MODEL TRANSPORTASI TERPADU PENGIRIMAN REMPAH-REMPAH DARI HILA (MALUKU TENGAH) MENUJU ROTTERDAM (BELANDA)

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

C I N I A. Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta

PENGEMBANGAN MODEL PERSAINGAN PENENTUAN TARIF ANGKUT DENGAN METODE GAME THEORY

MODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA

Analisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta)

Studi Kegiatan Transshipment Batubara

Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi

Model Pengangkutan Crude Palm Oil

LATAR BELAKANG TUJUAN PERUMUSAN MASALAH. Fadila Putra K Distribusi menurun hingga 60% (2007) Kebutuhan Pupuk

Model Konseptual Perencanaan Transportasi Bahan Bakar Minyak (BBM) Untuk Wilayah Kepulauan (Studi Kasus: Kepulauan Kabupaten Sumenep)

Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas)

Cost Benefit Analysis Penerapan Short Sea Shipping di Pantura Jawa dalam Rangka Pengurangan Beban Jalan

Analisis Dampak Pembangunan Pelabuhan Terhadap Biaya Transportasi : Studi Kasus Pelabuhan Teluk Prigi di Wilayah Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

Pemilihan Supplier dan Penjadwalan Distribusi CNG dengan Pemodelan Matematis

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

ANALISIS PENENTUAN RUTE PELAYARAN PETIKEMAS DOMESTIK BERBASIS PERMINTAAN

Analisis Hubungan Pola Migrasi Penduduk dengan Transportasi Laut (Studi Kasus: Jawa Kalimantan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Studi Distribusi Pupuk Lewat Laut Studi Kasus : Gresik Bali dan Nusa Tenggara

PENELITIAN TUGAS AKHIR

Analisis Dampak Pendalaman Alur Pada Biaya Transportasi (Studi Kasus : Sungai Musi)

SIDANG TUGAS AKHIR MODEL PERENCANAAN PENGANGKUTAN DAN DISTRIBUSI SEMEN DI WILAYAH INDONESIA TIMUR. Oleh : Windra Iswidodo ( )

Model Analisis Pembangunan Transportasi : Studi Kasus Perbandingan Moda Angkutan Penyebrangan dengan Jembatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement

Estimasi Kebutuhan BBM

ANALISIS MEKANISME DAN KINERJA KONSOLIDASI PETIKEMAS

STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

I-1 BAB I PENDAHULUAN

STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA)

STUDI PENENTUAN LOKASI PELABUHAN CPO EKSPOR DARI WILAYAH SUMATERA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut

Pesawat Polonia

DESAIN KONSEPTUAL ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENERAPAN SHORT SEA SHIPPING DI PULAU JAWA

Keywords: Cement Bag, Ship Loading Unloading Equipment, Load Unitization, Ship Operational Performance

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MALUKU APRIL 2017

TUGAS AKHIR Analisa Penentuan Alat Bongkar Muat Kapal dan Unitisasi Muatan untuk Meningkatkan Kinerja Operasional Kapal : Studi Kasus Cement Bag

Tugas Akhir. Kegiatan Bongkar Muat Curah Kering. Pelabuhan Khusus Petrokimia Gresik)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

OPTIMASI PENGIRIMAN PALA DARI KEPULAUAN MALUKU MENUJU EROPA STUDI KASUS DARI AMBON MENUJU ROTTERDAM

ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

BAB IV STUDI KASUS. Saparua. Kep. Tenggara. Gambar 4.1 Wilayah studi

7. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

Bab 10. Kesimpulan dan Saran

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

DESAIN KONSEPTUAL PETI KEMAS UNTUK ALAT ANGKUT HEWAN TERNAK DARI KAWASAN INDONESIA TIMUR PADA KAPAL PENUMPANG 2 in 1

PRESENTASI TUGAS AKHIR ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) Disusun oleh:

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA)

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah telah meningkatkan nilai ekspor pada

B A B 1 P E N D A H U L U A N. bernama Pelabuhan Panjang yang merupakan salah satu Pelabuhan Laut kelas

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA)

Desain Self-Propelled Barge Pengangkut Limbah Minyak Di Kawasan Pelabuhan Indonesia III

Studi Kelayakan Pembangunan Fly Over Jalan Akses Pelabuhan Teluk Lamong Ditinjau dari Segi Lalu Lintas dan Ekonomi Jalan Raya

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB II LANDASAN TEORI

2017, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepela

Desain Kapal 3-in-1 Penumpang-Barang- Container Rute Surabaya Lombok

TESIS STUDI KELAYAKAN PENYEBERANGAN LAUT KENDARAAN ANGKUTAN BARANG ANTARA PELABUHAN JANGKAR SITUBONDO-PELABUHAN LEMBAR LOMBOK NTB

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

BAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

LAPORAN RESMI MODUL II DYNAMIC PROGRAMMING

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Analisis Kinerja Operasional Pelayanan Pelayaran Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

KATA PENGANTAR. Jakarta, November Tim Studi. Studi Pengembangan Short Sea Shipping Dalam Meningkatkan Kelancaran Arus Barang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Optimasi Skenario Bunkering dan Kecepatan Kapal pada Pelayaran Tramper

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MALUKU MARET 2017

PRESENTASI TUGAS AKHIR (MN091382)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT Peraturan Pemerintah (Pp) Nomor : 17 Tahun 1988 Tanggal: 21 Nopember Presiden Republik Indonesia,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

OPTIMASI JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS DAN AREA LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU (NEW TANJUNG PRIOK)

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

Sungai Musi mempunyai panjang ± 750 km

APLIKASI SISTEM INFORMASI DAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KAMAR MESIN KAPAL MOTOR PENUMPANG PT. X

OPTIMIZATION THE NUMBER OF GENTRY FILLING OIL (BBM) USING A LINEAR PROGRAMMING APPROACH TO FULFILL THE DEMAND (Case Study : PT.

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985

Transkripsi:

1 MODEL TRANSPORTASI TERPADU PENGIRIMAN REMPAHREMPAH DARI HILA (MALUKU TENGAH) MENUJU ROTTERDAM (BELANDA) R. Aditya Jalasena Jiwandhono (1), Setyo Nugroho (2) (1) Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan Program Studi Transportasi Laut ITS (2) Staff Pengajar Program Studi Transportasi Laut ITS Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Email: adityajalasena@gmail.com, snugroho@na.its.ac.id Abstrak Maluku Tengah merupakan wilayah penghasil rempahrempah khususnya pala dan cengkeh terbesar di Indonesia. Banyak komoditas tersebut yang diekspor menuju luar daerah bahkan hingga ke luar negeri. Salah satu importir pala dan cengkeh dari Maluku tengah adalah Belanda. Sedangkan eksportir pala dan cengkeh yang terdapat di Maluku Tengah adalah PT O, sebuah perusahaan eksportir pala dan cengkeh yang terletak di Negeri Hila, Maluku tengah. Selama ini, pengiriman muatan pala dan cengkeh dari titiktitik awal produksi dan panen kedua komoditas dilakukan dengan biaya yang mahal. Hal tersebut dilihat dari fasilitas pelabuhan di titik awal dan moda transportasi yang mendukung pengiriman komoditas tersebut. Sedangkan untuk pengiriman dengan kemasan berbeda seperti petikemas 10 FT masih belum bisa diaplikasikan di wilayahwilayah tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan asumsi bahwa pengiriman dapat dilakukan dengan kemasan berbeda seperti petikemas 10 FT dan petikemas 20 FT. Selain itu dilakukan pemodelan optimasi pada rute pengiriman titik awal hingga Hila dengan bantuan solver dari salah satu program komputer. Dari hasil perhitungan, diketahui beberapa solusi dari skenario pemilihan kemasan dan optimasi rute pengiriman. Kata kunci: rempahrempah, model optimasi, perencanaan rute, Maluku Tengah, transportasi laut. D I. PENDAHULUAN i dunia, Maluku dikenal sebagai The Moluccas, yang berarti Pulau Rempah Rempah. Indonesia termasuk ke dalam daftar negara produsen rempahrempah utama dunia. Negaranegara tersebut antara lain adalah India, Cina, Banglades, dan negaranegara lainnya. Penghasil rempahrempah utama di Indonesia merupakan kawasan kepulauan Maluku. Salah satu jenis rempahrempah yang terkenal adalah pala, salah satu bumbu primadona masyarakat Belanda. Rempahrempah Pala di Belanda paling banyak diimpor dari Kepulauan Maluku, Indonesia. Dalam penelitian Tugas Akhir ini, dilakukan studi tentang pengiriman rempahrempah khusunya pala dan cengkeh dari berbagai sumber di Maluku Tengah ke sebuah perusahaan eksportir pala dan cengkeh di Maluku. Sebagai basis atau titik produksi rempahrempah tersebut adalah sebuah perusahaan di Hila Maluku Tengah. Perusahaan tersebut adalah PT. O, sebagai perusahaan Perseroan Terbatas (PT) di pulau Ambon, Maluku. PT. O merupakan perusahaan eksportir yang didirikan pada tahun 2006 oleh keluarga asal Maluku yang lama menetap di Belanda. Selain pala PT. O juga perusahaan pengekspor cengkeh, namun pengeksporan cengkeh yang dilakukan PT. O berakhir pada tahun 2008 dengan jumlah 11 Ton. Per tahun, perusahaan keluarga AmbonBelanda ini, mengirim 160 ton biji Pala ke negeri Belanda dengan nilai omset 15 milyar Rupiah. Di dalam pengiriman pala, PT. O bekerjasama dengan Verstegen Spices and Sauces BV, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan rempahrempah di kota Rotterdam (Belanda). Dalam hal pengiriman rempahrempah khususnya pala oleh PT. O, penting diperhatikan dalam hal pemilihan angkutan yang sesuai dalam pemuatan pala mulai dari segi jenis alat angkut yang digunakan hingga ukuran dari alat angkut yang digunakan. Hal ini sangat penting sekali di karenakan pemilahan alat angkut yang sesuai nantinya dapat memperkecil biaya transportasi khususnya biaya transportasi laut. Selama ini PT. O melakukan pengiriman pala dan cengkeh dari Titik Awal produksi ke Desa Hila hingga ke Pelabuhan Ambon dengan truk dan kapal motor sebagai moda transportasi melalui akses jalan dan fasilitas pelabuhan titik awal muatan yang kurang baik. Proses pengiriman pala dan cengkeh tersebut dilakukan dengan biaya yang mahal. Sehingga dibutuhkan solusi yang sesuai dengan keadaan yang ada. Salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan mengganti kemasan muatan dan juga melakukan optimasi pada pemilihan rute pengiriman. Tugas Akhir ini bertujuan untuk menentukan pemilihan kemasan muatan baik dari titik awal pengiriman hingga Hila sampai Hila hingga Surabaya. Selain itu dilakukan pula penentuan perencanaan rute pengiriman dari titik awal hingga titik kumpul dengan menggunakan metode optimasi. Metode tersebut dilakukan dengan bantuan tools dari salah satu program komputer. II. LANDASAN TEORI A. Transportasi Laut Transportasi Laut dibagi menjadi 4 jenis yaitu: 1. Modal (Capital Cost) modal adalah harga kapal pada saat dibeli atau dibangun. ini juga mencakup nilai depresiasi kapal sesuai dengan umur ekonomisnya, besarnya angsuran per tahun, beserta bunga pinjaman untuk pengadaan kapal.

2 2. Operasional (Operational Cost) operasional adalah biayabiaya tetap yang dikeluarkan untuk aspekaspek operasional seharihari kapal untuk membuat kapal selalu dalam keadaan siap berlayar. Yang termasuk biaya operasional adalah biaya ABK, perawatan dan perbaikan, perbekalan, bahan makanan, minyak pelumas, asuransi dan administrasi. OC = BA + PB + PP + AS + AD Keterangan : OC = Operasional BA = ABK PB = Perbekalan PP = Perawatan dan Perbaikan AS = Asuransi AD = Administrasi 3. Pelayaran (Voyage Cost) pelayaran adalah biayabiaya variabel yang dikeluarkan kapal untuk kebutuhan selama pelayaran. Komponenkomponen biaya pelayaran adalah bahan bakar untuk mesin induk dan mesin bantu, ongkosongkos pelabuhan, pemanduan dan tunda. BP = BB + BL Keterangan : BP = Pelayaran BB = Bahan Bakar BL = Pelabuhan 4. Bongkar Muat (Cargo Handling Cost) bongkar muat mempengaruhi juga biaya pelayaran yang harus dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran. Kegiatan yang dilakukan dalam bongkar muat terdiri dari stevedoring, cargodoring, receiving/delivery. [2] B. Proses Optimasi Suatu proses untuk mendapatkan satu hasil yang relatif lebih baik (maksimumkan/minimumkan) dari beberapa kemungkinan hasil yang memenuhi syarat berdasarkan batasanbatasan yang diberikan atau tertentu. Dalam melakukan suatu proses optimasi terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain ; variabel, parameter, konstanta, batasan, dan fungsi objektif. Berbagai hal di atas nantinya berfungsi sebagai acauan dalam melakukan proses optimasi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : A. Variabel merupakan hargaharga yang akan dicari dalam proses optimisasi. B. Parameter adalah harga yang tidak berubah besarnya selama satu kali proses optimisasi karena adanya syaratsyarat tertentu. Atau dapat juga suatu variabel yang diberi harga. Data tersebut dapat diubah setelah satu kali proses untuk menyelidiki kemungkinan terdapatnya hasil yang lebih baik. C. Batasan adalah hargaharga atau nilainilai batas yang telah ditentukan baik oleh perencana, pemesan, peraturan, atau syaratsyarat yang lain. D. Fungsi Objectif merupakan hubungan dari keseluruhan atau beberapa variabel serta parameter yang harganya akan dioptimumkan. Fungsi tersebut dapat berbentuk linear, non linier, atau gabungan dari keduanya dengan fungsi yang lain. Secara umum, fungsi atau persamaan dari suatu optimasi dapat dituliskan seperti berikut: Max Min Z = X + Y Subject to : x 1 + x 2 a x 2 b } Batasan Fungsi Objektif III. URAIAN PENELITIAN Berikut ini adalah alur dari kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini: A. Identifikasi dan Perumusan Masalah Dimulai adanya isu permasalahan dari sebuah perusahaan penjual rempahrempah di Rotterdam sebagai importir khususnya pala dan cengkeh komoditas Ambon. Dari isu ini timbul beberapa permasalahan seperti Bagaimana proses pengiriman dan penanganan rempahrempah dari titik awal atau titik panen di wilayah Maluku Tengah hingga ke Hila (Titik Produksi) hingga proses logistik dari pengiriman titik produksi hingga ke Rotterdam Belanda. Sedangkan permasalahan lain yang menjadi fokus dari penelitian adalah pemilihan kemasan muatan dan pemilihan rute yang paling optimal dari masingmasing titik awal hingga ke titik produksi. B. Pengumpulan Data Butuh pengumpulan data baik data sekunder berupa referensi dari internet, ataupun data premier berupa survey langsung di beberapa instansi dan perusahaan di Surabaya ataupun Ambon yang terlibat langsung dalam proses ini. Pengumpulan data primer dilakukan penulis dengan melakukan pengamatan di daerah penelitan, atau wawancara langsung dengan para pekerja di PT Ollop, di Pelabuhan Ambon, hingga pihakpihak yang terkait dengan proses pengiriman pala dari titiktitik panen yang tersebar di Maluku tengah. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari informasi atau referensi melalui internet. C. Interpretasi Data Datadata yang didapat dari pengumpulan data digunakan sebagai rujukan untuk memulai pemikiran tentang langkahlangkah yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan di atas. D. Analisa dan Pembahasan Ide solusi yang ada ini dibagi menjadi beberapa bagian untuk tiap permasalahannya dengan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di atas seperti menggunakan analisis perhitungan excel untuk menghitung perbandingan biaya transportasi dari titik awal hingga titik produksi. Kemudian datadata yang ada di analisis dan dilakukanberbagai macam optimasi. Sehingga akan muncul sebuah penyelesaian permasalahan serta perhitunganperhitungan dari permasalahan di atas

3 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melalui tahap pengolahan data, maka akan diperoleh hasil serta pembahasannya. A. Perhitungan SkenarioKemasan Muatan dari Titik Awal Menuju Titik Produksi (Hila) Dalam perhitungan skenario pengiriman dari titik awal hingga ke Hila, dilakukan beberapa skenario dengan kemasan yang berbeda. Mulai dari pengiriman wilayah pulau Seram menuju Amahai dengan kemasan karung melalui darat hingga kemasan peti kemas berukuran 10 FT. Dimana peti kemas berukuran 10 FT tersebut diasumsikan melayani pengiriman melalui darat dengan menggunakan truk berukuran sedang. Ada dua opsi pengiriman. Perhitungan skenario dengan opsi 1 yaitu dari Titik Awal hingga Titik Kumpul menggunakan kemasan karung, begitu pula dari titik kumpul hingga Hila. Dimana titik kumpul muatan berada di pelabuhan Tulehu Maluku Tengah. Namun untuk wilayah Banda tetap dikirim melalui Pelabuhan Yos Sudarso Ambon dengan menggunakan kapal general cargo. Tabel IV1 total dan biaya satuan opsi 1 Pengiriman Titik Awal Hila (Produksi) No Variasi Muatan Total (Rp) Muatan (Ton) Satuan Rp/Ton 1 Muatan 101.941.951 241 423.435 2 10 3 20 4 30 5 40 6 50 485.400.595 2.408 201.620 696.653.914 4.815 144.684 1.050.015.627 7.223 145.381 1.369.537.901 9.630 142.216 1.689.714.735 12.038 140.371 Sedangkan grafik biaya opsi 1 dapat dilihat pada gambar berikut. Total Rupiah 1.800.000.000 1.600.000.000 1.400.000.000 1.200.000.000 1.000.000.000 800.000.000 600.000.000 400.000.000 200.000.000 241 2.408 4.815 7.223 9.630 12.038 Variasi Muatan (Ton) Gambar IV1 Grafik Total Total Perhitungan skenario dengan opsi 2 yaitu dari Titik Awal hingga Titik Kumpul menggunakan kemasan karung, sedangkan dari titik kumpul hingga Hila menggunakan kemasan petikemas 10 FT. Dimana titik kumpul muatan berada di pelabuhan Tulehu Maluku Tengah. Namun untuk wilayah Banda tetap dikirim melalui Pelabuhan Yos Sudarso Ambon dengan menggunakan kapal general cargo semi petikemas. Tabel IV2 total dan biaya satuan opsi 2 No Pengiriman Titik awal Hila (Produksi) Variasi Muatan Total (Rp) Muatan (Ton) Satuan Rp/Ton 1 Muatan 226.903.227 241 942.485 2 10 3 20 4 30 5 40 6 50 512.591.853 2.408 212.915 828.551.938 4.815 172.077 1.206.790.732 7.223 167.088 1.523.125.587 9.630 158.165 1.899.971.776 12.038 157.838 Sedangkan grafik biaya opsi 1 dapat dilihat pada gambar berikut. Rupiah 2.000.000.000 1.800.000.000 1.600.000.000 1.400.000.000 1.200.000.000 1.000.000.000 800.000.000 600.000.000 400.000.000 200.000.000 Total 241 2.408 4.815 7.223 9.630 12.038 Ton Gambar IV2 Grafik Total Total Berikut adalah grafik unit cost dari kedua opsi pada skenario kemasan muatan. Unit Cost & 2 Rp/Ton 1.000.000 900.000 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 241 2.408 4.815 7.223 9.630 12.038 Variasi Muatan (Ton) Unit Cost Unit Cost Gambar IV3 Grafik Unit Perhitungan Skenario Kemasan Muatan

4 Dilihat dari grafik tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengemasan muatan yang paling optimum adalah dengan kemasan karung dari Titik Awal hingga ke Hila. Hal tersebut dilihat dari grafik unit cost yang dihasilkan dari perbandingan biaya masingmasing opsi. Dimana semakin banyak muatan yang diangkut (variasi muatan) maka semakin turun pula unit cost nya. B. Model Optimasi Pengiriman Titik Awal Hingga Hila (Titik Produksi) Pada bab selanjutnya, dilakukan perhitungan model optimasi pada rute pengiriman dari titik awal hingga Hila. Optimasi dilakukan dengan menggunakan add in dari Microsoft Excel yaitu Solver. Pada perhitungan model, dilakukan dua skenario, yaitu skenario muatan dan kondisi eksisting dan skenario dimana keadaan transportasi berubah dan setiap pulau di Maluku Tengah memiliki pelabuhan penunjang untuk kapalkapal liner seperti kapal peti kemas dan kapal general cargo. Ada dua skenario, skenario pertama adalah optimasi rute eksisting. Sedangkan skenario kedua adalah optimasi rute dimana keadaan transportasi laut antar wilayah titik awal panen pala dan cengkeh berubah. Pada skenario kedua, pelabuhanpelabuhan titiktitik awal memiliki fasilitas yang memadai dan dengan kapalkapal besar dan melayani pelayaran liner. Digambarkan rute pengiriman yang sudah ada. Dari rute pengiriman muatan eksisting tersebut dilakukan beberapa perhitungan biaya transportasi lautnya. biaya yang dihitung berdasarkan jenis kapal yang melayani penyeberangan antar daerah tersebut. Setalah dihitung biayabiayanya maka dilakukan pemetaan muatan dengan membuat tabel matriks jarak antar wilayah. Tabel tersebut dibuat untuk mengetahui jarak masingmasing titik yang selanjutnya digunakan untuk menghitung biaya unit dan biaya transportasi total antar wilayah. Tabel IV3 Jarak Pengiriman Jarak Nusa Laut Jarak Pengiriman (nm) Saparua Haruku Nusa Laut 13,49 29,86 38,34 102,6 42,64 34,4 Saparua 13,49 1,07 8,91 104,2 51,35 18,9 Haruku 28,86 1,07 8,093 108,5 35,64 5,939 Amahai 38,34 8,91 8,093 59,01 64,8 44,81 Banda 102,6 104,23 108,5 59,01 129,9 124,2 Ambon 42,64 51,35 35,64 64,8 129,9 31,32 Amahai Banda Ambon Tulehu 34,4 18,9 5,939 44,81 124,2 31,32 Setelah didapatkan tabel jarak, unit cost dan muatannya, maka dihitung biaya per titik dan dilakukan optimasi rute dengan program solver. Tulehu Tabel IV4 Hasil Optimasi Skenario 1 Hasil Optimasi Asal Tujuan Jarak (nm) (Rupiah) Nusa Laut Saparua 13,49 2.351.881 Saparua Haruku 34,5 3.470.248 Haruku Tulehu 5,939 654.276 Amahai Haruku 44,81 32.152.407 Total (Rupiah) 38.628.812 Dari hasil solver tersebut dapat dilihat bahwa rute optimal adalah dari Nusa Laut menuju Saparua. Sedang Saparua dan Amahai menuju Haruku yang kemudian dari haruku dilanjutkan ke Tulehu sebagai titik pengumpul di dekat wilayah darat Hila. Hal tersebut berbeda dengan rute eksisting dimana dari Amahai langsung menuju Tulehu, tidak menuju Haruku terlebih dahulu. Pengiriman (Rupiah) 50.000.000 45.000.000 40.000.000 35.000.000 30.000.000 25.000.000 20.000.000 15.000.000 10.000.000 5.000.000 0 Nusa Laut Saparua Haruku Amahai Titik Pengiriman Norm al Opti mum Gambar IV4 Grafik Perbandingan & Optimum Skenario 1 Pada model optimasi rute pengiriman dari titik awal hingga Hila skenario kedua, dilakukan perhitungan matriks jarak dan juga perhitungan biaya unit masingmasing pengiriman. Skenario kedua adalah kondisi dimana potret transportasi laut di wilayah kepulauan Maluku Tengah berubah. Dimana fasilitas pelabuhan beserta kapalkapal yang melayani pengiriman muatan masingmasing titik lebih baik seperti pelabuhan besar di Indonesia lainnya. Sedangkan jenis kapal yang ada dalam skenario kedua adalah kapal general cargo, kapal general cargo semi petikemas untuk petikemas 10 FT, dan kapal petikemas. Sehingga dengan kondisi potret transportasi laut yang berubah, maka sangat memungkinkan untuk pengiriman antar masingmasing titik dengan kapal besar seperti general cargo dan peti kemas. Dimana hal tersebut akan mempengaruhi unit cost atau unit biaya masingmasing titik pengiriman. Dimana pada skenario ke 2, dilakukan optimasi pembagian kemasan muatan terlebih dahulu. Kemasankemasan yang dipakai adalah petikemas 20 FT, petikemas 10 FT dan kemasan karung.

5 Tabel IV5 Pembagian Kemasan Muatan Skenario 2 Pembagian Muatan () FCL FCL LCL Muatan No Asal 20 FT 10 FT Karung (Ton) (Unit) (Unit) (Ton) 1 Nusa Laut 6,50 0 0 6,50 2 Saparua 10,50 0 1 1,64 3 Haruku 26,50 1 0 4,75 4 Amahai 93,42 4 0 6,42 5 Banda 22,67 1 0 0,92 C. Perhitungan Skenario Pemilihan Kemasan Muatan Dari Hila (Ttitik Produksi) Hingga Surabaya Untuk Kegiatan Ekspor RempahRempah Dalam bab selanjutnya, akan dilakukan perhitungan skenario pemilihan kemasan muatan dari pengiriman pala dan cengkeh dari desa Hila (Titik Produksi) hingga ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya untuk diekspor ke Belanda. Ada 5 (lima) opsi yang dilakukan. Dengan melakukan pembanding kemasan muatan baik kemasan muatan yang dipakai dari Hila menuju Pelabuhan Yos Sudarso Ambon maupun kemasan muatan yang digunakan dari Pelabuhan Yos sudarso Ambon menuju Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. 6 Tulehu 119,92 5 1 2,31 Tabel IV6 Hasil Optimasi Skenario 2 Hasil Optimasi Asal Tujuan Jarak (nm) (Rupiah) Nusa Laut Saparua 13,49 208.503 Saparua Ambon 51,35 667.686 Haruku Tulehu 5,939 675.815 Amahai Tulehu 44,81 3.375.734 Banda Amahai 59,01 574.959 Total (Rupiah) 5.502.698 Dari hasil solver tersebut dapat dilihat bahwa rute optimal adalah dari Nusa Laut menuju Saparua. Kemudian dari Saparua menuju Haruku. Sedang dari Haruku dan Banda menuju Amahai terlebih dahulu yang dilanjutkan menuju Tulehu. Total (Rupiah) 20.000.000 18.000.000 16.000.000 14.000.000 12.000.000 10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 Eksisti ng Optim um Gambar IV6 Skenario Pemilihan Kemasan Gambar IV7 Skenario Pemilihan Kemasan Gambar IV8 Opsi 3 Skenario Pemilihan Kemasan Titik Pengiriman Gambar IV5 Grafik Perbandingan & Optimum Skenario 2 Dari hasil grafik di atas, dapat dilihat bahwa rute hasil optimasi akan lebih murah dari segi biaya pengirimannya. Gambar IV9 Opsi 4 Skenario Pemilihan Kemasan

6 Gambar IV10 Opsi 5 Skenario Pemilihan Kemasan Setelah dilakukan perhitungan dan didapatkan total biaya per opsi, dilakukan rekap biaya unit sesuai dengan opsi dan variasi masingmasing muatan. Dimana variasi muatan dilakukan dari 10 hingga 50 kali muatan normal. Berikut adalah grafik total biaya masingmasing opsi dalam skenario pemilihan kemasan muatan dari Hila hingga Surabaya. Tabel IV7 Grafik Total Per Opsi Skenario Pemilihan Kemasan Muatan Dari Hila Menuju Surabaya Rupiah 3.500.000.000 3.000.000.000 2.500.000.000 2.000.000.000 1.500.000.000 1.000.000.000 500.000.000 Total Per Opsi Variasi Muatan (Ton) Opsi 3 Opsi 4 Opsi 5 Setelah itu dilakukan pula pembuatan grafik unit cost atau biaya unit per opsi. Namun karena keterbatasan cetak, maka grafik tersebut tidak dapat ditampilkan. Dari grafik tersebut (dalam laporan tugas akhir), dapat disimpulkan bahwa opsi yang paling optimum yang sesuai dengan perkembangan variasi muatan adalah opsi ke 5 (lima). Yaitu dengan penggunaan peti kemas berukuran 10 FT dari Hila (Titik Produksi) menuju Pelabuhan Yos Sudarso Ambon, yang dilanjutkan dengan pengiriman dari Ambon menuju Pelabuhan Tanjung perak Surabaya dengan kemasan petikemas 20 FT. V. KESIMPULAN/RINGKASAN Setelah dilakukan percobaan dan penelitian maka kesimpulan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Pada perhitungan skenario pemilihan kemasan muatan Titik Awal hingga ke Hila (titik produksi), kemasan yang paling optimal adalah dengan kemasan karung. Kemasan tersebut digunakan dari Titik Awal hingga ke Hila (titik produksi). 2. Pada perhitungan model optimasi rute pengiriman dari Titik Awal hingga Hila (titik produksi), terdapat dua skenario. Skenario pertama dilakukan ddengan kondisi eksisting, dimana didapatkan kesimpulan bahwa rute optimal adalah dari Nusa Laut menuju Saparua, Amahai dan Saparua menuju Haruku terlebih dahulu dan dilanjutkan dari Haruku menuju Tulehu sebagai pelabuhan pengumpul. 3. Pada perhitungan model optimasi rute pengiriman dari Titik Awal hingga Hila (titik produksi), skenario kedua dilakukan dengan kondisi yang berbeda. Dimana kondisi skenario kedua adalah kondisi transportasi laut yang berbeda dengan sekarang. Pelabuhan di masingmasing titik memiliki fasilitas yang bagus, begitupula dengan kapalkapal yang singgah. Dari hasil optimasi, didapatkan kesimpulan bahwa rute optimal dalam skenario kedua adalah dari Nusa Laut menuju Saparua, Saparua menuju Ambon, Banda menuju Amahai, kemudian dari Haruku dan Amahai menuju Tulehu. 4. Pada perhitungan skenario pemilihan kemasan muatan dari Hila (titik produksi) hingga ke Surabaya, disimpulkan bahwa opsi yang paling optimum pada pengiriman tersebut dalah opsi 5. Dimana dari Hila menuju Pelabuhan Yos Sudarso Ambon menggunakan petikemas 10 FT dengan moda transportasi truk, sedang dari Ambon menuju Surabaya dengan kemasan petikemas 20 FT dengan moda transportasi laut kapal petikemas. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, adik, dan seluruh keluarga. Terima kasih pula kepada bapak Fritz Blessing (LLLINL), bapak Chair Ollong (PT.Ollop), Michiel Sijpkens & Rikki Styadi, serta seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini sehingga Penelitian ini dapat diselesaikan. DAFTAR PUSTAKA [1] Stopford, M. (1997). Maritime Economics (2nd ed.). London: Routledge. [2] Wijnolst, N., & Wergeland, T. (1997). Shipping. Netherlands: Delft University Press.