MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

DAFTAR ISI Utami Widyaiswari,2013

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

Dwi Mei Heni Guru Matematika SMK Negeri Sugihwaras, Jl. Raya Panemon Sugihwaras

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kecerdasan, tidak hanya satu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN

PROSES BERPIKIR SISWA DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

sehingga siswa perlu mengembangkan kemampuan penalarannya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk multidimensional yang dapat ditelaah dari

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES UNTUK PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

PENGGUNAAN MODUL E-LEARNING SISTEM REPRODUKSI MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN MINAT SISWA DALAM MENGOPTIMALKAN POTENSI KECERDASAN MAJEMUK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif,

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

Nama : Eka Rezeki Amalia NIM : Matkon IV A

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS I

Oleh Nila Kesumawati Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP Universitas PGRI Palembang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan agar mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihanpelatihan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHULUAN. kaitannya dengan tuntutan untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id. Media

BAB II KAJIAN TEORITIK. komunikasi matematika, multiple intillegences dan gender. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

PENERAPAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Sismanto 1) SD YPPSB 3 PT. Kaltim Prima Coal Jl. Munthe Komplek Perum GPL Sangatta Kaltim 75611, HP ;

BAB 1 PENDAHULUAN. Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory Of. kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal.

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL TREFFINGER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

MEMORI DAN MOTIVASI. PERTEMUAN 4

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan

Diniatul Hidayani Sipahutar 1, Dinda Kartika Prodi Pendidikan Matematika Unimed Medan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang

2015 PEMBINAAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM PENGGUNAAN MEDIA SEARCH ENGINE BAGI PENINGKATAN CIVIC INTELLIGENCE SISWA PADA MATA PELAJARAN PPKN

Abstrak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HAYATI

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan

BAB I PENDAHULUAN pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa : Pendidikan Nasional befungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

Unnes Science Education Journal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES UNTUK KELAS VIII SMP MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Ida Wahyuni dan Khairil Irfan Lubis Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

P - 79 HYPOTHETICAL LEARNING TRAJECTORY UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ESTI UTAMI A PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing

Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Hanomi Irma 1), Edwin Musdi 2), Atus Amadi Putra 3)

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Entar Tarji, 2014 Efektivitas Permainan ORFF Percussion Terhadap Kecerdasan Musikal Anak Usia Dini

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika...ISBN: hal November

Transkripsi:

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING Risnanosanti Muhammadiyah University of Bengkulu E-mail: rnosanti@yahoo.com ABSTRAK : Berpikir kreatif dalam matematika adalah kombinasi dari kemampuan berpikir logis dan berpikir divergen, yang dapat terlihat melalui kemampuan kelancaran, keluwesan, keaslian khususnya dalam pemecahan masalah. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah. Dirancang sebagai suatu eksperimen semu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa sekolah menengah pertama di Kota Bengkulu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa sekolah menengah pertama di Kota Bengkulu. Siswa kelas eksperimen diberi, sedangkan kelas kontrol diberi pembelajaran biasa. Siswa dikelompokan berdasarkan kemampuan awal matematikanya kedalam tiga kelompok yaitu bawah, tengah dan atas. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) N-Gain siswa yang mendapat pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk lebih tinggi dari siswa yang mendapat pembelajaran biasa, (2) berdasarkan kemampuan awal matematika, N-Gain kemampuan berpikir kreatif matematis tertinggi diperoleh oleh siswa kelompok atas yang mendapat. Kata kunci : Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk, Kemampuan Berpikir Kreatif matematis Pembelajaran matematika di sekolah diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir yang dibelajarkan di sekolah selama ini masih berpusat pada kemampuan berpikir konvergen. Kemampuan berpikir divergen kurang diperhatikan. Akibatnya kemampuan berpikir kreatif matematis juga belum dapat berkembang dengan baik. Hal ini dikarenakan kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan bagian dari berpikir divergen dan berpikir logis. Proses pengembangan kemampuan berpikir tidak hanya dikembangkan dalam matematika itu sendiri, namun dapat juga melalui penyelesaian dalam kehidupan sehari-hari. Ini berarti siswa mengembangkan pengetahuannya melalui aktivitas sehari-hari. Aktivitas bermatematika idealnya berfokus pada proses yang meliputi pola dan hubungan, pengujian konjuktur, dan estimasi hasil. Sehingga dalam melakukan kegiatan bermatematika siswa dituntut untuk memberdayakan pengetahuan yang sudah dimilikinya serta menggunakannya untuk mengembangkan pemahaman baru. Dengan melakukan aktivitas bermatematika akan menumbuhkan kemampuan berpikir siswa termasuk. Untuk membantu siswa melakukan aktivitas bermatematika yang berakibat pada tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif matematis dapat melalui proses pembelajaran di kelas. 647

Risnanosanti, Mathematical Creative Thinking Ability, 648 Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk. Pembelajaran ini menghargai perbedaan kecerdasan yang dimiliki setiap siswa serta memanfaatkannya dalam kegiatan di kelas. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Mengkaji kemampuan berpikir kreatif matematis dapat dilakukan berdasarkan definisi atau pendapat para ahli. Salah satu isu yang mendapat banyak perhatian adalah adanya keterkaitan antara kemampuan berpikir kreatif dengan fungsi belahan otak. Belahan otak manusia setidaknya terbagi menjadi dua bagian yaitu kiri dan kanan. Belahan otak kiri berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk berpikir secara logis, ilmiah, kritis, dan linear; sedang belahan otak kanan berkenaan dengan fungsi-fungsi yang non linear, non verbal, holistik, humanistik, dan mistik. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurhalim (2003) yang menyatakan otak kiri dan otak kanan mempunyai fungsi yang berbeda, namun saling terkait. Otak kiri sebagai sumber logika sedang otak kanan sebagai sumber perasaan spiritual. Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan perpaduan dari fungsi kedua belahan otak tersebut. Oleh sebab itu dalam proses pendidikan diperlukan adanya keseimbangan pengembangan berpikir kreatif yang merupakan dominasi fungsi otak kanan, dan pengembangan kemampuan kognitif fungsi otak kiri. Karena pada prinsipnya kreativitas akan muncul dari interaksi antara dua belahan otak tersebut. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk Salah satu model pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual siswa adalah pembelajaran dengan berbasis kecerdasan majemuk. Konsep pembelajaran ini diperkenalkan oleh Howard Gardner. Menurut (Amstrong, 2002), Gardner membagi kecerdasan setiap anak kedalam sembilan yaitu komponen kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan ruang-spasial, kecerdasan kinestetik-badani, kecerdasan Musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan lingkungan/naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Kecerdasan majemuk yang dikembangkan oleh Gardner mempunyai beberapa ciri yaitu, (1) setiap kecerdasan dapat dilambangkan. Misalnya Kecerdasan matematis-logis memiliki lambang dan juga kecerdasan yang lain. (2) Setiap kecerdasan dapat berkembang. kecerdasan majemuk muncul pada titik tertentu di waktu kanak-kanak, mempunyai periode yang berkembang, dan berisikan pola unik yang akan merosot seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Urutan kecerdasan majemuk yang adalah Musik lalu Logis-Matematis. (3) Jika terjadi kerusakan pada wilayah otak maka akan berpengaruh terhadap cacatnya setiap Kecerdasan. (4) Setiap kecerdasan akan berdasar nilai budaya. Hal ini berarti kecerdasan seseorang pada akhirnya akan dikonfrontasikan dengan nilai budaya ada atau yang dianutnya. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu, dengan populasinya adalah seluruh siswa SMP Negeri yang ada di Kota Bengkulu. Dipilih tiga sekolah berdasarkan rata-rata nilai ujian akhir nasional dalam dua tahun terakhir. Masing-masing sekolah diambil dua kelas untuk dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapat sedangkan kelas kontrol mendapat pembelajaran biasa. Instrumen yang

649, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 digunakan adalah angket kecerdasan majemuk dan tes kemampuan berpikir kreatif matematis. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan nilai peningkatan kemampuan menggunakan gain ternormalisasi atau N-Gain HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum pembelajaran dilakukan siswa di kedua kelompok diberi tes kemampuan awal matematika untuk mengklasifikasikannya kedalam kelompok atas, tengah dan bawah. Selain itu kelompok eksperimen diberi angket kecerdasan majemuk. Hasil angket kecerdasan majemuk dipergunakan untuk melihat kecerdasan majemuk mana yang dominan dimiliki siswa, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Selanjutnya siswa kelas eksperimen dikelompokkan dalam kelompok yang mempunyai kecerdasan majemuk dominan yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk ini dapat lebih menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Adanya perbedaan kecerdasan dominan yang dimiliki siswa akan membuat diskusi mereka menjadi lebih berkembang. Pada saat penelitian, kelas eksperimen diberi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dan kelas kontrol diberi pembelajaran biasa pada materi bangun datar. Setelah pembelajaran selesai, siswa diberi tes kemampuan berpikir kreatif matematis. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: KBK Kategori PBKM PB Keseluruhan Siswa 0,440 0,308 Bawah 0,385 0,181 Kelompo Tengah 0,407 0,370 k Siswa Atas 0,528 0,338 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada pembelajaran biasa. Rata-rata N-gain kemampuan berpikir kreatif matematis keseluruhan siswa pada pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dan pembelajaran biasa berturutturut adalah 0,440 dan 0,308 yang keduanya tergolong sedang. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan baik pada siswa yang mendapat maupun pada pembelajaran biasa. Demikian juga halnya telah terjadi matematis apabila ditinjau berdasarkan level sekolah maupun kelompok kemampuan awal siswa. N-gain kemampuan berpikir kreatif matematis menggambarkan peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika secara kreatif. Diskripsi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam dan pembelajaran biasa disajikan pada gambar berikut. Tabel 1. Rata-rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa KBK Kategori PBKM PB C 0,385 0,206 Level B 0,408 0,295 Sekolah A 0,522 0,416

Risnanosanti, Mathematical Creative Thinking Ability, 650 Gambar 1 : Deskripsi N-Gain kemampuan berpikir kreatif matematis Siswa Tujuan dari penelitian ini untuk melihat ada atau tidak adanya dampak positif dari pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk terhadap peningkatan siswa. Dengan menggunakan uji-t atas N- gain kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dan pembelajaran biasa dan diperkuat dengan analisis kualitatif disimpulkan bahwa matematis siswa yang mendapat lebih tinggi daripada peningkatan siswa yang mendapat pembelajaran biasa. Pada tabel terlihat, di kelas dengan, rata-rata N-gain kemampuan berpikir kreatif matematis sekolah level C, B, dan A berturut-turut adalah 0,385, 0,408, dan 0,522. Dari ketiga nilai tersebut terlihat bahwa makin tinggi level sekolah makin tinggi pula capaian N-gain kemampuan berpikir kreatif matematisnya. Setelah diuji dengan Anava satu arah dan tes post-hoc diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata N- gain siswa pada pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk di sekolah level A lebih tinggi daripada rata-rata N-gain siswa di sekolah level C dan B. Secara serupa, implementasi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk paling unggul dampaknya pada siswa kelompok atas. Temuan ini menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk paling cocok diterapkan pada sekolah level A atau pada siswa kelompok atas dalam hal matematis. PEMBAHASAN Implementasi menggunakan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk memperlihatkan bahwa siswa termotivasi dalam belajar karena semua kecerdasan siswa dapat terakomodir. Tidak ada lagi pembedaan-pembedaan antara siswa yang memiki kecerdasan tertentu dengan siswa yang memiliki kecerdasan lainnya. Setiap siswa diperlakukan sama sebagai manusia yang memiliki kecerdasan. Sehubungan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa akan berkembang dengan baik jika siswa diberi kesempatan untuk melakukan penyelidikan terhadap konsep yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Risnanosanti (2010) bahwa pengembangan siswa dapat dilakukan melalui pembelajaran yang mendorong timbulnya keingintahuan siswa untuk melakukan proses penyelidikan. Menurut Wardani (2008) setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda dalam melakukan penyelidikan terhadap suatu konsep matematika. Sehingga dengan diterapkannya pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dapat membuat siswa belajar sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya. Pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk yang telah dilaksanakan pada kelas-kelas eksperimen memberi siswa kesempatan untuk aktif selama pembelajaran. Keaktifan siswa terlihat pada saat mereka menyelesaikan masalah yang

651, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 diberikan dalam bentuk LKS. Siswa dapat belajar sesuai dengan kecerdasan dominan yang dimilikinya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk merupakan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan siswa, khususnya pada sekolah level atas dan siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Thomas. (2002). 7 Kinds of Smart. Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori Multiple Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ------. (2003). Setiap Anak Cerdas! Panduan membantu anak belajar dengan memanfaatkan multiple intelligence-nya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nurhalim, SM. (2003). Pembinaan Kreativitas Menuju Era Global. Bandung: PT. Alumni Risnanosanti, (2010). Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Self Efficacy terhadap Matematika Siswa SMA Kota Bengkulu. Disertasi UPI : Tidak Diterbitkan. Wardani, (2008). Pembelajaran Inkuiri Model Silver untuk Mengembangkan Kreativitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi UPI: Tidak Diterbitkan.