BAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat. disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Mekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Evaluasi. Penerbitan. Izin Usaha Pertambangan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

PEMBAGIAN URUSAN PENGELOLAAN MINERAL DAN BATUBARA PASCA UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 DAN PERUBAHANNYA

- 3 - Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA NOMOR :... TENTANG DIVESTASI SAHAM

STATUS LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN YANG BERALIH FUNGSI MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN. Noor Azizah*

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 27 TAHUN 2013 TENTANG

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

PEDOMAN PEMBERIAN IZIN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DI JAWA TIMUR

PEMERINTAH DIGUGAT PERUSAHAAN TAMBANG INDIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

Kewenangan Pengelolaan FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 3 - MEMUTUSKAN: : KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENETAPAN WILAYAH PERTAMBANGAN PULAU JAWA DAN BALI.

Oleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 32 TAHUN 2013

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA KEDAULATAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, yang

SURAT PERMOHONAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) OP KHUSUS PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN <<KOP SURAT PERUSAHAAN>>

Oleh: ARI YANUAR PRIHATIN, S.T. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka Tengah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- Batubara; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pe

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TENTANG PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN BATUBARA

PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENJUALAN DAN/ATAU RENCANA PENGIRIMAN HASIL TAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 81/PUU-XIII/2015 Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Sosialisasi: Peraturan Menteri ESDM No. 48/2017 tentang Pengawasan Pengusahaan di Sektor ESDM (Revisi atas Permen ESDM No.

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA [LN 2009/4, TLN 4959]

KAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN MENTER! ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02 TAHUN 2013 TENTANG

MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI SULAWESI UTARA, GORONTALO, DAN SULAWESI BARAT

ANNEX II LIST OF AUDITED DOCUMENTS (IN BAHASA INDONESIA) DAFTAR DOKUMEN PERKEBUNAN

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

2017, No Daya Mineral Nomor 05 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam N

Dr. Firman Muntaqo, SH, MHum Dr. Happy Warsito, SH, MSc Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM Irsan Rusmawi, SH, MH

Peraturan Reklamasi dan Pascatambang

PENGELOLAAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN BANGKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 150 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI KEPADA PT.SINAR INDAH PERSADA

KETIKA IJIN USAHA PERKEBUNAN (IUP) BERSINGGUNGAN KAWASAN HUTAN. Oleh : Sri Sultarini Rahayu. Auditor pada Inspektorat IV Kementerian Kehutanan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 81/PUU-XIII/2015 Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PPM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DIY. 3. Dinas 1) 2) 3) 4) B. Permohonan 1)

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

MEMUTUSKAN: Menetapkan :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IZIN DICABUT, CHURCHILL MINING GUGAT PEMERINTAH USD 2 MILIAR

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN HASIL PENAMBANGAN KOMODITAS TAMBANG MINERAL DI DALAM NEGERI

MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DAN NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

2017, No sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peratur

MATRIK PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.18/MENHUT-II/2011

SOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.38/Menhut-II/2012 TENTANG

2 Penetapan Harga Batubara Untuk Pembangkit Listrik Mulut Tambang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Re

Yang Terhormat: Sulawesi Tengah

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK YANG DIRUGIKAN ATAS BERALIHNYA LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

MEDAN, 25 MARET 2015 OLEH : GUBERNUR ACEH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI MINERAL DAN BATUBARA

PELAKSANAAN UU 23 TAHUN 2014 DI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lem

PEMERINTAH ACEH BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

1 of 11 7/26/17, 12:19 AM

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

Transkripsi:

108 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut: 1. Perlindungan Hukum dari Pemerintah Daerah terhadap Hak-Hak Pemegang Izin Usaha Pertambangan Sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, Pasal 90 s/d Pasal 94, pemegang Izin Usaha Pertambangan dijamin haknya untuk melakukan usaha pertambangan yaitu melakukan sebagian atau seluruh tahapan usaha pertambangan, baik kegiatan eksplorasi maupun kegiatan operasi produksi (Pasal 90), memanfaatkan prasarana dan sarana umum untuk keperluan pertambangan setelah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 91), memiliki mineral, termasuk mineral ikutannya, atau batubara yang telah diproduksi apabila telah memenuhi iuran eksplorasi atau iuran produksi, kecuali mineral ikutan radioaktif (Pasal 92) Pengalihan kepemilikan dan/atau saham di bursa saham Indonesia hanya dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan eksplorasi tahap tertentu yaitu telah ditemukan 2 (dua) wilayah prospek dalam kegiatan eksplorasi dan hanya dengan syarat bahwa adanya pemberitahuan kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

109 (Pasal 93), pemegang IUP dijamin haknya untuk melakukan usaha pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 94). Dalam prakteknya, terdapat beberapa Kepala Daerah yang dengan mudah memberikan/mengeluarkan Izin Usaha Pertambangan. Izin Usaha Pertambangan yang dikeluarkan sering tidak melalui prosedur yang seharusnya sehingga mengakibatkan konflik pertambangan di daerah. Beberapa permasalahan yang paling dominan terhadap pelaksanaan Izin Usaha Pertambangan yaitu tumpang tindih wilayah IUP sama komoditi, tumpang tindih IUP beda komoditi, tumpang tindih kewenangan, tumpang tindih dengan areal kehutanan, dan Kuasa Pertambangan (KP) yang belum mendapat persetujuan penyesuaian menjadi Izin Usaha Pertambangan (IUP). Permasalahan tumpang tindih Izin Usaha Pertambangan tersebut telah melanggar hak pemegang Izin Usaha Pertambangan untuk melakukan sebagian atau seluruh tahapan usaha pertambangan, baik kegiatan eksplorasi maupun kegiatan operasi produksi. Dalam rangka melindungi hak pemegang Izin Usaha Pertambangan untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan dalam permasalahan tumpang tindih wilayah Izin Usaha Pertambangan disepakati Nota Kesepakatan antara pemilik IUP, Bupati sebagai pemberi izin dan Gubernur sebagai perwakilan pemerintah pusat di daerah sesuai asas dekonsentrasi. Bupati dalam fungsi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan mineral dan batubara menginisiasi Nota Kesepakatan (MoU) tentang pengelolaan Wilayah Izin Usaha Pertambangan

110 tumpang tindih beda komoditas diantara para pemegang IUP dalam pengelolaan Wilayah Izin Usaha Pertambangan tumpang tindih beda komoditas, sehingga para pemegang IUP memperoleh status Clean and Clear pada Rekonsiliasi Nasional Data Izin Usaha Pertambangan yang dilakukan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Dalam rangka memberikan kepastian hukum bagi pemegang Kuasa Pertambangan yang bermaksud untuk melakukan perpanjangan dalam bentuk Izin Usaha Pertambangan, mekanismenya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, sebagaimana telah diubah kembali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara Proses Clear and Clean dituangkan dalam Berita Acara antara Bupati dengan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara antara lain disebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten diharuskan menetapkan batas wilayah untuk pemegang Izin Usaha Pertambangan sehingga tidak terjadi lagi tumpang tindih. Pemerintah Kabupaten/Pemerintah Provinsi sesuai dengan kewenangannya. Dalam rangka melindungi hak pemegang IUP sehubungan dengan adanya keadaan yang menghalangi pelaksanaan kegiatan terkait tumpang tindih

111 dengan areal kehutanan yang mewajibkan untuk memiliki Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan, Pemerintah Daerah selaku pemberi/penerbit Izin Usaha Pertambangan, memberikan persetujuan atas pelaksanaan penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan sebagaimana diatur dalam Pasal 76 s/d Pasal 83 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan tidak mengurangi masa berlaku IUP. Perlindungan hak pemegang IUP/IUPK untuk memindahkan IUP/IUPK nya kepada pihak lain melalui mekanisme Pasal 93 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, serta Pasal 7A dan 7B Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. 2. Upaya Hukum yang Dapat Ditempuh oleh Pemegang Izin Usaha Pertambangan untuk Mempertahankan Haknya a. Upaya Hukum berdasarkan Pasal 154 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Penyelesaian Sengketa Pertambangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara diatur dalam Pasal 154 yang berbunyi: "Setiap sengketa yang muncul dalam pelaksanaan IUP, IPR, atau IUPK diselesaikan melalui pengadilan dan

112 arbitrase dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Penyelesaian melalui pengadilan terkait sengketa izin merupakan ranah administrasi yaitu Peradilan Tata Usaha Negara. Terkait kontradiksinya ketentuan penyelesaian sengeketa modal asing dalam Pasal 154 UU Minerba, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 jo Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal bahwa penyelesaian sengeketa penanaman modal asing (KK dan PKP2B) dilakukan dengan arbitrase internasional menunjukkan belum adanya kepastian hukum bagi kepastian hukum bagi kegiatan investasi di bidang pertambangan mineral dan batubara. b. Upaya hukum diluar Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Selain upaya penyelesaian sengketa pertambangan berdasarkan Pasal 154 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, terdapat alternatif upaya hukum yang dapat digunakan untuk mengakhiri sengketa yang timbul di dalam pelaksanaan Izin Usaha Pertambangan, diantaranya yaitu berkoordinasi administrasi dengan institusi teknis untuk memperoleh rekomendasi dan pertimbangan teknis dalam status Clean and Clear pada Rekonsiliasi Nasional Data Izin Usaha Pertambangan yang dilakukan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Selain itu dilakukan koordinasi dengan institusi sepervisi (BPK,

113 KPK, Inspektorat Depdagri, Kejaksaan), dan Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi. B. Saran Mengacu pada beberapa kesimpulan tersebut, maka untuk memberikan Perlindungan Hukum atas Pemegang Izin Usaha Pertambangan di Era Otonomi Daerah dapat disarankan sebagai berikut: 1. Pemerintah agar segera mengeluarkan aturan-aturan pelaksanaan lintas kementerian yang menjamin kepastian hukum dan kepastian berusaha, komprehensif, jelas dan menjamin terlaksananya komunikasi antar instansi atau kementerian teknis terkait, sehingga mampu mendorong kegiatan usaha pertambangan minerba. 2. Pemerintah perlu segera mengevaluasi dan melaksanakan pembenahan yang menyeluruh dan komprehensif terhadap pelaksanaan UU Otonomi Daerah yang berkaitan dengan kewenangan terhadap pertambangan mineral dan batubara. 3. Dalam rangka mengawasi pemanfaatan sumber daya alam, selama ini sistemnya sudah baik namun perlu membentuk komisi pengawasan sumber daya alam dan diatur dalam peraturan perundang-undangan. 4. Keputusan Hakim Tata Usaha Negara perlu ditelaah dan dikaji latar belakang keputusan yang dihasilkan, dibandingkan dengan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang ada di daerah.

114 5. Adanya penjelasan lebih lanjut atau revisi terkait ketentuan penyelesaian sengeketa dalam Pasal 154 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara untuk memberikan kepastian hukum bagi kegiatan investasi baik PMA dan PMDN di bidang pertambangan mineral dan batubara.