ISBN

dokumen-dokumen yang mirip
ISBN

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar siswa kita. Padahal matematika sumber dari segala disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA

Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS VIIIPADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS

Fraenkel, J.R & Wallen, N. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. Singapore: Mc. Graw Hill.

BAB I PENDAHULUAN. 1 The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM), Principles and Standards

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sri Wahyuni, Tesis : Kemampuan Koneksi Matematika siswa SMP dalam Memecahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JADWAL KULIAH SEMESTER PENDEK PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA TAHUN AKADEMIK 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIKA TINGKAT TINGGI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

Koneksi Matematik dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama. Sugiman Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE

BAB I PENDAHULUAN. tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang

ASOSIASI KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN GEOGEBRA

BAB I PENDAHULUAN. ini, dipersiapkan sumber daya manusia dengan kualitas yang unggul dan. mampu memanfaatkan pengetahuan dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH ALJABAR LINEAR 1

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

P 34 KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH ANALISIS REAL I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESALAHAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan tepat. Hal tersebut diperjelas dalam Undang - Undang No 2 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING MODEL POLYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014

ASOSIASI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DENGAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

Uji Keterbacaan pada Pengembangan Buku Ajar Kalkulus Berbantuan Geogebra untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan membahas tentang: (A) konteks penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat untuk perkembangan teknologi modern. Tidak hanya sebagai penghubung

KEMAMPUAN MAHASISWA MEMBUAT KONEKSI MATEMATIS DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

EKSPLORASI KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN PECAHAN PADA ANAK-ANAK DI RUMAH PINTAR BUMI CIJAMBE CERDAS BERKARYA (RUMPIN BCCB)

Profil Kemampuan Koneksi Matematis Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Level Kemampuan Akademik

KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arif Abdul Haqq, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat (Sabandar, 2010: 168) bahwa matematika adalah sebagai human

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis

DAFTAR PUSTAKA. Adinawan, dkk. (2007). Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Matematika terdiri dari beberapa komponen yang. serta sifat penalaran matematika yang sistematis.

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS MELALUI PENDEKATAN KONSTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

EKSPLORASI PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI TINGKAT KONEKSI MATEMATIS YANG DIBANGUN OLEH MAHASISWA STKIP YPUP MAKASSAR. Nurfaida Tasni * ABSTRACT

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

P 46 BERPIKIR KREATIF SISWA MEMBUAT KONEKSI MATEMATIS DALAM PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

MEMBANGUN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS (REASONING MATHEMATICS ABILITY ) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Nurmanita 1, Edy Surya 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. dengan cepat dari berbagai belahan dunia manapun. Untuk mempelajari informasi

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide,

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sukar bagi sebagian besar siswa yang mempelajari matematika. dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

Alamat Korespondensi: Jalan Ir. Sutami No 36 A Kentingan Surakarta, , 3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu matematika sampai saat ini, seperti Pythagoras, Plato,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang

KONEKSI MATEMATIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Sugiman Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPAUniversitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA BERBASIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI STATISTIKA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP PENCAWAN MEDAN. Arisan Candra Nainggolan

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. matematika dengan kehidupan sehari-hari. Keterkaitan inilah yang disebut

Transkripsi:

Mengembangkan Kualitas Pembelajaran Matematika Berbasis Riset Prodi Pendidikan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA STRATEGI MENGEMBANGKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS RISET CIREBON, 6 FEBRUARI 2016 Mengembangkan Kualitas Pembelajaran Matematika Berbasis Riset Prodi Pendidikan

Tim Prosiding Seminar Nasional Matematika Pendidikan Matematika Tim Reviewer : Dr. H. Ena Suhena Praja, M.Pd Cita Dwi Rosita, M.Pd Anggita Maharani, M.Pd Tonah, M.Si Ika Wahyuni, S.Si., M.Pd Ferry Ferdianto, ST., M.Pd Wahyu Hartono, M.Si Laelasari, M.Pd M. Subali Noto, S.Si., M.Pd Toto Subroto, S.Si., M.Pd M. Dadan Sundawan, M.Pd Fahrudin Muhtarulloh, S.Si., M.Sc Surya Amami P., M.Si., Editor : Toto Subroto, S.Si., M.Pd Fahrudin Muhtarulloh, S.Si., M.Sc Tri Nopriana, M.Pd Sri Asnawati, M.Pd Penyunting: Toto Subroto, S.Si., M.Pd ISBN: 978-602-71252-1-6 Link : http://goo.gl/6fdpe5 Penerbit: FKIP Unswagati Press Redaksi: Jl. Perjuangan No 1 Cirebon Kampus 2 Unswagati Cirebon Telp. (0231) 482115 Fax (0231) 487249 Email: fkipunswagatipress@unswagati.ac.id Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dengan bentuk dan cara apapun tanpa ijin penerbit Mengembangkan Kualitas Pembelajaran Matematika Berbasis Riset Prodi Pendidikan

293 PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN, SPASIAL DAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA P20 Muchamad Subali Noto 1), Surya Amami Pramuditya 2), Dina Pratiwi, D.S 3) 1,2,3) Universitas Swadaya Gunung Djati, Cirebon; 2) Mahasiswa SPS Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 1) msubalinoto@fkip-unswagati.ac.id, 2) amamisurya@ fkip-unswagati.ac.id, 3) d_2901@yahoo.com Abstrak Kemampuan penalaran, spasial dan koneksi matematis (PSKM) merupakan kemampuan yang harus dimiliki mahasiswa untuk belajar beberapa mata kuliah matematika tingkat lanjut. Berkaitan dengan hal tersebut, maka seorang dosen harus mengetahui kemampuan PSKM mahasiswa sehingga dapat merencanakan pembelajaran dan bahan ajar yang sesuai dengan profil kemampuan mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan PSKM mahasiswa calon guru matematika. Metode penelitian adalah penelitian deskriptif dengan subjek mahasiswa calon guru matematika tingkat satu sebanyak 201 mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan penalaran sebesar 48,86; rata-rata kemampuan spasial sebesar 50,13; rata-rata kemampuan koneksi matematis sebesar 39,07. Ini berarti ketiga kemampuan tersebut masih tergolong rendah, terutama untuk kemampuan koneksi matematis. Kata Kunci : Kemampuan Penalaran, Spasial, Koneksi Matematis, Mahasiswa Calon Guru Matematika. A. Pendahuluan Pada tingkatan perguruan tinggi khususnya program studi pendidikan matematika, mahasiswa dituntut untuk belajar beberapa mata kuliah matematika tingkat lanjut seperti aljabar, teori grup, analisis real ataupun geometri. Maka beberapa kemampuan matematis sangatlah perlu dikembangkan oleh mahasiswa dan dosen. Mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan matematisnya dengan cara rutin mengerjakan soal-soal matematika yang memuat penalaran atau spasial

294 (misalkan geometri) yang dapat melatih kemampuan keruangan mahasiswa. Tetapi mahasiswa akan terkendala dalam belajar kalau mereka sendiri tidak mengetahui kemampuan matematisnya berada pada tingkatan apa? rendah, sedang atau tinggi. Hal ini merupakan salah satu tugas seorang pengajar, yaitu mengetahui profil kemampuan matematis mahasiswa sebelum melaksanakan pembelajaran. Profil kemampuan matematis tersebut akan menjadi gambaran umum sebagai panduan seorang pengajar dalam membuat bahan ajar dan rencana pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan matematis mahasiswa. Dalam makalah ini, kemampuan matematis yang akan dibahas adalah kemampuan penalaran, spasial dan koneksi matematis (PSKM). Penalaran matematis sangatlah penting, karena mahasiswa juga dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat terkait masalah matematis, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti matematis, atau menjelaskan ide, gagasan dan pernyataan matematika. Menurut Sumarmo (2010: 5-6), secara garis besar penalaran dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif diartikan sebagai penarikan kesimpulan yang bersifat umum atau khusus berdasarkan data yang teramati. Nilai kebenaran dalam penalaran induktif dapat bersifat benar atau salah. Beberapa kegiatan yang tergolong pada penalaran induktif di antaranya adalah: a. Transduktif: menarik kesimpulan dari satu kasus atau sifat khusus yang satu diterapkan pada kasus khusus lainnya. b. Analogi: penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan data atau proses. c. Generalisasi: penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data yang teramati. d. Memperkirakan jawaban, solusi atau kecenderungan: interpolasi dan ekstrapolasi.

295 e. Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada. f. Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, dan menyusun konjektur. Penalaran transduktif dapat digolongkan pada kemampuan berpikir matematis tingkat rendah sedangkan yang lainnya tergolong berpikir matematis tingkat tinggi. Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan aturan yang disepakati. Nilai kebenaran dalam penalaran deduktif bersifat mutlak benar atau salah dan tidak keduanya bersama-sama. Penalaran deduktif dapat tergolong tingkat rendah atau tingkat tinggi. Beberapa kegiatan yang tergolong pada penalaran deduktif di antaranya adalah: a. Melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan atau rumus tertentu. b. Menarik kesimpulan logis berdasarkan aturan inferensi, memeriksa validitas argumen, membuktikan, dan menyusun argumen yang valid. c. Menyusun pembuktian langsung, pembuktian tak langsung dan pem-buktian dengan induksi matematika. Kemampuan melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan atau rumus tertentu pada umumnya tergolong berfikir matematis tingkat rendah, dan kemampuan lainnya tergolong berfikir matematis tingkat tinggi. Kemampuan penalaran baik penalaran induktif ataupun deduktif, sangat diperlukan dalam belajar mata kuliah terkait aljabar ataupun analisis. Kemampuan spasial merupakan salah satu dari kemampuan dalam kecerdasan majemuk. Delapan kecerdasan otak yang dimiliki manusia, diantaranya; kecerdasan matematika/logis, kecerdasan verbal/linguistik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan musik, kecerdasan kinetik, kecerdasan natural, dan kecerdasan spasial. Perkembangan 8 kecerdasan dalam dunia kerja. Kemampuan ini juga penting dalam belajar matematika khususnya geometri.

296 Berkaitan dengan teori Bruner, menurut Ruseffendi (2006), dalam pembelajaran matematika perlu memperhatikan empat dalil, yaitu; penyusunan (construction), notasi (notation), pengkontrasan dan keanekaragaman (contrast and variation), dan pengaitan (connectivity). Dalil penyusunan, menjelaskan bahwa tersebut setiap orang berbeda-beda tergantung beberapa faktor seperti genetik, pola pendidikan, lingkungan sekitar, dan lain sebagainya (Sudjito, 2007). Kemampuan spasial merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari matematika akan lebih melekat apabila mahasiswa melakukan sendiri susunan representasinya. Dalil notasi, menjelaskan bahwa dalam pembelajaran perlu mempertimbangkan penggunaan notasi yang sesuai dengan perkembangan mental anak. Dalil pengkontrasan dan keanekaragaman, menjelaskan bahwa untuk menjadikan konsep menjadi lebih bermakna, perlu sajian konsep yang kontras dan aneka ragam. Sedangkan dalil pengaitan, menjelaskan bahwa proses pembelajaran perlu mempertimbangkan pemberian kesempatan mempelajari keterkaitan antar konsep, antar topik, dan antar cabang matematika. Kemampuan mengkaitkan antar konsep, antar topik dan antar cabang matematika disebut kemampuan koneksi matematis. Menurut Fisher, Daniels, & Anghileri (Suhendar, 2007) membuat koneksi merupakan cara untuk menciptakan pemahaman dan sebaliknya memahami sesuatu berarti membuat koneksi. Untuk memahami suatu objek secara mendalam seseorang harus mengetahui: (1) obyek itu sendiri; (2) relasinya dengan obyek lain yang sejenis; (3) relasi dengan obyek lain yang tak sejenis; (4) relasi dual dengan obyek-obyek lainnya yang sejenis; dan (5) relasi dengan obyek dalam teori lainnya (Suhendar, 2007). Koneksi matematis berarti kegiatan menghubungkan antar konsep matematika; menghubungkan konsep matematika dengan konsep pelajaran lainnya; menerapkan pemikiran dan pemodelan matematika untuk menyelesaikan masalah yang muncul dalam disiplin ilmu lainnya seperti seni, musik, psikologi, sains, dan bisnis; bahkan

297 juga merupakan kegiatan menghubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari. NCTM mempopulerkan koneksi matematis yang dalam bahasa asalnya yakni bahasa Inggris disebut mathematical connection dan menjadikannya sebagai satu dari enam standar kurikulumnya. Koneksi matematis merupakan salah satu hal penting dalam berpikir matematis dan dapat membangun pemahaman matematis. Tanpa koneksi, siswa harus mempelajari dan mengingat terlalu banyak konsep dan keterampilan. Dengan koneksi, siswa dapat membangun pemahaman baru dari pengetahuan sebelumnya (NCTM, 2000). Lebih jauh, Hodgson (1995: 13) mengklaim bahwa kemampuan untuk menggunakan koneksi akan memperkuat kemampuan siswa sebagai pemecah masalah. Sedangkan alat yang fleksibel agar siswa dapat memecahkan masalah adalah siswa dapat mengaplikasikan dan menterjemahkan di antara representasirepresentasi yang berbeda dari situasi masalah atau konsep yang sama. Pernyataan Hodgson di atas mendukung pendapat Baroody (1993: 107) yang mengungkapkan bahwa representasi ide atau masalah dapat membantu siswa dalam memperjelas pemaknaan konsep dan memfasilitasi penemuan strategi penyelesaian. Hal ini disebabkan ketika siswa merepresentasikan ide, gagasan, atau konsep matematik, siswa melakukan analisis yang melibatkan proses fikirnya secara aktif untuk menangkap dan mengklarifikasikan konsep-konsep kunci sehingga siswa dapat memilih dan memilah strategi penyelesaiannya. Hubungan antara representasi matematik dengan koneksi sebagai alat penyelesaian masalah dapat diurutkan dalam dua tahap yaitu: 1) koneksi pemodelan antara situasi masalah atau konsep dan representasi-representasi matematiknya; 2) koneksi matematik antara dua representasi yang ekuivalen dan antara prosesprosesnya yang berkorespondensi dalam masing-masing representasi untuk menghasilkan solusi. Coxford (1995) mengatakan bahwa aspek proses matematis dari koneksi matematis meliputi representasi, aplikasi, pemecahan masalah dan penalaran.

298 Representasi merupakan proses matematis yang sangat penting. Secara umum diawali dengan representasi konkrit kemudian diteruskan dengan membuat penggambaran dan representasi abstrak. Untuk memperoleh pemahaman mendalam mengenai suatu konsep, siswa membutuhkan membuat koneksi diantara representasirepresentasi. Menurut Sumarmo (2010) dalam belajar matematika siswa dituntut memahami koneksi antara ide-ide matematis dan antar matematika dan bidang studi lainnya karena topik-topik dalam matematika banyak memiliki relevansi dan manfaat dengan bidang lain, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Jika siswa sudah mampu melakukan koneksi antara beberapa ide matematis, maka siswa akan memahami setiap materi matematika dengan lebih dalam dan baik. Selain itu melalui koneksi konsep pemikiran dan wawasan siswa akan semakin terbuka dan luas terhadap matematika karena siswa akan memandang matematika sebagai suatu bagian yang terintegrasi bukan sebagai sekumpulan topik yang terpisah-pisah, serta mengakui adanya keterkaitan atau hubungan dan aplikasi di dalam kehidupan atau lingkungan sekitar siswa. Tanpa adanya kemampuan koneksi, siswa harus belajar lebih banyak, mengingat dan mengulangi pembelajaran. Sehingga pembelajaran akan terus berulang dan berulang. Ketika mempelajari konsep baru maka konsep sebelumnya akan terisolasi sehingga pembelajaran tidak akan berjalan sengan optimal. Ketika ide-ide matematika setiap hari dikoneksikan pada pengalamannya, baik di dalam maupun di luar sekolah, maka anak-anak akan menjadi sadar tentang kegunaan dan manfaat dari matematika (Lasmanawati, 2011: 17). Dapat diartikan juga bahwa mahasiswa yang memiliki kemampuan koneksi yang baik akan mudah dalam mempelajari banyaknya materi pembelajaran, dengan cara menghubungkan materi tersebut satu sama lain.

299 Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana gambaran atau profil kemampuan penalaran, spasial dan koneksi matematis mahasiswa calon guru matematika? B. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau mengambarkan kemampuan PSKM mahasiswa calon guru matematika. Subjek penelitian adalah seluruh mahasiswa calon guru matematika tingkat satu Universitas Swadaya Gunung Djati Cirebon sebanyak 201 mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes penalaran, spasial dan koneksi matematis. Instrumen terdiri dari tes soal penalaran, spasial dan koneksi matematis masing-masing 15 soal dengan jumlah soal seluruhnya adalah 45 soal. Pengolahan data dengan statistika deskripsi. C. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan data kemampuan penalaran, spasial dan koneksi matematis diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 1 menunjukan hasil kemampuan penalaran mahasiswa (KPM). Tabel 1. Statistics KPM N Valid 201 Missing 0 Mean 48.8556 Median 46.6700 Mode 40.00 Berdasarkan tabel 1 output di atas, terlihat bahwa hasil rata-rata (mean) dan median hampir sama nilainya. Rata-rata KPM mencapai 48,86. Hal ini menunjukkan rata-rata KPM yang kurang optimal, karena masih dibawah 50. Artinya untuk KPM

300 masih harus ditingkatkan lagi. Terlihat dari nilai modusnya 40.00. Nilai tersebut masih dibawah rata-rata, artinya KPM mahasiswa Unswagati cenderung ke kiri. Nilai median = 46.67, artinya ada 50% (100 mahasiswa) mendapatkan nilai dibawah 46.67. Hal ini menunjukan bahwa KPM masih rendah atau kurang optimal, ini juga diperkuat dengan nilai modusnya yang masih dibawah rata-rata. Tabel 2. Nilai Maks dan Min KPM N Valid 201 Missing 0 Std. Deviation 14.98379 Minimum.00 Maximum 86.67 Percentiles 15 33.3300 25 40.0000 50 46.6700 75 60.0000 Berdasarkan tabel 2, diperoleh bahwa standar deviasi 14,98. Artinya penyebaran data KPM kurang lebih 14,98 dari rata-rata. Nilai minimum = 0 dan nilai maksimum 86,67, artinya ada mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal-soal penalaran dengan benar. Persentil 15 diperoleh nilai 33,33 dan persentil 25 diperoleh nilai 40.00, artinya ada sekitar 25% (50 mahasiswa) yang KPMnya dibawah rata-rata dan 15% nya dibawah 33.33. Tetapi dari keseluruhan mahasiswa, ada mahasiswa yang mendapat nilai 86,67. Terlihat juga pada persentil 75 diperoleh nilai KPM adalah 60, artinya 25% mahasiswa atau 50 mahasiswa dijamin mendapatkan nilai KPM diatas rata-rata. Tabel 3 di bawah ini menunjukan hasil kemampuan spasial mahasiswa (KSM).

301 Tabel 3. Statistics KSM N Valid 201 Missing 0 Mean 50.1342 Median 53.8500 Mode 38.46 Berdasarkan tabel 3 output di atas, terlihat bahwa hasil rata-rata (mean) dan median juga hampir sama nilainya. Tetapi rata-rata KSM lebih besar daripada ratarata KPM, yaitu mencapai 50,13. Hal ini menunjukkan rata-rata KSM yang cukup baik, karena sudah mencapai diatas 50. Terlihat dari nilai modusnya 38.00. Nilai tersebut masih dibawah rata-rata, artinya KSM mahasiswa Unswagati juga cenderung ke kiri. Nilai median = 53,85, artinya ada 50% (100 mahasiswa) mendapatkan nilai diatas 50. Hal ini menunjukan bahwa KSM sudah cukup baik, karena walapun modulnya masih dibawah rata-rata, tetapi dari keseluruhan mahasiswa dijamin 50% nya sudah mendapat diatas rata-rata nilai KSM. Tabel 4. Nilai Maks dan Min KSM N Valid 201 Missing 0 Std. Deviation 17.13341 Minimum.00 Maximum 92.31 Percentiles 15 30.7700 25 38.4600 50 53.8500 75 61.5400 Berdasarkan tabel 4, diperoleh bahwa standar deviasi 17,13. Artinya penyebaran data KSM kurang lebih 17,13 dari rata-rata. Nilai minimum = 0 dan nilai maksimum 92,31, artinya ada mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal-soal spasial dengan benar. Persentil 15 diperoleh nilai 30,77 dan persentil 25 diperoleh

302 nilai 38.46, artinya ada sekitar 25% (50 mahasiswa) yang KSMnya dibawah rata-rata dan 15% nya dibawah 30,77. Tetapi dari keseluruhan mahasiswa, ada mahasiswa yang mendapat nilai 92,31. Terlihat juga pada persentil 75 diperoleh nilai KSM adalah 61,54 artinya 25% mahasiswa atau 50 mahasiswa dijamin mendapatkan nilai KSM diatas rata-rata. Tabel 5 di bawah ini menunjukan hasil kemampuan koneksi mahasiswa (KKnM). Tabel 5. Statistics KKnM N Valid 201 Missing 0 Mean 39.0711 Median 40.0000 Mode 40.00 Berdasarkan tabel 5 output di atas, terlihat bahwa hasil rata-rata (mean) dan median juga hampir sama nilainya dan rata-rata KKnM lebih kecil daripada rata-rata KPM maupun KSM, yaitu mencapai 39,07. Hal ini menunjukkan rata-rata KKnM masih sangat rendah atau sangat belum optimal, karena masih dibawah 50 (bahkan dibawah 40). Terlihat dari nilai modusnya 40.00. Nilai tersebut hampir sama dengan rata-rata dan median, artinya KKnM mahasiswa Unswagati sebaran datanya normal. Nilai median = 40,00, artinya ada 50% (100 mahasiswa) mendapatkan nilai dibawah 40. Hal ini menunjukan bahwa KKnM masih rendah.

303 Tabel 6. Nilai Maks dan Min KKnM N Valid 201 Missing 0 Std. Deviation 17.80185 Minimum.00 Maximum 93.33 Percentiles 15 20.0000 25 26.6700 50 40.0000 75 53.3300 Berdasarkan tabel 6, diperoleh bahwa standar deviasi 17,80. Artinya penyebaran data KKnM kurang lebih 17,80 dari rata-rata. Nilai minimum = 0 dan nilai maksimum 93,33, artinya ada mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal-soal koneksi dengan benar. Persentil 15 diperoleh nilai 20,00 dan persentil 25 diperoleh nilai 26.67, artinya ada sekitar 25% (50 mahasiswa) yang KKnMnya dibawah ratarata dan 15% nya dibawah 20,00. Tetapi dari keseluruhan mahasiswa, ada mahasiswa yang mendapat nilai 93,33. Artinya perolehan nilai maksimum untuk KKnM paling tinggi dibandingkan nilai maksimum dari KPM maupun KSM. Terlihat juga pada persentil 75 diperoleh nilai KKnM adalah 53,33 artinya 25% mahasiswa atau 50 mahasiswa dijamin mendapatkan nilai KKnM jauh diatas rata-rata. Berikut adalah tabel distribusi frekuensi kemampuan matematis (KPM, KSM, dan KKnM) serta histogramnya. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematis Frekuensi Nilai KPM KSM KKnM 0-19 2 3 16 20-39 35 75 80 40-59 108 53 74 60-79 48 63 25 80-99 8 7 6

304 Dari tabel distribusi frekuensi di atas, disajikan poligon nilai kemampuan matematis mahasiswa sebagai berikut. 120 100 80 60 40 KPM KSM KKnM 20 0 0-19 20-39 40-59 60-79 80-99 Gambar 1. Poligon nilai Kemampuan Matematis Mahasiswa D. Kesimpulan dan Saran Hasil menunjukkan bahwa ketiga kemampuan matematis yaitu KPM, KSM, dan KKnM diperoleh masih belum optimal atau masih rendah. Tetapi terlihat bahwa kemampuan KSM mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dua kemampuan yang lain. Sedangkan KKnM adalah kemampuan yang paling rendah. Dengan demikian, perlu adanya usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan ketiga kemampuan ini. Penulis dapat menyarankan, ada beberapa cara untuk mengembangkan dan meningkatkan ketiga kemampuan tersebut, yaitu (1) dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuankemampuan tersebut. Model yang dipilih tidak berarti memilih hanya satu model pembelajaran saja yang secara keseluruhan berkaitan dengan ketiga kemampuan tersebut. Tetapi bisa juga dengan memilih tiga model pembelajaran berbeda yang masing-masing berkaitan kemampuan matematis tersebut sehingga dapat

305 meningkatkan ketiga kemampuan matematis. (2) dengan mengembangkan suatu bahan ajar dengan aktivitas ketiga kemampuan matematis, dapat secara terpisah ataupun bersama-sama. Pengembangan bahan ajar harus didasarkan kepada gambaran ketiga kemampuan tersebut. E. Daftar Pustaka Baroody, A.J. (1993). Problem Solving, Reasoning, and Communicating. K-8: Helping Children Think Mathematically. New York: Mac Millan Publishing Company. Coxford, A.F. (1995). The Case for Connections. Dalam P.A. House dan A.F Coxford (Eds). Yearbook Connecting Mathematics Across The Curriculum. Reston, VA: The National Council of Teachers of Mathematics. Hodgson, T.R. (1995). Connections as Problem-Solving Tools. Dalam P.A. House dan A.F Coxford (Eds). Yearbook Connecting Mathematics Across The Curriculum. Reston, VA: The National Council of Teachers of Mathematics. Lasmanawati, A. (2011). Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Proses Berpikir Reflektif Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis Siswa. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan. NCTM (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston: Virginia. Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Suhendar. (2007). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematika Siswa SMP yang Berkemampuan Rendah Melalui Pendekatan Konstektual dengan Pemberian Tugas Tambahan. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan. Sudjito, G. Y. (2007). Perbedaan Kemampuan Spasial Yang Mendapat Pendidikan Musik Klasik; Tidak Mendapat Pendidikan Musik Klasik. Unika Atma Jaya, Jakarta.