BAB II URAIAN TEORITIS. Apriani (2005) melakukan penelitian Reaksi Pasar Terhadap Pergerakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai harapan akan mendapatkan keuntungan dari modal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibagikan perusahaan dapat berupa tunai (cash dividend) yaitu kepada setiapp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cara meningkatkan nilai perusahaan. Harga pasar saham menunjukkan nilai perusahaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti ini merujuk penelitian-penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan di pasar modal Indonesia. Saham dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gitman (2003:570) mengatakan bahwa dividen payout ratio indicates

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB I PENDAHULUAN. modal di Indonesia karena berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal

BAB I PENDAHULUAN. dana yang produktif dari pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) kepada pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II URAIAN TEORITIS. Sunarto (2001) yang berjudul Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB II. Tinjauan Pustaka. baik dalam bentuk kas maupun saham kepada para pemegang saham suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu alternatif sumber pendanaan perusahaan adalah melalui pasar

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB II LANDASAN TEORI. secara global. Salah satu jenis investasi adalah investasi saham. Investasi

BAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB VI KEBIJAKAN DIVIDEN

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

II. LANDASAN TEORI. laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. laba ditahan (Levy dan Sarnat, 1990). Kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aliran kas bebas atau lebih sering dikenal dengan free cash flow dapat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. efek. Dalam hal ini akuntansi berfungsi sebagai penyedia informasi. Laporan

Pendahuluan. Universitas Esa Unggul

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Indikator dari perekonomian suatu negara dapat dilihat dari pergerakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dan menawarkan sahamnya di masyarakat/publik (go public). Perusahan


BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. sedang tumbuh pasti akan meningkatkan investasi untuk masa mendatang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend. gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dengan demikian semakin bertambah pula jumlah penduduk yang. menikmati penghasilan atau pendapatan yang layak saat ini.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. atau laba yang sebesar-besarnya yang mengandung konsep bahwa perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. tersebut. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan Price to Book Value

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham untuk memperoleh pendapatan (dividen atau capital gain) di masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi. 1 Bursa Efek Indonesia

II. LANDASAN TEORI. Robert Ang (1997) dalam Priono (2006:10) menyatakan bahwa dividen

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaannya. Modal tersebut berasal dari dalam perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri industri

BAB II LANDASAN TEORI. Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari

Transkripsi:

15 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Apriani (2005) melakukan penelitian Reaksi Pasar Terhadap Pergerakan Kenaikan/Penurunan Dividen (Studi Empiris Pada Perusahaan Utilitas Publik dan Perusahaan Dalam Industri Tidak Diregulasi). Penelitian ini dilakukan pada 63 perusahaan yang aktif dalam perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1999-2000. Peneliti memperoleh 16 perusahaan yang melakukan pembayaran dividen dan aktif dalam perdagangan saham di bursa. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan harga saham sebelum dan sesudah pengunguman kenaikan/penurunan dividen. Maru ao (2008) melakukan penelitian Pengaruh Dividen dan Laba Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2002-2006 dan memperoleh 21 Perusahaan Manufaktur yang melakukan pembayaran dividen berturut-turut dan memperoleh laba berturut-turut selama periode penelitian di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa laba dan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Susanto dan ekawati (2006) melakukan penelitian Relevansi Nilai Informasi Laba dan Aliran Kas Terhadap Harga Saham Dalam Kaitannya Dengan Siklus Hidup Perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada seluruh sektor industri di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1993-2003. Peneliti memperoleh 278 perusahaan sebagai sampel. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pada tahap start-up relevansi nilai laba berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga

16 saham. Selanjutnya pada tahap growth dan mature relevansi nilai informasi laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Penelitian empiris lainya dilakukan oleh Husnan dan Pudjiastuti (2003) mengatakan apabila kinerja perusahaan baik maka kemampuan perusahaan menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham. Elton dan Gruber (2003) dalam Modern Portfolio Theory and Investment Analysis mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara laba bersih (earning) dengan perubahan harga saham. B. Pengertian Laba dan Dividen Laba bersih yaitu laba akhir sesudah semua biaya baik biaya operasi maupun biaya hutang dan pajak dibayar (Sundjaja dan Berlian, 2002:42). Salah satu informasi yang diperlukan di pasar modal adalah laporan keuangan perusahaan, yang didalamnya terdapat laba bersih perusahaan. Adapun manfaat dari informasi laba bersih perusahaan adalah (Tandelilin, 2001:239): 1. Memberikan informasi bagi investor tentang kondisi perusahaan, termasuk pertumbuhan dan prospek perusahan di masa depan 2. Informasi ini diperlukan investor dalam memprediksi pertumbuhan perusahaan di masa datang, dan kemudian diperlukan dalam membuat keputuan investasi yang tepat. 3. Membantu investor dalam menentukan layak atau tidaknya suatu saham yang diterbitkan perusahaan untuk dijadikan alternatif investasi. Dalam rangka mencapai tujuan perusahaan adalah untuk memakmurkan pemilik perusahaan, kemampuan memperoleh laba sangat

17 perlu diperhatikan oleh perusahaan karena sangat erat hubungannya dengan tujuan perusahaaan tersebut. Pemilik perusahaan adalah pihak yang menanamkan dananya di perusahaan atau disebut juga investor. Bagi perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) maka pemilik perusahaan adalah mereka yang memiliki saham PT tersebut. Jika perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) adalah go public, maka pemilik perusahaan adalah masyarakat luas yang memiliki saham perusahaan yang bersangkutan. Tujuan memiliki saham suatu perusahaan antara lain adalah ingin memperoleh dividen. Dividen akan dibagi oleh emiten apabila perusahaan tersebut memperoleh laba. Laba (dalam hal ini adalah laba bersih perusahaan) tersebut sebagian dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham dan sebagian lain ditahan di perusahaan (disebut laba ditahan). Apabila laba yang diperoleh kecil, maka dividen yang akan dibagikan juga kecil. Oleh karena itu agar para pemegang dapat menikmati dividen yang besar, maka manajemen perusahaan juga akan berusaha untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya guna meningkatkan kemampuan membayar dividen. Dengan demikian, diperolehnya laba yang maksimal diharapkan kemakmuran pemilik perusahaan akan maksimal. Laba juga mempunyai hubungan dengan harga saham sehubungan dengan tujuan perusahaan dalam memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Nilai perusahaan dapat menunjukkan nilai aset yang dimiliki perusahaan seperti surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi emiten. Salah satu

18 faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kemampuan perusahaan membayar dividen. Besarnya dividen ini akan mempengaruhi harga sahamnya. Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya, bila dividen yang dibayarkan kecil maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah. Kemampuan membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang besar, maka kemampuan membayar dividen juga besar. Oleh karena itu, dengan dividen yang besar cenderung akan meningkatkan harga saham perusahaan sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Kebijakan dividen mempunyai arti yang penting bagi perusahaan karena empat alasan berikut (Warsono, 2003:272): 1. Kebijakan keuangan ini berpengaruh pada sikap para investor. Pemotongan dividen dapat dipandang negatif oleh para investor, karena pemotongan seperti itu sering dikaitkan dengan kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan. 2. Kebijakan keuangan ini berdampak pada program pendanaan dan anggaran modal perusahaan. 3. Kebijakan keuangan ini dapat mempengaruhi arus kas perusahaan. Perusahaan dengan likuiditas buruk dapat dipaksa untuk membatasi pembayaran dividennya. 4. Kebijakan keuangan ini menurunkan nilai ekuitas pemegang saham biasa karena besarnya dividen ditentukan oleh besarnya laba ditahan.

19 C. Teori Kebijakan Dividen 1. Dividen adalah tidak relevan Modigliani dan Miller (1961) berpendapat bahwa di dalam kondisi keputusan investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Lebih lanjut Modigliani dan Miller berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Modigliani dan Miller membuktikan pendapatnya secara matematis dengan berbagai asumsi (Brigham-Housten, 2001:66): 1. Pasar modal yang sempurna di mana semua investor bersikap rasional 2. Tidak ada pajak perseoranagan dan pajak penghasilan perusahaan. 3. Tidak ada biaya emisi atau floation cost dan biaya transaksi. 4. Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap biaya modal sendiri perusahaan. 5. Informasi tersedia untuk setiap individu terutama yang menyangkut tentang kesempatan investasi. 2. Bird in the hand theory Kesimpulan utama dari teori irelevansi dividen Modigliani dan Miller adalah kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat pengembalian atas ekuitas yang diminta atau k s. Kesimpulan ini telah mendapat perdebatan sengit di dalam lingkungan akademisi. Khususnya, Myron Gordon dan John

20 Lintner yang berpendapat bahwa k s turun seiring dengan peningkatan pembayaran dividen karena para investor kurang yakin akan penerimaan dari keuntungan modal yang seharusnya berasal dari saldo laba ditahan dibandingkan dengan penerimaan dari pembayaran dividen. Gordon dan Lintner mengatakan, secara tidak langsung, investor menilai dolar dari keuntungan modal yang diharapkan karena komponen imbal hasil dividen, D 1 /P o, lebih baik berisiko jika dibandingkan dengan komponen g dalam persamaan total pengembalian yang diharapkan, k s = D 1 /P 0 + g (Brigham- Housten, 2006:71). MM tidak setuju dengan pendapat ini. Mereka berpendapat bahwa k s adalah hal yang independen terhadap kebijakan dividen, yang artinya investor akan bersikap indiferen terhadap D 1 /P 0 dan g dan, akibatnya, terhadap dividen dan keuntungan modal. MM menyebut argumentasi Gordon-Lintner sebagai pemikiran burung di tangan (bird in the hand) yang keliru karena, menurut pendapat MM, kebanyakan investor akan berencana untuk menginvestasikan dividen mereka kembali ke dalam saham dari arus kas perusahaan dalam jangka panjang bagi para investor akan ditentukan oleh tingkat risiko dari arus kas operasi, dan bukan dari kebijakan pembayaran dividennya (Brigham- Housten, 2006:71). 3. Tax diiferential theory Teori referensi pajak menyatakan bahwa karena dividen cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi dari pada capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividend

21 yield yang tinggi (Brigham-Housten, 2001:68). Teori ini menyarankan bahwa perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan. Terdapat tiga alasan yang berhubungan dengan pajak mengapa kita dapat berpikiran bahwa investor mungkin akan lebih menyukai pembayaran dividen yang rendah ketimbang menerima pembayaran yang tinggi (Brigham- Housten, 2006:71-72): 1. Keuntungan modal jangka panjang biasanya dikenakan pajak dengan tarif 20 persen, sedangkan laba dividen dikenakan pajak dengan tarif efektif yang dapat mencapai angka maksimal 38,6 persen. Oleh sebab itu, investor yang kaya (yang memiliki saham lebih banyak dan menerima sebagian besar dividen) mungkin lebih menyukai perusahaan menahan dan menanamkan kembali labanya ke dalam bisnis. Pertumbuhan laba mungkin akan mengarah pada kenaikan harga saham, dan akibatnya keuntungan modal yang pajak rendahnya akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi. 2. Pajak atas keuntungan tidak akan dibayarkan sampai saham tersebut dijual. Karena adanya pengaruh nilai waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa depan akan memiliki biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan sekarang. 3. Jika sebuah saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal dunia, keuntungan modal saham tersebut tidak akan dikenakan pajak sama sekali-para ahli waris yang menerimanya dapat menggunakan nilai saham

22 pada saat kematian sebagai dasar harga perolehan mereka sehingga sepenuhnya terhindar dari pajak keuntungan modal. Karena keunggulan-keunggulan di bidang perpajakan ini, para investor mungkin lebih menyukai perusahaan menahan sebagian besar laba mereka. Jika demikian, investor akan bersedia untuk membayar lebih bagi perusahaan dengan pembayaran dividen yang rendah daripada pada perusahaan serupa dengan pembayaran yang tinggi. D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Besarnya dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham didasarkan oleh beberapa faktor antara lain (Sundjaja-Berlian, 2002:339-341): 1. Peraturan Hukum a. Peraturan mengenai laba bersih menetukan bahwa dividen dapat dapat dibayar dari laba tahun-tahun yang lalu berjalan. b. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para kreditur, dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal-membagikan investasinya bukan membagikan keuntungannya. c. Peratuan mengenai tak mampu bayar. Perusahaan boleh tidak membayar dividen jika tidak mampu (bangkrut-jumlah hutang lebih besar dari pada jumlah harta). 2 Posisi Likuidasi Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun

23 terdahulu sudah diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Oleh karena itu, suatu perusahaan yang keuntungannya yang luar biasa mungkin saja tidak dapat membayar dividen karena keadaan lukuiditasnya. 3. Membayar Pinjaman Jika perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau untuk pembiayaan lainnya maka ia dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman itu nantinya. Jika pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus ada laba ditahan. 4. Kontrak Pinjaman Kontrak pinjaman, apalagi jika menyangkut pinjaman jangka panjang, seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Pembatasan-pembatasan yang dimaksud untuk melindungi para kreditur: a. Dividen yang akan datang hanya boleh dibayar dari keuntungan yang diperoleh sesudah ditandatanganinya kontrak pinjaman. b. Dividen tidak boleh dibayarkan jika modal kerja bersih jumlahnya lebih kecil dari suatu jumlah tertentu. Begitu pula persetujuan mengenai saham preferen biasanya menyatakan bahwa dividen atas saham biasa tidak boleh dibayarkan sebelum dividen preferen selesai dibayar.

24 5. Pengembangan Aktiva Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Semakin banyak dana yang dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak laba yang harus ditahan dan tidak dibayarkan. 6. Tingkat Pengembalian Dividen Tingkat pengembalian dividen atas asset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat diguanakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perushaan maupun di tempat lain. 7. Stabilitas Keuntungan Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur seringkali dapat memperkirakan bagaimana keuntungan di kemudian hari. Maka perusahaan seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen dengan prestasi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi. 8. Pasar Modal Perusahaan besar yang sudah mantap, dengan profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang teratur, dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau memperoleh dana dari luar untuk pembiayaanya. Perusahaan kecil yang masih baru atau yang agak gegabah adalah terlalu berisiko bagi para calon debitur. Karena itu perusahaan yang sudah mantap akan mempunyai tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil atau yang masih baru.

25 9. Kendali Perusahaan Jika perusahaan hanya memperluas ushanya dari pembiayaan intern maka pembayaran dividen akan berkurang. Kebijakan ini dijalankan atas pertimbangan bahwa menambah modal dengan menjual saham biasa akan mengurangi pengendalian atas perusahaan itu oleh golongan pemegang saham yang kini sedang berkuasa. 10. Keputusan Kebijakan Dividen Hampir semua perushaan ingin mempertahankan dividen per saham pada tingkat yang konstan. Tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibandingkan dengan naiknya keuntungan. Artinya dividen itu baru akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu benarbenar mantap dan nampak sudah cukup permanen. Jika keuntungan merosot, tingkat dividen yang baru itu sementara akan tetap dipertahankan, sampai betul-betul menjadi jelas bahwa keuntungannya memang tak mungkin pulih kembali. E. Harga Saham Di negara maju yang pasar sahamnya sudah efisien dan persentase saham publik sudah cukup signifikan, harga saham dipakai sebagai salah satu tolak ukur menilai kinerja direksi suatu perusahaan publik, termasuk bank. Harga saham yang terjadi di pasar sangat berfluktuasi tergantung dari jumlah permintaan dan penawaran saham tersebut. Harga saham akan cenderung naik apabila mengalami kelebihan permintaan dan akan cenderung turun apabila mengalami kelebihan penawaran.

26 Market Price merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price) (Anoraga, 2006:59). Harga suatu saham dapat berubah naik atau turun dalam hitungan yang begitu cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan dalam hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena banyaknya pesanan yang dimasukkan ke sistem JATS (Jakarta Automated Trading System). Pada lantai perdagangan BEI terdapat lebih 400 terminal komputer di mana para floor trader dapat memasukkan pesanan yang diterimanya dari nasabah. Darmadji dan Fakhruddin (2006:10) mengatakan bahwa harga saham dibentuk karena adanya pemintaan dan penawaran atas saham. Permintaan dan penawaran tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi sosial dan politik, maupun informasiinformasi yang berkembang. MeadPress TeamWork (2002:26), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah: 1. Kebijakan pemeritah dan dampaknya. Kebijakan pemerintah yang berkaitan langsung dengan bidang bisnis perusahaan emiten sangat berpengaruh terhadap harga saham misalnya swastanisasi perusahaan negara.

27 2. Pergerakan suku bunga. Suku bunga yang tinggi menyebabkan peningkatan proporsi operating. Dari sisi perbankan, peningkatan suku bunga SBI memberikan peluang pendapatan dari simpanannya di bank sentral dan menaikkan biaya usaha. Dengan naiknya SBI, menaikkan suku bunga deposito dan mengakibatkan meningkatnya suku bunga kredit (karena pendapatan andalan bank di Indonesia adalah pendapatan bunga) yang menyebabkan emiten sulit untuk mengembalikan pinjamannya sehingga cash flow terganggu dan harga saham menjadi terkoreksi amat tinggi. 3. Fluktuasi nilai tukar. Melambungnya kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika secara otomatis meningkatkan volume hutang luar negeri perusahaan-perusahaan emiten. Hal ini memperburuk kinerja keuangan dan meningkatkan proporsi financial leverage. Indeks pasar di BEI cenderung mengikuti pergerakan bursa internasional karena domonasi dana asing dan pemodal lokal cenderung menggunakan strategi follower terhadap aksi pemodal asing. 4. Rumor dan sentimen pasar. Sentimen pasar terbentuk oleh pemicu seperti kebijaksanaan pemerintah atau pernyataan pejabat-pejabat tertentu. Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham (Fakhruddin, 2001:201). Indeks harga saham membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu, apakah suatu

28 harga saham mengalami kenaikan atau penurunan dibandingkan suatu waktu tertentu. Penentuan indeks harga saham dibedakan menjadi dua, yaitu indeks harga saham individu (indeks individual) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Indeks individual merupakan indeks masing-masing saham terhadap harga dasarnya (Darmadji, 2001:95), indeks ini tidak dapat mengukur harga dari suatu saham perusahaan tertentu apakah mengalami perubahan kenaikan atau penurunan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) disebut juga indeks pasar (market index) merupakan alat ukur kinerja sekuritas khususnya saham yang listing di bursa yang digunakan oleh bursa-bursa di dunia. Indeks pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diberi nama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja saham. Indeks di pasar modal mempunyai fungsi antara lain sebagai benchmark kinerja portfolio, indikator trend pasar, indikator tingkat keuntungan, dan sebagai fasilitas perkembangan produk derivatif. IHSG juga menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek (Anoraga, 2006:101). IHSG di Indonesia, merupakan salah satu indeks yang merangkum perkembangan harga-harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG dapat dibaca sebagai gambaran ekonomi nasional Indonesia, jika IHSG menunjukkan peningkatan menjelaskan bahwa ekonomi sedang dalam siklus membaik dan sebaliknya jika IHSG menurun, menjelaskan bahwa keadaan ekonomi Indonesia sedang mengalami kesulitan.