UJI COBA PROSES REDUKSI BIJIH BESI LOKAL MENGGUNAKAN ROTARY KILN

dokumen-dokumen yang mirip
STUDY PENGGUNAAN REDUKTOR PADA PROSES REDUKSI PELLET BIJIH BESI LAMPUNG MENGGUNAKAN ROTARY KILN

PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA

Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi

Pengaruh Temperatur dan jenis reduktor pada pembuatan sponge iron menggunakan teknologi direct reduced iron dalam rotary kiln

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KARAKTERISTIK FISIK PELLET DAN SPONGE IRON PADA BAHANBAKU LIMBAH KARAT DENGAN PASIR BESI SEBAGAI PEMBANDING

Jurnal Kimia Indonesia

REDUKSI PASIR BESI PANTAI SIGANDU KABUPATEN BATANG MENJADI SPONGE IRON MENGGUNAKAN BURNER GAS ASETILIN

STUDI RANCANG BANGUN MICROWAVE BATCH FURNACE UNTUK PROSES REDUKSI PASIR BESI DENGAN OPTIMASI LAMA RADIASI

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH CRUSHING PLANT UNTUK PEMBUATAN PIG IRON MENGGUNAKAN HOT BLAST CUPOLA YANG DIINJEKSIKAN SERBUK ARANG KAYU

Metode Evaluasi dan Penilaian. Audio/Video. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor: 0-100(PAN)

BAB I PENDAHULUAN. bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai

Potensi Batubara Sebagai Sumber Energi Alternatif Untuk Pengembangan Industri Logam

PENGOLAHAN BIJIH BESI DARI TASIKMALAYA DENGAN METODE REDUKSI

Romeyndo Gangga Wilman dan Johny Wahyuadi Soedarsono Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia

ANALISA KINETIKA REAKSI PROSES REDUKSI LANGSUNG BIJIH BESI LATERIT SKRIPSI. Oleh Rosoebaktian Simarmata

Masuk tanggal : , revisi tanggal : , diterima untuk diterbitkan tanggal :

PENGARUH TEMPERATUR DAN JENIS REDUKTOR TERHADAP PEROLEHAN PERSEN METALISASI HASIL REDUKSI BIJIH BESI DARI KALIMANTAN

PEMBUATAN SPONGE IRON DARI BIJIH BESI LAMPUNG MENGGUNAKANROTARY KILN DALAM RANGKA MENDUKUNG INDUSTRI LOGAM NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB 3 INDUSTRI BESI DAN BAJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PEREKAYASAAN ALAT SIMULASI REDUKSI PELET BIJIH BESI BERKARBON

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

PENGARUH BAHAN PEREKAT DAN WAKTU REDUKSI PADA PEMBUATAN BRIKET SPONGE DARI BIJIH BESI LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN ANTARA PENAMBAHAN BENTONIT DAN PENAMBAHAN CMC TERHADAP HASIL PROSES PELETASI PASIR BESI

DESAIN DAN SIMULASI TUNGKU BAKAR UNTUK PENGOLAHAN PASIR BESI MENJADI SPONGE IRON DENGAN TEKNOLOGI TUNNEL KILN

UJI KARAKTERISTIK SPONGE IRON HASIL REDUKSI MENGGUNAKAN BURNER LAS ASITELIN DARI PASIR BESI PANTAI NGEBUM KENDAL

PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR

PENINGKATAN KADAR NIKEL (Ni) DAN BESI (Fe) DARI BIJIH NIKEL LATERIT KADAR RENDAH JENIS SAPROLIT UNTUK BAHAN BAKU NICKEL CONTAINING PIG IRON (NCPI/NPI)

KUPOLA UDARA PANAS UNTUK MEMPRODUKSI NPI (NICKEL PIG IRON) DARI BIJIH NIKEL LATERIT

STUDI GASIFIKASI BATU BARA LIGNITE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA UNTUK KEPERLUAN KARBONASI

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Baku Proses Pembuatan Besi Baja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

ANALISA PENGARUH KOMPOSISI BATU KAPUR TERHADAP KADAR Fe DAN DERAJAT METALISASI PADA PROSES REDUKSI BESI OKSIDA DALAM PASAR BESI

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER

1. Fabrikasi Struktur Baja

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

PELINDIAN NIKEL DAN BESI PADA MINERAL LATERIT DARI KEPULAUAN BULIHALMAHERA TIMUR DENGAN LARUTAN ASAM KLORIDA

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

1. Baja dan Paduannya 1.1 Proses Pembuatan Baja

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penentuan Fixed Carbon Penentuan fixed carbon dari batu bara berdasarkan selisih antara hasil perhitungan hilang pijar dan volatile matter.

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DARI KOKAS LOKAL DENGAN PEREKAT TETES TEBU DAN ASPAL

1.2 Tujuan - Mengetahui alur proses produksi kokas batubara (coke)

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIOMASSA JERAMI-BATUBARA DENGAN VARIASI KOMPOSISI

KOKAS DARI BATUBARA NON COKING : MENGHILANGKAN KETERGANTUNGAN KOKAS IMPOR. Suganal

Lampiran 1 Bahan baku dan hasil percobaan

Sulfur dan Asam Sulfat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

INTRODUCTION. oksigen dalam bijih besi. Secara tradisional dinamakan blomery, dimana pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Dylla Chandra Wilasita Ragil Purwaningsih

MATERIAL PEMBUATAN BAJA UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL 2007 INTRODUCTION

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

PIROLISIS Oleh : Kelompok 3

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

KARAKTERISTIK PASIR BESI DARI PANTAI SELATAN KULONPROGO UNTUK MATERIAL PESAWAT TERBANG

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

STUDI REDUKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

KONSENTRASI PASIR BESI TITAN DARI PENGOTORNYA DENGAN CARA MAGNETIK

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

PEMBUATAN NICKEL PIG IRON (NPI) DARI BIJIH NIKEL LATERIT INDONESIA MENGGUNAKAN MINI BLAST FURNACE

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIOMASSA ONGGOK-BATUBARA DENGAN VARIASI KOMPOSISI

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

ASPEK TEKNOLOGI DAN EKONOMI PEMBANGUNAN PABRIK PENGOLAHAN BIJIH BESI MENJADI PRODUK BAJA DI INDONESIA

BAB II DASAR TEORI. 3Fe 2 O 3 +C 2 Fe 3 O 4 +CO. Fe 3 O 4 +CO 3FeO+CO2 Fe 3 O 4 + C 3FeO+CO FeO+C Fe+CO

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

STUDI HEAT LOSSES PADA ISOBARIC ZONE REAKTOR HYL III DIRECT REDUCTION PLANT PT. KRAKATAU STEEL

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

Peningkatan Kadar Karbon Monoksida dalam Gas Mempan Bakar Hasil Gasifikasi Arang Sekam Padi

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI PENGARUH PENAMBAHAN KARBON PADA PROSES REDUKSI LANGSUNG BATU BESI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

ANALISIS PERANCANGAN TUNGKU PENGECORAN LOGAM (NON-FERO) SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN TEKNIK PENGECORAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013 MAKALAH PENDAMPING KIMIA ANORGANIK (Kode : C-02) ISBN : 979363167-8 UJI COBA PROSES REDUKSI BIJIH BESI LOKAL MENGGUNAKAN ROTARY KILN Suharto 1,*, Yayat Iman Supriyatna 2, M.Amin 3. 1,2,3 UPT.Balai Pengolahan Mineral Lampung LIPI, Lampung, Indonesia JL.Ir.Sutami KM.15 Tanjung Bintang Lampung Selatan *Keperluan korespondensi, Telp.(0721) 350054 Fax.(0721) 35005, email : harto_berg@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan proses reduksi langsung yang dilakukan dibawah titik lebur dalam tungku rotary kiln sehingga produk yang dihasilkan dalam bentuk padatan (sponge iron). Proses dilakukan dengan terlebih dahulu dilakukan pembuatan pellet bijih besi. Pada penelitian ini variabel yang digunakan yaitu suhu reduksi dan jenis binder. Untuk mengetahui hasil reduksi pellet bijih besi menjadi sponge iron terbaik maka pada sponge iron hasil reduksi dilakukan analisa Fe total, Fe metal dan komposisi lainnya. Kemudian dihitung derajat metalisasi. Sponge iron dengan derajat metalisasi terbesar merupakan proses reduksi yang terbaik. Hasil analisa sementara dari percobaan didapat data Fe total dan metal sampel A1 sebesar 70,91% dan 60,35%, sampel A2 sebesar 70,91% dan 55,33%, sampel A3 sebesar 70,91% dan 48,41%, sampel A4 sebesar 65,70% dan 62,62%, sampel A5 sebesar 65,70% dan 60,33%, sampel A6 sebesar 65,70% dan 61,33%. Berdasarkan nilai Fe total dan Fe metal maka nilai metalisasi dari sampel A1 samapai A6 secara berturut yaitu 85,11%, 78,03%, 68,27%, 95,31%, 91,83% dan 93,35%. Dari hasil penelitian ini didapat derajat metalisasi sponge dengan binder bentonit (suhu reduksi 1100 0 C, metalisasi 95,31%) lebih besar daripada derajat metalisasi sponge dengan binder aci (suhu reduksi 1100 0 C, metalisasi 78,03%) pada suhu reduksi yang sama. Kata Kunci: bijih besi; reduksi; rotary kiln; sponge iron PENDAHULUAN Besi dan baja aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari cukup luas mulai dari perabotan rumah tangga, konstruksi bangunan, peralatan perang seperti pedang, meriam dan kapal perang, alatalat industri, alat-alat berat dan lain-lain [1]. Bahan baku awal dalam pembuatan besi dan baja adalah bijih Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 211

besi (iron ore). Bijih besi yang didapatkan dari alam umumnya merupakan senyawa besi dengan oksigen seperti hematite (Fe 2 O 3 ), magnetite (Fe 3 O 4 ), limonite (Fe 2 O 3 ), atau siderite (Fe 2 CO 3 ). Sebelum digunakan sebagai bahan baku pembuatan besi baja, besi yang dikandung dalam bijih besi harus dipisahkan dari oksigen dan pengotor yang mengikatnya. Proses penghilangan oksigen dan pengotor bijih besi disebut proses reduksi bijih besi. Proses reduksi bijih besi secara umum terbagi atas dua metode yaitu reduksi langsung (direct reduction) dan reduksi tidak langsung (indirect reduction). Proses reduksi bijih besi secara tidak langsung dilakukan dalam blast furnace dengan reduktor berupa kokas, batu bara atau char dengan temperatur di atas titik lebur besi dengan produk berupa lelehan logam Fe yang selanjutnya diumpankan ke dalam BOF (Basic Oxygen Furnace) dan sebagian kecil akan dicetak menjadi pig iron [2]. Proses reduksi ini kurang efektif karena belum mampu mengolah bijih besi dengan kandungan besi (Fe) di bawah 60 %, disamping itu membutuhkan konstruksi alat yang cukup rumit dan keterbatasan arang kayu sebagai reduktor serta efesiensi bahan bakar/reduktor yang masih rendah ± 1,1 ton arang kayu/ton pig iron [3]. Sedangkan proses reduksi langsung merupakan proses pemisahan Fe dari oksigen dengan reduktor berupa padatan seperti batubara atau gas alam (CH 4 ). Proses reduksi langsung dilakukan di bawah titik lebur dalam tungku reduksi sehingga produk yang dihasilkan dalam bentuk padatan (besi spons) [4]. Proses reduksi ini lebih efisien karena sudah mampu mengolah langsung bijih besi dengan kandungan besi (Fe) di bawah 60%. Salah satu proses reduksi langsung yaitu dengan menggunakan rotary kiln. Rotary kiln merupakan tungku putar yang digunakan untuk kalsinasi, dimana suhu operasinya berkisar antara 700 0 C 1000 0 C. Rotary kiln dipilih karena dapat digunakan untuk proses kontinyu. Karakteristik bahan baku merupakan hal yang sangat sensitif dalam pembuatan sponge iron. Karakteristik kimia dan fisik merupakan faktor yang penting pada pengoperasian rotary kiln. Bahan baku bijih besi pada unit rotary kiln cukup fleksibel bisa berupa iron ore pellet, lump ore, atau pasir besi[5]. Kandungan Fe minimum 53% dan kandungan gangue maksimum 5%. Batu kapur digunakan sebagai bahan aditif pada proses reduksi bijih besi di rotary kiln yang berfungsi sebagai penyerap belerang dari campuran bahan baku selama proses reduksi [6]. Bahan ini dicampur terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam rotary kiln. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 212

Reduktor yang digunakan pada proses rotary kiln adalah batubara, mulai dari jenis antrasit sampai lignite. Tiap jenis batubara memerlukan adaptasi operasi rotary kiln terutama dalam hal rasio antara bijih besi dan jumlah reduktor yang dibutuhkan. Untuk penggunaan batubara dengan kandungan kalori rendah, diperlukan tambahan bahan bakar seperti gas alam atau bahan bakar cair, untuk menjaga profil temperatur yang dibutuhkan dalam proses. Berdasarkan data tersebut maka banyak batubara Indonesia memenuhi persyaratan sebagai bahan pereduksi. Reaksi yang terjadi di rotary kiln : Boudard reaction: C + CO 2 à 2 CO (regenerasi)...(1) Proses reduksi: Fe 2 O 3 + 3CO à 2Fe + 3CO 2 (reduksi)...(2)..[7] Pada kegiatan sebelumnya telah dilakukan proses reduksi pellet bijih besi menggunakan tungku diam dimana hasilnya cukup bagus yaitu dihasilkan sponge iron dengan metalisasi mencapai 96%. Proses reduksi pada tungku diam ini masih terdapat beberapa kekurangan yaitu proses reduksi belum dapat berjalan kontinyu, produk ada yang melekat satu sama lain dan pellet yang berada ditengah (tidak terpanggang) tidak mengalami proses reduksi yang sempurna. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah - masalah yang terjadi pada reduksi dengan menggunakan tungku diam maka pada penelitian ini dilakukan proses reduksi pellet bijih besi dengan menggunakan rotary kiln. METODE PENELITIAN Bahan dan Alat 1. Bahan - Bijih besi kadar ; - Bentonit - Aci - Batubara - Air 2. Alat - Mesin pelletizer - Magnetik separator - Rotary kiln (panjang 10 m dan diameter dalam 54 cm) - Mesh ukuran 100 - Thermocouple - Mixer - Timbangan Desain rotary kiln yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Gambar 1. Rotary kiln tampak depan Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 213

0,7 m Bijih Besi 10 m Gambar 2. Rotary kiln tampak samping Penggerusan Prosedur Percobaan Prosedur percobaan meliputi tiga tahapan yaitu persiapan bahan baku, persiapan alat dan pengambilan data dan analisa hasil percobaan. Persiapan bahan baku meliputi penggerusan bijih besi, screening dengan mesh ± 100, dan magnetisasi bijih besi. Untuk persiapan alat yaitu penyiapan alat pembuat pellet, mixer, magnetik separator dan rotary kiln. Sedangkan pengambilan data dan analisa dilakukan setelah bahan berupa pellet sudah tersedia kemudian direduksi dalam tungku putar (rotary kiln) dan hasilnya dianalisa kadar Fe total dan Fe metalnya sehingga diketahui derajat metalisasinya. Untuk langkah percobaan dapat dilihat pada blok diagram Gambar 3. Penggerusan Bijih besi halus Pembuatan pellet dengan variasi binder yang digunakan yaitu aci dan bentonit Reduksi pada rotary kiln dengan variasi T (suhu) 1000 0 C,1100 0 C, dan 1200 0 C Sponge Analisa Gambar 3. Blok diagram kegiatan penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil percobaan dengan memvariasikan binder yang digunakan dan suhu reduksi. Setelah proses reduksi dilakukan analisa kimia untuk mengetahui kadar Fe total dan Fe metal produk sponge iron. Adapun hasil percobaan tercantum pada Tabel 1. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 214

Tabel 1. Hasil analisa kimia kadar Fe total dan Fe metal produk sponge Sampel Fe total (%) Fe metal (%) Derajat metalisasi (%) A1 70,91 60,35 85,11 A2 70,91 55,33 78,03 A3 70,91 48,41 68,27 A4 65,70 62,62 95,31 A5 65,70 60,33 91,83 A6 65,70 61,33 93,35 Keterangan Aci, 40 menit, 1200 0 C Aci, 40 menit, 1100 0 C Aci, 40 menit, 1000 0 C Bentonit, 40 menit, 1100 0 C Bentonit, 40 menit, 1000 0 C Bentonit, 40 menit, 900 0 C Pengaruh suhu terhadap derajat metalisasi Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa dengan semakin tinggi suhu proses yang digunakan untuk reduksi pellet biih besi maka derajat metalisasi juga semakin lebih besar. Baik pellet bijih besi dengan binder bentonit maupun dengan binder aci menunjukan hal yang sama. Hal ini dikarenakan pellet bijih besi sudah mulai tereduksi pada suhu 700 0 C. Dengan suhu ruangan rotary kiln yang melebihi suhu teoritis untuk terjadinya reduksi bijih besi maka proses reduksi berlangsung dengan sempurna. Gambar 4. Pengaruh temperatur terhadap metalisasi besi Berdasarkan grafik pada Gambar 4 untuk sponge iron dengan binder aci diperoleh metalisasi terbaik 85,11% dengan suhu reduksi 1200 0 C. Sedangkan sponge dengan binder bentonit diperoleh metalisasi terbaik dengan nilai 95,31% pada suhu reduksi 1100 0 C. Dari gambar 4 dapat dilihat metalisasi semakin tinggi dengan naiknya temperatur, ini sesuai dengan reaksi utama (1) dan (2) yang terjadi. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini jika ditinjau dari laju Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 215

kenaikan metalisasi menunjukkan hasil yang menaik tajam setelah temperatur 1000 1100 0 C. Hal ini berkaitan dengan reaksi Boudouard (1) yang berlangsung spontan pada temperatur di atas 1000 0 C. Gambar 5. Pengaruh tekanan CO pada kesetimbangan reduksi oksida besi [9] Perubahan oksida besi menjadi logam dibawah pengaruh tekanan CO, hal ini dapat dilihat dari reaksi (1). Pengaruh tekanan CO dapat dilihat pada Gambar 5 yang menunjukan bahwa perubahan oksida besi menjadi logam besi dapat terjadi melalui magnetit (Fe 3 O 4 ) maupun wustit. Keduanya dapat direduksi oleh CO. Seiring dengan tingginya temperatur semakin tinggi tekanan gas CO, perubahan oksida besi menjadi logam semakin banyak jumlahnya. Pada tekanan 1 atm, konsentrasi gas CO akan mencapai 100% pada temperatur dibawah 1000 0 C namun dengan karbon berlebih produksi CO masih terus berlangsung sehingga reduksi juga masih terus terjadi.[8] Sehingga dengan proses reduksi yang terus berlangsung maka kadar Fe metal pada sponge iron semakin tinggi. Berdasarkan Gambar 5 pada suhu > 700 0 C jika gas CO lebih dari 50% maka produk Fe metal akan semakin besar. Pengaruh binder terhadap derajat metalisasi Antara binder bentonit dengan binder aci dengan suhu reduksi (1100 0 C) yang sama diperoleh derajat metalisasi terbaik untuk sponge dengan binder bentonit yaitu sebesar 95,31% dan untuk binder aci sebesar 78,03%. Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa untuk suhu reduksi yang sama sponge iron dengan binder bentonit derajat metalisasinya lebih besar daripada derajat metalisasi sponge iron dengan binder aci. KESIMPULAN 1. Semakin tinggi suhu proses maka derajat metalisasi yang diperoleh semakin tinggi. 2. Nilai derajat metalisasi tertinggi yaitu 95,31% untuk sponge iron dengan binder bentonit dan suhu reduksi 1200 0 C. 3. Derajat metalisasi sponge iron dengan binder bentonit (suhu reduksi 1100 0 C, metalisasi 91,83%) lebih besar dari pada derjat metalisasi sponge dengan binder acimetalisasi (suhu reduksi 1100 0 C, metalisasi 78,03%) pada suhu reduksi yang sama. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 216

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya kegiatan penelitian dan penulisan makalah ini. [8] Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral - BPPT.2010. Pemanfaatan Laterit untuk SRP [9] A.K. Chakrabarti,2010, Steel Making, 2nd edition, PHI Learning Private Limited New Delhi. DAFTAR RUJUKAN [1] Koffle, T. 1999. Depelopment of Direct Reduction in the iron and Steel Industry. Direct Reduced Iron Technology and Economics of Productions and Use.The Iron and Steel Society. Warrendale. Hal 3-8 [2] Biswas, A.K.,1981, Principles of Blast Furnace Iron Making, Cootha Publishing House, Brisbane Australia. [3] Amin, M. dan Adil Jamali, 2003, Pengolahan Pellet Bijih Besi Halus menjadi Hot Metal di dalam Kupola. Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1 (2), h. 87-92 [4] Sun, S., 1997, A Study of Kinetics and Mechanism of Iron Ore Reduction in Ore/Coal, [5] Error! Hyperlink reference not valid.diaksestanggal 19 Juni 2012 [6] http://basarmanaloe.blogspot.com/20 12/07/reduksi-bijih-besi [7] Indarto Katim dkk., 1994, Pemanfaatan Pasir Besi Titan untuk Pembuatan Besi Cor, Titan Oksida dan Logam Titan. Puslit Metalurgi LIPI TANYA JAWAB Nama Penanya : Zainus Salimin Nama Pemakalah : Suharto Pertanyaan : 1. Apakah fungsi binderaci dan bentomite dalam percobaan pembuatan sponge tersebut? 2. Apakah pembentukan senyawa dari ACI dan bentomit sehingga didalam percobaan bentomit memberikan hasil yang terbaik? Jawaban : 1. Sel binder organik, bentonite bnder anorganik. Dua-duanya mengikat komposit pellet 2. Hasil percobaan % metalisasi dengan bentonit lebih baik dibanding dengan binder ACI karena binder bentonite dapat membuat sponge yang lebih kompak sehingga C nya tidak cepat terbuka. Nama penanya Pertanyaan : : Hamidatul K 1. Fungsi batubara pada pembuatan spongeliron? 2. Bagaimana pembentukan pori pada spongeiron? Apa yang mempengaruhinya? Jawaban : Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 217

1. Sebagai sumber karbon untuk membuat CO sehingga gas reduktan untuk mereduksi fisik 2. Pori terbentuk sebagai akibat batu bara dan aci yang tergasifikasi. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 218