PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari ah baik

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya lembaga keuangan syariah termasuk Koperasi Syariah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui sistem perekonomian negara-negara di dunia. Tidak lepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

STAIN Ponorogo Press, 2010, h Agustina Wulansari, "Prosedur Pembiayaan Gadai Emas Syariah Pada PT

BAB I PENDAHULUAN. Islam baik bank maupun non bank. Salah satu lembaga keuangan Islam non bank

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan agar tidak berpindah ke perusahaan lain (Susanto, 2008:59). nyata dari sektor perbankan (Lupiyoadi dan Hamdani, 2009).

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

(Survey pada Mahasiswa Akuntansi Di Universitas Muhammadiyah Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah merupakan salah satu inovasi yang baru dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu bagian dari aktivitas ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tertarik olehnya. Sejak itu, berkembanglah bank dengan cara-caranya. 1

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. yang melekat pada konsep (build in concept) dengan berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pedoman dalam melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di. yang dalam penyusunannya melibatkan sekumpulan orang dengan

BAB I PENDAHULUAN. demi menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa 1. Sehingga akan terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. konvensional. Namun, orang awam dan orang-orang mengenal bank syari ah dari

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. yang memproduksi dapat tetap berproduksi. Pada dasarnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya. Untuk meningkatkan perekonomian, fokus pemerintah. Indonesia salah satunya pada sektor keuangan dan sektor riil.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan manusia dengan Tuhannya. Ibadah juga merupakan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH BERTRANSAKSI DI BANK SYARI AH. (Studi Kasus di Bank Muamalat cabang Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. ikut islam disebut seorang muslim. Islam sebagai agama Allah yang telah. individu-sosial, jasmani-rohani, duniawi-ukhrawi muaranya

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa lain dalam lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. memicu perbankan untuk menjalankan dual banking system yaitu bank. konvensional yang juga menjalankan unit usaha syariah.

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

Prinsip prinsip Islam

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mewujudkan cita-cita atau tujuan pembangunan nasional, sub sektor ini

BAB I PENDAHULUAN. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil. untuk mengatasi hambatan operasionalisasi BMI tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat yang berkekurangan dana disebut bank. Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan untuk mendirikan keberadaan lembaga-lembaga keuangan syari ah,

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. persatuan. Hal ini terlihat dari unsur-unsur yang dicapai dari inti agama Islam

SILABUS MATA KULIAH. Kode Mata Kuliah : Nama Mata Kuliah : Perbankan Syariah di Indonesia. Mata Kuliah Pra Syarat : Pengantar Ekonomi Syariah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam skala industri kecil, menengah sampai besar dengan peraturan pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN adalah Bank Muamalat (BMI). Walaupun perkembangannya agak. terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD Tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Perbankan di Indonesia yang diatur dalam Undang-undang

Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam hal pembangunan. dan perkembangan perekonomian negara, karena fungsi utama dari lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan laju jumlah Bank Umum Syariah yang tumbuh dari yang

BAB I PENDAHULUAN. ini. Hal ini tidak terlepas dari keinginan umat Islam di Indonesia yang

Transkripsi:

PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Ilmu Hukum Oleh : ADI DWI PRASETYO C 100 040 117 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu semakin berkembang pesat sebagai suatu dampak dari era keterbukaan (globalisasi) yang cenderung mengabaikan batas-batas geografis. Seiring dengan hal tersebut diikuti pula oleh perkembangan aspek-aspek kehidupan masyarakat itu sendiri. Seperti perkembangan bidang sosial, budaya, dan ekonomi. Lembaga keuangan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan ekonomi masyarakat. Dimana didalamnya terjadi suatu penghimpunan dana dari masyarakat, kemudian dana tersebut kembali disalurkan kemasyarakat untuk berbagai macam kebutuhan, misalnya untuk keperluan investasi maupun pembiayaan. Seperti yang kita tahu bahwa lembaga keuangan di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah.. Lembaga keuangan konvensional dapat diartikan sebagai suatu lembaga keuangan yang menjalankan kegiatannya berdasarkan prinsipprinsip konvensional atau prinsip pada umumnya yang telah lama dianut masyarakat dunia. 1 Pada awalnya dalam kehidupan perekonomian bangsa Indonesia eksistensi lembaga keuangan konvensional lebih dikenal dibanding lembaga keuangan syariah. Sekian dekade lamanya kiprah lembaga keuangan 1 Harian Bisnis News, Hari Rabu tanggal 25 November 2009. hal 23. 1

konvensional begitu merajai kehidupan perekonomian masyarakat Indonesia. Namun pada akhir-akhir ini lembaga keuangan konvensional beserta segala sistem yang berada didalamnya dianggap mengandung banyak kekurangan. Anggapan ini tidak hanya datang dari kaum kaum Muslim yang notabene menganut paham ekonomi Islam, Tapi berbagai kalangan yang berasal dari berbagai latar belakang pun mengutarakan hal yang serupa. Lembaga keuangan konvensional dianggap menguntungkan atau merugikan salah satu pihak dengan proporsi yang tidak tepat, tidak melindungi kaum lemah dan dibangun diatas sistem yang rapuh. Pandangan tersebut merupakan suatu hal yang tidak berlebihan, Karena harus diakui dibalik perkembangannya yang begitu pesat, lembaga keuangan konvensional dapat diumpamakan suatu bangunan yang keropos banyak sekali kelemahan didalamnya. Terlebih lagi sebagai seorang muslim kita harus berani mengatakan bahwa lembaga keuangan konvensional mengandung sistem bunga, dimana segala kelebihan / bunga yang diperjanjikan adalah riba. 2 Dan riba adalah haram, Sebagaimana diatur dalam Al-Qur an Surat Al-Baqarah ayat 275 279, Ali Imran ayat 130, Annisa ayat 161, dan Ar Rum ayat 39. 3 Hal itulah yang melatarbelakangi lahirnya lembaga keuangan syariah di Indonesia bahkan dilingkup dunia. Lembaga keuangan syariah dianggap mampu mengatasi segala kelemahan yang terdapat dalam lembaga keuangan konvensional karena dianggap lebih arif, lebih adil dan sesuai dengan segala kondisi masyarakat. Selain itu terdapat alasan lain yang fundamenatal yakni 2 Mutimatun Nia mi, SH. Kuliah Muamalah. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, Tahun ajarann 2005-2006. 3 Al-Qur an surat 2

larangan agama Islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram, dimana hal ini tidak dijamin oleh sistem konvensional 4. Terlepas dari banyak kalangan menilai jika masyarakat di Indonesia terlambat menyadari kebaikan dari sistem lembaga keuangan syariah, Namun hal ini tetap merupakan angin segar bagi perekonomian Indonesia dalam rangka perwujudan perbaikan ekonomi umat. Dan lembaga keuangan syariah muncul sebagai suatu jalan keluar terbaik dalam suatu perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidang ekonomi dan keuangan. 5 Lembaga keuangan syariah seperti perbankan syariah di Indonesia keberadaannya telah diatur dalam undang-undang, yaitu Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang nomor 7 tahun tahun 1992 tentang perbankan. Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu bank Muamalat Indonesia, Bank syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah, sementara itu bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank. Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah berkembang 104 BPR syariah. 6 Perbankan syariah tersebut mempunyai beberapa produk dalam kegiatannya yaitu : ijaarah (sewa menyewa), ariyah (pinjam meminjam), ar rahn (gadai), wadi ah. Ijaarah artinya upah, sewa, jasa atau imbalan. Ariyah artinya sesuatu yang dipinjam, pergi dan kembali atau beredar (perbuatan seseorang yang membolehkan atau mengizinkan orang lain 4 Artikel Wikipedia, Perbankan Syariah. Hari Rabu Tanggal 25 November 2009. 5 Majelis Ulama Indonesia Keputusan Dewan Syariah Nasional N0. 1 Tahun 2000, Dasar Pemikiran ke-3. 6 Artikel Wikipedia, Op. Cit. 3

untuk mengambil manfaat barang miliknya tanpa ganti rugi. Ar rahn artinya menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima (barang yang ditahan memiliki nilai ekonomis), dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian utangnya. Sedangkan wadi ah artinya memanfaatkan sesuatu ditempat yang bukan pada pemiliknya untuk dipelihara (dalam bahasa Indonesia disebut titipan). Kendatipun perbankan syariah melalui program-programnya telah mensosialisasikan produk syariah ke masyarakat, namun masih ada sebagian masyarakat yang belum memahami beberapa produk syariah, padahal apabila dikaji tentang manfaatnya, semua produk syariah tentunya mempunyai fungsi dan perannya masing-masing dalam kehidupan ekonomi umat. Sebagai salah satu produk syariah adalah Wadi ah (jasa penitipan) adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu, dimana bank tidak berkewajiban namun diperbolehkan memberikan bonus kepada nasabah. 7 Dalam perkembangannya produk wadi ah terasa kurang populer dikalangan masyarakat. Hanya sebagian masyarakat mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan wadi ah, bagaimana prosedur untuk menikmati produk wadiah dilingkungan perbankan syariah serta bagaimana bentuk dan isi perjanjian wadi ah. Sehingga perlu dilakukan pengenalan lebih lanjut kepada masyarakat akan produk-produk perbankan syariah dalam rangka perbaikan ekonomi serta kemaslahatan umat. 7 Ibid. hal 2 4

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memilih judul : PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH ( Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen) B. Pembatasan Masalah Agar skripsi ini mengarah kepada pembahasan yang diharapkan dan tidak menyimpang dari judul dan tujuan penelitian, Maka penulis membatasi permasalahan hanya pada masalah pelaksanaaan akad wadi ah dilembaga keuangan syariah dalam hal ini yang terdapat dalam BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen C. Rumusan Masalah Berdasarkan gambaran dan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, Maka dapat dirumuskan suatu masalah yakni 1. Bagaimana prosedur akad Wadi ah yang terdapat dalam BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen? 2. Bagaimana bentuk dan isi akad wadi ah di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui bagaimana prosedur akad Wadi ah yang terdapat dalam lembaga keuangan syariah (BMT dan Bank Syariah). 5

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis Memberikan sumbangan pemikiran dan landasan teoritis bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya khususnya bidang hukum muamalah serta menambah literatur atau bahan-bahan informasi ilmiah yang dapat digunakan untuk melaksanakan kajian dan penelitian selanjutnya. b. Manfaat Praktis 1) Memberikan saran dan masukan pada lembaga yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan kiprah institusi atau perusahaan dalam meningkatkan ekonomi umat.. 2) Meningkatkan pengetahuan penulis tentang masalah-masalah yang terkait dengan penelitian ini dan diharapkan akan berguna bagi pihakpihak yang berminat terhadap masalah yang sama. E. Metodologi Penelitian Penelitian adalah sebagai usaha untuk mengemukakan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan secara metodologis dan sistematis. Metodologis berarti dengan menggunakan metode-metode yang bersifat ilmiah, Sedangkan sistematis berarti sesuai dengan pedoman atau aturan penelitian yang berlaku untuk suatu karya ilmiah. Adapun ilmu yang memperbincangkan metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran 6

pengetahuan disebut metodologi penelitian. 8 Metode penelitian yang disajikan penulis adalah sebagai berikut : 1. Objek Penelitian Pelaksanaan akad wadi ah di lembaga keuangan syariah (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen) 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum yang bersifat deskriptif. Jenis penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan tentang suatu peristiwa yang lebih luas dan umum. Sehingga dalam penelitian ini penulis mencoba menggambarkan dan menjelaskan tentang Pelaksanaan akad wadi ah di lembaga keuangan syariah (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen) 3. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis empiris. Peneliti selain mempelajari beberapa dasar hukum Alqur an Hadist dan buku-buku yang merupakan literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, juga melakukan penelitian lapangan dalam rangka mengolah dan menganalisis data yang dikemukakan sebagai pembahasan. 4. Sumber data a. Data primer Yaitu data asli yang diperoleh peneliti dari tangan awal, dari sumber 8 Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, Cet. XVII, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM 7

asalnya yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain yang diperoleh dari keterangan dan penjelasan pihak-pihak di obyek penelitian. b. Data sekunder Yaitu data yang diperoleh dengan cara mempelajari berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, Dalam penelitian ini, data sekunder yang dibutuhkan adalah berupa : Bahan Hukum Primer, yaitu : Bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dalam hal ini terdiri dari Al-qur an dan Al-Hadist. 5. Metode atau Teknik Pengumpulan Data a. Studi lapangan (Field Research) Yakni penelitian yang dilakukan secara langsung dengan obyek yang diteliti untuk memperoleh data yang konkrit guna keperluan mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan. Dalam studi lapangan alat pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin yaitu perpaduan antara wawancara terpimpin dengan wawancara tidak terpimpin dimana wawancara tersebut dilakukan secara terarah dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman. b. Studi Pustaka Teknik studi ini dimaksudkan untuk mengumpulkan atau memahami dasar-dasar hukum Islam yang berkaitan dengan penelitian. Yakni Al-Qur an dan Al-Hadist serta literatur yang berkaitan dengan penelitian. 8

6. Teknis analisis data Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Yaitu suatu teknis analisis data yang tidak didasarkan pada angkaangka tetapi dilakukan dengan menguraikan dan menerangkan data-data yang diperoleh melalui kalimat dan kata-kata yang disusun secara sistematis. Sedangkan metode berfikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode berfikir secara deduktif, yakni cara berfikir dan pernyataan yang bersifat umum untuk ditarik menjadi suatu kesimpulan yang bersifat khusus. 9 F. Sistematika Penulisan Dalam rangka pencapaian tulisan yang sistematis serta untuk mempermudah pemahaman, skripsi ini dibagi dalam beberapa bab yang masingmasing bab dibagi dalam beberapa sub bab : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan Masalah C. Rumusan Masalah D. Tujuan dan Manfaat Penelitian E. Metodologi Penelitian F. Sistematika Penulisan 9 Jujun, Suriya, Soemantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2000, Hal. 49 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Islam (Akad) 1. Pengertian Perikatan (Akad) 2. Unsur-unsur Perikatan (Akad) 3. Rukun dan Syarat Perikatan (Akad) 4. Asas-asas Perikatan (Akad) 5. Macam-macam Akad 6. Berakhirnya Suatu Akad B. Tinjauan Umum Tentang Wadi ah 1. Pengertian Wadi ah 2. Dasar hukum Wadiah 3. Pihak-pihak dalam perjanjian Wadi ah 4. Syarat sah Wadi ah 5. Sifat Akad Wadi ah 6. Perubahan Wadi ah dari Amanat Menjadi Dhamaan C. Tinjauan tentang Baitul Maal Wattamwil.(BMT) 1. Pengertian BMT 2. Dasar hukum BMT 3. Alasan Pendirian BMT 4. Kedudukan BMT dalam sistem perekonomian Indonesia BAB III A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Produk dan Prosedur akad Wadi ah di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen 10

2. Bentuk dan isi Akad Wadiah di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen BAB IV Penutup A. Kesimpulan B. Saran 11