BAB I PENDAHULUAN. mengerti dengan baik tentang hukum, baik dari segi agama maupun dari aturan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Jawab Pembinaan Usaha dan Wanprestasi dalam hal pengembangan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang bergerak melaju sangat pesat, serta

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI GETAH KARET DI LINGKUNGAN UJUNG LOMBANG KELURAHAN LANGGA PAYUNG

MEMBANGUN BISNIS MAKANAN MELALUI MEDIA ONLINE

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. memulai usaha dari nol, karena telah ada sistem yang terpadu dalam. berminat untuk melakukan usaha waralaba.

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG WARALABA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. disetujuinya UU No. 10 Tahun Undang-Undang tersebut mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai Khalifah di muka bumi, diperintahkan untuk berlaku adil sebagimana

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam transaksi bisnis modern tidak terlepas dari

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya pada. ditangguhkan sampai waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 1997, TENTANG WARALABA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEJAHTERAAN NASABAH DI UJKS JABAL RAHMA

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB III METODE PENELITIAN. adanya data lapangan sebagai sumber data utama. Jenis penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 12/M-Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan tata Cara Penerbitan. Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian waralaba..., Elfiera Juwita Yahya, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. mempermudah proses transaksi jual beli. Harga juga berpengaruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi. Memiliki rumah sendiri adalah idaman semua orang, bahkan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah. masih banyak usaha yamg memandang sempit peran aktif dari public relations itu

BAB I PENDAHULUAN. Adapun firman Allah tentang jual beli terdapat dalam QS. An-Nisa ayat 29

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH PRODUK SIMPANAN MUDHARABAH (Studi Kasus pada KJKS BMT Muamalat Rowosari, Kendal) SKRIPSI

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Perjanjian Penarikan Tarif Retribusi Parkir Wisata. 1. Menjaga kelancaran Arus Lalu Lintas di kawasan Wisata;

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

Dan Janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfa at) sampai ia dewasa penuhilah janji; sesungguhnya janji

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba dan. mendatang. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), waralaba adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada saat ini umat Islam dihadapkan pada persoalan-persoalan

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia pada dewasa ini telah dikenal usaha franchise di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional yang membuka sistem baru dengan membuka bank. berpengaruh dalam kegiatan ekonomi di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah bagi pemerintah untuk menjalankan pembangunan di bidang lainnya

SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah merupakan bisnis yang menjanjikan dan semoga bukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih

BAB I PENDAHULUAN. paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, para ahli ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. islam memiliki kekuatan hukum, peraturan, perundang-undangan, dan tata

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,

KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada, dikenal istilah franchise yang sudah di Indonesiakan menjadi

Lex et Societatis, Vol. III/No. 6/Juli/2015

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan-pembangunan berkesinambungan. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan. Dalam melaksanakan kehidupan ini manusia tidak bisa berdiri

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses sosial dan manajemen. Dalam proses itu, individu-individu atau kelompokkelompok

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi jika dilihat kondisi UMKM di Indonesia, dapat dikatakan bahwa UMKM kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah dapat berkembang maka secara tidak langsung dapat

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

Sekretariat : Jl. Dempo No. 19 Pegangsaan - Jakarta Pusat Telp. (021) Fax: (021)

BAB IV PERBANDINGAN PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 8

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI SUKUK RITEL MENGGUNAKAN SISTEM AKAD IJARAH SERTA RELEVANSINYA DENGAN PERLINDUNGAN INVESTOR

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA. (Studi Pada Perjanjian Waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

Oleh: Rokhmat S Labib, M.E.I.

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan jumlah penduduk yang makin meningkat/padat,

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kecurangan yang terjadi saat ini di Indonesia sangat familiar bagi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang sangat pesat, hal ini tidak terlepas dari pengaruh

MUD{A<RABAH DAN DI BPRS JABAL NUR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, ALFABETA, Bandung,

MAKALAH ISLAM. Urgensi Sumpah Dalam Perspektif Islam

KATA PENGANTAR. Penulis. Irsyad Anshori

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesempurnaan Islam diantaranya mengatur tentang syariat atau hukum,

ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis peran pembiayaan syariah terhadap Peningkatan Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sepeda motor yang di jual di beberapa showroom, baik secara tunai

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE LAUNDRY SYARIAH. A. Analisis Bisnis Waralaba, Franchise Fee dan Royalty Fee pada

BAB I PENDAHULUAN 88.

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia dalam keadaan saling membutuhkan, maka Allah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN. PENYELENGGARA PERJALANAN UMRAH DAN HAJI PLUS (Studi

BAB I PENDAHULUAN. baik (thoyib) karena dalam Alquran Allah SWT telah memerintahkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bisnis yang pesat pada tahun 1990-an. Waralaba

PERLINDUNGAN HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PERJANJIAN WARALABA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mencapai hajat hidup dengan meningkatkan taraf

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apabila seseorang ingin memulai bisnis, terlebih dahulu ia harus mengerti dengan baik tentang hukum, baik dari segi agama maupun dari aturan pemerintah yang mengatur peradagangan agar ia tidak melakukan aktivitas yang haram ataupun merugikan orang lain. Imam Ali (Karramallahu Wajhah) diriwayatkan pernah mengatakan dibanyak kesempatan Hukum dahulu, baru berbisnis 1. Karena memang Islam memiliki kekuatan hukum, peraturan, perundang-undangan, dan tata karma. Bahkan dalam bekerja dan berbisnis wajib bagi setiap muslim untuk memahami bagaimana bertransaksi agar tidak 1 Muhamma Husain Bahesyti, dan Jawad Bahonar, Intisari Islam : Kajian Komprehensif Tentang HIkmah Ajaran Islam ( Philoshopy of Islam ), Penerjemah Ilyas Hasan, Cet. Ke-1, Jakarta: Lentera Basritama, 2003, h.419-420 1

2 terjerumus dalam jurang keharaman atau syubhat hanya karena ketidaktahuan 2. Oleh karena itu, etika Islam mengiringi pensyariatan hukum hukum transaksi yang bermacam macam. Islam yang lahir dalam lingkungan hukum perdagangan Mekkah, didalam konteks sosial ekonomi ini menekankan kebaikan-kebaikan perdagangan sekaligus menempatkan posisi seorang pedagang yang jujur setelah Nabi Muhammad SAW dan para syuhada yang wafat di jalan Allah, Sehingga kaum Muslim pada masa permulaan Islam dalam terjadinya berbagai macam penyimpangan, dan menawarkan konsep hisbah dalam pengawasan pasar. Pada saat ini bisnis yang sedang di gandrungi dan popular yang banyak dilakukan oleh banyak orang adalah bisnis waralaba atau franchise, bisnis ini merupakan bisnis yang sangat menguntungkan dikarenakan dari segi popularitas merek, pemasarannya yang luas, mudah dikenal, dan mendapatkan pelatihan kerja. Sehingga banyak pihak yang mau melakukan usaha Waralaba (franchise). Waralaba atau franchise adalah suatu bisnis yang didasarkan pada perjanjian dua pihak yaitu franchishor (pemilik hak) dan Franchisee (yang diberi hak) untuk menjalankan bisnis Franchisor menurut sistem yang ditentukan oleh franchisor. Dengan kata lain waralaba adalah suatu pengaturan bisnis dimana sebuah perusahaan (franchisor) memberi hak pada pihak 2 Faisal. Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta; Kencana, 2006), h.138

3 independen (franchisee) untuk menjual produk atau jasa perusahaan tersebut dengan peraturan yang ditetapkan oleh franchisor 3. Franchising merupakan konsep perusahaan yang melakukan pemasaraan dan memperluas jaringan perusahaan secara cepat. Pemasaran dengan menggunakan konsep franchising banyak menguntungkannya dari segi pelatihan SDM, manajemen, popularitas merek. Melalui konsep pemasaran waralaba (franchise) lebih mudah untuk dipasarkan, karena melalui Franchisee produk yang ditawarkan lebih mudah dan cepat sampai ke konsumen. Oleh karena itu seiring berjalannya waktu, dalam bisnis waralaba di Indonesia yang semakin meningkat, untuk memberikan kepastian hukum dalam bisnis waralaba di Indonesia, terutama untuk melindungi pihak yang terlibat didalamnya, maka diperlukaan adanya perangkat undang-undang yang memungkinkan pengembangan waralaba di Indonesia dan aturan waralaba di Indonesia di atur dalam Peraturan Pemerintah no.42 tahun 2007 tentang Waralaba. Khususnya dalam Peraturan Pemerintah No 42 tahun 2007, pasal 8 telah menegaskan bahwasannya untuk mengembangkan usahanya, franchisor diwajibkan untuk memberikan pelatihan, bimbingan operasional, manajemen, pemasaran, penelitian dan pengembangan pada Franchisee secara terus menerus. Jadi, Franchisor harus memiliki lembaga pelatihan sendiri yang digunakkan sebagai pengembangan Franchisee. Jika tidak dilakukan maka 3 Adrian Sutedi, Hukum Waralaba, (Bogor: Ghalia Indonesia, Cet Pertama, 2008) h. 2

4 Franchisor dapat diberi sanksi oleh pemerintah antara lain dengan denda Rp 100 juta 4, serta pencabutan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba. 5 Dari maraknya bisnis seperti ini, banyak pengusaha atau pemilik waralaba yang tidak memperhatikan aturan hukum, mengabaikan aturan hukum dan apa yang telah di perjanjiakan antara franchisor dan franchisee, dengan membiarkan penerima hak waralaba (franchisee) menjalankan usahanya sendiri, tanpa adanya dukungan atau pelatihan usaha, sehingga para penerima hak (franchisee) kesulitan dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya, dan akibatnya banyak pengusaha yang gulung tikar dan bangkrut akibat kurangnya pelatihan dalam pengembangan usaha tersebut. Posisi franchisee sendiri sangat lemah, karena tanpa bimbingan atau pengawasan dari pihak franchisor maka hanya akan ada 3 kemungkinan, yaitu : Usaha Waralaba nya mati/ bangkrut, Usaha Waralaba tidak tumbuh/ berkembang, ataupun Usaha Waralabanya tumbuh. Oleh karena itu aspek bimbingan pengembangan dan pelatihan usaha dari pihak franchisor sangat wajib di jalankan sesuai dengan isi perjanjian. Karena hal tersebut sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.42 Tahu 2007 tentang waralaba. Dalam perjanjian waralaba, penerima hak ( franchisee ) dilindungi dengan adanya unsur yang harus termuat bahwasanya dalam perjanjian waralaba mengharuskan adanya kerjasama dalam bentuk pengelolaan unit usaha antara pihak franchisor dan franchisee. Jadi, mau tidak mau sang 4 Adrian. Sutedi, Hukum Waralaba, hal. 36 5 Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang waralaba, pasal 16 butir 2

5 franchisor di wajibkan melakukan bimbingan, pelatihan kepada franchisee dalam pengembangan usaha. Hal tersebut juga di tegaskan dalam pasal 8 Peraturan Pemerintah N0.42 tahun 2007 tentang waralaba. Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), aspek akad / perjanjian sangat diutamakan demi berlangsungnya perjanjian yang adil, sehingga perjanjian tersebut tidak cacad dan tidak batal demi hukum. Dalam pasal 36 KHES menyebutkan bahwasaanya pihak yang dianggap ingkar dalam perjanjian adalah pihak yang tidak melakukan apa yang telah diperjanjikan, melaksanakan apa yang telah dijanjikan tetapi tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dari pasal 36 KHES jelas dapat disimpulkan merusak dari isi perjanjian maka dapat dikenakan sanksi. Islam pun sangat menjaga suatu Perjanjian yang harus dipenuhi seperti yang di sebutkan dalam firman Allah surat Al- Maidah Ayat 1 : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-nya. 6 Dalam Perusahaan Waralaba Kebab Turki Baba Rafi Malang, disana peneliti menemukan kejanggalan dalam pelaksanaan pembinaan usaha yang 6 Al-Quran Karim, Surat Al-Maidah: Ayat 1

6 seharusnya wajib dilakukan franchishor tidak berjalan sebagaimana mestinya. Setelah menangkap penjelasan dari pimpinan Kebab Turki Baba Rafi Malang, sejak tahun 2009 pihak franchisor jarang melakukan pembinaan, bila dihitung hanya kira-kira terlaksana 2 kali, dan juga tidak ada masukan masukan yang bisa membantu franchisee dari pihak franchisor. Jadi yang terjadi selama ini bukan dari pihak pemberi waralaba yang memberikan masukan, akan tetapi dari pihak penerima waralaba yang memberi masukan-masukan, jadi dari sini telah terjadi wanprestasi dalam hal pembinaan usaha, yang mana hal ini bertentangan dengan pasal 8, PP no 42 tahun 2007 yag berbunyi : Pemberi Waralaba wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan, bimbingan operasional manajemen, pemasaran, penelitian, dan pengembangan kepada Penerima Waralaba secara berkesinambungan. 7 Dari pemaparan PP No. 42 Tahun 2007 maupun hukum Islam terdapat kesenjangan yang signifikan dalam pelaksanaannya, sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana tanggung jawab franchisor terhadap franchisee dan bagaimana tinjauan hukum mengenai hak franchisee yang tidak terpenuhi dari segi hukum positif maupun hukum Islam, Sehingga peneliti menginginkan untuk mengangkat tema yang berjudul Tanggung Jawab Franchisor Kebab Turki Baba Rafi Terhadap Franchisee dalam Pembinaan Usaha Perspektif PP No.42 Tahun 2007 Tentang Waralaba dan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah 7 Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 2007 tentang waralaba, pasal 8.

7 B. Batasan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya dan agar permasalahan tidak melebar dalam penulisan skripsi ini, maka penulis merasa perlu untuk memberikan batasan dan rumusan masalah terhadap objek yang dikaji. Penelitian ini akan dilaksanakan di Kebab Turki Baba Rafi Malang yang merupakan usaha yang mengembangkan jaringannya dalam bentuk waralaba. Penulis merasa perlu untuk meneliti lebih jauh apakah waralaba Kebab Turki Baba Rafi menerapkan sistem waralaba yang sesuai ketentuan dalam PP no. 42 tahun 2007. Adapun batasan masalah terhadap penulisan ini hanya mengenai penerapan Pembinaan Usaha dan Perjanjian yang diterapkan oleh Kebab Turki Baba Rafi peneliti melihat dari sudut pandang dari pihak franchisee dan mengkaji apakah hal tersebut sudah dilakukan sesuai dengan hukum yang tedapat dalam Peraturan Pemerintah no.42 tahun 2007 dan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Franchisor Terhadap Pembinaan Usaha dalam Bisnis Waralaba (franchise)? 2. Bagaimana Pelaksanaan Pembinaan Usaha franchisor Kebab Turki Baba Rafi terhadap franchisee di tinjau dari PP 42 Tahun 2007 dan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah?

8 D. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui Bagaimana Bentuk Tanggung Jawab Franchisor Terhadap Pembinaan Usaha di dalam Bisnis Waralaba (franchise). 2. Untuk mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Pembinaan Usaha Franchisor Kebab Turki Baba Rafi terhadap franchisee di tinjau dari PP 42 Tahun 2007 dan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. E. Manfaat Penelitian Penulis berharap bahwa kegiatan penelitian dalam penulisan hukum ini akan bermanfaat bagi penulis maupun orang lain. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain Untuk memberikan pemahaman tentang bentuk Pembinaan manajemen terhadap Frenchisee di Kebab Turki Baba Rafi. Suatu penelitian di anggap layak dan berkualitas apabila memiliki 2 (dua) aspek manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Oleh karena itu, manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Peneliti berharap, penelitian ini dapat menambah wawasan mendalam dan menjadi pengetahuan akademis bagi penulis dan pembaca terkait bentuk pembinaan manajemen terhadap Frenchisee di Kebab Turki Baba Rafi.

9 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran atau bahan masukan untuk tambahan aplikatif dalam dunia waralaba ( Franchisor). F. Sistematika Pembahasan Dalam Bab I, bab ini menjelaskan latar belakang permasalahan, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Selanjtnya Bab II Kajian Pustaka, dalam bab ini akan membahas penelitian terdahulu yang memiliki hubungan antara judul dari peneliti dan akan membahas tinjauan umum tentang pengertian waralaba, Franchisor, Franchisee, tanggung jawab, pembinaan usaha, bentuk bentuk pembinaan usaha, konsep tanggung jawab dalam Islam,dan konsep kerjasama dalam Islam. Bab III Metodelogi Penelitian, dalam bab ini akan dibahas mengenai tata cara penelitian, mulai dari sumber data, lokoasi penelitian, pengolahan data, jenis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Analisa, dalam bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai usaha waralaba dan tanggung jawab pembinaan pengembangan usaha perspektif PP no. 42 tahun 2007 dan menurut hukum Islam. BAB V Penutup, dalam bab ini penulis menyimpulkan seluruh permasalahan yang telah dibahas dan atas dasar hal tersebut diajukan pula beberapa saran sebagai pertimbangan.