I. PENDAHULUAN. merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan. Sejalan dengan kehadiran negara modern, kemandirian dan kemampuan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Asal usul bangsa Lampung berasal dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

I. PENDAHULUAN. mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia, setiap kebudayaan adalah hasil

I. PENDAHULUAN. Lampung Pepadun yang berdialek nyow dan Lampung Saibatin yang berdialek

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dengan keanekaragaman adat istiadat yang terdiri dari berbagai macam

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara kepulauan, yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, yang

Provinsi Lampung memiliki dua masyarakat adat yaitu Lampung Saibatin (jurai saibatin) dan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

I. PENDAHULUAN. salah satu faktor penyebab keinginan manusia untuk hidup. membentuk sebuah komunitas yaitu masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

I. PENDAHULUAN. Sebagai bangsa yang multikultur Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

1 PENDAHULUAN. dengan julukan Sang Bumi Ruwa Jurai yang berarti satu bumi yang didiami

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Hukum Adat. Perkataan adat adalah istilah yang dikutip dari bahasa Arab, tetapi boleh dikatakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan memiliki keragaman

BAB I PENDAHULUAN. antaranya, waris menurut hukum BW (Burgerlijk Wetboek), hukum Islam, dan. Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

I. PENDAHULUAN. dan hal ini menunjukkan betapa eksisnya kesadaran primordial dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Untuk memberikan gambaran yang memperjelas permasalahan yang akan dibahas

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

BAB I PENDAHULUAN. ratus) pulau-pulau yang tersebar di nusantara, masyarakat Indonesia terbagai

I. PENDAHULUAN. Kedudukan desa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 diakui sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB 1 PENDAHULUAN. vital dalam kehidupan dan penghidupan bangsa, pendukung negara yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

II TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat hukum adat disebut juga dengan istilah masyarakat tradisional atau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Dalam tinjauan pustaka ini terdapat beberapa konsep yang diperkuat dengan pendapat para ahli,

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 1 TAHUN 1971 TENTANG BENTUK LAMBANG DAERAH PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

MARGA PUGUNG TAMPAK: STUDI KONFLIK KELUARGA DALAM SISTEM PEWARISAN PADA MASYARAKAT PESISIR UTARA LAMPUNG. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu sistem sosial. Anton Moelyono dalam Onong U (2002:7) Peranan. baik serta dapat mempengaruhi sesuatu hal lain.

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tradisi adalah sebuah kata yang sangat akrab terdengar dan terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

1. PENDAHULUAN. agama, dan adat kebiasaan yang tersebar di kota-kota dan desa-desa. Keragaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

I. PENDAHULUAN. sendiri dalam mengatur kehidupan kemasyarakatannya. kecamatan (Widjaya, HAW 2008: 164). Secara administratif desa berada di

QANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MASYARAKAT HUKUM ADAT (VERSI KEMENDAGRI)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

I. PENDAHULUAN. adat Lampung Saibatin dan masyarakat adat Lampung Pepadun. Masyarakat adat

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara historis desa merupakan cikal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum Negara bangsa ini terbentuk. Struktur sosial sejenis desa, masyarakat adat dan lain sebagainya telah menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi yang sangat penting. Desa merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri serta relatif mandiri. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan tingkat keragaman yang tinggi membuat desa mungkin merupakan wujud bangsa yang paling kongkret. Sejalan dengan kehadiran negara modern, kemandirian dan kemampuan masyarakat desa mulai berkurang. Kondisi ini sangat kuat terlihat dalam pemerintahan Orde Baru yang berdasarkan Undang Undang No 5 Tahun 1979 melakukan sentralisasi, birokratisasi dan penyeragaman pemerintahan desa, tanpa menghiraukan kemajemukan masyarakat adat dan pemerintahan asli, dan Undang-Undang ini melakukan penyeragaman secara nasional. Sprit ini kemudian tercermin dalam hampir semua kebijakan pemerintahan pusat yang terkait dengan desa.

2 Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang pluralistik, yaitu masyarakat yang terdiri dari bermacam-macam suku dan adat istiadat yang tersebar dari seluruh kepulauan di Indonesia. Setiap daerah mempunyai tradisi, bahasa serta adat istiadat tersendiri, baik yang menyangkut hukum waris adatnya, perkawinan adat, hukum kekerabatan maupun harta kekayaan adat. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 adat istiadat dan budaya diakui oleh Negara dan diberikan keleluasaan untuk mengembangkan diri sesuai dengan budaya dan adat istiadatnya masing-masing. Hal ini termuat dalam pasal 28C yang berbunyi : 1. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia. 2. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan Negara. Adat istiadat merupakan cerminan bangsa Indonesia dan merupakan identitas diri bangsa. Pengakuan ini termuat dalam Undang-undang 1945 pasal 28i yang berbunyi : Identitas budaya dan hak masyarakat tradisonal dihormati selaras dengan zaman dan peradaban. Adat istiadat ini juga termuat dalam PP No. 72 Tahun 2005 dimana dalam penjelasan umumnya menyatakan bahwa desa dapat membentuk lembagalembaga kemasyarakatan misalnya lembaga adat. Lembaga kemasyarakatan

3 bertugas membantu pemerintah desa dan merupakan mitra bagi lembaga pemerintah. Tokoh adat yang ada dalam suatu wilayah desa harus dilibatkan oleh pemerintahan desa dalam kegiatan-kegiatan pemerintah. Menurut P2NB (1995/1996:17) masyarakat Lampung sebagai salah satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan pulau Sumatra, memiliki falsafah atau pandangan hidup yaitu Piil Pesenggiri. Masyarakat Lampung terbagi menjadi dua kelompok adat yaitu Masyarakat yang menganut adat Saibatin dan masyarakat yang menganut adat Pepadun. Masyarakat yang menganut adat Saibatin pada umumnya tinggal di pesisir pantai seperti di sepanjang pantai Teluk Betung,Teluk Semangka, Krui, Liwa, Pesisir Rajabasa, Malinting, dan Kalianda sedangkan masyarakat yang menganut adat Pepadun umumnya mendiami daerah-daerah pedalaman seperti Abung, Way Kanan, Sungkai, Tulang Bawang Dan Pubian. Masyarakat Lampung merupakan masyarakat kekerabatan bertalian darah menurut garis keturunan ayah (Geneologis-Patrilinial), yang terbagibagi dalam masyarakat keturunan menurut Poyang asalnya masing-masing yang disebut "buay", misalnya Buay Pernong, Buay Belunguh, Buay Bejalan di Way, Buay Nyerupa dan sebagainya. Setiap kebuayan itu terdiri dari berbagai "jurai" dari kebuwaian, yang terbagi-bagi pula dalam beberapa kerabat yang terikat pada satu kesatuan rumah asal (nuwou tubou, lamban tuha). (Kiay Faksi, 1995 : 41). Kemudian dari rumah asal itu terbagi lagi dalam beberapa rumah kerabat (nuwou balak, lamban gedung). Ada kalanya buay-buay itu bergabung

4 dalam satu kesatuan yang disebut "paksi". Setiap kerabat menurut tingkatannya masing-masing mempunyai pemimpin yang disebut "penyimbang" yang terdiri dari anak tertua laki-laki yang mewarisi kekuasaan Ayah secara turun temurun. Hubungan kekerabatan adat Lampung terdiri dari lima unsur yang merupakan lima kelompok yaitu : a. Kelompok wari atau adik wari, yang terdiri dari semua saudara laki-laki yang bertalian darah menurut garis ayah, termasuk saudara angkat yang bertali darah. b. Kelompok lebuklama yang terdiri dari saudara laki-laki dari nenek ibu dari ayah dan keturunannya dan saudara laki-laki dari ibu dan keturunannya. c. Kelompok baimenulung yang terdiri dari saudara-saudara wanita dari ayah dan keturunannya. d. Kelompok kenubi yang terdiri dari saudara-saudara karena ibu bersaudara dan keturunannya. e. Kelompok lakau-maru, yaitu para ipar pria dan wanita serta kerabatnya dan para saudara karena istri bersaudara dan kerabatnya. Adat istiadat Lampung sama halnya dengan adat istiadat daerah lainnya dan merupakan kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Adat ini diwarisi secara turun temurun, di bina dan di kembangkan secara tradisi karena masyarakat Lampung khususnya yang beradat Saibatin dalam menentukan penyimbang adat sifatnya sangat tertutup dan bersifat patrilineal geneologis (mengikuti garis keturunan lakilaki). (Kiay Faksi, 1995 : 43).

5 Masyarakat adat yang hidup secara turun temurun mempunyai tatanan kehidupan sesuai dengan norma-norma yang berlaku bagi masyarakat tersebut. Masyarakat adat sebagai pranata sosial mempunyai kehidupan sosial yang secara turun-temurun dijaga dan dikembangkan oleh mayarakat tersebut. Pranata sosial masyarakat adat yang masih terjaga dengan baik biasanya sangat sulit untuk dimasuki oleh hal-hal yang bersifat negatif dan dianggap tidak sesuai dengan ketentuan adat istiadat. Dewasa ini masyarakat adat Indonesia semakin termarginalkan. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh budaya-budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Dalam konteks pemerintahan secara histori tatanan masyarakat adat lokal pernah diakui sebagai masyarakat madani yang sangat kontemporer. Kenyataan saat ini bahwa peranan masyarakat adat dalam tatanan pemerintahan adat tidak difungsikan lagi sehingga tidak sedikit permasahan-permasalahan yang sebenarnya dapat diselesaikan dalam tatanan adat justru menjadi ranah kekuasaan Negara, yang pada akhirnya absolutisme semu dari aturan formal negara menjadi belenggu bagi demokratisasi masyarakat adat. Masyarakat adat dalam tatanan kenegaraan kita merupakan masyarakat madani. Pemaknaan masyarakat madani secara definitif berlaku seiring dengan beragamnya elemen-elemen masyarakat sekaligus perjalanan sejarahnya masing-masing. Adanya nilai dan norma dalam masyarakat sebagai salah satu ciri masyarakat madani memperlihatkan keteraturannya berdasarkan konvensi yang berlangsung di antara mereka. Namun, nilai dan

6 norma hanya akan menjadi angan-angan kosong ketika ia tidak dimanifestasikan secara kelembagaan yaitu adanya struktur, garis hirarki kewenangan, pembagian kekuasaan, tanggung jawab, interaksi antar individu, serta program kerja yang berada pada garis rencana strategis. Dengan kata lain, terjadi hubungan saling melengkapi antara aspek substansial dan formal. Suatu gagasan ideal sebagai aspek substansial hanya menjadi mimpi ketika ia tidak diwujudkan dalam bentuk formal. Suatu formalitas tanpa muatan gagasan ideal sebagai aspek substansialnya akan kehilangan ruh. Dalam beberapa hal pemerintahan adat Saibatin Marga Belunguh mempunyai peranan yang sangat penting bagi Pemerintahan Desa dalam menjalankan roda pemerintahannya. Salah satunya yang menyangkut kepentingan adat-istiadat setempat, seperti pada saat akan dilaksanakannya upacara pernikahan dan penyelesaian sengketa yang terjadi dalam masyarakat adat khususnya sengketa tanah adat dan mengawasi kinerja pemerintahan desa. Mengenai urusan pada saat akan dilaksanakannya kegiatan upacara pernikahan dan penyelesaian sengketa dalam masyarakat adat, pemerintahan Desa Bedudu melimpahkan atau diambil alih oleh Pemerintahan Adat Saibatin Marga Belunguh untuk dapat mengatur pelaksanaan kegiatan tersebut agar dapat terselenggara dengan baik. Sedangkan permasalahan pengawasan kinerja pemerintahan desa dilakukan oleh Pemerintahan Adat Saibatin Marga Belunguh melalui teguran dan memberikan masukan kepada Pemerintah Desa untuk dipertimbangkan apabila terdapat kejanggalan yang tidak sesuai dengan adat-istiadat

7 setempat. Sehingga sedikit banyak pemerintahan adat masih mempunyai peranan dalam pemerintahan desa. Kenyataan ini merupakan realita yang terjadi pada tatanan masyarakat adat. Legalitas akan fungsi dan perannya dalam pemerintahan secara formal terkesan hanya sebagai pelengkap mengingat dalam hal-hal yang teknis menyangkut masyarakat yang secara adat terjaga akan menjadi urusan pemerintahan secara formal. Salah satu contoh kasus yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintahan adat dalam penyelesaiannya yaitu masalah sengketa tanah adat. Dalam hal penyelesaian sengketa adat memang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintahan adat dalam menyelesaikan permasalahan ini, karena selain berada dalam wilayah adat setempat juga tanah tersebut merupakan pemberian adat dengan adanya izin pembukaan lahan dari pemerintahan adat dahulunya. Adapun aturan pembukaan lahan tersebut yaitu dimulai dari nangguh atau pamit kepada kepala adat, kemudian dialanjutkan dengan mancang atau matok lahan yang akan digarap dan dilanjutkan dengan nyecar/ngusi atau proses dimulainya pembukaan hutan yang akan dijadikan lahan perkebunan. Sehingga wajar apabila pemerintahan adat lebih berhak dari pada pemerintahan desa dalam menyelesaikan permasalahan sengketa dalam masyarakat adat khususnya sengketa tanah adat. Karena selain lebih mengerti asal usul kepemilikan tanah yang disengketakan juga masyarakat adat lebih taat/patuh kepada pemerintahan adat dibandingkan dengan pemerintahan desa. Akan tetapi banyak kasus sengketa tanah yang berada

8 dalam wilayah adat diselesaikan oleh masyarakat adat melalui pemerintahan desa. Sehingga dapat dipastikan dengan diambil alihnya penyelesaian sengketa tanah dalam masyarakat adat ini oleh pemerintahan desa dapat mengurangi peran pemerintahan adat dalam pemerintahan desa. Pemerintahan adat merupakan mitra bagi Pemerintahan Desa dalam menjalankan roda pemerintahan. Walaupun semakin lama semakin terkikis peranannya dalam Pemerintahan Desa, akan tetapi peranan Pemerintahan Adat tidak bisa dihilangkan dalam hal penyelesaian sengketa yang terjadi dalam masyarakat adat khususnya sengketa tanah adat. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul : Peranan Pemerintahan Adat Lampung Saibatin Dalam Pemerintahan Desa Bedudu. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Peranan Pemerintahan Adat Lampung Saibatin Dalam Pemerintahan Desa Bedudu? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Peranan Pemerintahan Adat Lampung Saibatin dalam Pemerintahan Desa Bedudu. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

9 a. Secara Teoritis, sebagai salah satu kajian Ilmu Pemerintahan, khususnya Pemerintahan adat Lampung Saibatin Marga Belunguh dalam penyelengaraan Pemerintahan Desa Bedudu. b. Secara Praktis, sebagai salah satu masukan dalam meningkatkan peranan Pemerintahan Adat Lampung Saibatin dalam Pemerintahan Desa Bedudu.