BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENDUDUK. Administrasi Kependudukan (selanjutnya disebut Undang-Undang Nomor 23 Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
UU ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UU 23 TAHUN 2006 DIPERBAHARUI UU 24 TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 2 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

rangkaa standar minimal menyeluruh untuk berdasarkan Nomor Kepulauan

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 1 TAHUN 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 16 TAHUN 2009 TLD NO : 15

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

TENTANG BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

-1- BUPATI JEMBRANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI TANGERANG TENTANG TATA CARA DAN PERSAYARATAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 2 TAHUN 2012 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 7 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2011 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

BUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LANNY JAYA PROVINSI PAPUA

. PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 16 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2011 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1. Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2. Pasal 5. Huruf a. Cukup jelas. Huruf b...

Disusun

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyangkut peristiwa hukum dalam lembaran negara yang berupa surat sejak

BUPATI SUMBAWA BARAT

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PADANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH DAERAH NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 21 TAHUN 2000 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN WONOGIRI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 05 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENDUDUK 2.1.Administrasi Kependudukan Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (selanjutnya disebut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006), administrasi kependudukan adalah rangkaian penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. Selanjutnya, yang dimaksud dengan dokumen kependudukan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Terdapat beberapa jenis dokumen kependudukan sebagaimana diatur dalam Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 antara lain biodata penduduk, Kartu Keluarga (selanjutnya disebut KK), KTP, surat keterangan kependudukan, dan akta pencatatan sipil. Sedangkan pengertian data kependudukan berdasarkan dalam Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 adalah data perseorangan dan/atau agregat yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Data kependudukan terdiri atas data perseorangan dan data agregat penduduk, 25

26 yang meliputi data perseorangan diatur dalam Pasal 58 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 tahun 2013 antara lain, nomor KK, NIK, nama lengkap, jenis kelamin, tempat lahir, tanggal/bulan/tahun lahir, golongan darah, agama, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, cacat fisik dan/atau mental, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, NIK ibu kandung, nama ibu kandung, NIK ayah, nama ayah, alamat sebelumnya, alamat sekarang, kepemilikan akta kelahiran, nomor akta kelahiran, kepemilikan akta perkawinan, nomor akta perkawinan, tanggal perkawinan, kepemilikan akta perceraian, nomor akta perceraian, tanggal perceraian, sidik jari, iris mata, tanda tangan, dan elemen data lainnya yang merupakan aib seseorang. Kemudian yang dimaksud data agregat diatur dalam Pasal 58 ayat (3) Undang- Undang Nomor 24 tahun 2013, meliputi data perseorangan yang berupa data kuantitatif dan data kualitatif. 2.2.Tinjauan tentang Penduduk Pendatang 2.2.1.Pengertian Penduduk Pendatang Salah satu unsur yang harus ada dalam sebuah negara adalah penduduk atau masyarakat. Penduduk merupakan semua orang yang pada suatu waktu mendiami wilayah negara.berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006, penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Kemudian, yang dimaksud dengan Warga Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 adalah, orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain

27 yang disahkan dengan undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia. Selanjutnya yang disebut sebagai orang asing sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (4) Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006, orang asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia. Secara sosiologis, penduduk dinamakan sebagai masyarakyat, yaitu sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu. Menurut Soepomo, penduduk ialah orang yang dengan sah bertempat tinggal tetap dalam suatu negara. Sah artinya tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan mengenai masuk dan mengadakan tempat tinggal tetap dalam negara yang bersangkutan. 35 Dalam ilmu kependudukan, penduduk memiliki pengertian yaitu jumlah orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil dari proses demografi yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi. 36 Sehubungan dengan migrasi, penduduk yang melakukan perpindahan ke suatu daerah yang baru, penduduk itu disebut dengan penduduk pendatang. Bila dikaji melalui Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, tidak ada dijelaskan mengenai penduduk pendatang, yang ada hanyalah penduduk, dan yang meliputi penduduk adalah WNI dan orang asing. Jadi apabila dikaitkan dengan konteks penduduk pendatang, maka dalam hal ini yang dapat dikatakan sebagai penduduk pendatang adalah orang asing tersebut. 35 Soepomo dalam Trianto dan Titik Triwulan, 2007, Falsafah Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan,Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, hlm. 177 36 Said Rusli, 2014, Pengantar Ilmu Kependudukan, LP3ES, Jakarta, hlm. 51.

28 Namun, pengertian mengenai penduduk pendatang tidak hanya terbatas pada orang asing yang dalam hal ini bukan Warga Negara Indonesia, tetapi orang yang merupakan Warga Negara Indonesia yang tinggal di suatu daerah asal kemudian pindah ke daerah lain yang masih menjadi lingkup dari Negara Indonesia pun dapat dikatakan sebagai penduduk pendatang di daerah barunya. Sehubungan dengan pengertian penduduk pendatang, terdapat beberapa aturan yang mengatur mengenai penduduk pendatang, dan memberikan pengertian mengenai penduduk pendatang antara lain : 1. Berdasarkan Pasal 1 Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 470/1159/B.T.Pem Perihal Pedoman Operasional Pendaftaran Penduduk di Propinsi Bali, Tanggal 27 Pebruari 2002, penduduk pendatang adalah penduduk yang datang akibat mutasi kepindahan dari luar daerah dan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan; 2. Berdasarkan Pasal 1 Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 470/7587/B.Tapem Perihal Pedoman Pendaftaran Penduduk Pendatang, Tanggal 14 Nopember 2002, penduduk pendatang adalah penduduk yang datang akibat mutasi kepindahan antar Kabupaten/Kota atau Provinsi Bali. 3. Berdasarkan Pasal 1 huruf (a) Kesepakatan Bersama Gubernur Bali dengan Bupati/Walikota Se-Bali Nomor 153 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Tertib Administrasi Kependudukan di Provinsi Bali, penduduk pendatang adalah penduduk yang datang dari luar Provinsi Bali untuk tinggal menetap atau tinggal sementara.

29 Dari beberapa pengertian dari penduduk pendatang, maka dapat disimpulkan bahwa penduduk pendatang adalah penduduk yang datang akibat mutasi kepindahan dari luar daerah Provinsi Bali untuk tinggal menetap atau sementara, dengan telah memenuhi syarat-syarat yang yang telah ditetapkan. 2.2.2.Macam-macam Penduduk Pendatang Penduduk pendatang yang berada di Kota Denpasar dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Berdasarkan Pasal 2 Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 470/7587/B.Tapem, penduduk pendatang terdiri atas WNI dan WNA yang dapat dibedakan menjadi ; Pendatang menetap, yaitu pendatang dengan lama tinggal minimal tiga tahun. Pendatang tinggal sementara, yaitu pendatang dengan lama tinggal paling lama satu tahun. Selanjutnya, berdasarkan Kesepakatan Bersama Gubernur Bali dengan Bupati/Walikota Se-Bali Nomor 153 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Tertib Administrasi Kependudukan di Provinsi Bali, jenis penduduk pendatang dibedakan menjadi penduduk pendatang tinggal sementara dan penduduk pendatang tinggal menetap, yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Pasal 1 huruf (b), penduduk pendatang tinggal sementara adalah Warga Negara Indonesia yang tinggal di luar domisili asli atau tempat tinggal

30 tetapnya dengan Kartu Identitas Penduduk Sementara (KIPS) atau Surat Tanda Pendaftaran Penduduk Tinggal Sementara (STPPTS); 2. Pasal 1 huruf (c), penduduk pendatang tinggal menetap terdiri atas : - Pendatang dengan mempunyai pekerjaan tetap - Pendatang yang mempunyai tempat tinggal tetap - Mutasi/perpindahan TNI/Polri, PNS, mahasiswa dan pelajar Yang dimaksud dengan pekerja tetap dalam hal ini diatur dalam Pasal 1 huruf (d) yakni, pekerja tetap adalah pekerja yang bekerja dalam hubungan kerja pada pengusaha dengan menerima upah/gaji atau bekerja sendiri dengan memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal. Kemudian yang dimaksud dengan tempat tinggal tetap dalam hal ini diatur dalam Pasal 1 huruf (e) yakni, tempat tinggal tetap adalah tempat tinggal/tempat kedudukan/alamat dari tempat mana seseorang melaksanakan hak dan kewajiban keperdataannya sebagai penduduk baik yang menjadi hak milik maupun hak pakai dengan bukti yang sah. Selain ketentuan di atas, dijelaskan juga beberapa jenis penduduk pendatang berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Keputusan Walikota Denpasar Nomor 593 Tahun 2000 tentang Penertiban Penduduk Pendatang Di Kota Denpasar, yakni : Penduduk pendatang sebagaimana yang dimaksud Pasal 1 ayat (1) terdiri dari : a. Penduduk pendatang yang belum mempunyai kepastian pekerjaan; b. Penduduk pendatang yang membawa Surat Keterangan Pindah; c. Penduduk pendatang yang bekerja pada perusahaan swasta;

31 d. Penduduk pendatang yang sudah secara pasti dan atau mempunyai pekerjaan tetap seperti TNI-POLRI, Pegawai Negeri Sipil dan karyawan BUMN atau BUMD; e. Penduduk pendatang yang berstatus Pelajar atau Mahasiswa. 2.2.3.Perbedaan Penduduk Pendatang dan Penduduk Asli Mengenai perbedaan antara penduduk pendatang dengan penduduk asli, Undang-Undang Tentang Administrasi Kependudukan tidak ada menyebutkan perbedaan antara keduanya, yang disebutkan hanya hak dan kewajiban penduduk, jadi dalam hal ini, baik WNI maupun orang asing memiliki persamaan hak dan kewajiban di bidang kependudukan. Adapun dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006, yang dinyatakan bahwa, setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh : a) Dokumen Kependudukan; b) Pelayanan yang sama dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil; c) Perlindungan atas Data Pribadi; d) Kepastian hukum atas kepemilikan dokumen; e) Informasi mengenai data hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil atas dirinya dan/atau keluarganya; dan f) Ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil serta Penyalahgunaan Data Pribadi oleh Instansi Pelaksana. Selanjutnya pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 dijelaskan mengenai kewajiban penduduk yakni, Setiap Penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi Pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan sipil.

32 Bila dikaitkan dengan penelitian ini, sekalipun terdapat perbedaan antara penduduk pendatang dengan penduduk asli, maka perbedaan tersebut tidak secara langsung dicantumkan dalam kebijakan pemerintah, tetapi dapat dibedakan dari syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penduduk pendatang apabila berkeinginan untuk tinggal di Kota Denpasar. Syarat-syarat tersebut salah satunya diatur dalam ketentuan Pasal 1 ayat (3) Keputusan Walikota Denpasar Nomor 610 Tahun 2002 tentang Perubahan Keputusan Walikota Denpasar Nomor 593 Tahun 2000 tentang Penertiban Penduduk Pendatang (selanjutnya disebut Keputusan Walikota Denpasar Nomor 610 Tahun 2002), yaitu : Persyaratan penduduk pendatang sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah : a. Menyerahkan foto copy KTP/Surat Keterangan Pindah; b. Memiliki penjamin; c. Surat Keterangan Perjalanan dari Kepala Desa/Kelurahan daerah asal penduduk pendatang; d. Keterangan keahlian/kemampuan/keterampilan penduduk pendatang dari Desa/Kelurahan dan atau Instansi yang berwenang di daerah asalnya; e. Menyerahkan rekomendasi dari banjar Adat atas nama Desa Pakraman setempat. Jika dilihat dari ketentuan tersebut, khususnya pada huruf b dan huruf e, penduduk pendatang harus memiliki penjamin dan memiliki keterangan mengenai keahlian/kemampuan/keterampilan apabila ingin menetap di Kota Denpasar.Kedua hal tersebut tidak berlaku bagi penduduk asli. Penduduk asli tidak harus memiliki penjamin hanya untuk menetap, namun penduduk pendatang wajib memiliki penjamin, yang bertujuan sebagai penanggung jawab kepada pihak berwajib apabila penduduk pendatang yang bersangkutan melanggar ketentuan norma/hukum yang

33 berlaku. Penduduk asli juga tidak perlu memiliki keterangan keahlian/kemampuan/keterampilan, bahkan apabila tidak memiliki hal tersebut penduduk asli tetap dapat menetap di daerahnya. Sedangkan bagi penduduk pendatang, mereka wajib memiliki keterangan mengenai keahlian/kemampuan/keterampilan, hal tersebut bertujuan agar penduduk pendatang yang menetap tidak serta merta tinggal dan hanya menjadi pengangguran, namun dapat bekerja sesuai dengan keahlian/kemampuan/keterampilan yang mereka miliki. 2.3.Pengertian Kartu Identitas Penduduk Sementara Kartu Identitas Penduduk Sementara (KIPS) merupakan salah satu dokumen kependudukan yang wajib dimiliki oleh penduduk pendatang sementara yang berada di Kecamatan Denpasar Barat. Pengertian KIPS tercantum dalam Pasal 1 huruf (j) Kesepakatan Bersama Gubernur Bali dengan Bupati/Walikota Se-Bali Nomor 153 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Tertib Administrasi Kependudukan di Provinsi Bali, yakni : Kartu Identitas Penduduk Sementara disingkat KIPS adalah dokumen kependudukan sebagai bukti diri yang sah diberikan kepada penduduk pendatang tinggal sementara. Berdasarkan dari ketentuan di atas, maka kepemilikan terhadap KIPS berlaku bagi penduduk pendatang tinggal sementara sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 huruf (b) Kesepakatan Bersama Gubernur Bali dengan Bupati/Walikota Se-Bali Nomor 153 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Tertib Administrasi Kependudukan di

34 Provinsi Bali, yaitu Warga Negara Indonesia yang tinggal di luar domisili asli atau tempat tinggal tetapnya dengan Kartu Identitas Penduduk Sementara (KIPS) atau Surat Tanda Pendaftaran Penduduk Tinggal Sementara (STPPTS). Namun tidak semua penduduk pendatang tinggal sementara mendapatkan KIPS, ada juga penduduk pendatang tinggal sementara yang mendapatkan STPPTS dan itu berlaku bagi penduduk pendatang tinggal sementara yang berasal dari luar Kota Denpasar namun masih dalam Provinsi Bali. Hal tersebut diatur dalam Pasal 3 ayat (1) Kesepakatan Bersama Gubernur Bali dengan Bupati/Walikota Se-Bali Nomor 153 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Tertib Administrasi Kependudukan di Provinsi Bali yang menyatakan bahwa, Pendaftaran pendudukan sementara lintas kabupaten/kota yang beridentitas penduduk Provinsi Bali tidak diberikan KIPS, tetapi diberikan Surat Tanda Pendaftaran Penduduk Tinggal Sementara (STPPTS), oleh Kepala Desa/Lurah dengan melampirkan Surat Keterangan Bepergian dari Kepala Desa/Lurah daerah asal. Dari ketentuan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa KIPS hanya berlaku bagi penduduk pendatang sementara yang berkewarganegaraan Indonesia namun berasal dari luar Provinsi Bali, sedangkan bagi penduduk pendatang yang berkewarganegaraan Indonesia yang berasal dari Provinsi Bali namun di luar dari kabupaten/kota Denpasar, maka akan diberikan STPPTS.