BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Siti Ratna Komala,2014

dokumen-dokumen yang mirip
2016 HUBUNGAN KONSENTRASI DENGAN HASIL KETEPATAN SERVIS ATAS PADA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI

BAB I PENDAHULUAN. FIDE (Federation Internasional Des Echecs). Hingga sekarang FIDE. mencapai 156 federasi dari seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. diminati dan sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dewasa ini olahraga tenis sudah tak asing lagi dimasyarakat. Olahraga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deni Pazriansyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mental, manusia juga dapat saling berinteraksi dengan sesamanya dan dengan

USULAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS MODEL DESIMINASI OLAHRAGA SEBAGAI OLAHRAGA REKREATIF DI LINGKUNGAN SEKOLAH DI JAWA BARAT. Oleh:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PROGRAM PEMBINAAN PRESTASI ATLET YUNIOR TAHUN 2007 S/D Oleh Eka Nugraha, Cs. BIDANG PEMBINAAN PRESTASI ATLET YUNIOR PB PASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahayu Nuryaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berguna membentuk jasmani dan rohani yang sehat.sampai saat ini olahraga telah

BAB I PENDAHULUAN. Tenis Meja merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. Aquatic Arena di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang mendunia dan menjadi bagian

Studi tentang pembinaan prestasi Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) kabupaten Wonogiri periode kepengurusan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profil kondisi fisik adalah keadaan atau potensi dan gambaran dalam diri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Arti judul Surakarta Golf Club a. Surakarta b. Golf c. Club Arti keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan olahraga sepak takraw, sehingga sangatlah wajar kalau daerah

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga olahraga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. adanya kejuaraan-kejuaraan di daerah, di kota ataupun nasional. Perkembangan

Tujuan pembelajaran:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kompensasi yang diberikan lembaga/organisasi kepada para pegawai yang terlibat. dalam lembaga/organisasi yang bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber daya penentu tercapainya visi dan misi organisasi. Oleh sebab

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Repub

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh George Hancock di kota Chicago pada tahun Softball di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyehatkan dan meningkatkan kebugaran jasmani seseorang. Manfaat kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Renang merupakan suatu aktivitas yang membutuhkan gerakan yang

PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. baik itu di tingkat Nasional seperti PON ataupun di tingkat Internasional seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogie Hary Kusumah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN SEPAKBOLA DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragan Nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

fisik, mental dan rohaniah manusia demi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga telah menjadi gejala sosial yang tersebar di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Softball baik di kota-kota besar maupun di daerah-daerah yang rutin

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Olahraga berkembang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEMAMPUAN REAKSI DENGAN HASIL SERANGAN LANGSUNG PADA OLAHRAGA ANGGAR JENIS SENJATA FIORET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

1. PENDAHULUAN. pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan. pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini.

BAB I PENDAHULUAN. apabila seseorang dapat menguasai teknik dasar yaitu passing bawah, passing

Studi tentang perkembangan klub bola voli popsi sragen tahun Oleh : Kuwat Budi Cahyono NIM K

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijadikan sebagai sarana atau media untuk berekreasi, mata pencaharian, pendidikan, kesehatan,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Motivasi berprestasi memiliki peranan penting yang harus dimiliki oleh setiap

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. National Basket League (NBL) terjadi peningkatan jumlah penonton sebanyak 30% pada tahun

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

baik dan benar. Para pemain sebaiknya berlatih dengan rutin dan penuh

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KEOLAHRAGAAN ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu dan teknologi serta bidang lainnya, termasuk olahraga. Olahraga

RANCANGAN PROGRAM PEMBINAAN PRESTASI ATLET REMAJA DAN YUNIOR TAHUN 2007 S/D Oleh Eka Nugraha, Cs.

IV.B.8. Urusan Wajib Pemuda dan Olahraga

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan futsal ditandai dengan banyak didirikannya lapangan. futsal di Indonesia khususnya wilayah Jakarta sejak tahun 2000.

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tingkat keterampilan, pria maupun wanita memainkan olahraga ini di

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, mudah memperoleh teman, sukses dalam pekerjaan dan

I. PENDAHULUAN. UU RI NO 3 tahun 2005 BAB II pasal 4 sistem keolahragaan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat disetiap kegiatan-kegiatan olahraga. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

BAB I PENDAHULUAN. Menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sebuah

USULAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS PENATARAN INSTRUKTUR SENAM AYO BANGKIT PADA PENGURUS CABANG PERSANI (GURU PENJAS) DI JAWA BARAT.

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEOLAHRAGAAN Dl KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. SEA Games, Asian Games dan Olimpiade. Berdasarkan data dari KONI, PON terakhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dari zaman dahulu manusia telah melakukan olahraga. Orang purba

2014 METODE SET SYSTEM DAN METODE SUPER SET SYSTEM KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN DAYA TAHAN OTOT:

Uji keberbakatan atlet panahan usia tahun melalui sport search

BAB I PENDAHULUAN. Games, Asian Beach Game, dan Kejuaraan Dunia, Gerakan dasar pencak silat

ANGGARAN DASAR KLUB BOLA BASKET COUGAR (COUGAR BASKETBALL CLUB)

BAB I PENDAHULUAN. semua cabang olahraga yang dipertandingkan ataupun diperlombakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. olahraganya semakin tinggi juga derajat suatu daerah atau Negara. Begitu pun di

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

meningkat dari tahun 2013 dengan jumlah atlet 250, tahun 2014 dengan jumlah atlet 297, dan pada tahun 2015 dengan jumlah atlet renang 311.

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan kepada karyawan, jika mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan target-target

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan generasi

2015 PENGARUH MODEL DIRECT INSTRUCTION DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupannya membutuhkan olahraga untuk menjaga kesehatan jasmani dan keberlangsungan hidup mereka. Aspek fisik dari olahraga selalu dapat menarik masyarakat untuk melakukan kegiatan olahraga, meskipun demikian aspek rohani pun akan terlibat dalam suatu gerak karena kedua aspek tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keberadaan olahraga dalam masyarakat juga dapat memberikan makna terhadap kehidupan manusia serta dapat dijadikan media pendidikan. Kegiatan olahraga sendiri tidak lepas dari organisasi gerak yang dilakukan agar olahraga tersebut dapat berjalan dengan selaras dan mencapai tujuan yang diinginkan. Organisasi gerak tersebut dapat berupa peraturan, ataupun teknik gerak. Organisasi olahraga sendiri tidak berhenti sampai disitu, sebuah perkumpulan dari kegiatan-kegiatan olahraga yang sama akan menghasilkan sebuah organisasi olahraga yang dapat mengatur, menyelenggarakan, atau mengembangkan sebuah kegiatan olahraga agar lebih dapat berguna bagi kehidupan masyarakat. Kegiatan olahraga berkembang dengan berbagai bentuk dalam cara pelaksanaannya, pengorganisasian, dan tujuan yang berbeda beda. Sehubungan dengan hal itu terdapat beberapa wilayah olahraga, yakni, olahraga professional, olahraga rekreatif, olahraga kesehatan, olahraga pendidikan, dan olahraga kompetitif (Lutan, 1988:12). Melalui olahraga kompetitif selalu akan terjadi persaingan bangsa-bangsa yang berprestasi dalam cabang olahraga tertentu dan disegani oleh bangsa-bangsa yang berprestasi dalam cabang olahraga tertentu dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Prestasi didalam olahraga kompetitif dapat meningkatkan harkat derajat suatu bangsa. Bagi Negara-negara berkembang, olahraga kompetitif berguna untuk kesiapsiagaan penduduk, persaruan nasional serta mengurangi pertentangan

nasional. Kegiatan olahraga kompetitif menekankan pada pencapaian prestasi setinggi-tingginya dalam suatu cabang olahraga. Karakteristik utama dalam olahraga kompetitif, yaitu perjuangan atlet atau pemain dalam suatu cabang olahraga untuk mencapai prestasi seperti dalam bentuk pemecahan rekor atau pencapaian gelar juara. Untuk mencapai hal tersebut, seorang atlit atau pemain harus dapat membandingkan tingkat permainannya dengan pemain lain. Sehingga dapat diketahui bagaimana jalan atau cara untuk mendapatkan prestasi yang diinginkan. Olahraga yang kompetitif juga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dari prestasi-prestasi yang dicapai maupun kegiatan olahraganya sendiri. Pada saat ini olahraga kompetitif terdiri atas sejumlah cabang olahraga permainan, seperti permainan softball. Di tingkat nasional seperti dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) dan di tingkat internasional seperti olympiade, permainan softball dipertandingkan. Kegiatan olahraga merupakan kegiatan social. Olahraga bukan sematamata kegiatan individu. Kegiatan olahraga yang berisi pertandingan atau kompetisi yang mengandung unsur permainan memiliki kekuatan-kekuatan tertentu, yaitu kekuatan sosial. Kehebatan atlet dalam suatu cabang olahraga dapat mengangkat martabat suatu Negara dan juga dapat dipandang sebagai simbol keunggulan kelompok, masyarakat atau bangsa. Kegiatan olahraga diwadahi oleh berbagai organisasi, seperti olahraga pendidikan yang diorganisir oleh sekolah, olahraga rekreatif dan kesehatan yang diorganisir oleh klub-klub kesehatan masyarakat, dan organisasi olahraga prestasi yang diorganisir oleh induk-induk organisasi olahraga yang dikoordinir oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) merupakan lembaga yang mengelola pembinaan prestasi olahraga yang salah satunya adalah Persatuan Baseball Softball Amatir Indonesia (PERBASASI). Di masyarakat tersebar klubklub berbagai cabang olahraga sebagai organisasi olahraga baik untuk prestasi maupun tujuan lain seperti pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani.

Dalam pokok-pokok kebijakan Strategi Dasar Pembinaan (KONI Jabar, 1995:40), garapan bidang organissi meliputi: peningkatan kemampuan untuk menumbuhkan organisasi bagi cabang-cabang olahraga yang belum popular, mengembangkan tugas pengelolaan organisasi, menggalakkan pembinaan usia dini, melalui klub-klub olahraga formal dan non formal di masyarakat. berikut: Sejalan dengan pendapat tersebut, maka dapat diungkapkan sebagai 1. Wadah organisasi olahraga di masyarakat, dapat mendukung kemajuan olahraga. 2. Organisasi olahraga yang dikelola dengan baik, sesuai dengan karakteristik organisasi, dapat memajukan prestasi olahraga. 3. Klub olahraga yang bersifat formal akan lebih mendukung kemajuan olahraga. Mengacu pada ketiga asumsi tersebut timbul masalah berkenaan dengan strategi pengembangan organisasi klub-klub Softball dikota Bandung. Pengembangan organisasi tidak akan terlepas dari strategi pengembangannya. Strategi merupakan suatu tipe perencanaan yang merumuskan dengan cermat tujuan organisasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat serta memberikan arah dan dasar usaha organisasi (Arikunto, 1998:15) Strategi pengembangan organsasi perlu dirumuskan agar organisasi yang terkait dapat mencapai tingkat efektifitas yang tinggi dalam mencapai tujuannya. Strategi pengembangan organisasi juga diperlukan agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan organisasi tersebut tidak melenceng dari norma-norma organisasi maupun masyarakat. Semakin efektif kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebuah organisasi, maka akan semakin baik pula manajemen organisasi yang tercipta sehingga sebuah organisasi akan terus berkembang secara dinamis mengikuti perkembangan kehidupan masyarakat. Supandi: 1994 mengemukakan, terdapat beberapa katagori organisasi olahraga yaitu sebagai berikut:

1. Country Club. Organisasi olahraga jenis ini ditandai dengan iklim organisasi yang primer akrab. Komunikasi langsung, pembagian tugas dan tanggung jawab tidak jelas. 2. Tekhnikal. Organisasi olahraga yang strukturnya selalu lebih nyata, ada posisi kepemimpinan administrative dan ada individu-individu yang menjadi tanggung jawabnya. 3. Manajerial. Organisasi olahraga yang lebih besar dari organisasi tekhnikal, komunikasi antara anggota lebih hirarkis, namun hubungan pimpinan dan anggotanya masih tergolong akrab. 4. Corporate. Organisasi olahraga ini ditandai dengan ciri birokrasi yang mencolok, sentralisasi kekuasaan dan otoritas, hirarki personalia, hubungan yang bersifat bisnis, serta system prosedur yang rasional. Berdasarkan karakteristik dari beberapa katagori organisasi di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa pada umumnya organisasi olahraga yang ada di masyarakat tergolong organisasi olahraga manajerial, sedangkan Komite Olahraga Nasional Indonesia itu sendiri termasuk katagori corporate. Pengorganisasian serta pengembangannya di harapkan dapat mendukung berkembangnya kuantitas maupun kualitas pembinaan prestasi olahraga yang bersangkutan. Menurut Arikunto (1998:16) pengembangan organisasi tidak akan terlepas dari strategi pengembangannya. Strategi merupakan tipe perencanaan yang merumuskan dengan cermat tujuan organisasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat serta memberikan arah dan dasar usaha organisasi. Strategi pengembangan organisasi perlu dirumuskan oleh setiap organisasi, sehingga terdapat perubahan dalam organisasi untuk mencapai effektivitasnya, yang penekanannya mungkin pada suatu bagian atau seluruh bagian dalam organisasi itu sendiri. Untuk dapat mengembangkan organisasi klub softball di Indonesia, maka organisasi harus menyusun dan merencanakan strategi untuk mencapai organisasi yang lebih efektif. Dalam menyusun dan merencanakan strategi tersebut, diperlukan informasi strategi dari setiap organisasi klub softball yang dibina.

Informasi strategi berguna untuk mengetahui letak masalah, kelemahan, kedudukan organisasi dalam lingkungan dan kemampuan organisasi dalam responnya terhadap lingkungan agar dapat merencanakan strategi dengan lebih baik. Dengan kondisi organisasi klub softball saat ini, dapat terlihat bahwa olahraga softball belum dapat menarik perhatian masyarakat, terbukti dari kurangnya angkat partisipasi masyarakat terhadap olahraga softball baik secara langsung maupun tidak langsung. Organisasi klub softball perlu merencanakan dan melaksanakan inovasi-inovasi baru agar dapat mendorong minat masyarakat untuk aktif berpartisipasi dalam olahraga softball baik secara langsung maupun tidak langsung. 1.2. Masalah Penelitian Masalah utama yang dijawab melalui penelitian ini berkenaan dengan: Bagaimana Strategi pengembangan organisasi Klub Softball Kota Bandung? Masalah di atas diuraikan lagi menjadi beberapa pertanyaan dalam penelitian ini, yakni: 1. Bagaimanakah manajemen strategi organisasi klub-klub softball di kota Bandung? 2. Bagaimankah kondisi organisasi klub-klub softball di kota Bandung? 3. Bagaimanakah efektivitas organisasi klub-klub softball di kota Bandung? 4. Bagaimanakah kontribusi manajemen strategi dan kondisi organisasi terhadap efektifitas organisasi klub-klub softball di Kota Bandung? 1.3. Tujuan Penelitian Studi tentang strategi pengembangan organisasi klub-klub softball di kota Bandung diharapkan dapat mengungkap gambaran mengenai cara kerja para anggota klub-klub softball di Kota Bandung secara objektif, Informasi tentang sejauh mana kelancaran pelaksanaan organisasi yang dilakukan oleh klub-klub softball, pengalaman dari pelaksana organisasi tersebut, serta keterampilah dari pelaksana organisasi. Hal ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana upaya

peningkatan efektifitas organisasi nantinya, serta penganganan manajemen strategi yang efisien agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan data tentang : 1. Manajemen Strategi organisasi klub-klub softball di Kota Bandung 2. Kondisi organisasi klub-klub softball di Kota Bandung 3. Efektifitas organisasi klub-klub softball di Kota Bandung 4. Kontribusi manajemen strategi dan kondisi klub terhadap efektifitas klub-klub softball di Kota Bandung Data tentang manajemen strategi organisasi klub-klub softball yang telah dilaksanakan, kondisi organisasi saat ini, dan efektifitas organisasi yang telah dijalankan oleh klub-klub softball di Kota Bandung diperlukan untuk mengetahui gambaran bagaimana sebuah organisasi klub softball di Kota Bandung dapat berkembang, dan dapat memberikan rincian mengenai langkah-langkah penanganan yang tepat agar organisasi klub-klub softball di Kota Bandung lebih berkembang lagi. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peran manajemen strategi dan kondisi klub terhadap kegiatan efektifitas organisasi, sehingga perencanaan pengembangan organisasi yang nanti dibuat akan lebih efisien. 1.4. Manfaat Penelitian Studi ini memusatkan perhatian pada masalah mencari strategi pengembangan organisasi klub-klub softball di kota Bandung, khususnya menganalisa manajemen strategi dan kondisi klub-klub softball terhadap efektivitas organisasinya. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi klub-klub olahraga khususnya klub-klub softball dengan mengelola dan meningkatkan prestasi softball, baik ditingkat regional dan nasional maupun di tingkat Internasional.

Penelitian ini akan mengungkap seberapa besar hubungan manajemen strategi dengan kondisi klub softball terhadap efektivitas organisasi klub softball di kota Bandung. Informasi terebut sangat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi klubklub softball di kota Bandung dalam rangka meningkatkan efektivitas organisasinya. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan ilmu pengetahuan bagi atlet dan pelatih, khususnya untuk mengetahui strategi pengembangan organisasi Klub Softball Kota Bandung. 1.5. Variabel Penelitian Untuk menuntun perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini hanya terfokus kepada tiga variabel, yaitu: 1. Manajemen strategi dan kondisi klub-klub softball sebagai variabel independen. Mengenai variabel independen tersebut adalah sebagai berikut: a. Manajemen strategi klub softball (X 1 ) terdiri atas manajemen strategi eksternal dan internal. Manajemen strategi eksternal meliputi menilai peluang dari pemerintah daerah, KONI, Pengcab PERBASASI, dan atlet. Sedangkan manajemen strategi yang menilai kemampuan internal meliputi kemampuan manajerial, teknikal, dan informasional. b. Kondisi klub softball (X 2 ) terdiri atas kondisi eksternal dan internal. Kondisi eksternal meliputi dukungan dari pemerintah daerah, KONI, Pengcab PERBASASI, dan atlet. Sedangkan kondisi internal meliputi kemampuan manajerial, teknikal, organisasional, dan informasional. 2. Efektifitas organisasi klub softball (Y) merupakan variabel dependen. Efektifitas organisasi merupakan kemampuan organisasi dalam mencari sumber dan memanfaatkannya secara efisien dalam mencapai tujuan tertentu.

1.6. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian Deskriptif evaluatif, yakni metode yang menggambarkan keadaan yang memecahkan masalah yang sedang berlangsung. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dengan demikian metode deskriptif evaluatif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data. 1.7. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi disusun untuk memudahkan pembaca memahami keseluruhan isi skripsi secara konseptual. Skripsi itu disusun dengan sistematika sebagai berikut: 1. BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi hal-hal yang paling mendasar dalam penelitian ini yang terdiri dari latar belakang masalah yang dikaji, rumusan masalah yang akan menjadi batasan ruang lingkup dalam pembahasan penelitian ini, tujuan penelitian yang ingin dicapai, manfaat penelitian yang dapat diperoleh, variabel penelitian, penjelasan istilah dalam judul dan definisi operasional untuk menyamakan presepsi mengenai arah penulisan, dan sistematika penulisan skripsi yang akan menjadi struktur penulisan. 2. BAB II KAJIAN PUSTKA. Bab ini berisi kajian teoritis mengenai teoriteori ilmiah yang berhubungan dengan anggapan dasar untuk memperoleh gambaran tentang keberadaan organisasi / klub softball di Kota Bandung yang berguna untuk memperoleh informasi dan masukan sebagai bahan pertimbangan pengembangan teori organisasi olahraga dikemudian hari. Kerangka berpikir, kerangka pemikiran, dan hipotesis. 3. BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini berisikan metode dan desain penelitian, pengontrolan validitas instrinsik dan ekstrinsik, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, data dan sumber data, instrumen dan teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi mengenai deskripsi data hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berisi kesimpulan dan hasil penelitian yang dilakukan serta saran-saran dari penulis bagi berbagai pihak yang bersangkutan.