BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

PRATIWI AMALLIYAH A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi, baik komunikasi antar individu yang satu dengan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini diawali dengan latar belakang penelitian, batasan masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. saatnya menyesuaikan diri dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dapat

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi (Finoza, 2008:2). Hal

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang berkembang di masyarakat sangat beragam. Ragam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2012: 32),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai hal manusia melahirkan ide-ide kreatif dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh manusia. Dengan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA KRIMINAL PADA KORAN JAWA POS

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lisan merupakan ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Ragam bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mampu merujuk objek ke dalam dunia nyata, misalnya mampu menyebut nama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. sebagian alat komunikasi, baik komunikasi antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat komunikasi. Manusia dapat menggunakan media yang lain untuk berkomunikasi. Namun, tampaknya bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik, paling sempurna, dibandingkan dengan alat-alat komunikasi lain, termasuk juga alat komunikasi yang digunakan para hewan (Chaer, 2010:11). Fungsi utama alat komunikasi adalah menjalin interaksi dan saling menyampaikan informasi. Sebuah komunikasi akan dianggap sempurna jika penerima pesan dapat memahami dengan baik apa yang disampaikan oleh pengirim pesan. Dalam satu bidang dengan bidang lain, bahasa mempunyai ciri khas yang terletak pada diksinya. Informasi dalam satu bidang biasanya akan lebih dipahami oleh orang yang mengidentitaskan dirinya masuk dalam bidang itu. Informasi-informasi ini dapat diperoleh dari media cetak, percakapan langsung, iklan, surat kabar, dan lain sebagainya. Wacana merupakan satuan kebahasaan terbesar dan terlengkap. Tataran kajian di dalamnya mencakup morfologi, fonologi, semantik, sintaksis, dan banyak lagi. Satuan pendukung kebahasaan wacana meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf. Kajian wacana berkaitan dengan pemahaman tentang tindakan manusia yang dilakukan dengan bahasa (verbal) dan bukan bahasa (nonverbal). Bentuk nonverbal berupa gambar akan banyak dijumpai pada wacana dalam majalah. Dewasa ini kosmetik telah menjadi kebutuhan penting bagi wanita. Kontak dengan dunia luar tidak dapat dihindari oleh kehidupan wanita masa kini. 1

2 Keputusan untuk menjadi wanita yang penuh kesibukan menjadikannya ingin selalu tampil menarik di depan umum. Selain alasan ini, kodrat wanita untuk bisa berhias diri membuat mereka sangat mementingkan penampilan. Hal ini membuat perawatan kecantikan dan penggunaan produk kosmetik menjadi hal yang sangat dibutuhkan para wanita. Wacana Tips Perawatan Kecantikan (WTPK) merupakan sebuah sajian informasi yang berisi cara-cara berhias diri dan menjaga kecantikan. Tips perawatan kecantikan banyak terdapat di media cetak maupun online. Wacana tips perawatan kecantikan pada kedua media ini tidak mempunyai perbedaan yang terlalu besar. Hanya saja, media cetak dianggap lebih nyata dibandingkan dengan media online. Media online dapat dengan mudah berubah, sedangkan media cetak tidak. Majalah Femina merupakan majalah wanita yang sangat populer di Indonesia. Hal ini dilihat dari ketersediaan kedua majalah ini di perpustakaan Kota Yogyakarta. Majalah ini terbit satu minggu sekali atau empat kali dalam satu bulan. Dalam majalah Femina, tips perawatan kecantikan disajikan dengan unik. Bentuk wacana verbal dan visual dapat dinikmati dengan baik karena keduanya saling kohesif dan koheren. Bentuk sajian majalah Femina begitu mudah untuk diterima. Setiap wacana yang disajikan dibuat kreatif, menarik, dan lengkap. Hal ini juga ditemukan di bagian rubrik wacana kecantikan. Rubrik kecantikan merupakan suatu ruang untuk mengulas kecantikan. Rubrik ini mengambil 1 hingga 3 halaman pada setiap edisi majalah terbit. Karakteristik kebahasaan pada rubrik ini berbeda dengan rubrik pada umumnya. Wacana kecantikan mempunyai judul yang tidak hanya berupa pemberitahuan, tetapi juga pertanyaan, larangan, dan seruan. Dalam judul juga selalu diikuti dengan subjudul atau penjelas judul. Selain pada judul, karakteristik kebahasaan juga terdapat pada bagian lainnya seperti penutup.

3 Dalam wacana ini tidak ada bentuk penutup berupa paragraf ataupun kalimat. Bentuk penutup hanya berupa tanda. Dalam majalah ini, wacana kecantikan juga disajikan dengan ilustrasi gambar. Gambar sangat mendukung keberadaan teks. Hal ini semakin menjadi daya tarik pembaca. Analisis wacana tips perawatan kecantikan menjadi penting melihat semakin tingginya ketertarikan wanita dalam bidang kecantikan. Selain itu, analisis ini semakin menarik melihat keunikan bagian rubrik kecantikan majalah Femina. 1.2 Ruang Lingkup Penelitian ini masuk dalam ruang lingkup kajian pragmatik berupa wacana. Wacana dalam penelitian ini yaitu wacana tips perawatan kecantikan dalam rubrik kecantikan majalah Femina. Analisis wacana ini mencakup struktur pembentuk wacana, hubungan kohesi dan koherensi, serta karakteristik kebahasaan yang digunakan dalam wacana. 1.3 Rumusan Masalah Rubrik kecantikan dalam majalah Femina mempunyai keunikan dibandingkan dengan wacana kecantikan media cetak lainnya. Dilihat dari tampilan wacana dan bentuk kebahasaan dari tips perawatan kecantikan dalam majalah Femina, rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut. 1.3.1 Seperti apa struktur pembentuk wacana tips perawatan kecantikan? 1.3.2 Apa saja kohesi dan koherensi wacana tips perawatan kecantikan? 1.3.3 Bagaimana karakteristik kebahasaan wacana tips perawatan kecantikan? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan sebuah hasil yang ingin dicapai pada sebuah analisis. Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan penelitiannya yaitu:

4 1.4.1 mengidentifikasikan struktur wacana tips perawatan kecantikan; 1.4.2 mengklasifikasikan kohesi dan koherensi wacana tips perawatan kecantikan; 1.4.3 menjelaskan karakteristik kebahasaan wacana tips perawatan kecantikan. 1.5 Manfaat Penelitian Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai struktur wacana dalam rubrik kecantikan majalah Femina, kohesi dan koherensi, ragam bahasa, serta diksi dan pilihan kata, serta gaya bahasa yang digunakan. Secara praktis penelitian ini dapat digunakan untuk memahami tips perawatan kecantikan dalam majalah Femina. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam. 1.6 Landasan Teori Teori yang digunakan berupa ilmu-ilmu yang menjadi landasan dilakukannya penelitian. Teori di sini dibagi menjadi lima berdasarkan pengelompokan topik bahasan. Teori tersebut yaitu teori wacana, struktur wacana, kohesi dan koherensi, serta karakteristik kebahasaan. 1.6.1 Pragmatik Semantik dan pragmatik adalah cabang-cabang ilmu bahasa yang menelaah makna-makna satuan lingual, hanya saja semantik mempelajari makna secara internal, sedangkan pragmatik mempelajari makna secara eksternal (Wijana dan Rohmadi, 2009:4). 1.6.2 Wacana Berdasarkan hierarkinya, wacana merupakan tataran bahasa yang terbesar, tertinggi, dan terlengkap. Wacana dikatakan terlengkap karena wacana mencakup

5 tataran di bawahnya, yakni fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan ditunjang oleh unsur lainnya, yaitu situasi pemakaian dalam masyarakat (Darma, 2009:1). Sobur Alex (2001 via Darma 2009:3) mengungkapkan bahwa wacana adalah rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa. Jadi, wacana adalah proses komunikasi menggunakan simbol-simbol yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa di dalam sistem kemasyarakatan yang luas. Eksistensinya ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya, konteks peristiwa yang berkenaan dengannya, situasi masyarakat luas yang melatarbelakangi keberadaannya, dan lain-lain (Darma, 2009:3). Wacana dalam sebuah majalah mempunyai fungsi komersial. Hal ini tentu saja karena proses produksi membutuhkan banyak biaya. Hal ini menjadikan isi dalam wacana juga diisi oleh iklan-iklan. Bentuk iklan atau promosi juga terdapat dalam rubrik kecantikan. Crystal (1987:390 via Sholikhah, 2010:10) mengatakan bahwa iklan adalah media untuk menawarkan suatu produk atau barang. Yang terpenting dalam sebuah periklanan adalah kekuatan bahasa. Karena itulah, aspekaspek kebhasaan sangat diperhatikan dalam pembuatan iklan. Bahasa yang ditunjukkan dalam iklan harus mampu menimbulkan efek kekaguman, bernilai positif, tidak memihak, dan menekankan keunikan suatu produk. Selain itu, kosakata yang digunakan hendaknya kongkret dan indah, serta penuh dengan kata-kata figuratif. 1.6.3 Struktur Wacana Kajian wacana berkaitan dengan pemahaman tentang tindakan manusia yang dilakukan dengan bahasa (verbal) dan bukan bahasa (nonverbal) (Mulyana,

6 2005:1). Kajian wacana mengkaji bentuk verbal yang berupa uraian kata dan bentuk nonverbal atau visual yaitu gambar. Sebagaimana tulisan pada umumnya, berita juga ditulis dengan bagianbagian, seperti judul, teras berita (lead, intro, alinea pembukaan), tubuh (detail), dan penutup (ending) (Siregar, 1988:152 via Handayani, 2005: 25). Bagian-bagian yang membangun berita ini dijelaskan Siregar (1988:1445--151 via Handayani, 2005: 25--26), yaitu sebagai berikut. 1. Judul tulisan berfungsi sebagai kalimat yang meginformasikan persoalan yang dibahas dalam tulisan tersebut. 2. Alinea pembuka merupakan bagian awal tulisan yang berfungsi sebagai pintu masuk menuju isi tulisan. 3. Tubuh tulisan merupakan bagian yang menyajikan pokok bahasan secara lengkap dan menyeluruh. Dalam tubuh tulisan ini dibahas dan disusun uraian tentang masalah serta disajikan pula argumentasi yang mendukung penjelasan pokok pikiran tulisan. 4. Penutup tulisan merupakan bagian akhir tulisan, yaitu alinea penutup yang memberi pemahaman kepada pembaca bahwa persoalan tersebut telah selesai dibahas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:1260), visual bercirikan dapat dilihat dengan indra penglihat (mata); berdasarkan penglihatan. Wacana visual merupakan bagian wacana selain verbal yang terdapat dalam suatu media sebagai menjelas bagian verbal. 1.6.4 Kohesi dan Koherensi Wacana selalu berkaitan dengan konteks, seperti yang dikatakan oleh Kridalaksana (2001 via Darma 2009:4) bahwa konteks merupakan ciri-ciri alam di

7 luar bahasa yang menumbuhkan makna pada ujaran atau wacana (lingkungan nonlinguistik dalam wacana). Sebuah wacana terdiri atas kalimat-kalimat yang kemudian menjadi paragraf. Dalam kalimat, aspek kesatuan dapat dibangun dengan sarana-sarana kohesi. Kohesi ialah ikatan-ikatan dan hubungan-hubungan yang ada di dalam teks (Cahyono, 1995:231). Dari segi penalaran, rangkaian kata dapat disebut sebagai kalimat utuh apabila koheren. Kohesi kalimat dapat dianalisis secara eksplisit, sedangkan koherensi dapat dianalisis secara implisit dalam sebuah kalimat (Shalima, 2011:9). Unsur kohesi meliputi aspek leksikal, gramatikal, fonologis, sedangkan unsur koherensi mencakup aspek semantik dan aspek topikalisasi (Mulyana, 2005:26). Kohesi wacana terbagi ke dalam dua aspek, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal antara lain adalah referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, sedangkan yang termasuk kohesi leksikal adalah sinonim, repetisi, kolokasi (Halliday, 1976:21 via Mulyana, 2005:26). Istilah koherensi mengandung makna pertalian (Mulyana, 2005:30). Hubungan koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh (HS Wahjudi, 1989:6 via Mulyana, 2005:30). Dalam struktur wacana, aspek koherensi sangat diperlukan keberadaannya untuk menata pertalian batin antara proposisi yang satu dengan lainnya untuk mendapatkan keutuhan (Mulyana, 2005:30). Lebih lanjut Halliday dan Hassan (1976:2 via Mulyana 2005:31) menegaskan bahwa struktur wacana pada dasarnya bukanlah struktur sintaktik, melainkan struktur semantik, yakni semantik kalimat yang di dalamnya mengandung proposisi-proposisi. 1.6.5 Karakteristik Kebahasaan

8 Bahasa Indonesia sangat luas lingkup pemakaiannya dan bermacam ragam pula penuturnya (Alwi, 1993:3 via Kesuma, 2001:1). Keluasan lingkup pemakaian dan bermacam-macaman penutur merupakan sebab timbulnya ragam-ragam dalam bahasa Indonesia (Kesuma, 2001:2). Ragam bahasa adalah corak berbedabeda yang dimiliki oleh satu bahasa yang sama (Gie dan Widyamartana, 1983:179 via Kesuma, 2001:2). Corak yang berbeda-beda itu dapat bertalian dengan (a) sarana penyampaian, (b) suasana penggunaan, dan (c) bidang penggunaan (Kesuma, 2001:2). Perbedaan yang bertalian dengan (a) melahirkan ragam lisan dan ragam tulis, dengan (b) melahirkan ragam tidak baku dan ragam baku, dan dengan (c) melahirkan ragam ilmu, ragam sastra, ragam jurnalistik, dan ragam hukum (Kesuma, 2001:2). Bahasa baku ialah variasi bahasa yang menjadi dasar penulisan media masa dan buku-buku, dan merupakan variasi yang diajarkan di sekolah-sekolah. Bahasa baku memiliki kaidah-kaidah yang paling lengkap diperikan jika dibandingkan dengan variasi bahasa yang lain (Cahyono, 1995:385). Jika dalam pendapat Chaer (2010:190) bahasa baku itu adalah salah satu variasi bahasa (dari sekian banyak variasi) yang diangkat dan disepakati sebagai ragam bahasa yang akan dijadikan tolok ukur sebagai bahasa yang baik dan benar dalam komunikasi yang bersifat resmi, baik secara lisan maupun tulisan. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi (Keraf, 1986:24). Style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) (Keraf, 1986:113). Gaya bahasa memungkinkan pembaca menilai kepribadian dan kemampuan seseorang yang menggunakan bahasa

9 tersebut. Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan, yaitu: (1) gaya bahasa berdasarkan pilihan kata; (2) gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana; (3) gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat; (4) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. 1.7 Tinjauan Pustaka Sampai saat ini belum banyak penelitian mengenai wacana kecantikan. Purwaningsih (2008) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Wacana Iklan dalam Koran Merapi mengkaji karakteristik iklan, karakteristik bahasa, dan unsur pembangun wacana iklan dalam Koran Merapi. Bahasa wacana iklan Koran Merapi mempunyai karakteristik khusus, meliputi pilihan kata dan gaya bahasa. Wacana ini menggunakan pilihan kata berupa kata umum dan kata khusus, kata baku dan kata tidak baku, kata ilmiah dan kata populer, serta istilah. Unsur pembangun wacana iklan Koran Merapi meliputi unsur pembangun wajib dan unsur pembangun tak wajib. Di dalam skripsi ini disampaikan bahwa unsur pembangun wajib merupakan unsur yang harus ada di dalam wacana sedangkan unsur tidak wajib adalah unsur yang kehadirannya tidak terlalu berpengaruh terhadap wacana. Analisis ini mengambil sampel Koran Merapi yang terbit setiap hari kecuali hari Minggu. Pengambilan sampel ini mulai dari 17 September 2007 sampai dengan 29 September 2007. Damayanti (1999) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Wacana Iklan Rumah pada Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat mengkaji mengenai unsur pembentuk struktur retorika wacana iklan rumah, pilihan kata dalam wacana iklan rumah, dan gaya bahasa dalam wacana iklan rumah. Dalam penelitian ini

10 diperoleh hasil bahwa struktur iklan rumah terdiri atas berbagai unsur pembentuk yang meyusun suatu retorika yang berpola umum-khusus. Dari analisis tentang pilihan kata, diketahui adanya penggunaan istilah dan kata-kata yang praktis, efisien, dan informatif. Dalam skripsi ini juga dipaparkan gaya bahasa iklan berdasarkan pilihan kata, berdasarkan struktur kalimat, dan berdasarkan langsung tidaknya makna. Penelitian ini mengambil sampel surat kabar Kedaulatan Rakyat. Mengenai kohesi dan koherensi tidak dianalisis dalam penelitian ini. Handayani (2005) dalam skripsinya yang berjudul Wacana Berita Kriminalitas sebagai Salah Satu Bentuk Register (Studi Kasus di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat) mengkaji tentang deskripsi wacana berita kriminalitas, struktur wacana berita kriminalitas, ciri-ciri kebahasaan wacana berita kriminalitas, dan komponen tutur dalam wacana berita kriminalitas. Analisis ini lebih menonjolkan bagian analisis registernya. Pratiwi (2008) dalam skripsinya Kohesi dan Koherensi Wacana Tak Disangka Pada Majalah Anak-anak Bobo membahas mengenai deskripsi kohesi dan koherensi kemuadian dilanjutkan analisis kohesi dan koherensi dalam wacana Tak Disangka pada majalah anak-anak Bobo. Analisis ini hanya membahas kohesi dan koherensi. Hal-hal mengenai struktur maupun aspek kebahasaan wacana tidak menjadi bahan kajian. Nurhidayati (2010) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Wacana Tahukah Anda dalam Tabloid Koki melakukan analisis meliputi deskripsi tentang struktur dan aspek kebahasaan. Aspek kebahasaan ini meliputi ragam bahasa dan gaya bahasa. Analisis mengenai kohesi dan koherensi tidak dilakukan dalam penelitian ini. Istandiarti (2004) dalam tesisnya yang berjudul Kohesi dan Koherensi Wacana Tajuk Rencana dalam Media Massa Berbahasa Indonesia (Studi kasus pada Beberapa Surat Kabar di Propinsi DIY dan Jateng) menganalisis kohesi dan

11 koherensi tajuk rencana pada beberapa surat kabar. Analisis struktur wacana juga disampaikan dalam tesis ini. Sedangkan karakteristik kebahasaan tidak dilakukan dalam penelitian ini. Arlita (2009) dalam skripsinya yang berjudul Register Salon Kecantikan: Analisis Sosiolinguistik dan Semantik menganalisis latar belakang penggunaan istilah bahasa Inggris dalam register salon, menguraikan bentuk dan makna dari register salon, serta mengklasifikasikan istilah register. Penelitian ini mengkaji bidang salon sebagai sebuah register. Di sini diambil register salon kecantikan, bukan tips kecantikan. Bidang analisis yang digunakan adalah sosiolinguistik dan semantik. Analisis wacana tips perawatan kecantikan yang mengkaji mengenai struktur wacana, kohesi dan koherensi, serta karakteristik kebahasaan wacana tips perawatan kecantikan dalam rubrik kecantikan majalah Femina edisi sepanjang tahun 2014 belum pernah dilakukan. 1.8 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian bahasa menurut tahapan strategisnya, yaitu metode penyediaan data, metode analisis data, dan metode penyajian data (Sudaryanto, 1993:57). Sumber data ini diperoleh dari majalah Femina edisi sepanjang tahun 2014 sejumlah 52 data. Masa pengambilan data yaitu 2 bulan yaitu dari bulan November 2015 hingga Desember 2015. Pemilihan majalah Femina adalah karena Femina merupakan majalah yang dibaca oleh wanita dan berisi hal-hal yang dibutuhkan oleh para wanita, yaitu tips perawatan kecantikan. Data ini berupa data tulis, bukan lisan. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penentuan media yang akan dijadikan sampel. Pemilihan media cetak karena bentuknya yang lebih nyata dan tidak berubah-ubah. Selanjutnya dipilah dan dipilih untuk media

12 cetak yang akan dijadikan sumber data. Dilakukan pengamatan ketersediaan majalah-majalah wanita di Perpustakaan Kota Yogyakarta yang sekiranya banyak dibaca. Ada dua majalah yang cukup terkenal yaitu Kartini dan Femina. Setelah melihat daftar isi dan membaca keseluruhan wacana, penulis menemukan keunikan-keunikan pada rubrik kecantikan dalam majalah Femina. Setelah pemilihan majalah, diambil data yang sekiranya mewakili edisi terbit selama satu tahun. Data yang diambil adalah sepanjang tahun 2014 karena tahun 2014 dianggap paling baru. Pengambilan data dilakukan dengan memilah bagian rubrik kecantikan majalah Femina edisi tahun 2014 yang paling mewakili edisi lainnya. Setelah data terkumpul kemudian data dianalisis untuk menentukan struktur pembentuk, kohesi dan koherensi, serta karakteristik kebahasaan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu baca markah, padan pragmatis, komparasi, dan introspeksi. Teknik baca markah adalah metode analisis dengan membaca dan menemukan bagian yang sesuai acuan. Padan pragmatis yaitu dimana alat penentunya adalah mitra tutur. Komparasi yaitu metode analisis dengan membandingkan satu data dengan data lainnya. Introspeksi yaitu penyelidikan yang dilakukan dengan sengaja memperhatikan proses dan peristiwa-peristiwa dalam diri sendiri. Pada tahap penyajian, data disajikan dengan bentuk formal berupa gambar dan tabel serta informal berupa rangkaian kata yang disusun menjadi paparan paragraf. 1.9 Sistematika Penulisan Penyajian penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu pembuka, isi, dan penutup. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

13 landasan teori, metode penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II berisi struktur wacana tips perawatan kecantikan. Dalam bab ini dianalisis struktur wacana tips perawatan kecantikan yang terdiri dari unsur verbal dan visual. Bagian verbal terdiri dari judul, pembuka, isi, dan penutup. Pada bagian visual diklasifikasikan berdasarkan bentuk visual dan fungsinya dalam mendukung verbal. Bab III yaitu berupa analisis kohesi dan koherensi wacana tips perawatan kecantikan. Bab IV berupa analisis karakteristik kebahasaan wacana tips perawatan kecantikan yaitu ragam bahasa, bentuk kebahasaan judul, pemilihan diksi atau kata, dan gaya bahasa. Bab V adalah penutup yang berisi rangkuman dari uraian yang terdapat pada bab-bab sebelumnya serta saran untuk pembaca. Contoh data berupa kalimat dan paragraf disajikan dengan kronologis dan parsial. Penyajian kronologis yaitu penyajian data dengan berurutan dari bab pertama hingga terakhir. Parsial yaitu penyajian data dengan urutan yang diulangi pada setiap babnya. Contoh data berupa gambar langsung ditampilkan di dalam analisis, tidak berupa lampiran. Klasifikasi data ditampilkan dalam bentuk tabel guna mempermudah pemahaman.