BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh peserta didik. Menurut pendapat Nurkencana (1986:92) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, dan salah satu upaya peningkatannya yaitu melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi rendahnya prestasi yang diperoleh siswa dapat dipengaruhi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad Kamaludin, Hubungan Persepsi Siswa Terhdap Kompetensi Pendagogik Guru Mata Pelajaran Alat Ukur Dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran baik secara formal

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. terencana dan secara sistematis ) diberikan kepada peserta didik oleh pendidik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara yang masih berkembang, pendidikan di Indonesia masih. sangat rendah dari segi Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan setiap individu dapat meningkatkan potensi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. optimalnya nilai ulangan siswa di sekolah. Guru memberikan ulangan kepada. Permendiknas nomor 20 tahun 2007, menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses perwujudan pilar-pilar penyangga masyarakat. Pendidikan. diperlukan dalam perkembangan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Shandy Fauzan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diperlukan guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan merupakan salah satu prioritas utama yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan informasi serta persaingan yang ketat di antara organisasiorganisasi.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, dalam rangka

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sehari-harinya. Perlu diketahui bahwa pendidikan adalah proses interaksi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Gema Insani, 2006), h. 1 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB I PENDAHULUAN. baik. Oleh sebab itulah perkembangan teknologi ini harus diimbangi dengan. adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia dibandingkan dengan daya saing SDM negaranegara Asia lainnya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Human Index Negara Indonesia menempati peringkat 109 jauh dibanding Malaysia yang menempati peringkat ke-27 dan Filiphina peringkat ke-32 (Human Development Resources, 2000). Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan daya saing sumber daya manusia yaitu pembenahan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dalam proses budaya dengan tujuan menumbuhkan setiap cipta, rasa serta karsa manusia itu sendiri, sehingga dapat menjadikannya sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat. Pencapaian kualitas manusia Indonesia sekaligus juga merupakan perwujudan dari pembentukan identitas bangsa, karena apabila SDM dalam suatu negara memiliki kualitas yang tinggi maka citra bangsa pun akan baik dimata dunia dan peningkatan kualitas SDM itu dapat dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara terencana, sistematis dan logis dalam rangka membina manusia menuju proses pendewasaan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan hidup dilingkungannya. Sebagaimana yang 1

2 dijelaskan dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu usaha sadar tersebut adalah melalui proses pembelajaran. Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara pengajar dengan peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bangsa tergantung pada bagaimana proses pembelajaran dengan menciptakan suatu manajemen kelas yang efektif. Keefektifan proses belajar-mengajar tersebut dipengaruhi oleh empat hal seperti yang dikemukakan oleh Dollar and Miller (Abin Syamsuddin, 2004:164) yaitu: (1) Adanya motivasi, siswa harus menghendaki sesuatu; (2) adanya perhatian dan mengetahui sasaran, siswa harus memperhatikan sesuatu; (3) adanya usaha, siswa harus melakukan sesuatu; (4) adanya evaluasi dan pemantapan hasil, siswa harus memperoleh sesuatu. Salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan proses belajar-mengajar yaitu motivasi belajar siswa. Motivasi mempunyai peranan yang besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Belia (Lembaran Rubrik Surat

3 Kabar Pikiran Rakyat, tanggal 5 Agustus 2008: 25), sample random terhadap 100 siswa SMA dan SMK di Bandung ditanyakan Hal apa saja yang membuat para siswa bosan atau jenuh di dalam kelas?. Dari seratus siswa tersebut 51 siswa menjawab gurunya tidak menyenangkan, 31 siswa menjawab berbagai alasan, dan 18 siswa menjawab mata pelajarannya tidak disukai. Seperti tampak pada Gambar 1.1. 31% 51% 51% Gurunya tidak menyenangkan 51 Siswa Mata pelajaran tidak disukai 18 Siswa Alasan lainnya 31 Siswa Gambar 1. 1 Hal yang membuat para siswa bosan atau jenuh di dalam kelas Sumber: Belia (Lembaran Rubrik Surat Kabar Pikiran Rakyat, tanggal 5 Agustus 2008: 25) Menurut data diatas dapat diamati bahwa pada umumnya siswa akan melakukan kegiatan lain di dalam kelas apabila siswa sudah merasa jenuh atau bosan terhadap kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Kebosanan ini tentu bisa diakibatkan oleh berbagai hal seperti misalnya gurunya tidak menyenangkan dalam hal ini cara mengajar guru yang monoton di dalam kelas, mata pelajaran yang diajarkan tidak disukai para siswa dan lain sebagainya. Yang jelas dengan adanya kebosanan siswa di dalam kelas ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa belum optimal.

4 Hasil penelitian tentang motivasi belajar siswa juga dapat dilihat dari data rekapitulasi ketidakhadiran siswa SMK Negeri 1 Bandung program keahlian Administrasi Perkantoran pada semester 1 tahun ajaran 2008/2009, sebagai berikut: Tabel 1. 1 Rekapitulasi Ketidakhadiran Siswa Kelas 10 Administrasi Perkantoran Semester 1 Pada SMK Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2008/2009 No. SMK Kelas 1 SMKN 1 Rata-Rata (%) Bulan (%) Juli Agust Sept Oct Nov Des Rata-rata (%) 10 Ap-1 1.30 3.00 5.44 6.81 2.15 1.52 3.37 10 Ap-2 1.00 3.00 8.33 8.97 2.15 1.94 4.23 10 Ap-3 1.33 3.30 3.33 5.74 2.00 1.59 2.88 10 Ap-4 1.30 1.50 2.08 5.44 5.00 2.78 3.02 1.23 2.70 4.80 6.74 2.83 1.96 Sumber:Tata Usaha SMK Negeri 1 Bandung (2009) Keterangan Rata-rata jumlah siswa kelas 10 Ap = 40 orang 20.25 13.50 Berdasarkan tabel 1.1. digambarkan bagaimana tingginya angka ketidakhadiran siswa terjadi pada bulan September dan Oktober yaitu sebesar 4-6%. Idealnya rata-rata maksimal kehadiran siswa yaitu 100%. Tingginya angka ketidakhadiran siswa tersebut salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini sejalan dengan pernyataan Nana Sudjana (1989:34) yakni Guru sebagai motivator dalam belajar, artinya sebagai pendorong agar siswa mau melakukan kegiatan belajar. Dalam kondisi seperti ini peran guru sebagai motivator ditantang agar mampu membangkitkan motivasi

5 belajar siswa sehingga segala potensi yang dimiliki siswa terekspresikan dalam bentuk perilaku-perilaku tertentu. Rendahnya tingkat motivasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2008:23): Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Gibson dalam Winardi (2002:4) menjelaskan bahwa: Apabila kita mempelajari berbagai macam pandangan dan pendapat mengenai motivasi, dapat ditarik sejumlah kesimpulan (1) para teoritisi menyajikan penafsiran-penafsiran yang sedikit berbeda tentang motivasi dan mereka menitikberatkan faktor-faktor yang berbeda-beda, (2) motivasi berkaitan dengan perilaku dan kinerja, (3) motivasi mencakup pengarahan ke arah tujuan, dan (4) dalam hal mempertimbangkan motivasi, perlu memperhatikan faktor-faktor fsiologikal, psikologikal, dan lingkungan sebagai faktor-faktor penting. Salah satu upaya dalam mewujudkan lingkungan belajar yang kondusif agar motivasi belajar siswa bisa meningkat yaitu dengan cara manajemen kelas. Dirjen PUOD (Pemerintah Umum dan Otonomi Daerah) dan Dirjen Dikdasmen pada tahun 1996 menyatakan: Manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Sudarwan Danim (2002:167) mengemukakan: Manajemen kelas adalah proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan oleh guru, baik individual maupun dengan atau melalui orang lain (semisal dengan sejawat atau siswa sendiri) untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Manajemen kelas merupakan upaya yang strategis melalui perbaikan pendidikan dimulai dari memperbaiki interaksi guru dengan murid di dalam kelas.

6 Hal ini sejalan dengan konsep desentralisasi pendidikan yang mengedepankan kemandirian guru dalam membangun interaksi dengan peserta didik melalui proses pembelajaran. Manajemen kelas pada dasarnya merupakan adaptasi dari manajemen perusahaan. Kini, kata manajemen semakin popular di semua lini, apakah lini bisnis, pemerintahan, atau pendidikan. menurut Terry dalam Sudarwan Danim (2002:164) mendefinisikan manajemen dari sudut pandang fungsi organiknya. Ia menulis bahwa: Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, baik sebagai ilmu maupun seni untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Di zaman globalisasi ini, dapat kita lihat bahwa sekolah tidak ubahnya dengan sebuah perusahaan di mana dalam sekolah pun terdapat input, proses dan output. Sebagai inputnya adalah siswa, guru, kepala sekolah, kurikulum, serta sarana dan prasarana. Proses yang terjadi di dalamnya adalah upaya memanusiakan manusia dimana seorang siswa yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, siswa yang tidak bisa menjadi bisa sehingga proses peningkatan hard skill dan soft skill nya dalam menghadapi tantangan dunia dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Kegiatan menejemen kelas itu pun dilaksanakan dalam proses pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan. Dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah yang mengandalkan SMK sebagai solusi praktis untuk mengurangi tingkat pengangguran dewasa ini, juga menambah jumlah SMK di seluruh Indonesia sampai tahun 2010 hingga mencapai rasio 60:40 dibandingkan jumlah

7 SMA (Kompas, 7 Desember 2007). Pemerintah juga gencar melakukan pencitraan SMK di berbagai media untuk menarik minat masyarakat. Sehingga para pelaku pendidikan khususnya SMK menjadi lebih bekerja keras lagi untuk menghasilkan lulusan yang produktif dan meningkatkan produktivitas nasional serta daya saing tenaga kerja di pasar kerja global. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu pendidikan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa untuk menyiapkan siswa sebagai tenaga kerja tingkat menengah dan professional serta mampu mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di Indonesia seperti yang disebutkan dalam Undangundang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 Ayat (3) menyatakan: Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Tenaga pendidik atau guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang memiliki kontribusi strategis dan bahkan sangat menentukan tingkat keberhasilan proses pendidikan. Tugas berat yang diemban guru SMK yaitu tanggung jawabnya dalam mencetak siswa-siswa yang memiliki kompetensi tinggi dan professional sehingga ilmu yang di dapatkannya di sekolah dapat diaplikasikan secara utuh di dunia kerja, maka dibutuhkan suatu perhatian manajemen kelas yang efektif agar tujuan itu tercapai. Ketidakmampuan guru dalam memanaj kelas secara efektif menjadi salah satu alasan yang sering terjadi yang menjadi penyebab kegagalan dalam mengajar. Selain itu, kurangnya kemampuan guru dalam memanaj kelas akan menyebabkan siswa-siswanya kurang menunjukkan antusiasme dalam mengikuti proses

8 pembelajaran karena suasana belajar yang kurang nyaman dan tidak menyenangkan akan berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan pendidikan. Masalah pengelolaan kelas seorang guru akan efektif, apabila ia dapat mengidentifikasikan dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula. Oleh karena itu, sekolah dan kelas perlu dikelola secara baik, untuk menciptakan iklim belajar yang menunjang. Sehubungan dengan latar belakang tersebut, di sini penulis akan mengangkat sebuah judul tentang Pengaruh Manajemen Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus Pada Mata Diklat Produktif Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Bandung). B. Identifikasi Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam memajukan kehidupan bangsa. Pendidikan yang berkualitas dan memiliki daya saing adalah pendidikan yang ditunjang oleh beberapa faktor, salah satunya adalah keahlian dan kompetensi seorang guru dalam memanaj kelas. Kemampuan guru sangat berpengaruh besar dalam rangka meningkatkan pendidikan, karena guru adalah seseorang yang melakukan kontak langsung dalam proses pembelajaran dengan peserta didik. Mulyasa (2008:28) mengatakan Guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Dalam menciptakan lulusan yang berkualitas, maka diperlukan suatu proses pembelajaran yang efektif dan efisien oleh seorang guru. Terjadinya

9 efektifitas belajar di dalam kelas mencerminkan upaya belajar yang baik serta mampu meningkatkan kualitas belajar yang memungkinkan keberhasilan proses pembelajaran akan terwujud, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Veithzal Rivai (2002:32), bahwa: Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas dari peran aktif guru yang mampu memberi motivasi dan dapat menciptakan iklim belajar yang harmonis, kondusif dan menggairahkan dan mampu memberi semangat kepada siswa. Keberhasilan belajar ditentukan oleh seberapa besar tujuan belajar dapat tercapai, yang diukur dari hasil belajar dan dinyatakan sebagai efektifitas belajar. Pada kenyataannya keberhasilan proses pembelajaran tersebut selalu dihadapkan pada berbagai masalah. Salah satu masalah yang sering dihadapi yaitu rendahnya motivasi belajar siswa yang berdampak pada rendahnya prestasi belajar. Inti dari permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah rendahnya motivasi belajar siswa. Konsep motivasi belajar pada penelitian ini merujuk pada pendekatan faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Hakikat motivasi belajar merupakan suatu hasrat atau dorongan internal dan eksternal pada diri seseorang yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, dan mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2008:23) yaitu: Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Merujuk pada definisi diatas bahwa motivasi dipengaruhi oleh faktor intrinsik yang merupakan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak

10 berkaitan dengan aktivitas belajar, berbeda halnya dengan faktor ekstrinsik yang terjadi karena adanya perangsang dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Selain itu motivasi timbul karena adanya suatu tujuan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman (2003:75) bahwa: Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Strategi meningkatkan motivasi belajar siswa sering menjadi masalah tersendiri bagi para guru karena terdapat banyak faktor baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Mengingat banyak faktor yang mempengaruhi, maka dipilihlah faktor ekstrinsik motivasi yaitu faktor lingkungan belajar yang kondusif didasarkan pada argumen bahwa lingkungan belajar yang kondusif ini diciptakan oleh guru yang memiliki kemampuan dalam manajemen kelas. Sesuai dengan pendapat Sagala ((2005:210) dalam skripsi Fahrul Rizal, FIP) bahwa ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru, yaitu: 1. Menguasai landasan-landasan pendidikan 2. Menguasai bahan pelajaran 3. Kemampuan mengelola program belajar mengajar 4. Kemampuan mengelola kelas/memanaj kelas 5. Kemampuan mengelola interaksi belajar siswa 6. Menilai hasil belajar siswa 7. Kemampuan mengenal dan menterjemahkan kurikulum 8. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan 9. Memahami prinsip-prinsip dan hasil pengajaran 10. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi kependidikan. Konsep manajemen kelas mencakup segala hal, yaitu guru harus merangsang keterlibatan dan kerjasama siswa di dalam keseluruhan aktivitas kelas

11 dan menata lingkungan kerja menjadi lebih produktif bagi proses pendidikan dan pembelajaran. Brophy dan Evertson Tahun 1976 dalam http://pakgunawan.blogspot.com/2009/02/peranan-manajemen-kelas.html Guru yang rendah keterampilannya dalam bidang manajemen kelas, barangkali tidak dapat menyelesaikan banyak hal yang menjadi tugas pokoknya. Sedangkan, guru yang melaksanakan manajemen kelas sebagai proses pemapanan dan pemeliharaan (establishing and maintaining) lingkungan belajar yang efektif cenderung akan mempengaruhi dalam peningkatan motivasi belajar siswa. Mengingat pentingnya hal tersebut, maka penelitian ini difokuskan pada faktor yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa dikaitkan dengan kemampuan guru dalam manajemen kelas. Oleh karena itu, fokus masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh manajemen kelas terhadap motivasi belajar siswa pada SMK Negeri 1 Bandung. C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran tingkat manajemen kelas yang dilakukan oleh guru mata diklat produktif Administrasi Perkantoran pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 di Kota Bandung? 2. Bagaimana gambaran tingkat motivasi belajar siswa program keahlian Administrasi Perkantoran pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bandung?

12 3. Adakah pengaruh manajemen kelas terhadap motivasi belajar siswa program keahlian Administrasi Perkantoran pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bandung? D. Maksud dan tujuan penelitian Maksud mengadakan penelitian ini adalah untuk mencari data dan infomasi yang diperlukan untuk memperoleh gambaran jelas mengenai seberapa besar pengaruh Manajemen Kelas terhadap Motivasi belajar siswa. Tujuan mengadakan penelitian ini adalah: 1. Untuk memperoleh gambaran manajemen kelas yang dilakukan oleh guru mata diklat produktif Administrasi Perkantoran pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bandung. 2. Untuk memperoleh gambaran tingkat motivasi belajar siswa program keahlian Administrasi Perkantoran pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bandung. 3. Untuk mengukur sejauhmana pengaruh manajemen kelas oleh guru mata diklat produktif Administrasi Perkantoran terhadap motivasi belajar siswa program keahlian Administrasi Perkantoran pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bandung. E. Kegunaan Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan untuk memberikan kegunaan sebagai berikut:

13 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai studi lanjutan yang relevan dan bahan kajian ke arah pengembangan. Konsep-konsep pengembangan tenaga edukatif yang mendekati pertimbangan-pertimbangan konstektual dan konseptual, serta kultur yang berkembang pada dunia pendidikan saat ini. Serta dapat memberikan informasi tentang seberapa besar motivasi belajar peserta didiknya, khususnya pada program keahlian Administrasi Perkantoran setelah mengikuti proses belajar mengajar selama periode tertentu. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini dalam tatanan praktis, diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut: a. Sebagai masukan bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung dalam merancang program yang berkaitan dengan peningkatan manajemen kelas yang dilakukan oleh guru khususnya mata diklat produktif Administrasi Perkantoran agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. b. Sebagai masukan dan bahan evaluasi bagi lembaga/instansi terkait untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik melalui peningkatan manajemen kelas yang dilakukan oleh guru khususnya mata diklat produktif administrasi perkantoran. c. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian tentang manajemen kelas dan motivasi belajar siswa pada lembaga persekolahan.