II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR DI ASEAN+6 DAN UNI EROPA-AMERIKA UTARA: PENDEKATAN PANEL DINAMIS OLEH RETNO WULANDARI H

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

Bab 6 TRANSAKSI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Harga Minyak Mentah Dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado

BAB I PENDAHULUAN. global yang perlahan-lahan mengalami kemajuan. Perkembangan ini didorong oleh

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perekonomian menjadi semakin terbuka. Kini hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

BAB V PENUTUP. 1. Terdapat hubungan kausalitas secara Granger di antara pasar modal Amerika Serikat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. tukar bebas. Salah satu karakteristik dari nilai tukar paska era Bretton-Woods adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil

METODE PENELITIAN. berbagai institusi seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Bank,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. hubungan fluktuasi nilai tukar riil dengan variabelnya.

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar valuta asing atau foreign exchange market (valas, forex, FX,

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Krisis tersebut menjadi salah satu hal yang sangat menarik mengingat terjadinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1.

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

PEREKONOMIAN TERBUKA

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya masalah ekonomi itu adalah tentang bagaimana manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. tukar uang tersebut dinamakan kurs atau exchange rate. uang tersebut merupakan salah satu aset finansial yang dapat mendorong

SISTEM MONETER INTERNASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

DAFTAR ISI. Hal. i ii iii

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Tentang Ekspor (Perdagangan Internasional) Umum di Bidang Ekspor, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan dari Daerah

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan suatu proses yang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. (sumber: goldprice.org)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. internasional dan merupakan suatu strategi dalam memasarkan produksi ke luar

BAB I PENDAHULUAN. riil menjadi topik terhangat dalam beberapa penelitian empiris belakangan ini (Cebi dan

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara.

TEORI KEUANGAN INTERNASIONAL. Makalah Bisnis Internasional. Dosen Pengampu: Dian Perwitasari, S. Ak, M. Si

Transkripsi:

7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non ASEAN+6 (Uni Eropa dan Amerika Utara) adalah sebagai berikut: 2.1.1 Nilai Tukar (Exchange Rate) Nilai tukar adalah harga relatif dari satu mata uang dalam perdagangan (Hossain dan Chowdhury, 1998). Nilai tukar antara dua negara merupakan tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan (Mankiw, 2003). Para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Hossain dan Chowdhury (1998) merumuskan nilai tukar nominal ( ) sebagai berikut: (2.1) dimana adalah tingkat harga domestik dan adalah tingkat harga luar negeri. Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara (Mankiw, 2003). Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Nilai tukar riil kadang-kadang disebut term of trade. Hossain dan Chowdhury (1998) merumuskan nilai tukar riil ( ) sebagai berikut: (2.2) dimana adalah nilai tukar nominal (domestic currency/ foreign currency), adalah tingkat harga domestik, dan adalah tingkat harga luar negeri. Jika nilai tukar riil di suatu negara terapresiasi maka harga barang-barang domestik relatif lebih mahal daripada harga barang-barang luar negeri, sehingga negara tersebut akan cenderung untuk melakukan impor. Sebaliknya, jika nilai tukar riil di suatu negara terdepresiasi maka harga barang-barang domestik relatif lebih murah daripada harga barang-barang luar negeri, sehingga negara tersebut akan cenderung untuk melakukan ekspor.

8 2.1.2 Sistem Nilai Tukar Sistem nilai tukar di suatu negara memiliki pengaruh dan peranan terhadap resiko dari fluktuasi nilai tukar yang akan memengaruhi perekonmian negara tersebut. Sistem nilai tukar dalam keuangan internasional diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) dan sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate). Dalam sistem nilai tukar tetap, nilai mata uang dipagu relatif terhadap nilai mata uang lain, sehingga nilai tukar dibuat tetap (Mishkin, 2009). Menurut Mankiw (2003), nilai tukar tetap merupakan nilai tukar yang ditetapkan oleh kehendak bank sentral untuk membeli dan menjual mata uang domestik terhadap mata uang asing pada harga yang sudah ditetapkan sebelumnya. Nilai tukar tetap mengarahkan kebijakan moneter pada satu tujuan tunggal, yaitu mempertahankan nilai tukar pada tingkat yang telah diumumkan. Dengan kata lain, esensi dari sitem nilai tukar tetap adalah komitmen bank sentral untuk membiarkan jumlah uang beredar menyesuaikan berapapun nilai tukar yang menjamin nilai tukar ekuilibrium sama dengan nilai tukar yang diumumkan. Selain itu, selama bank sentral siap membeli atau menjual mata uang asing pada nilai tukar tetap, jumlah uang beredar menyesuaikan secara otomatis pada tingkat yang diperlukan. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, sebagian besar perekonomian dunia beroperasi dengan sistem Bretton-Woods, yaitu sistem moneter internasional yang disepakati sebagian besar negara untuk menetapkan nilai tukar. Dengan sistem nilai tukar Bretton-Woods maka nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang negara lain menjadi pasti, sehingga eksportir dan importir dapat memperhitungkan keuntungan dari transaksi perdagangan internasional. Dunia membatalkan sistem ini pada tahun 1973, dan nilai tukar dibiarkan mengambang. Nilai tukar mengambang merupakan nilai tukar yang dibiarkan oleh bank sentral untuk berubah dalam menanggapi perubahan kondisi ekonomi dan kebijakan ekonomi (Mankiw, 2003). Dengan sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar dibiarkan berfluktuasi dengan bebas untuk menanggapi kondisi perekonomian yang sedang berubah. Tetapi nilai tukar mengambang memiliki dampak negatif karena nilai tukar menjadi tidak stabil sehingga sewaktu-waktu bisa berubah. Perubahan yang tidak stabil dalam nilai tukar ini dapat berpengaruh

9 terhadap perdagangan internasional karena hal ini dapat membuat eksporir dan imporir tidak dapat dengan mudah memperhitungkan keuntungan yang dapat dihasilkan dari kegiatan perdagangan internasional. 2.1.3 Teori Permintaan Kurva permintaan adalah kurva yang memperlihatkan hubungan antara harga dari suatu produk dan jumlah dari produk yang diminta. Hukum permintaan menjelaskan bahwa ketika harga suatu produk turun, maka jumlah yang diminta dari produk tersebut akan meningkat, sebaliknya jika harga dari suatu produk naik maka jumlah yang diminta dari produk tersebut akan turun (Hubbard dan O Brien, 2009). Terdapat beberapa variabel yang dapat menggeser permintaan pasar, diantaranya adalah: a. Pendapatan: pendapatan yang dimiliki konsumen untuk dibelanjakan memengaruhi keinginan dan kemampuan mereka untuk membeli barang. Suatu barang disebut barang normal ketika permintaan barang tersebut meningkat mengikuti peningkatan pendapatan, dan sebaliknya. Suatu barang disebut barang inferior ketika permintaan barang tersebut turun mengikuti peningkatan dalam pendapatan, dan sebaliknya. b. Harga relatif: harga barang lain dapat memengaruhi permintaan terhadap suatu barang. Secara umum perdagangan internasional dibedakan menjadi dua, yaitu ekspor dan impor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan kemudian dijual di luar negeri. Sedangkan impor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri dan kemudian dijual di dalam negeri (Delong, 2002). Impor merupakan salah satu kegiatan dalam perdagangan internasional dari sisi permintaan. Jika dilihat dari teori permintaan, maka terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi permintaan impor, diantaranya adalah: 2.1.3.1 Kaitan Impor dengan Pendapatan Riil Pendapatan riil merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi impor. Pendapatan riil suatu negara dapat diukur dengan GDP riil (Real Gross Domestic Product). GDP merupakan pendapatan total yang diperoleh secara domestik, termasuk pendapatan yang diperoleh faktor-faktor produksi yang

10 dimiliki asing (Mankiw, 2003). Salah satu komponen dalam GDP adalah ekspor bersih, yang merupakan selisih antara ekspor dan impor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi didalam negeri dan kemudian dijual diluar negeri. Sedangkan impor adalah barang dan jasa yang diproduksi diluar negeri dan kemudian dijual didalam negeri (Delong, 2002). Ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik dapat diukur dengan GDP riil. Hal ini karena GDP riil menghitung output barang dan jasa dalam perekonomian dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan harga, dengan kata lain nilai barang dan jasanya diukur dengan menggunakan harga konstan. Sehingga GDP riil menunjukan apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran atas output jika jumlah berubah tetapi harga tidak. GDP riil dapat dirumuskan sebagai berikut: (2.3) GDP nominal mengukur nilai uang yang berlaku dari output perekonomian, sedangkan GDP deflator mengukur harga output relatif terhadap harganya pada tahun dasar (Mankiw, 2003). Permintaan untuk impor dipengaruhi oleh pendapatan riil (Delong, 2002). Secara teori antara impor dengan pendapatan riil berhubungan positif. Jika semakin tinggi pendapatan riil maka ini sama saja dengan semakin banyak uang yang dimiliki atau digunakan oleh konsumen dan investor yang dapat dihabiskan atau digunakan untuk impor, sehingga impor akan meningkat. Teori permintaan standar menunjukan bahwa turunan secara parsial dari permintaan impor terhadap pendapatan domestik adalah positif (Akpokodje dan Omojimite, 2009). Terdapat dua alasan kenapa impor riil diperkirakan akan meningkat karena pendapatan riil. Pertama, jika peningkatan dalam pendapatan riil akan meningkatkan konsumsi riil sehingga akan menyebabkan lebih banyak barang luar negeri yang akan dibeli, dengan asumsi distribusi pendapatan riil tidak berubah. Kedua, jika peningkatan pendapatan riil menyebabkan peningkatan dalam investasi riil sehingga investasi untuk barang-barang yang tidak diproduksi secara domestik harus dibeli dari luar negeri, hal ini berarti impor akan meningkat.

11 2.1.3.2 Kaitan Impor dengan Harga Relatif Harga relatif merupakan salah satu faktor yang memengaruhi impor. Menurut Mankiw (2003), harga relatif sama saja dengan nilai tukar riil. Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal (mata uang domestik/mata uang luar negeri) dan tingkat harga diantara kedua negara. Hossain dan Chowdhury (1998) merumuskan nilai tukar riil ( ) sebagai berikut: (2.4) dimana adalah nilai tukar nominal (domestic currency/ foreign currency), adalah tingkat harga domestik, dan adalah tingkat harga luar negeri. Hubungan antara nilai tukar riil dengan permintaan impor adalah negatif (Akpokodje dan Omojimite, 2009). Ini mengimplikasikan bahwa depresiasi dari nilai tukar riil akan meningkatkan biaya impor sehingga menyebabkan permintaan impor riil akan turun, dengan asumsi faktor lainnya dianggap konstan. Sebaliknya, apresiasi nilai tukar riil akan menyebabkan biaya untuk impor menjadi lebih rendah sehingga permintaan untuk impor menjadi meningkat. 2.1.3.3 Kaitan Impor dengan Volatilitas Nilai Tukar Salah satu perhatian utama sejak diperkenalkannya sistem nilai tukar mengambang adalah apakah peningkatan volatilitas nilai tukar (resiko) memengaruhi aliran perdagangan internasional. Volatilitas nilai tukar tidak hanya mengukur perubahan, tetapi lebih menunjukan faktor resiko dari mata uang. Semakin volatile mata uang berarti semakin besar resiko mata uang tersebut. Volatilitas nilai tukar riil ( ) dapat dihitung dengan menggunakan rumus: (2.5) dimana RER adalah nilai tukar riil. Volatilitas nilai tukar berkaitan dengan arus perdagangan internasonal karena semakin besar volatilitas mata uang maka akan berdampak negatif terhadap arus perdagangan internasional (Arize, 1998). Peningkatan volatilitas nilai tukar merupakan resiko dalam melakukan perdagangan internasional, termasuk impor. Semakin tinggi volatilitas nilai tukar, akan menyebabkan biaya untuk impor menjadi lebih tinggi karena adanya biaya yang digunakan untuk menghindari resiko perdagangan yang pada akhirnya akan berdampak pada pengurangan perdagangan luar negeri. Hal ini karena adanya nilai tukar yang

12 disepakati pada kontrak perdagangan, sedangkan pembayaran terhadap perdagangan tersebut dilakukan sampai pengiriman barang dilakukan dimasa depan (pembayaran dilakukan setelah pengiriman terjadi). Jika perubahan nilai tukar menjadi tidak terduga atau tidak dapat diprediksi, hal ini akan menciptakan ketidakpastian mengenai keuntungan yang akan dibuat dari pengadaan kegiatan impor tersebut, dan karenanya akan mengurangi manfaat dari perdagangan internasional. Tetapi, hubungan antara volatilitas nilai tukar dan impor juga dapat positif. Menurut De Grauwe (1988), bahwa jika efek pendapatan lebih mendominasi efek substitusi maka akan menyebabkan hubungan positif antara perdagangan dan volatilitas. Dampak volatilitas nilai tukar terhadap perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh perilaku dari pelaku perdagangan internasional (Cheong, 2004). Jika pedagang bersikap risk-neutral, maka volatilitas nilai tukar dapat dijadikan kesempatan bagi mereka untuk meningkatkan keuntungan sehingga akan menyebabkan peningkatan terhadap impor. Sebaliknya, jika pedagang bersikap menghindari resiko, maka volatilitas nilai tukar dianggap sebagai resiko dalam kegiatan impor yang dapat mengurangi keuntungan mereka dalam melakukan kegiatan impor tersebut sehingga akan cenderung mengurangi impor. Pengetahuan tentang sejauh mana volatilitas nilai tukar memengaruhi impor penting untuk desain kebijakan antara nilai tukar dan kegiatan impor. Misalnya, jika volatilitas nilai tukar menyebabkan peningkatan impor, maka program penyesuaian perdagangan untuk menghambat ekspansi impor tidak bisa berhasil jika nilai tukar tidak stabil. 2.2 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian sebelumnya telah dikaji pengaruh dari volatilitas nilai tukar terhadap impor di berbagai negara dengan menggunakan beberapa metode. Dari penelitian terdahulu, hubungan antara volatilitas nilai tukar dengan impor menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Sebagian besar penelitian menunjukan bahwa hubungan antara volatilitas nilai tukar dengan impor adalah negatif, tetapi terdapat pula penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa hubungan volatilitas nilai tukar dengan impor adalah positif.

13 Penelitian yang memberi hasil bahwa hubungan antara volatilitas nilai tukar dengan impor adalah positif yaitu penelitian yang dilakukan oleh Arize (1998) yang meneliti tentang efek volatilitas nilai tukar terhadap impor di Amerika Serikat. dalam penelitian ini, dia menggunakan Johansen, Stock&Watson, Phillips&Loretan. Hasil menunjukan bahwa pendapatan riil berpengaruh positif terhadap impor, sedangkan harga relatif dan volatilitas nilai tukar bepengaruh negatif terhadap impor di Amerika Serikat. Selain itu, dengan menggunakan Error Correction Model (ECM) menunjukan bahwa volatilitas nilai tukar memiliki efek negatif dalam jangka pendek dan jangka panjang pada permintaan impor di Amerika Serikat. Penelitian yang dilakukan Arize dan Shwiff (1998), tentang pengaruh volatilitas nilai tukar terhadap impor di negara G-7 dengan menggunakan Multivariate Johansen Cointegration. Hasil menunjukan bahwa pendapatan riil berpengaruh positif terhadap impor di semua negara G-7 dan terdapat respon yang cukup besar dari impor terhadap perubahan pendapatan riil. Untuk harga relatif berpengaruh negatif terhadap impor di semua negara G-7 kecuali Perancis. Sedangkan volatilitas nilai tukar memiliki efek negatif terhadap impor di semua negara G-7 kecuali untuk Kanada. Dengan menggunakan Stock&Watson estimates dan Phillips&Loretan estimates menghasilkan tanda dan signifikansi dari koefisien yang mirip dengan menggunakan Multivariate Johansen Cointegration. Alam dan Ahmed (2011) menganalisis pengaruh volatilitas nilai tukar dan beberapa variabel penjelas terhadap impor bilateral di Pakistan terhadap mitra dagang utamanya yaitu Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Jerman, dan Kuwait. Dalam penelitiannya, mereka menggunakan model Autoregressive Distributed Lag (ARDL). Hasil menunjukan bahwa ada bukti hubungan jangka panjang antara bilateral impor, pendapatan riil, harga relatif, nilai tukar riil efektif, dan volatilitas nilai tukar riil di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Jerman. Volatilitas nilai tukar berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap impor bilateral Pakistan untuk Inggris. Untuk impor bilateral Pakistan terhadap Amerika Serikat dan Jepang, volatilitas nilai tukar berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap impor

14 bilateral. Sedangkan volatilitas nilai tukar berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap impor bilateral Pakistan untuk Jerman, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Alam dan Ahmed (2010) mengkaji hubungan volatilitas nilai tukar terhadap impor di Pakistan. Dalam peneliannya, mereka menggunakan model Autoregressive Distributed Lag (ARDL) untuk mengidentifikasi pengaruh volatilitas nilai tukar terhadap impor. Hasil menunjukan bahwa volatilitas nilai tukar riil berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap impor di Pakistan. Abdul H. Sukar meneliti pengaruh nilai tukar yang tidak terduga terhadap impor di Amerika Serikat. Dalam penelitiannya, ia menggunakan Error Correction Model (ECM) dan hasilnya menunjukan bahwa volatilitas nilai tukar memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap impor di Amerika Serikat. Koray dan Lastrapes (1989) menganalisis dampak yang ditimbulkan dari adanya volatilitas nilai tukar terhadap impor bilateral Amerika Serikat dengan Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, dan Kanada. Dalam penelitiannya, mereka menggunakan VAR. Hasil menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang lemah dari volatilitas nilai tukar terhadap impor dan volatilitas nilai tukar cenderung mengurangi impor. Cheong (2004) memeriksa pengaruh volatilitas nilai tukar terhadap impor di Inggris. Dalam penelitiannya, dia menggunakan model GARCH untuk mengukur resiko dari fluktuasi nilai tukar. ECM digunakan untuk melihat pengaruh volatilitas nilai tukar terhadap impor di Inggris. Hasil penelitian menunjukan bahwa volatilitas nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor di Inggris. Selain itu Kayis dan Ozturk (2005) dengan menggunakan GARCH meneliti hubungan volatilitas nilai tukar terhadap perdagangan bilateral antara Amerika serikat dengan Hongkong, Korea, dan Singapura. Hasil menunjukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara volume perdagangan dengan volatilitas nilai tukar, yang artinya bahwa peningkatan volatilitas nilai tukar menurunkan perdagangan internasional. Terdapat pula penelitian yang menyimpulkan hubungan yang positif antara volatilitas nilai tukar dengan impor. Penelitian yang dilakukan oleh Choudhly

15 (2008), tentang hubungan volatilitas nilai tukar terhadap impor riil di Inggris dari Kanada, Jepang, dan New-Zealand. Dalam penelitiannya, dia menggunakan Error Correction Model (ECM). Hasil menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan dan positif dari volatilitas nilai tukar terhadap impor riil di Inggris dari Kanada, Jepang, dan New-Zealand. Akpokodje dan Omojimite (2009) mengkaji mengenai pengaruh volatilitas nilai tukar terhadap impor di negara ECOWAS. Mereka menggunakan GARCH dalam menghitung volatilitas nilai tukar. Dengan menggunakan panel data, hasil menunjukan bahwa volatilitas nilai tukar memiliki dampak yang negatif terhadap impor di semua negara ECOWAS, tetapi setelah dipisah antara negara-negara CFA dan non CFA maka hasilnya menunjukan bahwa volatilitas nilai tukar memiliki dampak positif terhadap impor di negara CFA, dan sebaliknya di negara non CFA. Sedangkan pengaruh nilai tukar riil dan pendapatan domestik terhadap impor adalah sama, baik di negara CFA maupun non CFA, dimana nilai tukar riil berhubungan negatif dengan impor sedangkan pendapatan domestik berhubungan positif dengan impor. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu. Perbedaan penelitian ini adalah bahwa penelitian ini menganalisis hubungan volatilias nilai tukar riil terhadap impor dengan menggunakan sampel negara yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu di kawasan ASEAN+6 dan kawasan non ASEAN+6 (Uni Eropa dan Amerika Utara). Selain itu perbedaan penelitian ini adalah cakupan time series (periode penelitian), dan metode yang digunakan adalah dengan menggunakan panel dinamis (dynamic panel). 2.3 Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel yang diduga berpengaruh terhadap impor. Variabel tersebut yaitu pendapatan riil, harga relatif, dan volatilitas nilai tukar riil. Permintaan untuk impor diukur dengan menggunakan indeks volume impor (M), pendapatan riil diukur dengan menggunakan GDP riil (Y), harga relatif diukur dengan menggunakan nilai tukar riil (RER), dan volatilitas nilai tukar (V) dihitung dengan menggunakan standar deviasi.

16 Impor dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing kawasan. Tetapi, dalam penelitian ini, lebih berfokus pada pengaruh volatilitas nilai tukar riil terhadap impor. Selain itu, penelitian ini juga akan menganalisis bagaimana respon impor terhadap perubahan yang terjadi pada volatilitas nilai tukar riil di kawasan ASEAN+6 dan kawasan non ASEAN+6 dengan menggunakan analisis eksploratif dan model panel data dinamis. Faktor-faktor yang mempengaruhi impor Pendapatan Riil Nilai tukar Riil Volatilitas Nilai Tukar Riil Karakteristik Kawasan Asian Financial Crisis Impor Analisis Eksploatif Granger Causality test Estimasi model panel dinamis Gambar 2.1: Kerangka Pemikiran