PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG DENGAN PEMBERIAN PAKAN KOMPLIT KULIT BUAH MARKISA (Passiflora Edulis Sims. F. Edulis Deg) TERFERMENTASI Aspergillus niger

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KUALITAS GIZI KULIT BUAH MARKISA MELALUI PROSES FERMENTASI DENGAN ASPERGILLUS NIGER SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan adalah ketersediaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Pengaruh Pemberian Ampas Teh (Camellia sinensis) Fermentasi dengan Aspergillus niger pada Ayam Broiler

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

OPTIMALISASI PENGGUNAAN SOLID DECANTER SEBAGAI SUPLEMEN TUNGGAL PADA RANSUM KAMBING

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN LUMPUR SAWIT SEBAGAI PAKAN TAMBAHAN UNTUK KAMBING POTONG

Petunjuk Teknis TEKNOLOGI PEMANFAATAN PAKAN BERBAHAN LIMBAH HORTIKULTURA UNTUK TERNAK KAMBING

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

LUMPUR MINYAK SAWIT KERING (DRIED PALM OIL SLUDGE) SEBAGAI PENGGANTI DEDAK PADI DALAM RANSUM RUMINANSIA

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN

Mairizal 1. Intisari. Kata Kunci : Fermentasi, Kulit Ari Biji Kedelai, Aspergillus Niger, Ayam Pedaging.

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI. Lokasi dan Waktu

Teknologi Limbah Hortikultur BAB I. PENDAHULUAN

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

PENGGUNAAN SILASE KULIT BUAH MARKISA SEBAGAI PAKAN KAMBING KACANG SEDANG TUMBUH

Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor

BAB I PENDAHULUAN. buah markisa (Parcilora idollis Sims f.edulis Deg) menjadi produk minuman (sari

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

TINGKAH LAKU MAKAN KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN-ENERGI BERBEDA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG SAWIT FERMENTASI YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN DEFAUNASI DAN PROTEIN BY PASS RUMEN TERHADAP PERFORMANS TERNAK DOMBA

KOMPOSISI KIMIAWI, KONSUMSI DAN KECERNAAN SILASE RANSUM KOMPLIT BERBASIS LIMBAH KELAPA SAWIT DAN KULIT KAKAO YANG DIBERIKAN PADA KAMBING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

ISBN Petunjuk Teknis TEKNOLOGI PEMANFAATAN PAKAN BERBAHAN LIMBAH HORTIKULTURA UNTUK TERNAK KAMBING

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

DEPOSISI PROTEIN PADA DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI PAKAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT DENGAN METODE PENYAJIAN BERBEDA

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber penyedia daging dan telur telah dipopulerkan di Indonesia dan juga

Yosi Fenita, Irma Badarina, Basyarudin Zain, dan Teguh Rafian

Gandhi Prasetyo catur pamungkas, Kusmartono, dan Hermanto. Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

PENAMPILAN PRODUKSI KERBAU LUMPUR JANTAN MUDA YANG DIBERI PAKAN AMPAS BIR SEBAGAI PENGGANTI KONSENTRAT JADI

RESPON KAMBING KACANG JANTAN TERHADAP WAKTU PEMBERIAN PAKAN ABSTRAK

Transkripsi:

PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG DENGAN PEMBERIAN PAKAN KOMPLIT KULIT BUAH MARKISA (Passiflora Edulis Sims. F. Edulis Deg) TERFERMENTASI Aspergillus niger (The Productivity of Kacang Goat Using Aspergillus niger Fermented Markisa Rind (Passiflora edulis Sims. Edulis Deg.) as a Complete Feed) RANTAN KRISNAN dan SIMON P. GINTING Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box. I Galang-20585 Sumatera Utara ABSTRACT An experiment was conducted to evaluate the utilization of markisa rind (Passiflora edulis Sims. Edulis Deg.) fermented with Aspergillus niger in complete feed for weaning Kacang goat. Twenty male Kacang goat were used in a Randomized Blick Design. The animal were devided into four treatment group with five replications. Dietary treatments were formulated based on the level of inclusion of fermented markisa rind content, in the diet namely RO (0.0%), R1 (20.0%), R2 (40.0%), and R3 (60.0%). The results indicated that the inclusion of fermented markisa rind at 0, 20, or 40% give the same daily gain (P>0.05), while inclusion at 60% resulted in significant (P<0.05) decrease daily gain. It is concluded that the optimum level of inclusion of fermented markisa rind in complete diet is 40%, although inclusion at 60% resulted in the same level of consumtion and feed efficiency. Key Words: Fermented Markisa Rind, Performance, Kacang Goat ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kulit buah markisa (Passiflora edulis Sims. Edulis Deg.) yang difermentasi dengan Aspergillus niger dalam ransum terhadap performans kambing Kacang lepas sapih. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan jumlah ternak percobaan sebanyak 20 ekor kambing Kacang jantan yang diacak dan dibagi menjadi empat perlakuan ransum dan lima ulangan. Keempat perlakuan ransum disusun berdasarkan tingkat penggunaan kulit buah markisa produk fermentasi, yaitu RO (0,0%), R1 (20,0%), R2 (40,0%) dan R3 (60,0%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan bobot hidup harian (pbbh) tidak berbeda (P>0,05) antar perlakuan R0, R1, dan R2, namun pertambahan bobot hidup harian menurun nyata (P<0,05) pada perlakuan R3. Konsumsi ransum dan efisiensi penggunaan ransum serta kecernaan ransum tidak berbeda antar perlakuan. Disimpulkan bahwa tingkat optimal penggunaan kulit buah markisa produk fermentasi adalah 40%, walaupun pada tingkat penggunaan 60% masih mempunyai nilai akseptabilitas yang baik. Kata Kunci: KBM Terfermentasi, Performans, Kambing Kacang. PENDAHULUAN Daging adalah salah satu produk peternakan yang merupakan sumber protein hewani yang permintaannya dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perbaikan sosial ekonomi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan daging tersebut perlu adanya suatu pola mengenai pengembangan peternakan secara terpadu. Salah satu usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah melaksanakan Intensifikasi Usaha Ternak Kambing dan Domba (IUKD) yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak kambing dan domba. Namun usaha tersebut sampai saat ini belum dapat memenuhi permintaan daging, khususnya yang berasal dari ternak kambing. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi ternak kambing terhadap suplai daging nasional baru mencapai 5 7%, sedangkan kontribusi 625

terhadap pendapatan petani mencapai 16% (SOEDJANA et al., 1988). Disamping itu, populasinyapun sejak 1997-2001 terus mengalami penurunan dengan laju sebesar 2,74% per tahun (DIREKTORAT JENDRAL PRODUKSI PETERNAKAN, 2001). Salah satu faktor yang diperkirakan menjadi penyebab rendahnya tingkat produktivitas ternak kambing tersebut adalah belum optimalnya pemanfaatan sumber daya lokal yang tersedia, terutama pakan alternatif dan lahan serta hijauan pakan. Pemanfaatan sumber daya lokal secara maksimal merupakan langkah strategis dalam upaya mencapai efisiensi usaha. Terlebih apabila sumberdaya tersebut bukan merupakan kebutuhan langsung bagi kompetitor lain, yang dalam hal ini adalah manusia atau jenis ternak lain. Oleh karena pakan sangat erat kaitannya dengan produktivitas, maka pemanfaatan bahan baku pakan secara efisien akan berpengaruh nyata bagi perkembangan produksi kambing. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan efisiensi dan kompetisi bahan pakan tersebut yaitu tersedia secara kontinyu, murah dan mudah didapat, mempunyai nilai gizi yang cukup, mudah dicerna serta tidak mengganggu kesehatan ternak. Produk yang berpotensi sebagai bahan pakan alternatif yang tersedia dalam volume besar dan tersedia sepanjang tahun umumnya terkait dengan sektor industri yang menghasilkan berbagai produk baik yang sifatnya sampingan, sisa, maupun limbah. Industri pengolahan buah markisa (Paciflora idollis Sims f. edulis Deg.) menjadi produk minuman (sari markisa), menawarkan produk limbah dan hasil ikutan yang berpotensi diolah menjadi pakan ternak kambing. Secara nasional, sentra produksi markisa terletak di Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Di Sumatera Utara sendiri, industri pengolahan hortikultura menjadi pangan cukup berkembang. PT Gunung Sibayak Intisari mampun berproduksi 10 15 ton per hari dengan limbah berupa biji dan kulit buah sebanyak 2 3 ton per hari. Limbah tersebut belum dimanfaatkan dan malah membutuhkan biaya untuk penanganannya. Menurut GINTING (2003), pemanfaatan limbah kulit buah markisa sebagai suplemen bahan pakan kambing masih belum optimal yaitu hanya mencapai tingkat 45% dalam ransum. Hal ini masih bisa ditingkatkan dengan cara mengeliminir kendala dan faktor negatif dari bahan pakan tersebut. Salah satunya dengan cara Bioteknologi melalui fermentasi, baik dengan atau tanpa penambahan inokulum yang dalam hal ini menggunakan mikroorganisme Asfergillus niger. Teknik fermentasi dengan menggunakan Aspergillus niger sudah sering dilakukan dan terbukti dalam prosesnya mampu meningkatkan kandungan kulit ubi kayu (SUPRIYATI dan KOMPIANG, 2002), dan lumpur sawit (SINURAT et al., 1998) serta dapat pula meningkatkan energi metabolis lumpur sawit (PASARIBU et al., 1998; SINURAT et al., 1998). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dinilai perlu dilakukan penelitian dan analisis nilai nutrisi Kulit Buah Markisa yang difermentasi dengan penambahan inokulum, serta pemanfaatannya sebagai bahan baku pakan kambing. MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Stasiun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong Sungei Putih, menggunakan 20 ekor kambing Kacang jantan lepas sapih dengan rataan bobot hidup awal 12,87 ± 0,91 kg. Ternak ditempatkan dalam kandang individu dan diacak menjadi empat perlakuan ransum yang terdiri lima ekor ternak setiap perlakuannya. Limbah kulit buah markisa yang dipergunakan diperoleh dari PT. Sibayak Intisari, Brastagi, Sumatera Utara yang kemudian dijemur dan digiling untuk selanjutnya difermentasi dengan inokulum Aspergillus niger. Prosedur fermentasi mengikuti proses yang dilakukan pada fermentasi lumpur sawit (PASARIB et al., 1998). Semua analisis bahan kulit buah markisa dan ransum serta feses dan urine dilakukan di Laboratoriun Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih. Ransum diberikan berdasarkan pada berbagai tingkat persentase penggunaan kulit buah markisa yang difermentasi, yaitu; R0 (0%), R1 (20%), R3 (40%) dan R4 (60%) pada campuran ransum komplit. 626

Tabel 1. Susunan serta kandungan zat - zat makanan dan energi ransum percobaan Bahan pakan Ransum Percobaan (%) RO R1 R2 R3 Dedak halus 33 27 14 1 Tepung jagung 15 11 10 19 Bungkil inti sawit 24 17 14 - Tepung ikan 1 1 1 - Urea 1 0,5 - - Tepung tulang 2 1 0,5 - Ultra mineral 2 1 - - Garam 2 1,5 0,5 - KBM-fermentasi 0 20 40 60 Tepung rumput lapang 20 20 20 20 Total 100 100 100 100 Protein kasar (%) 14,47 14,47 14,56 14,53 Energi metabolis (kkal/kg) 2653 2656 2654 2652 Bahan kering( %) 89,42 93,64 90,45 91,86 Bahan organik (%) 81,27 82,52 81,41 83,24 Ransum diberikan dua kali sehari dalam bentuk pelet dengan standar pemberian 3,8 % dari bobot hidup ternak. Air minum selalu tersedia (ad-libitum), sedangkan pencegahan penyakit meliputi kegiatan vaksinasi, pemberian vitamin dan antibiotika, serta sanitasi lingkungan. Peubah yang diamati meliputi pertambahan bobot hidup, konsumsi bahan kering dan konversi ransum, serta tingkat kecernaan. Data yang diperoleh diuji secara statistik dengan menggunakan analysis of varian menurut STEEL dan TORRI (1981), sedangkan proses pengolahannya menggunakan program SPSS versi 10.0 (SANTOSO, 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi nutrien kulit buah markisa fermentasi Berdasarkan hasil analisis, maka diperoleh kandungan nutrisi dari kulit buah markisa tertera pada Tabel 2. Hasil analisis di atas menunjukkan adanya peningkatan kandungan protein kasar dan energi serta penurunan serat kasar pada kulit buah markisa yang difermentasi dibandingkan dengan tanpa fermentasi. Kandungan protein kasar yang mencapai 18,13 % termasuk ke dalam kategori sedang dan sebanding dengan bungkil kelapa atau bungkil inti sawit. Peningkatan protein ini tentunya akan berdampak positif, mengingat protein merupakan salah satu komponen gizi pokok yang diperlukan untuk pertumbuhan ternak fase pertumbuhan. Kekurangan protein dalam ransum yang dikonsumsi dapat menghambat pertumbuhan (ENSMINGER dan PARKER, 1986 ; GATENBY, 1986), menekan mikroorganisme yang berfungsi mencerna selulosa dan sebagai sumber protein (MCDONALD et al, 1988). Peningkatan protein diduga karena adanya penambahan protein yang disumbangkan oleh sel mikroba akibat pertumbuhannya (Protein Enrichment) yang menghasilkan produk Protein Sel Tunggal (PST) atau biomassa sel yang mengandung sekitar 40 65 % protein. Kandungan energi kasar yang tinggi dan rendahnya serat kasar memberikan indikasi bahwa energi tersedia cukup tinggi. Hal yang sama terjadi pada kandungan BETN pada kulit buah markisa setelah fermentasi meningkat hampir 44% dibandingkan dengan tanpa fermentasi. Tentunya hal ini mengindikasikan pula bahwa kulit buah markisa fermentasi mempunyai potensi sebagai sumber energi yang mudah larut dalam rumen. Begitu juga dengan kandungan serat (NDF dan ADF) yang hampir sebanding dengan rumput, sehingga kulit buah markisa fermentasi ini berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan pakan dasar. 627

Tabel 2. Kandungan kimiawi kulit buah markisa tanpa atau dengan difermentasi Aspergillus niger KBM ME (Kkal/kg) 4495 4972 PK (% BK) 13,12 18,13 BK (% BK) 87,0 94,1 BO (% BK) 89,3 86,9 NDF (% BK) 52,7 57,9 ADF (% BK) 43,0 46,1 SK (% BK) 29,9 22,1 L (% BK) 7,5 3,7 Abu (% BK) 10,7 13,1 BETN (% BK) 25,62 36,83 Hasil Analisis Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong Sungei Putih ME = metabolis energi PK = protein kasar BK = bahan kering BO = bahan organik NDF = netral digestible fiber ADF = acid digestible fiber SK = serat kasar L = lemak Pengaruh ransum percobaan terhadap performan dan kecernaan kambing Kacang Selama delapan minggu percobaan tidak dijumpai kematian pada semua perlakuan. Hasil analisis menunjukkan peningkatan penggunaan kulit buah markisa fermentasi (KBMF) dalam ransum komplit cenderung menurunkan bobot hidup. Pada tingkat penggunaan KBMF 60% (R4) menghasilkan pertambahan bobot hidup yang paling rendah dan berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan lainnya, tetapi nilai konsumsi ransum yang dihasilkan masih setara atau tidak berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan lainnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa penggunaan sampai tingkat 60% masih mempunyai nilai akseptabilitas yang baik, walaupun manifestasi untuk dijadikan daging masih rendah. Terbukti dengan nilai konversi ransum pada R4 paling tinggi yaitu mencapai 10,82. Secara kuantitas, konsumsi ransum pada semua perlakuan berkisar antara 3,5 3,7%. Tentunya angka ini berada pada kisaran normal, sehingga mngindikasikan pula tingkat palatabilitas ransum yang relatif baik pada semua taraf penggunaan. Mengingat kulit buah markisa merupakan produk limbah yang belum mempunyai nilai ekonomi, maka pertambahan bobot hidup yang dicapai pada penggunaan KBMF sampai taraf 40% termasuk kategori baik. Penggunaannya sampai taraf 60% dalam ransum diperkirakan masih memberi nilai tambah, apalagi masih dapat menghasilkan pertambahan bobot hidup sampai 63 g/hari. Tentunya pertambahan bobot hidup sebesar 63 g/hari pada kambing termasuk kategori cukup baik apabila dibandingkan dengan pemberian hijauan saja yang hanya mencapai 30 g/hari (BATUBARA et al., 2003). Begitu juga dengan konsumsi bahan kering yang mencapai 668 g/hari atau lebih dari 3% bobot hidup, dinilai sudah mencukupi kebutuhan bahan kering kambing dalam masa pertumbuhan (BATUBARA et al., 2003). Pada Tabel 3 juga dapat dilihat ternyata perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik pakan. Telah dikemukakan lebih awal, bahwa penggunaan kulit buah markisa fermentasi sampai tingkat 60% dihasilkan rataan pertambahan bobot hidup harian yang rendah. Tentunya homogenitas kecernaan pada semua perlakuan ini membuktikan bahwa pemanfaatan limbah kulit buah markisa yang difermentasi sampai taraf 60% dalam ransum komplit mempunyai daya cerna yang cukup baik. ANGGORODI (1990) menjelaskan bahwa pada dasarnya tingkat kecernaan adalah upaya untuk mengetahui banyaknya zat makanan yang diserap oleh saluran pencernaan. Perbedaan hasil antara pemanfaatan Kulit buah markisa yang difermentasi dengan tanpa difermentasi dapat dilihat dengan membandingkannya pada hasil penelitian GINTING et al (2003). Pertambahan bobot hidup harian yang dicapai pada tingkat penggunaan kulit buah markisa tanpa fermentasi 15, 30, dan 45% adalah berturutturut 76; 66 dan 60 g/hari, sedangkan konversi ransumnya adalah 9,20; 10,40 dan 11,20. Tentunya hasil ini masih lebih rendah dibandingkan dengan pemanfaatan kulit buah markisa yang difermentasi, walaupun tingkat penggunaan kulit buah markisa fermentasi lebih tinggi dari setiap tingkat perlakuannya. 628

Tabel 3. Respon ternak terhadap ransum percobaan selama 8 minggu Peubah 0% Konsumsi BK (g/ekor/hari) Tingkat penggunaan KBM dan dalam ransum 0% 15% 20% 30% 40% 45% 60% 692 780 a 698 773 a 687 767 a 674 668 a PBHH (g/ekor/hari) 84 97 a 76 93 a 66 89 a 60 63 b FCR 8,20 8,21 a 9,20 8,53 a 10,40 9,01 a 11,20 10,82 a Kecernaan BK (%) 70,72 a 67,79 a 66,41 a 65,04 a Kecernaan BO (%) 62,35 a 57,11 a 53,12 a 52,85 a *) Hasil Penelitian GINTING et al. (2003) Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan bobot hidup harian (PBHH) tidak berbeda (P>0,05) antar perlakuan R0, R1, dan R2, namun pertambahan bobot hidup harian menurun nyata (P<0,05) pada perlakuan R3. Konsumsi ransum dan efisiensi penggunaan ransum serta kecernaan ransum tidak berbeda antar perlakuan. Disimpulkan bahwa tingkat optimal penggunaan kulit buah markisa produk fermentasi adalah 40%, walaupun pada tingkat penggunaan 60% masih mempunyai nilai akseptabilitas yang baik. DAFTAR PUSTAKA ANGGORODI, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan ketiga. PT Gramedia, Jakarta. BATUBARA, L.P., S.P. GINTING, K. SIMANIHURUK, J. SIANIPAR dan A. TARIGAN. 2003. Pemanfaatan limbah sawit dan hasil ikutan perkebunan kelapa sawit sebagai ransum kambing potong. Pros. Seminar Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29 30 September 2003. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 106 109. DIREKTORAT JENDRAL PRODUKSI PETERNAKAN. 2001. Statistik Peternakan. Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan, Jakarta. ENSMINGER, M.E. dan R.O. PARKER. 1986. Sheep and Goats Science. 5 th Ed. The Interstate Printer & Publisher. Inc, Danville, Illinois. pp. 235 253. GATENBY, R.M. 2986. Sheep production in the tropics and subtropics. Tropical Agricultur Series, Longmans, London and New York. GINTING, S.P., L.P. BATUBARA, J. SIANIPAR, S. ELIESER dan A. TARIGAN. 2003. Studi pemanfaatan limbah industri markisa sebagai pakan kambing. Laporan Tahunan Penelitian. Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih. MCDONALD, P., R.A. EDWARD and J.F.D. GREEHALGH. 1988. Animal Nutrition. 4 th Ed. Longman Scientific & Technical, New York. PASARIBU, T., A.P. SINURAT, T. PURWADARIA, SUPRIYATI dan H.HAMID. 1998. Peningkatan nilai gizi lumpur sawit melalui proses fermentasi: Pengaruh jenis kapang, suhu dan lama proses enzimatis. JITV 3(4): 237 242. SANTOSO, S. 2002. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. SPSS Versi 10. Cetakan ketiga. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. SINURAT, A.P., T. PURWADARIA, J. ROSIDA, H. SURACHMAN, H. HAMID dan I.P. KOMPIANG. 1998. Pengaruh suhu ruang fermentasi dan kadar air substrat terhadap nilai gizi produk fermentasi lumpur sawit. JITV 3(4): 225 229. SOEDJANA, T.D., A.J. DE BOER and H.C. KNIPSCHEER. 1988. Potential uses of commercial technologies for sheep and goat. Small Ruminant. Res. 3: 249. STEEL R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1981. Principles and Prosedures of Statistical. Mc.Graw Hill Book Co. New York. SUPRIYATI dan I.P. KOMPIANG. 2002. Perubahan komposisi nutrien dari kulit ubi kayu terfermentasi dan pemanfaatan sebagai bahan baku pakan ayam pedaging. JITV 7: 150 154. 629