MAKALAH. PENEGAKAN HUKUM DAN DISKRESI : Suatu Telaah Paradigmatik. Oleh: Prof. Erlyn Indarti

dokumen-dokumen yang mirip
DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MENELUSURI TEORI CHAOS DALAM HUKUM MELALUI PARADIGMA CRITICAL THEORY

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF : KONTRUKTIVIS DAN PARADIGMA KRITIS. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.

BAB III. Metodologi Penelitian

3 METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Paradigma Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

Otniel Yuristo Yudha Prawira 1, Suteki 2. Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

filsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1

BAB III. Metodelogi Penelitian

PARADIGMA INTERPRETIVISME

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

Kajian Filsafati pada Ilmu Komunikasi. Rachmat Kriyantono, Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

Posisi Semiotika dan Tradisi-tradisi Besar Filsafat Pemikiran

Disusun oleh : Tedi Sudrajat, S.H. M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2011

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah tertentu sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Atas dasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MAKALAH KEKUASAAN KEHAKIMAN & PEMBERANTASAN KORUPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan dengan mengamati teks online

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

TEORI KOMUNIKASI II KONSTRUKTIVISME & KRITISISME FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL- JAKARTA

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

Paradigma dan Penyusunan Teori dalam penelitian kualitatif PERTEMUAN 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Dr.Ir. Edi Purwanto, MT

Etika dan Filsafat. Komunikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH METODE PENELITIAN KUALITATIF. Cara Pengajaran Tatap muka + Tanya jawab/diskusi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Satuan Acara Perkuliahan

A. Filasafat Ilmu sebagai Akar Metodologi Penelitian

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang

III. METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB 1 PENDAHULUAN. zaman semakin berkembang pula teknologi. merupakan bentuk kegiatan komunikasi non personal yang disampaikan lewat

RADIKALISME AGAMA (Suatu Pendekatan Sosiologi) Oleh: Abu Hapsin, Ph.D.

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK KONSTITUSIONAL PEMBANTU RUMAH TANGGA. abstract. Kata Kunci : Pembantu Rumah Tangga, Konvensi, Legislasi

ETNOMETODOLOGI SEMINAR SMT 7, 2 OKTOBER 2013

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)

BAB IV PENUTUP. Namun demikian, konstruksi pemikiran hukum post positivisme dalam

social dilihat sebagai hasil konstruksi social, dan kebenaran suatu realita social bersifat relatif. Paradigm konstruktivisme ini berada dalam persfek

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH. PUTUSAN HAKIM : (Perspektif Penguatan Demokrasi & HAM)

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar tahun Hal ini berarti bahwa dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PARADIGMA DAN KARAKTERISTIK PENELITIAN

TEORI INTERPRETIF. Modul ke: 14FIKOM FENOMENOLOGIS DAN KONTRUKTIVISME. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROGRAM KERJA JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK POS BANTUAN HUKUM ADVOKAT INDONESIA (POSBAKUMADIN)

BAB III BAB III.METODOLOGI PENELITIAN. Denzin dan Lincoln mendefinisikan penelitian kualitatif adalah multimetode

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN BERBASIS GENDER Dr. M. Munandar Sulaeman *

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBERDAYAAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perencanaan, Pelaksanaan dan

Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme. (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian)


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

III METODOLOGI PENELITIAN

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM GARIS-GARIS BESAR POKOK PENGAJARAN (GBPP) SOSIOLOGI HUKUM

1. PENDAHULUAN. dampak positif dapat pula menimbulkan dampak negatif berupa semakin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Abstract. Keyword: mass media, critical paradigm. Abstraksi

MAKALAH ARAH REFORMASI PERADILAN BLUE PRINT PENGEMBANGAN MAHKAMAH AGUNG RI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil

10Ilmu ANALISIS WACANA. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

ANGGARAN DASAR. mami. Sekretariat: Jl. MT. Haryono 165, Malang

Transkripsi:

TRAINING RULE OF LAW SEBAGAI BASIS PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk - Jakarta, 2 5 November 2015 MAKALAH PENEGAKAN HUKUM DAN DISKRESI : Suatu Telaah Paradigmatik Oleh: Prof. Erlyn Indarti

PENEGAKAN HUKUM DAN DISKRESI : Suatu Telaah Paradigmatik Erlyn Indarti Jakarta, Oktober - November, 2015

PENEGAKAN HUKUM DAN DISKRESI A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z 2 Permasalahan Hukum Hukum Sebagai Peraturan Perundang-undangan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Yang Ditegakkan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Yang Ditegakkan Secara Aktif Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Yang Ditegakkan Secara Pasif Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Yang Ditegakkan Apa Adanya Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Yang Ditegakkan Melalui DISKRESI Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Yang Ditegakkan Melalui DISKRESI Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Yang Tidak Ditegakkan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Yang Tidak Ditegakkan

3 Penegakan Hukum melalui Diskresi?

4 AKUMULASI FILSAFAT, TEORI, ILMU, DAN PRAKTEK Suatu Relasi Tidak Mengikat [tidak terpilah/terkelompokkan/ter-cluster] Filsafat [relasi tidak mengikat] Teori [relasi tidak mengikat] Ilmu [relasi tidak mengikat] Praktek

5 FILSAFAT, TEORI, ILMU, DAN PRAKTEK Tataran dan Lapisan

PARADIGMA : SUATU LANDASAN BERPIKIR BARU 6 XI/2015

7

PARADIGMA : DENZIN DAN LINCOLN (1994) 8 Suatu sistem filosofis utama, induk, atau payung, yang meliputi tertentu yang tidak dapat begitu saja dipertukarkan,

9 PARADIGMA : GUBA DAN LINCOLN (1994) Rangkaian Basic Belief 4 (Empat) Paradigma Utama

AKUMULASI FILSAFAT, TEORI, ILMU, DAN PRAKTEK Suatu Keterikatan / Keterkaitan Paradigmatik 10 Positivisme Pos-positivisme Critical Theory Konstruktivisme Filsafat [Ontologi] Teori [Epistemologi] Ilmu [Metodologi] Praktek [Metode]

11 TELAAHAN PARADIGMATIK Suatu Pemahaman Dasar

12 DISKRESI Suatu Pemahaman Dasar XI/2015

Level Diskresi 13 LEVEL 1 Tidak harus ada ketentuan hukum, tertulis maupun tidak Membangun kesepakatan Menerapkan kesepakatan LEVEL 2 Harus tidak ada ketentuan hukum tertulis Harus menafsir ketentuan hukum yang ada Harus menerapkan ketentuan hukum yang telah ditafsir LEVEL 3 Tidak harus ada ketentuan hukum tertulis yang mengatur Harus menafsir ketentuan hukum yang ada Harus tidak menerapkan ketentuan hukum apa adanya LEVEL 4 Harus ada ketentuan hukum tertulis Tidak harus menafsir ketentuan hukum yang ada Harus menerapkan ketentuan hukum apa adanya; analogi LEVEL 5 Harus ada ketentuan hukum tertulis yang mengatur Harus tidak menafsir ketentuan hukum yang ada Harus menerapkan ketentuan hukum apa adanya

Diskresi Dan Bacaan Hukum Paradigma Aliran Filsafat Hukum Bacaan Hukum Diskresi 14 Positivisme Aliran hukum positivis Kaku, tekstual, tanpa penafsiran Tidak dimungkinkan Pos-positivisme Aliran hukum realis, Aliran hukum sosiologis, Aliran hukum dan masyarakat Kemerdekaan dan subjektivitas di dalam penafsiran Dimungkinkan Hukum didasarkan pada realitas / struktur virtual, sehingga : Critical theory Critical legal theory, Feminist jurisprudence, Critical race theory. cenderung tidak adil, opresif timpang, eksploitatif; tidak dapat dipercayai begitu saja; dan Tidak ada keraguan dalam penggunaan diskresi wajib untuk terus ditafsir secara kritis Konstruktivisme Aliran hukum interpretivis, Aliran hukum fenomenologis, Aliran hukum simbolik - interaksionis Aliran hukum konstruktivis Tidak mengenal bacaan hukum; yang ada hanya rangkaian proses penafsiran/interpretasi guna mencapai makna sejatinya Hukum adalah konstruksi mental berupa konsensus/ kesepakatan yang bersifat relatif,majemuk, beragam, dan kontekstual Penerapan diskresi di seluruh proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan hukum Kemerdekaan untuk secara kontekstual mengkonstruksi hukum berdasarkan realitas eksperiensial (realitas berbasiskan pengalaman)

Diskresi Dan Konsistensi Hukum Paradigma Aliran Filsafat Hukum Konsistensi Hukum 15 Positivisme Aliran hukum positivis Jika dan hanya jika dapat terus dipastikan agar hukum tidak ditafsir atau diskresi tidak digunakan/diterapkan Pos-positivisme Aliran hukum realis, Aliran hukum sosiologis, Aliran hukum dan masyarakat Sepanjang ada koridor atau batas yang nyata bagi penafsiran hukum atau bagi penggunaan/ penerapan diskresi Critical theory Konstruktivisme Critical legal theory, Feminist jurisprudence, Critical race theory. Aliran hukum interpretivis, Aliran hukum fenomenologis, Aliran hukum simbolikinteraksionis Aliran hukum konstruktivis Ketika penafsiran hukum atau penggunaan/ penerapan diskresi dilaksanakan dalam rangka : pertama, meng-ekskavasi/membongkar ketidakadilan, opresi, ketimpangan, dan eksploitasi; kedua, men-transform/merubah kemasa-bodohan menjadi gerakan nyata; ketiga, memperjuangkan emansipasi dan restitusi Tatkala penafsiran hukum dapat terus berlangsung menuju makna sejati-nya, atau pewujudan diskresi sebagai pengejawantahan hukum dapat terus terlaksana Manakala hukum tidak lagi dikaitkan dengan diskresi atau bukan diskresi Manakala relativitas/fleksibilitas hukum dapat di pertahankan; di mana setiap individu, kelompok, dan/atau institusi merdeka untuk terus secara aktif men-konstruksi hukum Manakala demokratisasi hukum dapat dijaga; melalui mana konsensus atau kesepakatan terus terbangun di antara sekalian individu, kelompok, dan/atau institusi

Diskresi Dan Keadilan Paradigma Aliran Filsafat Hukum Keadilan 16 Positivisme Pos-positivisme Aliran hukum positivis Aliran hukum realis, Aliran hukum sosiologis, Aliran hukum dan masyarakat Jika dan hanya jika hukum dibaca apa adanya secara tekstual (tidak ditafsir) atau penggunaan/penerapan diskresi tidak terjadi. Sepanjang hukum tidak dibaca secara kaku atau dapat ditafsir, dengan kata lain sepanjang penggunaan/penerapan diskresi masih dimungkinkan. Critical theory Critical legal theory, Feminist jurisprudence, Critical race theory. Aliran hukum interpretivis, Aliran hukum fenomenologis, Aliran hukum simbolik - interaksionis Selama hukum ditafsir secara kritis agar tidak lagi bersifat buruk, yakni : adil, tidak opresif, tidak timpang, dan tidak eksploitatif. Selama diskresi digunakan dalam rangka : meng-ekskavasi atau membongkar sifat buruk hukum; men-transform atau merubah kemasabodohan menjadi gerakan nyata; memperjuangkan emansipasi dan restitusi; demi memenuhi rasa keadilan masyarakat. Tatkala hukum melulu ditafsir untuk menuju makna sejati-nya. Tatkala diskresi adalah atau menjadi wujud pengejawantahan hukum, demi terjaminnya keadilan bagi masyarakat. Konstruktivisme Aliran hukum konstruktivis Manakala perdebatan mengenai diskresi atau bukan diskresi tidak lagi relevan. Manakala kemerdekaan setiap individu, kelompok, dan/atau institusi untuk secara aktif meng-konstruksi hukum untuk kemudian mewujudkan resultante kosntruksi hukum atau mencapai konsensus/ kesepakatan melalui proses demokrasi bisa dijamin.

Batas Diskresi Paradigma Aliran Filsafat Hukum Batas Diskresi 17 Positivisme Aliran hukum positivis Penafsiran hukum atau penggunaan/penerapan diskresi tidak dimungkinkan sama-sekali: zero interpretation/discretion policy. Terbuka peluang bagi penafsiran hukum atau penggunaan/penerapan diskresi, sepanjang diperlukan, yang dibatasi koridor berupa a.l.: Pos-positivisme Aliran hukum realis, Aliran hukum sosiologis, Aliran hukum dan masyarakat kekuasaan, otoritas, kebijaksanaan, pertimbangan, dan kemampuan, untuk memilih keputusan/tindakan hukum secara tepat yang didasarkan pada intelektualitas dan ke-cendekiawan-an dari para penafsir atau pengguna/penerap diskresi itu sendiri. Critical theory Critical legal theory, Feminist jurisprudence, Critical race theory. Ketika penafsiran hukum atau penggunaan/ penerapan diskresi bermuara pada : pertama, di-ekskavasi-nya ketidak-adilan, opresi, ketimpangan, dan eksploitasi; kedua, di-transform-nya kemasa-bodohan menjadi gerakan nyata; ketiga, dicapainya emansipasi dan restitusi. Perspektif Interpretivisme Konstruktivisme Aliran hukum interpretivis, Aliran hukum fenomenologis, Aliran hukum simbolik - interaksionis Aliran hukum konstruktivis Tatkala makna sejati hukum tercapai melalui penafsiran hukum, atau diskresi terwujud sebagai pengejawantahan hukum. Batas penafsiran hukum atau penggunaan/ penerapan diskresi tidak relevan. Yang dikatakan sebagai batas penafsiran hukum atau penggunaan/ penerapan diskresi bisa dikatakan relativitas/fleksibilitas hukum itu sendiri; di mana proses konstruksi-rekonstruksi hukum oleh individu, kelompok, dan/atau institusi berlangsung secara berkelanjutan. Demokratisasi hukum bisa juga dipandang sebagai batas penafsiran hukum atau penggunaan/penerapan diskresi; di mana konsensus atau kesepakatan relatif terus-menerus terbangun dan tergantikan.

Hasil Diskresi 18 XI/2