LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 25 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menteri Kesehatan Republik Indonesia * KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2007 NOMOR 3 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 112 TAHUN 2010 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN DI KABUPATEN SIMEULUE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2009 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DIBIDANG MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

WALIKOTA LHOKSEUMAWE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2008 T E N T A N G

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN SARANA KESEHATAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERIZINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PERIJINAN PELAYANAN KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN SARANA KESEHATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 2 Tahun 2012 Seri: B PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG KESEHATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

SKPD Penanggungjawab : DINAS KESEHATAN DAERAH. PERSYARATAN sebagai lampiran :

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR: 3 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2014

P E R A T U R A N D A E R A H

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 5 TAHUN 2008 SERI : C NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

TENTANG IZIN KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN DAN SERTIFIKASI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 of 6 02/09/09 11:29

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 4 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN SARANA PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DI BIDANG MEDIK

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BULELENG dan BUPATI BULELENG MEMUTUSKAN :

a. bahwa balai pengobatan dan rumah bersalin merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DI BIDANG MEDIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN USAHA DI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK 10 TAHUN 2003 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN SARANA KESEHATAN DAN IZIN TENAGA KESEHATAN

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN DAN TENAGA KESEHATAN

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN. Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN KESEHATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 09 TAHUN 2008 T E N T A N G

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 04 Tahun 2005 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa pelayanan di bidang kesehatan tidak semata-mata hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah tetapi juga melibatkan peran serta masyarakat; yang merupakan Sub System pelayanan untuk mendukung pembangunan Sistem Kesehatan Daerah. b. bahwa dengan meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan swasta dan meningkatnya kesadaran masyarakat sebagai pengguna pelayanan kesehatan; maka organisasi profesi sebagai pembina tenaga medis perlu didayagunakan agar mutu pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan secara optimal; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perizinan Bidang Kesehatan. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 5. Undang-undang...

- 2-5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 6 Undang-Undang Nomor 29 ahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431) 7. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 1996, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637) ; 8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan; 9 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 10 Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2000 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2001. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG Dan BUPATI TANGERANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERIZINAN BIDANG KESEHATAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang. 2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah; 4. Bupati.

- 3-4. Bupati adalah Bupati Tangerang; 5. Dinas adalah Dinas yang membidangi perizinan bidang kesehatan; 6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas yang membidangi perizinan bidang kesehatan; 7. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Tangerang; 8. Tenaga medis adalah Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter Spesialis lulusan pendidikan Kedokteran atau Kedokteran Gigi didalam maupun diluar Negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia; 9. Tenaga Paramedis adalah Bidan dan Perawat; 10. Tenaga Keterapian Medik adalah Radiografer, Radioterapis, Tehnisi Elektromedis, Analis Kesehatan, Refraksionis dan Perekam Medis; 11. Tenaga Keterapian Fisik adalah Fisioterapis, Okupasi Terapi dan Terapi Wicara; 12. Sarana Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk penyelenggaraan Upaya Pelayanan Kesehatan; 13. Pelayanan Kesehatan adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk pemeliharaan dan meningkatkan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah, perorangan, kelompok atau yayasan dalam bentuk sarana pelayanan kesehatan; 14. Pelayanan kesehatan medik adalah pelayanan medik terhadap individu atau keluarga dalam masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan; 15. Praktek perorangan adalah penyelenggaraan pelayanan medik oleh seorang dokter umum, dokter gigi atau dokter spesialis dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik; 16. Praktek berkelompok adalah penyelenggaraan pelayanan medik secara bersama oleh dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik; 17. Rumah Sakit Umum adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik dan spesialistik, pelayanan penunjang medik, pelayanan instalasi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat inap; 18. Rumah Sakit Khusus adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik tertentu, pelayanan penunjang medik, pelayanan instalasi, dan pelayanan perawatan secara rawat dan rawat inap; 19. Rumah Bersalin adalah tempat menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin dan masa nipas fisiologis termasuk pelayanan keluarga berencana serta perawatan bayi yang baru lahir; 20. Balai Pengobatan adalah tempat untuk memberikan pelayanan medik dasar secara rawat jalan; 21. Laboratorium adalah tempat yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor faktor yang berpengaruh pada kesehatan perorangan/masyarakat; 22. Apotik adalah suatu tempat dilakukan pekerjaan ke farmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat; 23. Apoteker pengelola Apotek adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA); 24. Optikal adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan mata dasar, pemeriksaan refraksi serta pelayanan kacamata koreksi dan / lensa kontak; 25. Pengobatan...

- 4-25. Pengobatan Tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatannya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat; 26. Pengobat Tradisional adalah orang melakukan pengobatan tradisional; 27. Surat Tanda Daftar Pengobat Tradisional ( STPT ) adalah Bukti tertulis yang diberikan kepada Pengobat Tradisional yang telah melaksanakan pendaftaran. 28. Pedagang eceran obat dan atau Toko Obat adalah tempat untuk menjual obat bebas dan obat bebas terdaftar secara eceran; 29. Alat Kesehatan adalah instrumen aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat yang diijinkan untuk mencegah mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta pemulihan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur memperbaiki fungsi tubuh; 30. Salon Kecantikan adalah sarana pelayanan umum untuk pemeliharaan kecantikan khususnya memelihara dan merawat Kesehatan kulit, rambut dengan menggunakan kosmetik secara manual, preparatif, aparatif dan dekoratif tanpa tindakan operasi; 31. Surat Penugasan adalah bukti tertulis yang diberikan Departemen Kesehatan kepada Tenaga Medis dan Paramedis yang telah mendaftarkan diri/registrasi sesuai peraturan perundangan yang berlaku; 32. Ijin Praktek bagi Tenaga Medis dan Paramedis adalah ijin yang diberikan Departemen Kesehatan bagi Tenaga Medis dan Paramedis untuk melakukan pelayanan Kesehatan sesuai profesinya; 33. Surat Ijin Praktek ( SIP) adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga medis dan paramedis yang menjalankan praktek setelah memenuhi persyaratan sebagai pengakuan kewenangan untuk melakukan pelayanan Kesehatan sesuai dengan profesinya; 34. Surat Ijin Kerja (SIK) adalah bukti tertulis yang diberikan Departemen Kesehatan kepada Tenaga Apoteker, Asisten Apoteker, Perawat, Keterapian Medis dan Keterapian Fisik untuk bekerja pada sarana pelayanan Kesehatan; 35. Surat Ijin Bidan (SIB) adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pelayanan asuhan kebidanan di seluruh Wilayah RI; 36. Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam melaksanakan profesi secara baik; 37. Organisasi Profesi adalah Ikatan profesi Tenaga Kesehataan seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Ikatan Sarjana farmasi Indonesia (ISFI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan Ikatan Organisasi Profesi lainnya; 38. Rekomendasi merupakan suatu bukti tertulis yang menguatkan seorang untuk dapat memperoleh ijin; 39. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah tempat yang dipergunakan untuk memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat yang meliputi Puskesmas, Puskesmas dengan tempat perawatan, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. BAB...

- 5 - BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud Mengatur dan penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan sehingga kualitas pelayanan dapat terjamin Pasal 3 Pengaturan Perizinan Bidang Kesehatan bertujuan untuk : a. Terjaminnya perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan Kesehatan b. Terjaminnya kelangsungan peyelenggaraan Praktek Tenaga Medis dan paramedis, Sarana Pelayanan Kesehatan sesuai dengan kewenangan yang diberikan. BAB III PERIZINAN, TANDA DAFTAR, REKOMENDASI Pasal 4 (1) Setiap orang atau badan hukum dapat menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan. (2) Dinas menyelenggarakan pelayanan Perizinan, Tanda Daftar, dan Rekomendasi bagi penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan, sarana dan atau pelayanan umum yang berdampak terhadap kesehatan. Pasal 5 Perizinan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2) meliputi : a. Izin Praktek Tenaga Medis dan Paramedis, meliputi : 1. Dokter Umum; 2. Dokter Gigi; 3. Dokter Spesialis; 4. Dokter Gigi Spesialis; 5. Praktek Berkelompok Dokter Umum; 6. Praktek Berkelompok Dokter Gigi; 7. Praktek Berkelompok Dokter Spesialis; 8. Praktek Berkelompok Dokter Gigi Spesialis; 9. Bidan; 10. Perawat. b. Surat..

- 6 - b. Surat Izin Praktek (SIP) bagi tenaga medis disebut Surat Izin Praktek Tenaga Medis bagi Bidan disebut Surat Izin Praktek Bidan dan Perawat disebut Surat Izin Praktek Perawat. c. Bagi Tenaga Medis yang belum menjalankan masa bakti diberikan Surat Izin Praktek Tenaga Medis sementara. d. Izin Kerja bagi Tenaga Kesehatan, meliputi : 1. Apoteker 2. Asisten Apoteker; 3. Perawat dan Perawat Gigi; 4. Tenaga Keterapian medik; 5. Tenaga Keterapian Fisik. e. Izin Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan, meliputi : 1. Rumah Bersalin; 2. Balai Pengobatan; 3. Balai Pengobatan 24 Jam. f. Izin Pendirian Sarana Pelayanan Kesehatan, meliputi : 1. Rumah Sakit Umum; 2. Rumah Sakit Khusus. g. Izin Penyelenggaraan Sarana Penunjang Medik, meliputi : 1. Laboratorium Kesehatan; 2. Apotik; 3. Pedagang eceran obat dan atau toko obat; 4. Optik; 5. Klinik Radiologi; 6. Klinik Fisioterapi. Pasal 6 Tanda Daftar sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2), meliputi : a. Tanda Daftar Pengobat tradisional keterampilan; b. Tanda Daftar Pengobat tradisional ramuan; c. Tanda Daftar Pengobat tradisional pendekatan agama; d. Tanda Daftar Pengobat tradisional supranatural. Pasal 7 Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2), meliputi : a. Rekomendasi produsen dan atau penyalur alat kesehatan dan kosmetik b. Salon kecantikan Pasal

- 7 - Pasal 8 Perizinan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5, Tanda Daftar sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 dan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 tidak boleh dipindahtangankan. BAB IV BENTUK PENYELENGGARAAN Pasal 9 Bentuk Penyelenggaraan Praktek Tenaga Medis dan Paramedis adalah : a. Praktek Tenaga Medis dan Paramedis dapat dilakukan secara perorangan ataupun berkelompok; b. Dalam hal dilaksanakan secara berkelompok diwajibkan menunjuk seorang Dokter sebagai pimpinan yang bertanggung jawab untuk penyelenggaraan pelayanan; c. Praktek berkelompok dokter spesialis terdiri dari 3 (tiga) atau lebih dokter spesialis dengan disiplin ilmu yang berbeda; d. Praktek berkelompok sebagaimana dimaksud pada huruf a,b dan c dapat dilaksanakan sebagai praktek sore hari atau praktek 24 Jam. Pasal 10 Bentuk penyelenggaraan sarana pelayanan kesehatan adalah Badan Hukum Pasal 11 Sarana pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada pasal 10 terdiri dari : 1. Balai Pengobatan dengan 1 (satu) Dokter dan atau 1 (satu) Paramedis. 2. Balai pengobatan dengan 3 (tiga) Dokter dan 3 (tiga) Paramedis. 3. Rumah bersalin dengan 1(satu) dokter dan 3 (tiga) Bidan sebagai pelaksana. Pasal 12 (1) Balai Pengobatan sebagaimana dimasud dalam pasal 11 angka 1, hanya diperbolehkan berpraktek pada sore hari (2) Balai Pengobatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 angka 2 dapat melakukan praktek 24 jam. (3) Rumah bersalin sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 angka 3 dapat melakukan praktek 24 Jam Pasal 13 (1) Rumah sakit yang sudah mendapatkan izin mendirikan dapat menyelenggarakan operasionalnya setelah mendapat Izin Operasional dari Dinas Propinsi. (2) Klasifikasi..

- 8 - (2) Klasifikasi dan type rumah sakit ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 14 (1) Penyelenggaraan penunjang medis dapat dilakukan oleh perorangan ataupun Badan Hukum. (2) Perorangan atau Badan Hukum mengangkat seorang penanggung jawab sebagai penanggung jawab teknis kegiatan penyelenggaraan penunjang medis Pasal 15 (1) Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional diberikan kepada perorangan yang mempunyai keahlian sebagai pengobat tradisional, keterampilan ramuan, pendekatan agama dan supranatural. (2) Pengobat Tradisional dengan cara Supranatural harus mendapatkan rekomendasi dari Kejaksaan Negeri Kabupaten Tangerang. (3) Pengobat Tradisional dengan cara pendekatan agama harus mendapatkan rekomendasi dari Kantor Departemen Agama Kabupaten. Pasal 16 (1) Rekomendasi ditujukan kepada Dinas yang berwenang mengeluarkan ijin untuk kelengkapan administrasi perizinan. (2) Masa berlaku Rekomendasi adalah 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak diterbitkan, dan dapat diperbaharui. Pasal 17 (1) Setiap penyelenggara Sarana Pelayanan Kesehatan wajib memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan tehnis. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Bupati. BAB V MASA BERLAKU IZIN, TANDA DAFTAR, REKOMENDASI Pasal 18 (1) Masa berlaku Izin Praktek Tenaga Medis dan Paramedis adalah sebagi berikut : a. Surat Izin Praktek Tenaga Medis (SIPTM) Sementara berlaku selama 6 bulan dan dapat di perpanjang paling banyak 2 (dua) kali. b. Surat Izin Praktek Tenaga Medis berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. c. Surat...

- 9 - c. Surat Izin Praktek Bidan berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat di perbaharui setelah habis masa berlakunya d. Surat Izin Praktek Perawat berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat di perbaharui setelah habis masa berlakunya e. Surat Izin Praktek Berkelompok berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. (2) Surat Izin Kerja bagi Tenaga Kesehatan (SIK) berlaku selama bukti tertulis pemberian kewenangan dari Departemen Kesehatan masih berlaku dan selanjutnya dapat diperbaharui. (3) Masa berlaku Izin Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan adalah sebagai berikut : a. Masa berlaku Izin Sementara adalah 6 (enam) bulan sejak di keluarkan dan dapat di perpanjang sebanyak 1 (satu) kali. b. Masa berlaku Izin Tetap adalah 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. (4) Masa berlaku Izin Pendirian Rumah Sakit adalah 1 (satu) tahun dan dapat diperbaharui sebanyak 1(satu) kali. (5) Masa berlaku Izin Penyelenggaraan Sarana Penunjang Medik adalah sebagai berikut : a. Izin Penyelenggaran Laboratorium Kesehatan : 1. Masa berlaku Izin Sementara adalah 6 (enam) bulan dan dapat di perbaharui sebanyak 1 (satu) kali. 2. Masa berlaku Izin Tetap adalah 3 ( tiga ) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. b. Izin Penyelenggaraan Apotik berlaku untuk seterusnya selama Apoteker yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotek dapat melaksanakan tugasnya dan masih memenuhi persyaratan. c. Izin penyelenggaran Optik berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. d. Izin penyelenggaran Klinik Radiologi berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. e. Izin penyelenggaran Klinik Fisioterapi berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. (6) Masa berlaku Tanda Daftar Pengobat Tradisional adalah 1 (satu) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. BAB VI PEJABAT YANG BERWENANG MEMBERIKAN IZIN, TANDA DAFTAR, REKOMENDASI Pasal 19 Pejabat yang berwenang memberikan Izin, Tanda Daftar Pengobat Tradisional Rekomendasi adalah Kepala Dinas. dan BAB...

- 10 - BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 20 (1) Pemegang SIP, SIK, Izin Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan dan Izin Penyelenggaraan Sarana Penunjang Medik berhak untuk melakukan kegiatan sesuai izin yang dimiliki. (2) Pemegang SIP, SIK mempunyai hak perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai prosedur operasional dan standar profesi Pasal 21 (1) Pemegang SIP, SIK, Izin Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan dan Izin Penyelenggaraan Sarana Penunjang Medik berkewajiban : a. Memasang izin penyelenggaraan pada Sarana Pelayanan Kesehatan yang bersangkutan apabila telah melakukan kegiatan pelayanan kesehatan. b. Melakukan kegiatan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan berdasarkan peraturan yang berlaku. c. Melakukan fungsi sosial Sarana Pelayanan Pelayanan Kesehatan. d. Memasang papan nama pada tempat yang mudah dibaca dan diketahui oleh umum sesuai dengan peraturan yang berlaku. e. Menciptakan rasa aman, nyaman dan membina hubungan harmonis dengan lingkungan tempat melakukan kegiatan. (2) Pemegang SIP, SIK berkewajiban : a. Memberikan pertolongan pertama kepada penderita gawat darurat tanpa memungut uang muka terlebih dahulu. b. Merujuk pasien ke dokter atau ke dokter gigi yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan. c. Menyimpan rahasia kedokteran dan membuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan d. Menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya e. Menambah dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pelayanan kesehatan f. Melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tanpa memandang suku, ras, agama dan sosial ekonomi. g. Mendukung Program Kesehatan Pemerintah serta berkoordinasi dengan Dinas dan atau Puskesmas. h. Sarana pelayanan kesehatan Rumah sakit memberikan 25 % dari tempat tidur kelas III untuk pelayanan bagi Pemegang Kartu Sehat dan Keluarga Tidak Mampu. i. Mendukung...

- 11 - i. Mendukung Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) dengan mengirim laporan secara berkala dan segera melaporkan setiap pelayanan yang bersifat Kejadian Luar Biasa (KLB) ke Dinas dan atau Puskesmas. (1) Pengobat Tradisional berkewajiban : Pasal 22 a. Menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan Hygiene dan Sanitasi serta aman bagi Kesehatan dan sesuai metode keilmuannya b. Memberikan ramuan Obat Tradisional yang aman bagi kesehatan. c. Memberikan informasi yang jelas dan tepat kepada Pasien tentang tindakan pengobatan yang dilakukannya dan harus mendapat persetujuan pasien dan atau keluarganya (2) Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c dapat diberikan secara tertulis maupun lisan. Pasal 23 Apoteker Pengelola Apotek wajib menyediakan, menyimpan, mencatat dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan terjamin keabsahannya BAB VIII LARANGAN Pasal 24 Pendirian pelayanan kesehatan swasta, Rumah Sakit, Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin dilarang satu atap dan atau berlokasi dengan kegiatan umum Pasal 25 (1) Tenaga Medis dilarang : a. Melakukan tindakan dan atau perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi serta menjalankan praktek diluar ketentuan yang tercantum dalam SIP. b. Memberikan dan atau meracik obat kecuali suntikan. c. Menjalankan praktek dalam keadaan fisik dan mental terganggu. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b tidak berlaku bagi tenaga medis yang bertugas untuk menolong orang sakit dalam keadaan darurat dan tidak ada apotik yang dapat dijangkau. Pasal 26 (1) Apoteker Pengelola Apotek dilarang untuk mengganti obat generik yang ditulis didalam resep dengan obat paten. (2) Apoteker.

- 12 - (2) Apoteker Pengelola Apotek dilarang untuk menggunakan sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat dipergunakan lagi. Pasal 27 Penyelenggara pedagang eceran obat dan atau toko obat dilarang : a. Menerima resep dokter. b. Membuat obat, membungkus kembali, meracik dan mencampur bahan-bahan obat. c. Menjual obat-obat keras, narkotika dan obat-obatan berbahaya. d. Menjual obat-obatan yang telah rusak e. Mengganti, menghilangkan atau membuat tidak jelas merek dan pembungkus obat. f. Bertindak sebagai pedagang besar farmasi. Pasal 28 Pengobat Tradisonal dilarang : a. Menggunakan peralatan Kedokteran dan Penunjang Diagnostik Kedokteran b. Memberikan dan atau menggunakan obat modern, obat keras, narkotika dan psikotropika serta bahan berbahaya c. Menggunakan obat tradisional pabrikan yang tidak terdaftar dan obat tradisional racikan yang bahan bakunya tidak memenuhi syarat Kesehatan d. Mempromosikan diri secara berlebihan dan memberikan informasi yang menyesatkan. BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 29 (1) Kepala Dinas dan atau organisasi profesi serta Konsil Kedokteran Indonesia melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga medis dan paramedis yang menjalankan praktek serta Penyelenggaraan Sarana Pelayanan dan Penunjang Medik. (2) Kepala Dinas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengobat tradisional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu dan manfaat dan keamanan pengobatan tradisonal, (3) Pelaksanaan Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara bersama dengan lintas sektoral terkait dan mengikutsertakan Organisasi Profesi Kesehatan (4) Kepala Dinas bersama Instansi terkait ikut melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Sarana Pelayanan yang berhubungan dengan Kesehatan yang dikeluarkan oleh Dinas Instasi Terkait lainnya. Pasal.

- 13 - Pasal 30 (1) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) meliputi : a. Kepala Dinas bersama organisasi profesi melakukan pemantauan standar pelayanan sesuai dengan izin yang dimiliki oleh tenaga medis, paramedis dan atau keterapian medis. b. Organisasi profesi mempunyai kewajiban membina tenaga medis, paramedis dan keterapian medis untuk meningkatkan kompetensinya dalam pemenuhan Akreditasi. Pasal 31 Kepala Dinas bersama organisasi profesi melakukan pertemuan secara periodik untuk melakukan evaluasi pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 30. BAB X S A N K S I Bagian Pertama Sanksi Administrasi Pasal 32 (1) Tenaga Medis, Paramedis, Sarana Pelayanan Kesehatan dan Sarana Penunjang Pelayanan Medik serta Pengobat Tradisional yang melanggar ketentuan pasal peraturan daerah ini dapat dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan sementara SIP, SIK, Izin Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Untuk pelanggaran ringan, berupa pencabutan sementara SIP, SIK, Izin Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan selama-lamanya 3 (tiga) bulan; b. Untuk pelanggaran sedang, SIP, SIK, Izin pal;ing lama Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan paling lama 6 (enam) bulan; c. Untuk pelanggaran berat pada Sarana Pelayanan Kesehatan dan Sarana Penunjang Pelayanan Medik dapat dilakukan pencabutan izin, bagi pemegang SIP dan SIK dilakukan pencabutan izin sementara paling lama 1 (satu) tahun. (2) Pencabutan sementara SIP/SIK sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dilakukan setelah diberikan peringatan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut masing-masing dengan tenggang waktu 30 hari. (3) Pengobat tradisional yang melaksanakan kegiatan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dikenakan sanksi berupa : a. Peringatan lisan; b. Peringatan tertulis; c. Pencabutan Surat Tanda Daftar Pengobat Tradisional dengan larangan melakukan pekerjaan sebagai Pengobat Tradisional. (4) Kepala Dinas...

- 14 - (4) Kepala Dinas dapat menetapkan sanksi administrasi sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1), (2) dan ayata (3) (5) Kepala Dinas dapat memberikan peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) dengan mempertimbangkan saran organisasi profesi. Bagian Kedua Sanksi Pidana Pasal 33 Setiap Tenaga Medis, dan Paramedis yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki Surat Izin Praktik, tidak memasang papan nama, dan tidak membuat rekam medik dapat dipidana sesuai dengan 76, Pasal 79, dan Pasal 80 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 35 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Ditetapkan di Tigaraksa pada tanggal 29 Desember 2005 BUPATI TANGERANG ttd H. ISMET ISKANDAR Diundangkan di Tigaraksa pada tanggal 29 Desember 2005 SEKRETARIS DAERAH ttd H. NANANG KOMARA LEMBARAN DAERAH TAHUN 2005 NOMOR 04

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERIZINAN BIDANG KESEHATAN I. PENJELASAN UMUM Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah tetapi juga dengan melibatkan peran serta masyarakat, dan upaya pelayanan kesehatan swasta merupakan bagian dari subsistim pelayanan kesehatan untuk mendukung pembangunan kesehatan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya pembinaan, pengendalian dan pengawasan untuk mengatur agar lebih tertata dan penyebarannya merata sesuai kebutuhan masyarakat. Pembinaan, pengendalian dan pengawasan dimaksudkan juga untuk untuk menjaga kwalitas pelayanan dan perlindungan bagi masyarakat terhadap praktek-praktek pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung jawab, serta untuk menjamin kepastian hukum bagi penyelengaraan pelayanan kesehatan swasta maka perlu diatur prosedur dan perizinan dibidang kesehatan dengan peraturan daerah II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 a. Yang dimaksud dengan Tanda Daftar Pengobat Tradisional Ketrampilan terdiri dari pengobat tradisional pijat urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, akupresuris, akupunturis, chiropractor dan pengobat trasional lainnya yang metodenya sejenis; b. Pengobat tradisional ramuan terdiri dari pengobat tradisional Indonesia (jamu), gurah, tabib, shinse, homoeopathy, aromaterapist dan pengobat tradisonal lainnya yang methodenya sejenis; c. Pengobat..

- 2 - c. Pengobat tradisional pendekatan agama terdiri dari pengobat tradisional dengan pendekatan agama Islam, Kristen, Khatolik, Hindu atau Budha; d. Pengobat tradisional supranatural terdiri dari pengobat tradisional tenaga dalam (prana), paranormal, reiky master, qigong, dukun kebhatinan dan pengobat tradisional lainnya yang methodenya sejenis. Pasal 7 a. Rekomendasi diberikan untuk mendukung seseorang atau badan hukum untuk mendapatkan ijin. b. Rekomendasi salon kecantikan diberikan kepada salon yang memakai bahan dan alat-alat medis Pasal 8 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Yang dimaksud dengan Dinas Propinsi adalah Dinas yang membidangi perizinan dibidang kesehatan yang berada di Propinsi Banten Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Yang dimaksud hari adalah hari kalender. Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal

- 3 - Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Yang dimaksud dengan tempat umum adalah pasar, mall dan terminal. Pasal 25 Pasal 26. Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Yang dimaksud dengan Konsil Kedokteran Indonesia adalah suatu badan otonom, mandiri, non strutural dan bersifat independen yang terdiri atas konsil kedokteran dan konsil kedokteran gigi Pasal 30 Pasal 31 Cukup Jelas Pasal 32 Dalam penentuan sanksi administrasi untuk pelanggaran ringan sedang dan berat, ditentukan setelah dilakukan pemeriksaan dengan memperhatikan saran dari organisasi Profesi Pasal 33 Cukup Jelas Pasal 34 Cukup Jelas Pasal 35 Cukup Jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH TAHUN 2005 NOMOR 0406