BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan industri di bidang fashion sangat berkembang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang inovatif baik bergerak dalam bidang barang ataupun jasa. Dimana kinerja. saing, baik di pasar lokal maupun pasar global.

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan

BAB I PENDAHULUAN Sumber : BPS di internet

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah distro distribution outlet

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam industri yang sama, dengan meningkatnya tingkat persaingan maka

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di kalangan industri atau dunia bisnis. Setiap perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya dengan melihat pentingnya sebuah brand image. Konsumen dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (pikiranrakyatonline.com, 2013) (Simamora, 2006) (Kotler, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Greenlight Clothing. : Jalan Soekarno Hatta no.723, Bandung Telepon :

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya berbagai kebebasan dan kemudahan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. atas yang terkenal dan sudah tak terhitung jumlahnya. Dalam urusan fashion,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (APRINDO), mengungkapkan bahwa pertumbuhan bisnis retail di indonesia

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga,

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi perubahaan gaya hidup. Manusia selalu berusaha untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. retail. Khususnya penjualan pada produk sabun antiseptik, para penjual harus

BAB I PENDAHULUAN. Hongkong, dan Australia. Selama periode Januari-November 2012, data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 1.1 Logo UNKL347

BAB I PENDAHULUAN. penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia fashion di Indonesia bisa dikatakan berkembang sangat pesat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Produk tekstil pada umumnya ditujukan untuk mendukung industri mode. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi terus berkembang kearah yang lebih baik. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dan terkait dengan tren yang sedang berlaku. Masyarakat sudah menyadari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan lahan subur bagi pemasaran berbagi macam produk

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari merek yang tertera pada produk tersebut. penjual dan untuk mendiferensikannya dari barang atau jasa pesaing.

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak produsen memilih menggunakan selebriti sebagai endorser untuk

BAB I PENDAHULUAN. amat menjanjikan ( Sebagai buktinya, Revlon memenangkan Top Brand Award 2013 kategori

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan macam-macam pilihan dan keistimewaannya. mereka dalam kaitannya menghadapi persaingan yang ketat dengan competitor.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kondisi persaingan dunia bisnis yang semakin ketat

BAB I PENDAHULUAN. ketika akan memutuskan untuk memiliki suatu produk. Keputusan itu akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Strategi merek pribadi telah menjadi kategori unggul keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. belanjanya, terutama untuk produk-produk fashion seperti baju, celana, sepatu dan lainlainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini kebutuhan manusia akan suatu produk semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia bisnis dan usaha di Indonesia saat ini sangatlah berkembang.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Keputusan Pembelian. akan dikemukakan definisi mengenai keputusan membeli menurut para ahli.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Perilaku konsumen merupakan sebuah fenomena yang unik untuk dipelajari dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. topik penelitian selama beberapa dekade terakhir. Budaya dan sejarah yang

I. PENDAHULUAN. sekarang ini dimana perubahan teknologi dan arus informasi yang sangat cepat mendorong

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memperluas target pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang, dunia pemasaran sudah semakin ketat,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dewasa ini telah memasuki era globalisasi dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2008). Oleh karena itu, kegiatan

BAB II KERANGKA TEORI. Manfaat merek adalah nilai personal produk yang diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

distro distro distro Sumber : (2015)

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Peralatan canggih dan ditunjang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi merupakan suatu unsur penting dalam pembangunan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku keputusan pembelian dan loyalitas merek sudah lama menjadi

Pertemuan Pertemuan 7 3

A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menawarkan produknya. Berbagai macam cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berawal memiliki cukup pelanggan loyalitas dengan sekejap bisa kehilangan

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan adanya perusahaan-perusahaan yang mampu menawarkan produk

I. PENDAHULUAN. Dunia yang semakin hari semakin berkembang menuntut manusia untuk maju

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran (Kotler,2003).

BAB I PENDAHULUAN. bentuk persaingan.dalam kondisi ini maka sudah seharusnya bidang. usaha di tuntut untuk mengetahui dan mengikuti perkembangan dari

B AB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di pasar sepatu Indonesia terdapat beragam merek sepatu baik

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelanggan baru. Strategi strategi tersebut mengharuskan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pembelian merupakan kesimpulan terbaik konsumen untuk melakukan

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Niat pembelian untuk produk sehari-hari jadi di toko ritel telah mendapat perhatian dalam dekade terakhir sejak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya produk lokal tetapi juga masuknya merek merek yang telah

BAB I PENDAHULUAN. yang akan membuka usaha atau mengembangkan usahanya harus berpikir dengan

BAB I PENDAHULUAN. telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, kemajuan teknologi dan informasi yang pada saat ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pertumbuhan industri di bidang fashion sangat berkembang pesat, salah satu yang diunggulkan dalam bidang fashion itu adalah distro (distribution store) terbukti yang pada saat ini menurut data dari pemkot bandung telah mendata ada sekitar 250 merek distro. Setiap distro dapat memproduksi 2.400 buah dengan rata-rata penjualan 1.625/buah/merek. Dengan rata- rata harga Rp. 50.000/buah, total arus uang yang beredar di Kota Bandung mencapai Rp. 20,3 miliar/bulan atau Rp. 243 miliar/tahun (sumber: Koran SINDO dalam Blog Bandung Creative City). Hal ini dikarenakan fashion adalah sebuah kebutuhan yang primer bagi seluruh masyarakat modern. Kota Bandung adalah kota yang terkenal dengan fashion-nya, terbukti dengan banyaknya factory outlet, distro, clothing, atau mall yang ada, maka dari itu kota Bandung. Tidak sedikit juga orang dari luar kota Bandung yang menghabiskan waktu liburannya ke Kota Bandung untuk sekedar belanja kebutuhan pakaian. Terbukti data dari Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) yang mengeluhkan akhir-akhir ini ada tren penurunan belanja konsumen di pusat-pusat belanja (mal) di Jakarta. APPBI menduga terjadi pergeseran belanja orang-orang Jakarta, termasuk asing ke Kota Bandung sebagai destinasi baru untuk berbelanja. 1

2 Kondisi di atas membuat konsumen menjadi aset yang sangat penting bagi setiap perusahaan yang bergerak di bidang fashion, namun masih banyak industri fashion yang tidak memperhatikan kualitas produk, seperti desain yang kurang menarik, lalu dari bahan kain bajunya yang panas, sablonannya yang mudah hancur jika sering dicuci, dan lain-lain. Oleh karena itu setiap industri fashion harus berusaha meningkatkan, mempertahankan, serta mengembangkan kualitas produknya. Mengingat banyaknya brand fashion di kota Bandung, menjadikan konsumen memiliki banyak pilihan yang beragam dalam memenuhi hasrat berbelanja. Secara tidak langsung fenomena ini mengharuskan setiap industri fashion selalu inovatif dalam sistem pelayanannya agar mampu bersaing di pasar.pangsa pasar yang potensial dapat diraih dengan adanya Image dari brand yang positif. Banyak perusahaan yang mengelola brand dengan cara membuat nama brand yang unik yang akhirnya erat diidentifikasikan dengan kategori produk tersebut. Maka dari itu perusahaan-perusahaan harus memiliki nama brand yang mempunyai arti, sehingga konsumen bisa membedakan produk dari suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Maka dari itu pula dalam mendapatkan dan mempertahankan konsumen dibutuhkan nama brand yang kuat, dan brand tersebut harus dipelihara oleh perusahaan. Sebab dengan brand yang kuat, maka timbul loyalitas konsumen yang nantinya akan memungkinkan transaksi pembelian yang berulang dari konsumen. Dengan demikian konsumen akan lebih

3 mudah untuk mengetahui dan memberikan kritik terhadap kekurangan dari produk perusahaan. Dalam menjalankan bidang usahanya, Ouval Research menghadapi pesaing dari Ouval Research itu sendiri yang menawarkan produk serupa.cara terbaik bagi suatu perusahaan untuk menguasai atau memenangkan persaingan itu adalah dengan menciptakan citra (Image) yang baik yang berorientasi pada pelanggan.untuk memenangkan persaingan, maka perusahaan harus menciptakan citra yang positif bagi konsumen mengenai brand perusahaannya. Dengan brand Image yang baik di mata konsumen, maka konsumen akan bertahan atau kembali lagi kepada brand tersebut dan lambat laun konsumen akan menjadi loyal terhadap brand tersebut. Dalam setiap mempertahakan suatu brand maka brand tersebut membutuhkan citra baik dimata konsumen yang dapat mempertahankan konsumen untuk selalu membeli produk dari brand tersebut. Citra bisa berupa citra baik atau citra buruk, itu semua tergantung dengan apa yang perusahaan lakukan atau berikan kepada konsumen. Sikap dan tindakan orang terhadap suatu obyek sangat ditentukan oleh citra/image obyek tersebut. Setiap perusahaan sangatlah penting untuk memelihara brand Image demi kelangsungan hidup dan mempertahankan hidup dari perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya artikel dari salah satu web yaitu kaospolosbandung.com, dalam web tersebut dikatakan bahwa Ouval Research adalah salah satu merek distro yang cukup legendaris di kota Bandung. Dari hal ini pula Ouval Research adalah salah satu industri fashion yang memiliki brand

4 Image positif yang membuat warga Bandung sudah mengenalnya sejak lama. Ouval Research sudah berdiri sejak tahun 1997 maka dari itu sudah sangat banyak yang mengenal Ouval Research. Ouval Research juga sudah memiliki cabangcabang toko yang ada di kota lainnya di Indonesia, seperti di Jakarta, Padang, Makassar, dan masih banyak lagi. Bahkan distribusi dari produk Ouval Research ini sampai ke luar negeri seperti Singapura dll. Banyak konsumen baik dari warga Bandung itu sendiri maupun dari luar Bandung yang menggunakan produk Ouval Research. Ouval Research yang bergelut di bidang fashion, kini telah mengeluarkan berbagai macam produk mulai dari baju (T-shirt, kaos kerah, kemeja), jaket, sweater, celana (celana panjang, celana boxer), tas, topi, sabuk, dan lain-lain. Selain itu, Ouval Research memiliki desain tersendiri yang menjadi ciri khasnya seperti desain tulisan yang simpel sehingga ketika konsumen melihat produk dengan desain tersebut maka akan langsung mengetahui bahwa baju tersebut adalah produk Ouval Research. Logo Ouval Research pun menjadi salah satu symbol yang sangat Iconic dan terlihat menarik. Selain selalu berinovasi dalam hal produk, Ouval Research juga melakukan inovasi desain toko. Desain toko dibuat sedemikian rupa agar konsumen merasa nyaman ketika berbelanja, merasa senang ketika berbelanja, dan mudah diingat. Berdasarkan permasalahan di atas yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka peneliti mencoba untuk meneliti hubungan dari brand Image dengan loyalitas konsumen, karena konsumen merupakan salah satu aset yang sangat berharga dalam menentukan kelanjutan hidup suatu perusahaan, yang dimana

5 suatu brand tidak akan pernah hidup jika tidak memiliki konsumen dan tidak memelihara brand Image dari perusahaan itu sendiri. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara Strength of brand associations dengan loyalitas konsumen? 2. Apakah terdapat hubungan antara Favorability of brand associations distro Ouval Research dengan loyalitas konsumen? 3. Apakah terdapat hubungan antara Uniqueness of brand associations distro Ouval Research dengan loyalitas konsumen? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah ditentukan sebelumnya, maka peneliti dapat melahirkan tujuan penelitian, yaitu: 1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Strength of brand associations distro Ouval Research dengan loyalitas konsumen. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Favorability of brand associations distro Ouval Research dengan loyalitas konsumen. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Uniqueness of brand associations distro Ouval Research dengan loyalitas konsumen.

6 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Penelitian Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan luas dan memberikan kontribusi yang nyata dalam perkembangan ilmu hubungan masyarakat, khususnya berkaitan dengan hal tentang brand Image, loyalitas konsumen, dan hubungannya antara loyalitas konsumen dengan brand Image. 1.4.2 Kegunaan penelitian secara praktis 1. Kegunaan penelitian ini bagi peneliti yaitu memberikan pemahaman dan pengetahuan yang baik bagi peneliti tentang proses pembentukan brand Image yang sangat erat kaitannya dengan loyalitas konsumen suatu perusahaan. 2. Kegunaan penelitian ini bagi Ouval Research yaitu diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai strategi meningkatkan brand Image yang selama ini telah dilakukan, sehingga dapat menjadi acuan untuk mengevaluasi bagi perbaikan pembangunan brand Image agar loyalitas konsumen terhadap Ouval Research lebih terjaga. 3. Kegunaan penelitian ini bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung, yaitu diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan pengembangan ilmiah bagi penelitian sejenis lainnya dalam memahami tentang brand Image dengan loyalitas konsumen untuk kepentingan komunikasi bisnis sehingga dapat memberikan suatu pengetahuan tambahan tentang brand Image dan loyalitas konsumen itu sendiri.

7 1.5 Ruang Lingkup dan Pengertian Istilah 1.5.1 Ruang Lingkup 1) Responden dari penelitian ini adalah sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari pengunjung Ouval Research di jalan Sultan Agung No. 3A-B selama tiga bulan terakhir dalam tahun 2014 yaitu jumlah pengunjung pada bulan April, Mei, dan Juni. 2) Penelitian ini dilakukan guna untuk mengetahui hubungan brand Image dari Ouval Research dengan loyalitas konsumen Ouval Research dilihat dari aspek Strength of brand associations, Favorability of brand associations, dan Uniqueness of brand associations. 3) Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan korerasional. 1.5.2 Pengertian Istilah Pengertian istilah mengenai penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai berbagi pengalaman. Sampai batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam pengertian berbagi pengalaman. (Mulyana, 2012:46) 2. Image atau citra menurut Kotler dan Fox (1995) dalam Sutisna (2002:83), mendefinisikan citra adalah : Sejumlah gambaran-gambaran, kesan-kesan dan keyakinankeyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek

8 3. Clothing atau distro yang sedang menjamur di kota bandung membuat nama salah satu clothing yaitu Ouval Research perlu menjaga citra perusahaannya dan terjaga dengan baik. Ouval Research adalah nama sebuah street brand local dari sebuah holding company bernama CV. Sailan Industries. Dibentuk pada 1 Juni 1997 yang berawal dari pemikiran idealisme founder-nya ingin menghasilkan produk-produk yang kreatif, fleksibel serta bisa mencerminkan gaya hidup kaum muda. 1 4. Brand Image adalah seperangkat asosiasi unik yang ingin diciptakan atau dipelihara para pemasar. Asosiasi-asosiasi itu menyatakan apa sesungguhnya brand dan apa yang dijanjikannya kepada konsumen. Menurut Kotler & Keller (2006) yang dialih bahasakan Benyamin Molan (2007:346), mendefinisikan citra merek sebagai berikut: Persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen 5. Loyalitas konsumen menurut Oliver dalam Hurriyati didefinisikan sebagai komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku (Oliver, 1996:392). 1 http://bandungreview.com/directories/view/1021/ouval-research diakses pada selasa, 8April 2014 pada pukul 19.30 wib

9 1.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.6.1 Kerangka Pemikiran Kegiatan Public Relations merupakan kegiatan yang mempunyai prinsipprinsip yang berkaitan dengan etika, kejujuran/kebenaran, dan kepercayaan. Ketiga hal tersebut haruslah selalu dipegang teguh baik oleh praktisi public relations dalam melakukan segala program kegiatannya. Untuk itu, jika seorang praktisi Public Relations akan melangkah pada tahap pengelolaan program kegiatannya, maka ketiga nilai di atas merupakan hal yang harus diperhatikan guna tercapai penciptaan goodwill sesuai dengan harapan yang dikehendaki. (Yulianita, 2007:35) Dalam suatu perusahaan, manajer pemasaran dan humas terkadang tidak selalu sepakat dan sepaham.manajer pemasaran lebih berorientasi laba, sementara praktisi humas melihat fungsi utamanya adalah menyiapkan dan menyebarkan komunikasi. Namun perbedaan ini kini terjembatani oleh penerapan marketing public relations (MPR) yang secara langsung mencoba mendukung promosi perusahaan atau produk serta pembentukan citra (Sulaksana, 2007:125). Image atau citra menjadi bagian terpenting bagi setiap perusahaan atau brand. Image tersebut bisa baik ataupun buruk. Hal itu tergantung dari apa yang diberikan oleh seseorang atau pihak perusahaan, misalnya pada perusahaan jasa yang memberikan pelayanannya secara baik, maka kualitas pelayanannya akan baik pula. Dengan begitu, maka Image-nya pun akan terbentuk menjadi Image yang positif di mata konsumen.

10 Menurut Kotler dan Fox (1995) dalam Sutisna (2002:83), mendefinisikan citra adalah Sejumlah gambaran-gambaran, kesan-kesan dan keyakinankeyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek. Definisi tentang Image atau citra menurut kotler tersebut sudah menandakan bahwa Image itu menjadi hal yang sangat krusial, karena jika Image yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau brand itu positif maka kelangsungan hidup dari perusahaan tersebut akan bertahan dan mungkin semakin naik, namun sebaliknya, jika Image suatu perusahaan itu negatif, maka kelangsungan hidup dari suatu perusahaan atau brand tersebut tidak akan akan berlangsung lama. Citra merek atau brand Image sangatlah penting bagi setiap perusahaan karena akan terus melekat dalam memori konsumen. Untuk mendukung terciptanya brand image yang positif dapat diukur melalui tanggapan konsumen tentang asosiasi merek yang disampaikan oleh Jessica Tjokroaminoto dan Yohanes Sondang Kunto, S.Si, M.Sc. (2014: 1-11) dalam jurnal Analisa Pengaruh Brand Image dan Company Image Terhadap Loyalitas Retailer Studi Kasus PT Asia Paramita Indah, indikatornya yaitu sebagai berikut: 1. Keunggulan asosiasi merek (favorability of brand association) Keunggulan asosiasi merek dapat membuat konsumen percaya bahwa atribut dan manfaat yang diberikan oleh suatu merek dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga menciptakan sikap yang positif terhadap merek tersebut. Tujuan akhir dari setiap konsumsi yang dilakukan oleh konsumen adalah mendapatkan kepuasan akan kebutuhan dan keinginan mereka. Adanya kebutuhan dan keinginan dalam diri konsumen melahirkan harapan, di mana harapan tersebut yang diusahakan oleh konsumen untuk dipenuhi melalui kinerja produk dan merek yang dikonsumsinya. Apabila kinerja produk atau merek melebihi harapan, maka konsumen akan puas, dan demikian juga sebaliknya. Dapat disimpulkan bahwa keunggulan asosiasi merek terdapat pada manfaat produk, tersedianya banyak pilihan untuk memenuhi kebutuhan dan

11 keinginan, harga yang ditawarkan bersaing, dan kemudahan mendapatkan produk yang dibutuhkan serta nama prusahaan yang bonafit juga mampu menjadi pendukung merek tersebut. 2. Kekuatan asosiasi merek (strength of brand association) Kekuatan asosiasi merek, tergantung pada bagaimana informasi masuk dalam ingatan konsumen dan bagaimana informasi tersebut dikelola oleh data sensoris di otak sebagai bagian dari brand Image. Ketika konsumen secara aktif memikirkan dan menguraikan arti informasi pada suatu produk atau jasa maka akan tercipta asosiasi yang semakin kuat pada ingatan konsumen. Konsumen memandang suatu objek stimuli melalui sensasi-sensasi yang mengalir lewat kelima indera: mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah. Namun demikian, setiap konsumen mengikuti, mengatur, dan mengiterprestasikan data sensoris ini menurut cara masing-masing. Persepsi tidak hanya tergantung pada stimulasi fisik tetapi juga pada stimulasi yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu tersebut. Perbedaan pandangan retailer atas sesuatu objek (merek) akan menciptakan proses persepsi dalam prilaku pembelian yang berbeda. 3. Keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand association) Sebuah merek haruslah unik dan menarik sehingga produk tersebut memiliki ciri khas dan sulit untuk ditiru oleh para produsen pesaing. Melalui keunikan suatu produk maka akan memberi kesan yang cukup membekas terhadap ingatan retailer akan keunikan brand atau merek produk tersebut yang membedakannya dengan produk sejenis lainnya. Sebuah merek yang memiliki ciri khas haruslah dapat melahirkan keinginan retailer mengetahui lebih jauh dimensi merek yang terkandung didalamnya. Merek hendaknya mampu menciptakan motivasi retailer untuk mulai mengkonsumsi produk bermerek tersebut. Merek juga hendaknya mampu menciptakan kesan yang baik bagi retailer yang mengkonsumsi produk dengan merek tersebut. Nama perusahaan yang bonafit juga mampu menjadi pendukung ciri khas suatu merek. Brand Image yang diciptakan oleh perusahaan semata-mata untuk meraup konsumen sebanyak mungkin, yang dimana jika konsumen sudah sangat loyal terhadap suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut akan semakin pesat pertumbuhannya dan keuntungan pun semakin bertambah. Loyalitas Konsumen merupakan salah satu tujuan inti yang diupayakan dalam pemasaran modern. Hal ini dikarenakan dengan loyalitas diharapkan

12 perusahaan akan mendapatkan keuntungan jangka panjang atas hubungan mutualisme yang terjalin dalam kurun waktu tertentu. Griffin dalam Hurriyati (2010:22) mengemukakan empat karakteristik yang menunjukkan konsumen itu loyal terhadap suatu perusahaan yaitu: 1. Melakukan pembelian ulang 2. Membeli diluar lini produk/jasa 3. Mengajak orang lain atau merekomendasikan kepada orang lain 4. Menunjukkan kekebalan dari tarikan persaingan (tidak mudah terpengaruh oleh tarikan persaingan produk sejenis lainnya) atau tetap memilih merek tersebut Dari kerangka yang telah disusun oleh penulis di atas, maka penulis membuat skema penelitian yang ada di bawah ini, sebagai berikut:

13 HUBUNGAN BRAND IMAGE DENGAN LOYALITAS KONSUMEN (Studi Korelasi di Ouval Research, Bandung 40192 Jawa Barat) Variabel X Brand Image Variabel Y Loyalitas Konsumen Menurut Tjokroaminoto dan Kunto, (2014: 1-11) indikator-indikator yang dapat mengukur brand image. 1. Strength of brand associations (kekuatan asosiasi merek) 2. Favorability of brand associations (keunggulan asosiasi merek) 3. Uniqueness of brand associations (keunikan asosiasi merek) Loyalitas konsumen didefinisikan Oliver (dalam Hurriyati 2010:128) sebagai komitmen yang tinggi untuk membeli kembali suatu produk atau jasa yang disukai di masa mendatang, disamping pengaruh situasi dan usaha pemasar dalam Subvariabel X 1 : Strength of brand associations (kekuatan asosiasi merek) X 2 : Favorability of brand associations (keunggulan asosiasi merek) Sumber: Hasil Modifikasi Penulis X 3 : Uniqueness of brand associations (keunikan asosiasi merek) merubah perilaku. Sumber: Hasil Modifikasi Penulis Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

14 1.6.2 Hipotesis Hipotesis menghubungkan teori dengan dunia dunia empiris. Hipotesis merupakan pendapat atau pernyataan yang masih belum tentu kebenarannya, masih harus diuji terlebih dahulu dan karenanya bersifat sementara atau dugaan awal. Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah hipotesis hubungan (test of association). Hipotesis asosiatif merupakan suatu pertanyaan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dapat berbentuk hubungan korerasional dan hubungan sebab akibat (Kriyantono, 2006:35). H o : r = 0 : Tidak ada hubungan antara variabel X dengan variabel Y. H i : r 0 : Ada hubungan antara variabel X dengan variabel Y. (sumber: Kriyantono, 2006:35)