HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAXA TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

Oleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU TERHADAP PENGGUNAAN ZINC DALAM TERAPI DIARE PADA ANAK BALITA DI APOTEK PLATUK JAYA SURABAYA

HUBUNGAN KEPEMILIKAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA JATISOBO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA. Yarmaliza 1, Marniati 2

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT PADA ANAK DI KELURAHAN PABBUNDUKANG KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi analitik, dengan desain case

Eni Wiharti*, Sri Rejeki**, Edy Wuryanto***

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SETIA DARMA KECAMATAN TAMBUN SELATAN, KABUPATEN BEKASI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh sub Direktorat diare, Departemen

Pendahuluan. Sa'diyah., et al, Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare...

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KASUS DIARE DI PUSKESMAS ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

Yulisetyaningrum ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. 1

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SUMMARY. Jihan S. Nur NIM :

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

Penyajian Susu Formula Terhadap Kejadian Diare Pada Bayi 0 24 Bulan di RS. Surabaya Medical Service

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2015 yaitu di Filipina 14,6 %, Timor Leste 15,2%, Kamboja 14,6%, Peru 16 %, dan Kolombia 14,6 % (Pinzón-Rondón, 2015).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara termasuk Indonesia.Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE FAMILY BEHAVIOR IN THE USAGE OF CLEAN WATER WITH THE DIARRHEA IN CHILDREN BELOW FIVE IN THE BARENG VILLAGE JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

Hubungan Faktor Perilaku dan Faktor Lingkungan terhadap Kejadian Diare pada Balita di Desa Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali Tahun 2014

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA LEYANGAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan salah satu dari gangguan kesehatan yang lazim. dan Indonesia (Ramaiah, 2007:11). Penyakit diare merupakan masalah

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH

Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

Oleh : Suharno ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. Utara, Kabupaten Bone Bolango pada tanggal 10 Mei Juni 2013

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

Transkripsi:

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337-9952 HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAXA TAHUN 2016 Meri Lidiawati Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Email: merrylidyawati@yahoo.com ABSTRAK Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan peringkat ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai Negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 milyar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap anak mengalami episode serangan diare ratarata 3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak yang berusia kurang dari dua tahun. Di kecamatan Meuraxa kejadian diare sangat tinggi, tahun 2014 angka kejadian diare sebanyak 16,29% dan ditahun 2015 walaupun tidak begitu signifikan terjadi penurunan kasus diare sebesar 14,6%. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sanitasi lingkungan dengan angka kejadian diare pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas Meuraxa. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan case control, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang menderita diare yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Meuraxa yaitu sebanyak 142 balita. Sampel diambil secara Simple Random Sampling sebanyak 59 balita. Untuk melihat hubungan menggunakan uji chi square.hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara penyediaan air bersih, penggunaan jamban, dan pembungan sampah dengan angka kejadian diare pada balita (p value < 0,005). Di sarankan bagi Puskesmas Meuraxa agar meningkatkan penyuluhan tentang bahaya dan cara pencegahan penyakit diare dan bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian lanjutkan dengan menambah faktor-faktor lain di luar penelitian ini seperti faktor sosial ekonomi, faktor perilaku dan status gizi. Kata Kunci : diare, balita, sanitasi lingkungan PENDAHULUAN Sanitasi lingkungan adalah cara dan usaha individu atau masyarakat untuk memantau dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia (Chandra B, 2009). Penyakit diare merupakan suatu masalah yang mendunia. Seperti sebagian besar penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih banyak terdapat di Negara berkembang daripada Negara maju, yaitu 12,5 kali lebih banyak di dalam kasus mortalitas (WHO, 2008). 1

Meri Lidiawati Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan peringkat ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai Negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 milyar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak yang berusia kurang dari dua tahun (Widoyono, 2011). Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari (tiga kali dalam sehari). Di Indonesia penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, dimana insidensi terjadi pada tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (Anonimous, 2011). Penyakit diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. Beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih,air tercemar oleh tinja,kekurangan sarana kebersihan (pembuangan tinja yang tidak higenis), kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, penyiapan makanan kurang matang dan penyimpanan makanan masak pada suhu kamar yang tidak semestinya (Sander, 2005). Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup sanitasi lingkungan mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang), dan sebagainya (Notoatmodjo, S., 2007). Selanjutnya, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiku Adisasmito pada tahun 2007 didapatkan bahwa faktor resiko yang paling sering mempengaruhi kejadian diare pada balita adalah faktor lingkungan meliputi sarana air bersih,jamban keluarga, kualitas bakteriologis, saluran pembuangan air dan keadaan kesehatan rumah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anjar Purwidiana Wulandari di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen pada tahun 2009 didapatkan hasil terdapat hubugan antara sanitasi lingkungan yaitu sumber air minum,jenis tempat pembuangan tinja, dan jenis lantai rumah dengan kejadian diare pada balita diwilayah tersebut. Sedangkan, berdasarkan hasil penelitian Nadra Dwi Silvana di Desa Cot Geulumpang Kecamatan Plimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2012 didapatkan hasil terdapat hubungan antara sanitasi lingkungan yaitu penggunaan jamban dan pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 (RISKESDAS) diketahui bahwa kasus diare sebesar 3,5%. Untuk kasus kejadian diare yang tertinggi adalah Provinsi Aceh dan Papua. Kasus kejadian diare di Provinsi Aceh sebesar 10,2% (Anonimous, 2013). Di Kota Banda Aceh diketahui bahwa masih di temukan angka kejadian diare tahun 2014 sebanyak 1.393 kasus (13,7%). Di tahun 2015 dari Januari sampai Oktober ditemukan 918 kasus. Di Kecamatan Meuraxa walaupun ada penurunan kasus, akan tetapi kejadian diare sangat tinggi diantara kecamatan yang ada di Kota Banda Aceh. Tahun 2014 angka kejadian diare sebanyak 227 kasus (16,29%) dan di tahun 2015 dari Januari -Oktober sebanyak 142 kasus (14,6%) (Anonimous, 2015). 2

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337 9952 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah, Bagaimana hubungan antara sanitasi lingkungan dengan angka kejadian diare pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas Meuraxa tahun 2016? Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sanitasi lingkungan dengan angka kejadian diare pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas Meuraxa METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan case control. Penelitian case control adalah penelitian yang dilakukan dengan membandingkan kelompok kasus adalah balita yang menderita diare sedangkan kelompok kontrol adalah balita yang tidak menderita diare. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang menderita diare yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Meuraxa yaitu sebanyak 142 balita. Sampel diambil secara Simple Random Sampling menggunakan rumus Slovin. Berdasarkan rumus slovin didapatkan jumlah sampel sebesar 59 balita Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan Data yang diambil adalah data primer yang didapatkan dengan cara memberikan kuesioner kepada responden. Setelah data dikumpulkan, maka dilakukuan pengolahan data yang sesuai dengan konsep manajemen data yaitu: Editing, Coding, Scoring, Tabulating, dan Cleaning. Metode Pengolahan Data Data dianalisis dengan tahapan sebagai berikut: 1. Analisa univariat merupakan analisa yang menitik beratkan kepada peggambaran atau deskriptif data yang diperoleh. 2. Analisa bivariat bertujuan untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji chi-square pada tingkat kemaknaan 90%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat 1.1 Penyediaan Air Bersih Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Penyediaan Air Bersih Penyediaan air bersih Frekuensi (F) Persentase (%) 55 46,6 63 53,4 Jumlah 118 100,0 3

Meri Lidiawati Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa hampir sebagian besar penyediaan air bersih yang tidak baik yaitu sebanyak 63 responden (53,4 %). 1.2 Penggunaan Jamban Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Penggunaan Jamban Penggunaan jamban Frekuensi (F) Persentase (%) 65 55,1 53 44,9 Jumlah 118 100,0 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa penggunaan jamban yang baik sebanyak 65 responden (55,1%) dan penggunaan jamban yang tidak baik sebanyak 53 responden (44,9%). 1.3 Pembuangan Sampah Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Pembuangan Sampah Pembuangan sampah Frekuensi (n) Persentase (%) 40 33,9 78 66,1 Jumlah 118 100,0 Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa hampir sebagian besar responden melakukan pembuangan sampah yang tidak baik sebanyak 78 responden (66,1%). 2. Analisa Bivariat 2.1 Hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balita Tabel 2.1 Analisis Hubungan Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita Penyediaan air bersih Diare Jumlah p value Ya Tidak n % n % n % 18 32,7 37 67,3 55 100 41 65,1 22 34,9 63 100 0,001 Jumlah 39 50,0 59 50,0 118 100 Sumber: Data Primer 2016 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 55 responden yang penyediaan air bersihnya baik sebanyak 18 orang (32,7%) menderita diare dan sebanyak 37 orang (67,3%) tidak diare, sedangkan dari 63 orang yang penyediaan air bersih tidak baik, sebanyak 41 orang (65,1%) menderita diare dan 22 orang (34,9%) tidak diare. Berdasarkan hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara penggunaan air bersih dengan angka kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Meuraxa dengan (p value 0,001 < 0,05). 4

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337 9952 2.2 Hubungan penggunaan jamban dengan kejadian diare pada balita Tabel 2.2 Analisis Hubungan Penggunaan Jamban dengan Kejadian Diare pada Balita Penggunaan jamban Diare Jumlah p value Ya Tidak n % n % n % 22 33,8 43 66,2 65 100 37 69,8 16 30,2 53 100 0,000 Jumlah 59 50,0 59 50,0 118 100 Sumber: Data Primer 2016 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 65 responden yang pengguaan jamban baik sebanyak 22 orang (33,8%) menderita diare dan sebanyak 43 orang (66,2%) tidak diare, sedangkan dari 53 orang yang penggunaan jamban tidak baik, sebanyak 37 orang (69,8%) menderita diare dan 16 orang (30,2%) tidak diare. Dari hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara penggunaan jamban dengan angka kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Meuraxa dengan nilai (p value 0,000 <0,05). 2.3 Hubungan pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita Tabel 2.3 Analisis Hubungan Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Balita Pembuangan Sampah Diare Jumlah p value Ya Tidak N % n % n % 10 25,0 30 75,0 59 100 49 62,8 29 37,2 59 100 0,000 Jumlah 59 50,0 59 50,0 118 100 Sumber: Data Primer 2016 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 59 responden yang pembuangan sampah baik sebanyak 10 orang (25,0%) menderita diare dan sebanyak 30 orang (75,0%) tidak diare, sedangkan dari 59 orang yang pembuangan sampah tidak baik, sebanyak 49 orang (62,8%) menderita diare dan 29 orang (37,2%) tidak diare. Dari hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Meuraxa (p value 0,000 <0,005). Pembahasan 1. Hubungan Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare Pada Balita Berdasarkan hasil penelitian bahwa 55 responden yang penyediaan air bersih baik 32,7% menderita diare dan 67,3% tidak menderita diare, sedangkan 63 responden yang penyediaan air bersihnya tidak baik 65,1% menderita diare, dan 34,9% tidak diare. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi square diketahui bahwa ada 5

Meri Lidiawati hubungan yang bermakna antara penyediaan air bersih di rumah dengan angka kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Meuraxa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Bumulo (2012), tentang hubungan sarana penyediaan air bersih dan jenis jamban keluarga dengan kejadian diare pada anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas Piloloda Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo, yang menunjukkan bahwa ada hubungan sarana penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balita dengan p=0,005. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Wulandari (2009) yang melihat hubungan faktor lingkungan dan faktor sosiodemografi dengan kejadian diare pada balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen yang dilakukan pada 70 sampel menunjukkan bahwa nilai p=0,001 artinya terdapat hubungan antara sumber air dengan angka kejadian diare pada balita. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nadra (2012) yang melihat hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Desa Cot Geulumpang Kecamatan Plimbang Kabupaten Bireuen yang dilakukan pada 68 sampel menujukkan bahwa nilai p=0,207, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antar penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balita. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan penelitian oleh Nurvia (2011) tentang hubungan sanitasi lingkungan dengan angka kejadian diare karena infeksi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan air bersih dengan kejadian diare pada balita yang dilakukan pada 30 sampel dan didapatkan nilai p=0,367. Menurut Notoatmodjo (2007), kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Diantara kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum (termasuk untuk masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. Ditinjau dari sudut Ilmu Kedokteran Preventif dan Komunitas, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas akan memudahkan timbulnya berbagai penyakit di masyarakat (Chandra B, 2009). Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Tingginya kejadian diare di wilayah Puskesmas meuraxa karena sebagian besar masyarakat menggunakan air sumur sebagai sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Air permukaan yang meliputi : badan-badan air semacam sungai,danau, telaga, waduk,rawa,terjun, dan sumur permukaan. Sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Oleh karena keadaan terbuka, maka air permukaan mudah terkena pengaruh pencemaran, baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya. Air seperti ini harus mendapat disinfeksi yang baik sebelum didistribusikan kepada konsumen. Pembebasan tempat pengambilan air untuk penyediaan air bersih sangat penting. Tempat pengambilan air harus diletakkan di atas aliran dan sejauh mungkin dari tempat buangan air limbah industri dan air bekas pengairan pertanian (Mubarak, Wahit Iqbal & Chayatin, 2009). 2. Hubungan Penggunaan Jamban dengan Kejadian Diare Pada Balita Berdasarkan hasil penelitian bahwa 65 responden penggunaan jamban baik 33,8% menderita diare dan 66,2% tidak menderita diare, sedangkan 53 responden yang 6

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337 9952 penggunaan jambannya tidak baik 69,8% menderita diare, dan 30,2% tidak diare. Hasil analisis statistik dengan uji chi square diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengunaan jamban di rumah dengan angka kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Meuraxa. Hasil ini sejalan dengan penelitian Nadra (2012) yang melihat hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Desa Cot Geulumpang Kecamatan Plimbang Kabupaten Bireuen yang dilakukan pada 68 sampel menujukkan bahwa nilai p=0,034 yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara penggunaan jamban di rumah dengan kejadian diare di wilayah tersebut. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Nurvia (2011), tentang hubungan sanitsi lingkungan dengan kejadian diare karena infeksi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam, yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara penggunaan jamban dengan kejadian diare pada balita yang dilakukan pada 30 sampel dan didapatkan p=0,011 (Nurvia, F., 2011). Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Umiati(2010), tentang hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita yank menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengunaan jamban dengan kejadian diare pada balita dan didapatkan nilai p=0,018. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber dari feses dapat melalui berbagai macam jalan ataupun cara (Notoatmodjo S, 2007). Penyakit diare disebabkan oleh kuman yang terdapat pada kotoran manusia.kuman yang masuk ke dalam air atau makanan, tangan, peralatan makan atau peralatan memasak, dapat tertelan sehingga menyebabkan penyakit. Cara yang paling penting untuk mencegah penyebaran kuman adalah dengan membuang kotoran manusia ke dalam jamban. Jamban harus sering dibersihkan, lubangnya harus selalu ditutup (Notoatmodjo S., 2011). Di Kecamatan Meuraxa hampir sebagian besar masyarakat wilayah tersebut yang tidak memakai jamban untuk buang air besar (BAB). Hal ini akan mempermudah vektor untuk hinggap dan berkembang biak serta mencemari lingkungan sekitar seperti air dan makanan. Selain itu, diantara masyarakat masih ada yang memakai jamban cemplung untuk buang air besar (BAB) dengan jarak jamban yang dekat dengan sumber air, padahal jamban ini belum memenuhi syarat kesehatan. 3. Hubungan Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare Pada Balita Berdasarkan hasil penelitian bahwa 59 responden pembuangan sampah baik 25,0% menderita diare dan 75,0% tidak menderita diare, sedangkan 59 responden yang pembuangan sampahnya tidak baik 62,8% menderita diare, dan 37,2% tidak diare. Hasil analisis statistik dengan uji chi square diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengunaan jamban di rumah dengan angka kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Meuraxa Hasil analisis statistik dengan uji chi square untuk hubungan antara pembuangan sampah di rumah dengan angka kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Meuraxa di dapatkan nilai p (0,000) lebih kecil dari nilai α (0,05), 7

Meri Lidiawati artinya ada hubungan antara pembuangan sampah di rumah dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Meuraxa. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Nadra (2013) yang melihat hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Desa Cot Geulumpang Kecamatan Plimbang Kabupaten Bireuen yang dilakukan pada 68 sampel menujukkan bahwa nilai p=0,025, artinya ada hubugan antara pembuangan sampah di rumah dengan kejadian diare pada balita di wilayah tersebut. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Nurvia (2011) tentang hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare karena infeksi pada balitadi Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam, yang mengatakan bahwa ada hubungan antara pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita yang dilakukan pada 30 sampel dan didapatkan nilai p=0,011. Menurut Notoatmodjo (2007), sampah erat kaitannya dengna kesehatan masyarakat karena dari sampah tersebuat akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit dan juga serangga sebagai vektor. Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Hasil ini juga sejalan dnegan penelitian sebelumnya oleh Armanji (2010), yang melihat hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare di Wilayah Keja Puskesmas Baraya Makassar. Penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan antara pembuangan sampah dengan kejadian diare yang dinilai p=0,000. Berdasarkan hasil penelitian membuang dan mengelola sampah secara tidak baik. Disebabkan oleh masih ada masyarakat yang membuang dan mengolah sampah secara tidak baik. Masih ada tempat pembuangan sampah yang terbuka dan di biarkan begitu saja. Sampah yang tidak diolah atau dibuang sembarangan dapat menjadi tempat yang baik bagi perkembangbiakan vektor dan mikroorganisme yang dapat menyebabkan bibit penyakit. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan: 1. Ada hubungan antara penggunaan air bersih dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Meuraxa tahun 2016. 2. Ada hubungan antara penggunaan jamban dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Meuraxa tahun 2016. 3. Ada hubungan antara pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Meuraxa tahun 2016. Saran Adapun saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Puskesmas Meuraxa agar memberikan informasi kepada masyarakat sekitar tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan diare serta memberikan penyuluhan tentang bahaya dan cara pencegahan penyakit diare. 2. Bagi masyarakat diharapkan lebih meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, terutama tindakan pencegahan terjadinya diare. 8

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337 9952 3. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian lanjutkan dengan menambah faktor-faktor lain di luar penelitian ini seperti faktor sosial ekonomi, faktor perilaku dan status gizi. Daftar Pustaka Adisasmito W., 2007. Faktor Risiko Diare pada Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara Kesehatan. 2007 Juni;11(1):p.1-10. Anonimous, 2005. Pedoman Pemberantas Penyakit Diare. Ditjen PPM dan PL Jakarta. Anonimous, 2011. Kementrian Kesehatan RI.Data dan Informasi Kesehatan, Laporan SKRT 2010, Studi Morbiditas dan Disabilitas, ISSN; 2011,p. 2-3. Anonimous, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Anonimous, 2015. Kemenetrian Kesehatan Aceh. Data Penderita Diare Banda Aceh. Dinkes Pemerintahan Kota Banda Aceh. Armanji., 2010. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bara-Baraya. Bumulo, S., 2012. Hubungan Sarana Penyediaan Air Bersih dan Jenis Jamban Keluarga dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo. Chandra B., 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC. Chandra B., 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta : EGC. Latief A, dkk., 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I dan II. Edisi 11 Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 2007. Mubarak, Wahit Iqbal & Chayatin, Nurul., 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo S., 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo S., 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Nurvia, F., 2011. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare karena Infeksi pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Tahun 2010. Sander, M., 2005. Hubungan Fakor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo, Jurnal Media, Vol. 2, No. 2 juli- Desember 2005;2005,p.163-193. Silvana, N. D., 2013. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Angka Kejadia Diare Pada Balita di Desa Cot Geulumpang Kecamatan Plimbang Kabupaten Bireun Tahun 2012. Skirpsi.Universitas Malikussaleh Lhoksemawe;2013. Umiati., 2010. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol.3, No.1, Juni 2010: 41-47. WHO, 2008. Indikator Perbaikan Kesehatan Lingkungan Anak. Jakarta:EGC Widoyono, 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga. Wulandari, AP., 2009. Hubungan Antar Faktor Lingkungan dan Faktor Sosio demografi dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta;2009. 9