka, hasil penelitian menunjukan produksi biogas dapat mencapai 27 m³/ton singkong yang diolah secara optimal. Air limbah saat ini telah dimanfaatkan sebagai sumber bioenergi di beberapa Industri Tapioka Rakyat (ITTARA), yang umumnya menggunakan bioreaktor sistem CIGAR (Covered In Ground

2 Anaerobic Reactor). Proses pemanfaatan air limbah tapioka sebagai bahan baku biogas merupakan salah satu cara alternatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Menurut Suyitno dkk. (2010), biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik, terjadi pada material-material yang dapat terurai secara alami dalam kondisi anaerobik. Biogas memiliki berat berkisar 20% lebih ringan dibandingkan udara dan memiliki suhu pembakaran antara 650 sampai 750 C. Biogas tidak berbau dan tidak berwarna yang apabila dibakar akan menghasilkan nyala api biru cerah seperti gas LPG. Nilai kalor gas metana adalah 20 MJ/m3 dengan efisiensi pembakaran 60% pada konvesional kompor biogas. Menurut Hermawan dkk. (2007), biogas dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembangkit listrik, pemanas ruangan, pemanas air, serta apabila dikompresi biogas dapat menggantikan gas alam terkompresi yang digunakan pada kendaraan. Menurut Suarsana dan Wahyuni (2011), dampak pemanasan global saat ini menjadi masalah serius yang dihadapi seluruh bagian dunia. Pemanasan global terjadi ketika panas sinar matahari yang terserap oleh permukaan bumi tidak dapat dipantulkan keluar atmosfer. Adanya gas rumah kaca di atmosfer menyebabkan panas matahari akan diserap dan tertahan di atmosfer. Proses ini yang mencegah terlepasnya panas matahari ke luar angkasa. Emisi gas rumah kaca disebabkan oleh meningkatnya kandungan karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ) dan partikel polutan lainnya di atmosfer bumi. Dampak dari emisi gas rumah kaca yaitu meningkatkan suhu permukaan bumi (global warming) dan akan mengakibatkan

3 perubahan iklim yang sangat ekstrim serta terjadinya gangguan ekologis di bumi (Batan, 2005) Gas rumah kaca memberikan dampak pemanasan global yang berbeda-beda, untuk membandingkan dampak yang ditimbulkan, digunakan Indeks Potensi Pemanasan Global (GWP-Global Warming Potential). Indeks GWP ditentukan dengan menggunakan CO 2 sebagai acuan, yaitu dengan cara membandingkan satu satuan berat GRK tertentu dengan sejumlah CO 2 yang memberikan dampak pemanasan global yang sama. Sumbangan emisi GRK tertinggi dihasilkan oleh gas CO 2, hampir 55% emisi GRK berasal dari gas tersebut. Namun menurut Janzen (2004) bahwa gas CO 2 yang dihasilkan dari perombakan bahan organik secara anaerobik dapat dimanfaatkan kembali oleh tumbuh-tumbuhan di darat dan gangang serta fitoplankton di laut untuk melakukan fotosintesis yang disebut siklus karbon. Gas CH 4 hanya berkontribusi sekitar 15%, namun gas ini 21 kali lebih berpotensi menyebabkan efek rumah kaca dari gas CO 2 (Balitbang Pertanian, 2011). Kondisi tersebut menyebabkan kerusakan lapisan ozon dan kenaikan suhu di bumi. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 61 tahun 2011 tentang Penyusunan Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) dan Nomor 71 tentang Penyelengaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional, pemerintah Indonesia telah mencanangkan suatu upaya yang fokus membahas mengenai penurunan emisi gas rumah kaca khususnya di Indonesia. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2009), berdasarkan skenario SNC (Second National Communication) tingkat emisi di Indonesia diperkirakan akan

4 meningkat dari 1,72 Gton CO 2 e pada tahun 2000, menjadi 2,95 Gton CO 2 e pada tahun 2020. Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK sebesar 26% atau 0,767 Gton CO 2 e pada tahun 2020 dan kemungkinan tambahan sebesar 15% atau 0,477 Gton CO 2 e bila ada bantuan pendanaan internasional (Perpres RAN-GRK, 2010). 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan antara lain: 1. Mengevaluasi produksi air limbah di ITTARA yang berpengaruh terhadap pembentukan gas metana. 2. Menghitung potensi emisi gas rumah kaca dari air limbah ITTARA tersebut. 1.3 Kerangka Pemikiran Industri tapioka rakyat (ITTARA) merupakan salah satu jenis usaha industri di sektor pertanian yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap perkembangan ekonomi masyarakat khususnya di Provinsi Lampung. Industri tapioka rakyat menghasilkan tepung tapioka sebagai produk utama dan air limbah yang cukup banyak. Sumber air limbah ITTARA berasal dari proses pencucian alat produksi, proses pencucian singkong dan proses pengendapan pati. Setiap 1 ton singkong yang diolah, akan menghasilkan air limbah 4.000-6.000 liter, (Aprizal, 2011). Menurut Hasanudin (2006) dalam Usman (2011) bahwa air limbah industri tapioka memiliki kandungan Chemical Oxygen Demand (COD) berkisar 18.000-25.000 mg/l. Bahan organik yang terdapat pada air limbah tapioka umumnya terdiri dari pati, serat, lemak dan protein. Nilai COD yang tinggi mampu

5 menurunkan kualitas lingkungan dan merusak ekosistem hayati. Senyawa organik yang terurai menjadi metana (CH 4 ) dan karbondioksida (CO 2 ) ditandai dengan menurunnya nilai COD pada air limbah. Sistem pengelolaan air limbah dengan metode CIGAR menghasilkan metana (CH 4 ) dan karbondioksida (CO 2 ). Metana merupakan gas yang bersifat dapat terbakar (flammable gas) sehingga dapat dijadikan sebagai energi alternatif. Gas tersebut memberikan kontribusi sangat besar dalam pemanasan global bila terlepas ke udara. Menurut Janzen (2004), karbondioksida (CO 2 ) yang dihasilkan dari perombakan bahan organik secara anaerobik dapat dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan untuk melakukan fotosintesis yang disebut siklus karbon. Perhitungan produksi air limbah yang dihasilkan oleh ITTARA perlu dilakukan untuk mengetahui gas metana dan potensi emisi gas rumah kaca yang akan dihasilkan. Sistem pengelolaan air limbah yang telah diterapkan oleh ITTARA yaitu sistem CIGAR. Penelitian dilaksanakan dengan mengumpulkan data kuantitas dan kualitas air limbah. Data kuantitas air limbah ITTARA terdiri dari jumlah air yang digunakan selama proses produksi berlangsung, melakukan analisis kadar air singkong, kulit, onggok, dan pati. Data kualitas air limbah meliputi karakteristik air limbah yaitu CODt dan ph. Potensi emisi gas rumah kaca industri tapioka rakyat (ITTARA) disajikan pada diagram alir kerangka pemikiran Gambar 1.

6 SINGKONG ITTARA Pencucian singkong - Proses pencucian alat - Proses pengendapan pati Air Limbah Perlu diukur Air cucian singkong BIOGAS BIOREAKTOR CO 2 dan CH 4 Fotosintesis tumbuhan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Perlu dihitung Siklus Karbon Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran