BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah film adalah film (Ajidarma, 2002:56). Film merupakan bentuk seni

dokumen-dokumen yang mirip
2015 MAKNA PERUBAHAN FAKTA CERITA PADA FILMISASI CERPEN JENDELA RARA KARYA ASMA NADIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengubah sebuah karya ke lain media merupakan proses pemindahan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah buku kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet karya Djenar

BAB I PENDAHULUAN. Ismail dengan judul Lewat Djam Malam. Pada tahun 1950-an. film Indonesia bisa memasuki bioskop kelas 1 pada dekade 1950-an akhir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan khazanah sastra Indonesia menunjukkan peningkatan. Hal

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film

BAB 1 PENDAHULUAN. Ekranisasi adalah pelayarputihan atau pemindahan sebuah novel ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

2015 KONSEP CINTA DALAM EKRANISASI CERPEN CINTA DI SAKU BELAKANG CELANA KARYA FAJAR NUGROS: SEBUAH KAJIAN SASTRA BANDINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal mau pun non verbal antara si

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan cerminan kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB I PENDAHULUAN. 2013:1). Memahami, menikmati, menghayati, dan memanfaatkan karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

TRANSFORMASI NOVEL REMEMBER WHEN KARYA WINNA EFFENDI, SKENARIO KE DALAM FILM: SEBUAH KAJIAN EKRANISASI

BAB I PENDAHULUAN. Komik atau cerita bergambar adalah salah satu dari karya sastra prosa. Will

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Pengalihan sebuah karya sastra ke bentuk atau media lain telah lama

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. adalah pengubahan karya sastra atau kesenian menjadi bentuk kesenian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TRANSFORMASI NOVEL TOKI O KAKERU SHOUJO KARYA TSUTSUI YASUTAKA KE FILM: ANALISIS EKRANISASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif yang

DAFTAR ISI ABSTRAK... UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL..

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup yang sering disebut movie. Film secara kolektif sering

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul Analisis Tokoh Utama pada Film Curse of the Golden

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan aktivitas kehadiran orang lain. Menurut Johnson (1980, h. 181),

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

BAB V. Kesimpulan. munculnya tindakan-tindakan kekerasaan yang dilakukan oleh golongan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. gamblang. Sastra merupakan istilah yang mempunyai arti luas, meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Abdu Zikrillah, 2013 Kajian visual desain sampul buku novel Karya andrea hirata

BAB I. Pendahuluan. terlihat. Seperti yang dikutip dalam buku Feminisme : Sebuah Kata Hati bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagaimana yang diungkapkan oleh Herfanda (2008:131), sastra memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Adaptasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial kehidupan. Iswanto (dalam Jabrohim, 2001:59) mengemukakan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah N. Yuli Mutiara, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

CREATIVE THINKING. Mencari dan Menemukan Ide Cerita. Drs. Moh. Hafizni, M.I.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Penyiaran

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. para rumah produksi film berlomba-lomba dalam meningkatkan mutu film, yang

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran, terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan nyata maupun di luar alam nyata. Sastra merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah film adalah film (Ajidarma, 2002:56). Film merupakan bentuk seni ekspresif berdasarkan persepsi, sikap, pandangan, dan tanggapan terhadap fenomena, baik berupa visual, verbal, maupun audiovisual. Fenomena itu akan dipahami sebagai pengalaman batin penciptanya. Berdasarkan pemahaman tersebut dapat disimpulkan bahwa kedudukan film sebagai bentuk seni, bisa berupa kristalisasi dari karya seni sebelumnya. Salah satu dari genre seni lain, yakni teks sastra. Eneste (dalam Saputra, 2009: 144) menamainya sebagai upaya ekranisasi. Ekranisasi adalah pelayarputihan atau pemindahan/ pengangkatan sebuah novel ke dalam film. Ekranisasi dapat juga diartikan sebuah pemindahan non-audio visual ke dalam karya audio visual (Saputra, 2009:144). Fenomena di atas disebut sebagai proses alih wahana: alih wahana cerpen ke dalam komik, novel ke dalam komik, cerpen ke dalam film, drama ke dalam film, dari novel ke dalam film, dan lain-lain. Film menggunakan rekaman gambar bergerak sebagai alat ungkap cerita, sedangkan sastra menggunakan teks sebagai media ekspresinya (Damono, 2009:114). Penggunaan media ekspresif yang berbeda ini berpotensi mengalami penyimpangan, baik penyimpangan berupa penciutan, pelebaran (penambahan), maupun perubahan bervariasi yang merupakan pencampuran keduanya (Saputra, 1

2 2009:144). Bahasa verbal tidak serta merta bisa diubah begitu saja menjadi bahasa visual. Oleh karena itu, alih wahana merupakan proses penafsiran bahasa verbal menjadi bahasa visual. Dengan kata lain, film ekranisasi yang baik adalah film yang bisa memvisualisasikan bahasa verbal dari rujukan film tersebut. Damono (2005:98) menambahkan, setidaknya ada beberapa yang mesti diperhatikan dari proses tersebut, antara lain: plot, tokoh, latar, dan bahasa. Di luar negeri, pelayar putihan sudah diawali sejak lama, misalnya Romeo dan Juliet (). Roman karya Shakhespare tersebut telah difilmkan pada tiga zaman dengan peleburan kebudayaan menurut zamannya. Lalu novel Dokter Zhivago karya Boris Pesternak yang difilmkan oleh David Lean, dan Rashomon yang merupakan gabungan dua cerpen Ryunosuke Akutagawa dan lain-lain. Demikian pula di Indonesia. Bahkan film pertama produksi anak bangsa merupakan hasil sebuah ekranisasi dari cerita rakyat, yaitu Lutung Kasarung. Disusul oleh film Antara Bumi dan langit (1951), Anak Perawan di Sarang Penyamun, Atheis (1975), Bulan Tertusuk Ilalang (1991), Laskar Pelangi (2008), dan lain-lain. Film-film tersebut mendapat berbagai reaksi, baik positif maupun negatif. Hal ini didasarkan pada dimensi harapan penonton yang membandingkan antara teks dan visualisasi film tersebut. Setelah vakum selama satu dekade dan mulai masuk ke dalam dekade film selanjutnya, film Indonesia dipenuhi oleh film-film hasil ekranisasi. Diawali oleh kemunculan film berjudul Ayat-ayat Cinta (2008) garapan sutradara Hanung Bramantyo yang mengadaptasi novel karya Habiburrahman El-Shirazi dengan judul yang sama. Kemunculan film tersebut, diikuti oleh film-film berikutnya,

3 antara lain: film Laskar Pelangi (2008) yang disutradarai Riri Riza dan Mira Lesmana diadaptasi dari novel tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, Tentang Dia (2005) garapan sutradara Rudy Soedjarwo diadaptasi dari novel Tentang Dia karya Melly Goeslow, film Jejak Darah (2010) garapan sutradara Nur Hidayat yang diadaptasi dari karya novel Jejak Darah Chris-X, dan masih banyak karya-karya lainnya. Pada film Ayat-Ayat Cinta (2008) yang disutradarai Hanung Bramantio, mendapatkan apresiasi yang kurang antusias dari penulis karya. Hal ini didasarkan pada peadaptasian yang menimbulkan perbedaan alur. Terlapas dari itu, tidak menutup kemungkinan Djenar menjadikan persoalan diatas dan kejadian-kejadian sebelumnya sebagai cerminan, ia menyutradarai filmnya sendiri yang diangkat dari dua cerpenya yang berjudul Lintah dan Melukis Jendela. Dua cerpen ini terangkum dalam kumpulan cerpenya berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet! sesuai dengan judul Filmnya. Nama Djenar Maesa Ayu terangkat ke media lewat perannya sebagai aktris dan presenter gosip di Trans TV bersama Indra Herlambang. Djenar banyak menimba ilmu sastra pada sastrawan-sastrawan mapan Indonesia, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Budi Darma, dan Seno Gumira Ajidarma. Keseriusan Djenar dalam menekuni dunia sastra membuahkan hasil yang sangat baik. Pada tahun 2003, cerpennya yang berjudul Waktu Nayla mendapatkan predikat sebagai Cerpen Terbaik Kompas 2003, sedangkan cerpen Menyusu Ayah dianugrahi sebagai Cerpen Terbaik 2002 versi Jurnal Perempuan. Sementara itu, antologi cerpennya yang terangkum dalam buku Mereka Bilang,

4 Saya Monyet masuk nominasi 10 besar buku terbaik Khatulistiwa Literary Award 2003 dan antologi cerpen Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) meraih penghargaan 5 besar di ajang yang sama tahun 2005. Kemunculan Djenar Maesa Ayu di dunia sastra cukup menggemparkan. Hal itu dikarenakan bertepatan dengan maraknya isu sastra wangi, sebuah ungkapan bernada miring yang ditunjukkan pada beberapa artis cantik yang terjun pada dunia sastra (Mahayana, 2006:258). Dalam penggarapan tema, Djenar mengikuti Ayu dalam kerangka pembebasan martabat tubuh perempuan dengan memasrahkannya (Muhammad, 2010:135). Tahun 2008, Djenar Maesa Ayu membuat film Mereka Bilang Saya Monyet. Film tersebut berjudul sama dengan kumpulan cerpennya. Djenar yang menulis skenario filmnya dibantu oleh Indra Herlambang mengakui bahwa film itu diadaptasi dari dua cerpennya yang berjudul Lintah dan Melukis Jendela. Seperti halnya film ekranisasi sebelumnya, film ini mendapat reaksi beragam. Kebanyakan komentar itu seputar adegan sensual tokohnya, bukan pada hasil akhir dari sebuah rangkaian proses ekranisasi. Film ini mendapatkan pengakuan dengan mendapatkan beberapa penghargaan, di antaranya dalam Indonesian Movie Award meraih penghargaan Aktris Terbaik, Aktris Pendatang Baru Terbaik, dan Nominasi Film Terfavorit. Adapun di luar negeri, film ini mendapat penghargaan sebagai Nominasi Film Asia Terbaik (Singapore International Film Festival 2008), Nominasi Film Terbaik (Osian s Cinefan International Film Festival), serta Nominasi Sutradara Terbaik dan Film Terbaik (Jakarta International Film Festival 2008).

5 Dalam lingkup kecil, teks cerpen Lintah telah dimuat sebelumnya di surat kabar Kompas pada 27 Mei 2001, sedangkan cerpen Melukis Jendela dimuat di Majalah Sastra Horison edisi November 2001. Dalam peta perkembangan sastra Indonesia modern, Kompas dan Horison memiliki tempat tertinggi sebagai kiblat sastra Indonesia. Dalam lingkup luas, buku kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! menempatkan penulisnya sebagai salah satu sastrawan perempuan yang diperhitungkan di peta sastra Indonesia. Sebagai film ekranisasi banyak hal yang menarik dari film Mereka Bilang, Saya Monyet!. Seperti penggunaan bahasa ekpresif dalam film dan cerpen yang berkaitan dengan fakta cerita dan bahasa. Film ini sama halnya dengan film Rashomon dibangun dari dua cerpen yang mandiri, film Mereka Bilang, Saya Monyet! disusun dari dua cerpen berbeda yang mandiri. Hal tersebut akan mengakibatkan penggabungan dua sekuen cerpen menjadi satu sekuen film yang berbeda dari dua sekuen pembangunnya. Begitu pula dalam latar dan tokoh. Khusus dalam tokoh, di cerpen Lintah, Djenar menggunakan tokoh Lintah sebagai tokoh antagonis yang hidup layaknya manusia pada umumnya. Hal itu, tidak mungkin divisualisasikan seperti teks aslinya. Sebagai dampaknya, akan ada penafsiran lain sutradara dalam penggarapan filmnya. Demikian pula pada penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa teks sastra yang verbal mesti diasosiasikan pada bahasa yang bisa diterima oleh indra penglihatan. Berbagai alasan yang nampak jelas pada uraian di atas, penulis merasa perlu untuk mengadakan sebuah penelitian bandingan lebih lanjut pada film Mereka Bilang, Saya Monyet!. Penelitian ini akan membandingkan teks rujukan

6 yang berupa cerpen Lintah dan Melukis Jendela dengan film hasil akhir proses ekranisasi Mereka Bilang, Saya Monyet!. Pemfokusan penelitian diarahkan ada fakta cerita dan bahasa dalam setiap genre seni. Kurniwan dalam penelitian yang dilakukannya berfokuskan pada tema Feminis Psikoanalisis, yang berjudul Represi Seksualitas Perempuan dalam Cerpen-cerpen Djenar Maesa Ayu (Melalui kejian feminis psikoanalisis) dan cerpen Melukis Jendela Sebagai salah satu cerpen yang dianalisisnya. 1.2 Rumusan Masalah Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. bagaimana fakta cerita dan bahasa dalam cerpen Lintah dan Melukis Jendela? b. bagaimana fakta cerita dan bahasa dalam film Mereka Bilang Saya Monyet? c. bagaimana perbandingan fakta cerita dan bahasa antara cerpen Lintah dan Melukis Jendela dengan struktur fakta cerita dan bahasa dalam film Mereka Bilang Saya Monyet? 1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: a. memperoleh deskripsi fakta cerita yang meliputi plot, penokohan, latar dan bahasa dalam cerpen Lintah dan Melukis Jendela;

7 b. memperoleh deskripsi fakta cerita yang meliputi plot, penokohan, latar dan bahasa dalam film Mereka Bilang Saya Monyet!; c. memperoleh deskripsi perbandingan antara fakta cerita yang meliputi plot, penokohan, latar dan bahasa dalam cerpen Lintah dan Melukis Jendela dengan film Mereka Bilang Saya Monyet!. 1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaat secara teoretis adalah mampu menambah rujukan penelitian sastra bandingan khususnya dalam penerapan studi sastra yang berkaitan dengan ilmu-ilmu lain. Sementara itu, manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih bagi perfilman Indonesia terutama karya seni (film) yang lahir dari karya sastra khususnya cerpen. 1.5 Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi: a. Sastra bandingan adalah pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori sendiri. Sastra bandingan menurut Remak adalah kajian sastra di luar batas-batas sebuah negara dan kajian hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayaan yang lain seperti seni (seni lukis, seni ukir, seni bina, dan seni musik), filsafat, sejarah, dan sains sosial (politik, ekonomi, sosiologi), sain, agama, dan lain-lain (Damono, 2005:2), di dalamnya termasuk ekranisasi. Ekranisasi menurut Eneste adalah pelayarputihan atau pemindahan/ pengangkatan sebuah novel ke film (dalam Saputra, 2009:44).

8 b. Fakta cerita cerpen dan film adalah struktur pembangun cerita yang ada dalam cerpen (Damono, 2005:96).Unsur-unsur tersebut mencakup plot, tokoh, latar, dan bahasa. Hal itulah yang nantinya akan di bandingkan antara cerpen dan film. Bahasa atau dialog dalam cerpen memiliki peranan penting. Dialog bisa berdiri sendiri mengutarakan maksud atau pesan pengarangnya, sehingga dialog merupakan salah satu gaya pengisahan dalam cerpen. Berkebalikan dengan dialog dalam film. Dialog tidak lagi menjadi sesuatu yang penting dalam penyampaian maksud atau pesan pengarangnya. Hal itu disebabkan karena dialog kurang efesien untuk mengutarakan maksud atau pesan pengarangnya (Eneste, 1991: 55).