Claudya Siktiani Eva Gunawan, Gatot Mudjiono, Ludji Pantja Astuti

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT

Erlinda Damayanti, Gatot Mudjiono, Sri Karindah

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

SKRIPSI KEBERADAAN PREDATOR WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN TEKNIK BUDIDAYA BERBEDA. Oleh SULISTIYO DWI SETYORINI H

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) TERHADAP WERENG BATANG COKLAT NILAPARVATA LUGEN

III. METODE PENELITIAN

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

Srie Juli Rachmawatie, Tri Rahayu Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Islam Batik Surakarta

SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT TERHADAP KEBERADAAN WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI. Oleh SIDIQ DWI WARSITO H

EXISTENCE OF BROWN PLANTHOPPER S NATURAL ENEMIES ON SOME RICE VARIETIES USING DIFFERENT CULTIVATION TECHNIQUES

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

MENGELOLA LEDAKAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH PADA AGROEKOSISTEM YANG FRAGIL DENGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU BIOINTENSIF

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Efektivitas Aplikasi Beauveria bassiana sebagai Upaya

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

1 SET A. INDIVIDU PETANI

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

PENGARUH EKSTRAK BIJI MIMBA TERHADAP PENEKANAN SERANGAN WERENG BATANG PADI COKLAT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

FENOMENA RESURJENSI PADA PENGGUNAAN INSEKTISIDA IMIDOKLOPRID 350SC PADA HAMA WERENG COKLAT. M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SKRIPSI. POPULASI WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stall.) DAN PREDATOR PADA BEBERAPA VARIETAS PADI LOKAL NON AROMATIK

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

HASIL PANEN BERTON-TON DENGAN TEKNOLOGI HAZTON. Oleh : Fitri Ikayanti, SP

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu roda penggerak pembangunan

TEKNOLOGI SALIBU.

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

SERANGAN WERENG BATANG COKLAT PADA PADI VARIETAS UNGGUL BARU LAHAN SAWAH IRIGASI

BAB VII PEMBAHASAN UMUM. Komunitas laba-laba pada ekosistem padi sangat penting untuk

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo

RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI DI LAHAN GAMBUT PENDAHULUAN

STATUS KEBERADAAN HAMA POTENSIAL PADA PERTANAMAN PADI HIBRIDA, NON-HIBRIDA DAN PENENTUAN PERIODE KRITIS

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI

TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Budi Daya Padi Sawah di Lahan Pasang Surut

BAB III METODE PENELITIAN

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

ISBN _ PETUNJUK TEKNIS DEMONSTRASI PLOT PADI VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) MENDUKUNG SL-PTT PADI DI KALIMANTAN TENGAH

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

Sumber : Nurman S.P. (

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

EFFECT OF ZEOLITE ADDITION TO BROWN PLANTHOPPER PRESENCE ON SOME VARIETIES OF RICE

III. BAHAN DAN METODE

Implementasi Budidaya Tanaman Padi. Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu. Oleh : ASEP FIRMANSYAH

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil)

bahasa Perancis dinamakan Le Syst me de Riziculture Intensive disingkat RSI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification

BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

KUISIONER RESPONDEN. 1. Pendidikan Terakhir (Berikan tanda ( ) pada jawaban) Berapa lama pengalaman yang Bapak/Ibu miliki dalam budidaya padi?

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PAKET TEKNOLOGI USAHATANI Padi Penyusun : Wigati Istuti dan Endah R

190 ZIRAA AH, Volume 35 Nomor 3, Oktober 2012 Halaman ISSN

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Tanaman terhadap Hama (Wereng Coklat pada Padi dan Hama Lanas pada Ubi Jalar)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

Transkripsi:

Jurnal HPT Volume 3 Nomor 1 Januari 2015 ISSN: 2338-4336 KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT Nilaparvata lugens Stal. (Homoptera: Delphacidae) DAN LABA-LABA PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI DENGAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU DAN KONVENSIONAL Claudya Siktiani Eva Gunawan, Gatot Mudjiono, Ludji Pantja Astuti Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia ABSTRACT The Population abundance of Brown Planthopper Nilaparvata lugens Stal. (Homoptera: Delphacidae) and Spiders in Rice Cultivation on Integrated Pest Management (IPM) and Conventional Plots was studied in rice field s Sepanjang village, Glenmore subdistrict, Banyuwangi regency.absolute method or direct observation were used to determine the populations of BPH and spiders on both of rice fields. The result showed that BPH population and spiders varied on IPM and conventional plots. The average population of BPH on IPM and Conventional plots was 0.30 and 0.57 respectively. In case of spiders, the average population on IPM and Conventional plots were 0.234 and 0.137 respectively. Pardosa sp. and Argiope sp. were identified as spiders on both plots. In addition, yields on IPM plot was lower compared to conventional plot with 4.56 and 5.12 ton respectively. Keyword: Population,Nilaparvata lugens, spiders, IPM, Conventional ABSTRAK Penelitian kelimpahan populasi wereng batang coklat (WBC) Nilaparvata lugensstal. (Homoptera: Delphacidae) dan laba-laba pada budidaya tanaman padi dengan penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) dan konvensional dilakukan di lahan padi Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi dengan metode eksplorasi atau observasi langsung pada lahan padi, untuk mengetahui populasi WBC dan laba-laba pada lahan PHT dan konvensional.hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan PHT dan konvensional berpengaruh nyata terhadap populasi WBC dan labalaba sebagai musuh alami WBC. Rata-rata populasi WBC pada lahan PHT dan konvensional adalah 0,30 ekor dan 0,57 ekor. Sedangkan rata-rata populasi laba-laba pada lahan PHT dan konvensional adalah 0,234 ekor dan 0,137 ekor. Laba-laba yang ditemukan adalahpardosa sp. dan Argiope sp. Produksi padi pada lahan PHT lebih rendah (4,56 ton) dibandingkan dengan lahan konvensional (5,12 ton). Kata kunci: Populasi, Nilaparvata lugens, laba-laba, PHT, Konvensional PENDAHULUAN WBCadalah salah satu hama penting yang menyerang tanaman padi, WBC dapat menyebabkan kehilangan hasil yang besar.tingginya tingkat serangan WBC pada tanaman padi menyebabkan ketergantungan petani 117

Jurnal HPT Volume 3 Nomor 1 Januari 2015 terhadap pestisida kimia semakin tinggi. Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan antara musuh alami dan WBC, menyebabkan hilangnya musuh alami dan resurjensi hama yang cepat (Chiu, 1979).Mempertimbangkan dampak pestisida kimia yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia, berkembanglah suatu teknologi baru yang bernama Pengendalian Hama Terpadu. Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dianggap sebagai teknologi yang tepat dan potensial untuk mengendalikan hama sekaligus mengurangi resiko penggunaan pestisida yang berbahaya bagi lingkungan (Gurr, 2009). Konsep pengendalian hama berdasarkanprinsip pengelolaan lingkungan tersebut mendorong penggunaanmusuh alami sebagai komponen utamadalam budidaya tanaman.salah satu predator WBC yang berperan besar dalam pengendalian WBC adalah laba-laba. Laba-laba dapat memangsa WBC hingga 15-20 imago WBC per hari (Chiu, 1979).Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyuwangi dengan serangan WBC yang tinggi. Budidaya padi yang dilakukan di Desa Sepanjang sangat tergantung pada pupuk kimia dan pestisida kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan populasi WBC dan laba-laba pada budidaya tanaman padi dengan penerapan PHT dibandingkan dengan konvensional. BAHAN DAN METODE Penelitiandilaksanakan mulaimaret sampai dengan Juni 2014 di lahan padi DesaSepanjang, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi.Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas Inpari-4, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk sp-36, agen hayati Beauveria bassiana,metarizium anisopliae,corynebacterium,dan Plant Growth Promoting Rhizobacterium (PGPR) jurusan HPT FP UB. Budidaya Padi dengan Penerapan PHT Penyiapan lahan PHT dilakukan dengan bajak atau singkal, jerami yang tersisa diolah bersama pengolahan tanah dikemudian diberikan pupuk kandang 168 kg dua hari sebelum tanam. Penanaman padi dilakukan dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 (20 x 20 x 40 cm), padi yang digunakan adalah padi bersertifikat varietas Inpari-4. Padiyang akan digunakan untuk persemaiandirendam dengan Plant Growth Promoting Rhizobacterium (PGPR) dengan konsentrasi 10 ml/l selama 8 jam lalu ditiriskan dan dilakukan penyungkupan agar berkecambah. Saat persemaian berumur 5 hari dan 8 hari dilakukan penyemprotan PGPR dengan konsentrasi 20 ml/l untuk memacu pertumbuhan persemaian padi. Setelah persemaian berumur 12 hari setelah semai (HSS) dilakukan aplikasi B. bassiana, dan aplikasi M. anisopliae dilakukan saat persemaian berumur 14 HSS yang bertujuan untuk mengantisipasi serangan hama saat persemaian. Pemindahan padi ke sawah saat berumur 16 HSS dan saat akan pindah tanam tersebut dilakukan pencelupan bibit dalam larutan Corynebacterium dengan konsentrasi 5 ml/l. Pemberian pupuk pada lahan PHT berdasarkan rekomendasi hasil analisis tanah ialah 1,68 kg pupuk urea dan 2,52 pupuk sp-36, untuk pemupukan urea dilakukan sebanyak tiga kali yaitu saat pengolahan tanah, saat tanaman berumur 2 dan 4 minggu setelah tanam. Budidaya Padi Konvensional Pengolahan tanah dan penanaman pada lahan konvensional sama dengan pengolahan tanah pada lahan PHT. 118

Gunawan et al., Kelimpahan populasi wereng batang coklat Penanaman padi dilakukan dengan sistem tanam jajar legowo dengan jarak tanam 20 x 20 x 40 cm. Benih padi yang digunakan adalah benih bersertifikat varietas Inpari-4. Benih yang digunakan untuk persemaian direndam dengan air selama 24 jam lalu ditetesi dengan Cruiser kemudian dilakukan penyungkupan. Saat persemaian berumur 7 HSS dilakukan pemupukan urea, dilakukan penyemprotan insektisida Plenum untuk menghindari kegagalan persemaian. Bibit yang akan ditanam pada lahan konvensional berumur 25 HSS.Pemupukan pertama diberikan pada 9 hari setelah tanam (HST) dengan menggunakan pupuk urea 3,5 kgdan phonska 3,36 kg, pemupukan kedua dilakukan pada umur 25 HST dengan menggunakan pupuk urea 3,5 kg. pengendalian hama dan penyakit menggunakan insektisida (Plenum dan Virtako), fungisida (Filia, Amistartop, dan Score),dan herbisida (Gromoxe). Penetapan Tanaman Contoh Penetapan tanaman contoh dilakukan dengan metode pengambilan contoh sistematis, terdapat dua belas titik tanaman contoh dan setiap titik terdapat dua rumpun tanaman padi (tidak termasuk tanaman border), antara satu titik dengan titik berikutnya berjarak 189 rumpun tanaman padi. Pengamatan Populasi WBC dan Labalaba Populasi WBC dan laba-laba diamati dengan metode mutlak, yaitu dengan menghitung jumlah nimfa dan imago WBC, dan jumlah laba-laba pada tanaman contoh di seluruh bagian tanaman dalam satu rumpun tanaman padi. Pengamatan populasi WBC dan laba-laba dilakukan setiap satu minggu sekali. Pengamatan dimulai pada saat tanaman berumur 14 HST, sampai tanaman berumur 90 HST. Hasil produksi yang diamati adalah berat gabah kering panen yang dihitung secara ubinan yang berukuran 2,5 m x 2,5 m. Analisis Data Data hasil pengamatan populasi WBC dan populasi laba-laba yang diperoleh dari lahan padi PHT dan konvensional dianalisis menggunakan Uji t dengan tingkat ketelitian 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi WBC Berdasarkan hasil uji t terhadap rerata populasi WBC pada lahan PHT dan konvensional menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Rerata populasi WBC pada lahan PHT (0,30) lebih rendah dibanding rerata populasi WBC pada lahan konvensional (0,57). Perbedaan rerata populasi pada lahan konvensional dan lahan PHT diduga disebabkan oleh penggunaan dosis pupuk yang berbeda, aplikasi agens hayati pada lahan PHT yang dilakukan sejak tanaman berumur 7 HST diduga menjadi penyebab populasi WBC pada lahan PHT lebih rendah dibandingkan dengan lahan konvensional yang menggunakan pestisida.rerata populasi WBC pada lahan PHT dan konvensional disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Rerata Populasi WBC pada Lahan PHT dan Konvensional Perlakuan Wereng batang coklat/ rumpun ( x ± SE) PHT 0,30 ± 0,136 a Konvensional 0,57 ± 0,209 b Keterangan : Angka-angka yang didampingi oleh huruf yang berbeda dalam kolom yang sama berarti berbeda nyata berdasarkan Uji t 5%. 119

Jurnal HPT Volume 3 Nomor 1 Januari 2015 Populasi Laba-laba Berdasarkan hasil uji t terhadap rerata populasi laba-laba pada lahan PHT dan konvensional menunjukkan bahwa populasi laba-laba pada kedua lahan tersebut berbeda nyata. Perbedaan rerata populasi laba-laba pada lahan konvensional dan lahan PHT kemungkinan disebabkan aplikasi pestisida pada lahan konvensional yang menyebabkan emigrasi laba-laba darilahan konvensional dan dapat menyebabkan emigrasi hama WBC pada tanaman padi. Chiu (1979) menyatakan bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan antara musuh alami dan wereng, menyebabkan hilangnya musuh alami dan resurjensi hama yang cepat.rerata populasi laba-laba pada lahan PHT dan konvensional disajikan dalam Tabel 2. Produksi Tanaman Padi Dari hasil panen tanaman padi didapatkan berat gabah kering panen pada lahan PHT dan konvensional, hasil panen dihitung secara ubinan yang berukuran 2,5 m x 2,5 m. Dari hasil ubinan pada lahan PHT dan konvensional menunjukkan bahwa berat gabah kering panen lahan konvensional lebih tinggi daripada lahan PHT. Penyebab rendahnya produksi pada lahan PHT diduga disebabkan oleh hama walang sangit dan penyakit blast, pada lahan PHT tidak dilakukan aplikasi insektisida dan fungisida sehingga berdampak pada rendahnya produksi pada lahan PHT dibandingkan dengan lahan konvensional.berat gabah kering panen disajikan dalam Tabel 3. Pembahasan Umum Budidaya padi dengan penerapan PHT dan konvensional berpengaruh nyata terhadap kelimpahan populasi WBC dan laba-laba.rerata populasi WBC pada lahan konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan rerata populasi WBC pada lahan PHT. Rerata populasi WBC pada lahan konvensional terus meningkat sejak tanaman berumur 14-28 HST. Terjadipeningkatan rerata populasi WBC pada kedua lahan saat tanaman berumur 21 dan 28 HST. Peningkatan populasi WBC pada lahan PHT diduga terjadi karena adanya migrasi WBC dari lahan konvensional yang letaknya bersebelahan dan adanya migrasi dari lahan sawah lainnya dikarenakan waktu tanam padi yang tidak serempak. Faktor yang menyebabkan kematian WBC mencakup suhu, musuh alami yaitu predator dan patogen, nutrisi yang kurang, dan kematangan tanaman (Cheng dan Holt, 1990). Menurut Tarumingkeng (1992) fluktuasi dan kerapatan populasi Anthropoda dapat terjadi pada suatu ekosistem diakibatkanoleh empat faktor yaitu adanya peningkatan karena kelahiran, masuknya individu sejenis dari populasi lain atau imigrasi, penurunan karena kematian, dan penurunan akibat keluarnya beberapa individu dari populasi ke populasi lainnya atau emigrasi. Tabel 2. Rerata Populasi Laba-laba pada Lahan PHT dan Konvensional Perlakuan Laba-laba/ rumpun ( x ± SE) PHT 0,234 ± 0,014 a Konvensional 0,137 ± 0,025 b Keterangan : Angka-angka yang didampingi oleh huruf yang berbeda dalam kolom yang sama berarti berbeda nyata berdasarkan Uji t 5%. 120

Gunawan et al., Kelimpahan populasi wereng batang coklat Tabel 3. Berat Gabah Kering Panen pada Lahan PHT dan Konvensional Perlakuan Berat Gabah Kering Panen (ton) / Ha PHT 4,56 Konvensional 5,12 Salah satu predator yang merupakan musuh alami WBC dan memiliki peran besar dalam mengendalikan populasi WBC adalah laba-laba. Rerata populasi laba-laba pada lahan PHT lebih tinggi dibandingkan dengan rerata populasi laba-laba pada lahan konvensional. Adanya aplikasi pestisida pada lahan konvensional diduga dapat menyebabkan rerata populasi labalaba pada lahan konvensional lebih rendah dibandingkan lahan PHT. Selain itu, fluktuasi rerata populasi laba-laba dapat disebabkan kelimpahan makanan dan kondisi yang mendukung populasi laba-laba pada lahan tersebut. Chiu (1979) menyatakan bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan antara musuh alami dan wereng, menyebabkan hilangnya musuh alami dan resurjensi hama yang cepat. Laba-laba yang ditemukan pada lahan PHT dan konvensional adalah Pardosa sp. dan Argiope sp. Menurut Jayakumar dan Sankari (2010) keberadaan laba-laba Argiope sp. pada lahan padi paling banyak saat masa-masa akhir padi sedangkan laba-laba Pardosa sp. banyak ditemukan sejak masa-masa awal tanaman. Populasi WBC yang rendah dan populasi laba-laba yang tinggi pada lahan PHT berbanding terbalik dengan hasil produksi gabah kering panen yang didapatkan. Dari hasil ubinan pada lahan PHT dan konvensional menunjukkan bahwa berat gabah kering panen lahan konvensional lebih tinggi daripada lahan PHT.Penyebab rendahnya produksi pada lahan PHT diduga disebabkan oleh hama walang sangit dan penyakit blast, pada lahan PHT tidak dilakukan aplikasi insektisida dan fungisida sehingga mempengaruhi produksi pada lahan PHT. KESIMPULAN Kesimpulan dalam penelitian menunjukkan bahwa: 1. Penerapan PHT dapat mengurangi populasi WBCNilaparvata lugens Stal. dan dapat mempertahankan keberadaan laba-laba sebagai musuh alami WBC daripada budidaya padi konvensional. 2. Turunnya populasi WBC dapat dipengaruhi oleh imigrasi musuh alami, emigrasi WBC, dan kematangan tanaman. 3. Padalahan PHTpopulasi labalabadapat mengendalikan populasiwbc.jenis laba-laba yangditemukan pada kedua lahanperlakuan yaitu Pardosasp. danargiope sp. DAFTAR PUSTAKA Cheng, J. A. and J. Holt. (1990). A Systems Analysis Approach to Brown Planthopper Control on Rice in Zhejiang Province, China. I. Simulation of outbreaks. Journal of Applied Ecology. 27, 85-99. Chiu, S. 1979. Biological Control of The Brown Planthopper. Brown planthopper: Threat ToRice ProductionIn Asia. International Rice Research Institute. Philippines. p 335-355. Gurr, G. M. 2009. Prospects for Ecological Engineering for 121

Jurnal HPT Volume 3 Nomor 1 Januari 2015 Planthoppers and Other Arthropod Pests in Rice. International Rice Research Institute. Los Banos. Philippines. Jayakumar, S. and A. Sankari. 2010. Spider population and their predatory efficiency in different riceestablishment techniques in Aduthurai, Tamil Nadu. Journal of Biopesticides 3(1 Special Issue) 020-027. Tarumingkeng, R.C. 1992. Dinamika Pertumbuhan Populasi Serangga. IPB Press. Bogor. 122