BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. siswa akan terlatih menemukan sendiri berbagai konsep secara holistic, bermakna

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan global, pemerintah harus mampu. menyiapkan SDM yang berkualias dan handal, menyiapkan SDM yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan fisik dalam kehidupan sosial; 3. Standar minimal pengetahuan dan keterampilan khusus dasar;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dapat tercapai. Adapun upaya peningkatan kualitas SDM. tersebut adalah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

I. PENDAHULUAN. Teknologi (IPTEK) yang semakin kompleks di berbagai bidang kehidupan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan menggunakan akal pikiran dan emosi yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu, hal tersebut dapat dilihat dari semangat dan prestasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa: Penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk

BABI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. satu kompetensi keahlian lagi, yaitu kompetensi keahlian multimedia.

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan titik sentral yang sangat berpengaruh untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi cita-cita manusia semakin menuntut kepada peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

menyumbang calon tenaga kerja terdidik. Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang banyak pengangguran yang berasal dari orang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan pasal 3 tahun 2003 yang berbunyi: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran.

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang berada di front line sebagian besar adalah tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu Negara dapat dikatakan maju jika Negara tersebut memiliki sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 dikemukakan :

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembelajaran kewirausahaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pengangguran di Indonesia cukup mengkhawatirkan, dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha yang disadari untuk menumbuh-kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan dituntut untuk mampu memberikan kontribusi nyata,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap professional (Peraturan Pemerintah. No.29 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkemampuan dan berketerampilan, mampu diandalkan dan. mampu menghadapi tantangan persaingan era pasar bebas.

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. seamkin baik pula kualitas sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengembangan diri. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewirausahan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Pembelajaran kewirausahaan seharusnya dapat memberikan pengalaman langusung pada siswa sehingga menambah kemampuan dan pengalaman siswa dalam memahami, menerapkan konsep yang telah dipelajari. Dengan demikian siswa akan terlatih menemukan sendiri berbagai konsep secara holistic, bermakna otentik serta aplikatif untuk kepentingan pemecahan masalah Tujuan mata pelajaran kewirausahaan dapat diajarkan dan dikembangkan di Sekolah-sekolah Dasar, Sekolah Menengah, Perguruan Tinggi, dan di berbagai kursus bisnis. Didalam pelajaran Kewirausahaan, para siswa diajari dan ditanamkan sikap-sikap perilaku untuk membuka bisnis, agar mereka menjadi seorang wirausaha yang berbakat. Agar lebih jelas, dibawah ini diuraikan tujuan dari Kewirausahaan, sebagai berikut: (1) Meningkatkan jumlah para wirausaha yang berkualitas. (2) Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. (3) Membudayakan semangat sikap, perilaku, dan kemampuan kewirausahaan dikalangan pelajar dan masyarakat yang mampu, handal, dan unggul. (4) Menumbuh kembangkan 1

2 kesadaran dan orientasi Kewirausahaan yang tangguh dan kuat terhadap para siswa dan masyarakat. Miarso (2007:485) mengatakan bahwa sumber daya manusia merupakan modal dasar pembangunan terpenting. Lebih lanjut dijelaskan pendidikan untuk pembangunan kualitas manusia meliputi segala aspek perkembangan manusia dalam harkatnya sebagai makhluk yang berakal budi, sebagai pribadi, sebagai masyarakat dan sebagai warga negara. Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan manusia dalam arti mengaktulisasikan semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat luas. Keberhasilan pembangunan nasional disegala bidang sangat bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa dalam mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh potensi yang dimiliki. Upaya tersebut dapat dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Salah satu lembaga jalur pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja diantaranya pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia di antaranya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap professional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan diharapkan produktif dan mampu berwirausaha juga dapat menjadi tenaga kerja mengengah serta memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan di dunia kerja. Hadirnya Sekolah Menengah Kejuruan sangat didambakan masyarakat karena lulusan

3 pendidikan kejuruan memang mempunyai kualifikasi sebagai calon tenaga kerja yang memiliki keterampilan vocasional tertentu sesuai dengan bidang keahliannya. SMK sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan pasal 15 UU SISDIKNAS merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Oleh karena itu kurikulum SMK disusun memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan jenis pekerjaan, lingkungan sosial, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Pelajaran kewirausahaan merupakan pelajaran program adaptif wajib yang harus diikuti oleh semua siswa pada tiap tingkat kelas untuk semua program keahilian. Tujuan pembelajaran pelajaran ini adalah menghendaki siswa berkompeten dalam berwirausaha (berusaha secara mandiri) sesuai dengan bidang keahlan yang telah mereka ikuti. Dalam pelajaran kewirausahaan, siswa dituntuk mampu untuk mengaktulisasikan sikap dan perilaku wirausaha, menerapkan jiwa kepemimpinan dan perilaku wirausaha, menerapkan jiwa kepemimpinan, merencanakan usaha kecil/mikro, dan mengelolah usaha mikro. Semua kompetensi ini harus dimiliki siswa agar mereka mampu berusaha dan bersaing dalam berwirausaha kelak setelah mereka menamatkan jenjang pendidikannya di sekolah mengengah kejuruan. Dengan adanya tuntutan kualifikasi keterampilan yang disebut diatas, maka secara indeal siswa yang memiliki sekolah menengah kejuruan untuk semua

4 bidang keahlian khususnya tehnik komputer jaringan dan teknik perbaikan bodi otomotif seharusnya adalah mereka yang secara potensial memiliki bakat khusus dibidangnya dan memiliki motifasi untuk lebih baik lagi. Namun persyaratan kualifikasi tersebut tampaknya sulit utnuk dilaksanakan dan konsisten. Hal ini disebabkan masih banyak siswa yang memilih jenjang pendidikan menengah kejuruan ini hanya didasarkan pada keinginan untuk cepat memperoleh pekerjaan setelah tamat tanpa mempertimbangkan kesesuaian antara program keahlian yang mereka pilih dengan kemampuan, bakat, dan sikap yang mereka miliki. Pendidikan kewirausahaan sebenarnya sudah cukup lama diperhatikan. Sejumlah perguruan tinggi telah membentuk dan menerapkan kuliah kewirausahaan sejak beberapa tahun silam. Sejumlah sekolah menengah juga melakukan hal yang sama. Tetapi, kelahiran wirausaha di Indonesia dirasakan masih jauh dari harapan. Menurut Kemendiknas (2010) pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat sendiri. Strategi pembelajaran kewirausahaan di Indonesiabelum bisa memungkinkan lahirnya wirausaha baru sesuai harapan. Penyebabnya, karena strategi pembelajaran Indonesia masih sangat condong pada pembelajaran yang berpusat pada guru. Pembelajaran yang berpusat pada guru adalah sistem pembelajaran yang menjadikan guru sebagai pusat dan sumber utama yang memberikan ide-ide dan contoh, dimana peserta didik diposisikan sebagai gelas kosong yang hanya dapat diisi oleh sang guru. Pada sistem ini, hampir tidak mungkin dapat terlahir peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi serta motivasi yang tinggi sebab mereka sepenuhnya tergantung kepada guru. Itulah sebabnya, tak mengherankan jika

5 spektrum pikir peserta didik sepenuhnya merupakan pantulan dari pengajaran satu arah yang diterima di sekolah. Lapangan pekerjaan yang terbatas serta tuntutan kebutuhan pasar yang meningkat menyebabkan banyaknya pengangguran. Pengangguran sudah menjadi masalah struktrual bagi bangsa Indonesia. Banyak hal yang menjadi faktor penyebab, baik yang berasal dari aspek internal seperti softskil, sikap, mental, ketiadaan modal financial, cacat tubuh dan sebagainya serta faktor eksternal seperti kualias pendidikan, sistem ekonomi, sistem pokitk yang ada pada suatu Negara dan sebaginya. Angka pengangguran sulit untuk dihilangkan sekalipun pada Negara maju, akan tetapi masih dapat diminimalisir dengan berbagai program dan kebijakan yang relevan dalam memecahkan masalah tersebut. Di Indonesia, angka penganguran masih cukup besar, pada tahun 2004, angka pengangguran sebesar 10,2 juta (9,8%), kemudian terus meningkat menjadi 10,8 juta (10,3) pada tahun 2005 dan 11,1 juta (10,4%) pada tahun 2006, pada tahun 2007 mengalami penurunan hingga 2009. Angka pengangguran masih sebesar 9,2 juta (8,1%). Padahal pelajaran kewirausahaan berperan penting dalam mendukung siswa untuk memacu berwirausaha. Pembelajaran kewirausahaan tidak lain merupakan proses motivasi, kreatifitas, dan sikap melalui aktivitas siswa. Dalam hal ini anak diberikan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuannya secara mandiri melalui proses komunikasi yang menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki dengan pengetahuan yang akan atau harus ditemukannya. Jika pencapaian hasil pembelajaran kewirausahaan masih rendah tentunya akan sangat mempengaruhi kualitas lulusan yang akan siap berwirausaha karena minimnya pengetahuan siswa dalam pengetahuan pembelajaran kewirausahaan.

6 Siswa SMK dapat memilih alternatif setelah lulusan tamat disekolah kejuran seperti melanjutkan pendidikan, mencari pekerjaan atau membuka usaha (berwirausaha) sesuai dengan disiplin ilmu dan keterampilan yang dimilikinya. Harapan ini akan terwujud bila selama proses pembelajaran disekolah guru menggunakan cara-cara efektif dan efisien dalam menyampaikan materi pembelajaran secara tepat yang dituangkan dalam bentuk strategi pembelajaran. Sesulit apapun materi, pada dasarnya siswa akan mengerti dan memahami secara bertahap jika disampaikan dengan strategi pembelajaran yang tepat. Selain faktor dari dalam diri siswa akan turut mempengaruhi kualitas hasil belajarnya. Salah satunya adalah motif berprestasi yang mendorong atau penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk lebih baik dalam mencapai suatu prestasi tertentu. Selain bekerja di DU/DI, lulusan SMK juga diharpakan mampu membuka usaha sendiri secara mandiri sesuai disiplin ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu yang ditimba selama dibangku sekolah akan sangat bermanfaat dalam merencanakan, membuka, mengelola dan mengembangkan usahanya karena siswa SMK dituntut untuk kreatif, inovatif, namun pada kenyataannya kopetensi yang diharapkan masih jauh dari yang diharapkan karena belum mampu berpkompetitif dalam mencari lapangan pekerjaan dan membuka usaha sendiri setelah lulus. Pada dasarnya untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran tersebut maka pada setiap akhir program pengajaran dilakukan evaluasi. Indikator keberhasilan dari pencapaian tujuan pengajaran tersebut adalah kemampuan belajar siswa yang diwujudkan dalam ujian akhir semester. Dari tiga tahun terakhir yaitu tahun ajaran 2010/2011, 2011/2012 dan 2012/2013, diperoleh rata-

7 rata nilai UAS kewirausahaan, 70, 65, dan 68 (DKN SMK Negeri 1 Meranti). Hasil UAS siswa yang masih berada dibawah KKM yang ditetapkan 70. Mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu strategi pengorganisasian pembelajaran yang baru dan hendaknya dipilih sesuai dengan metode, cara dan sumber belajar lainnya yang dianggap relevan dalam menyampakan materi dalam membimbing sswa agar terlibat secara optimal, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka menumbuh kembangkan kemampuannya. Dari hasil observasi pendahuluan yang dilakukan, dapat digambarkan bahwa secara umum strategi pembelajaran di SMK Negeri 1 Meranti dalam mata pelajaran kewirausahaan selama ini umumnya hanya berupa penyampaian materi secara teori oleh guru lewat ceramah, demonstrasi, latihan dan mengerjakan tugastugas. Strategi pembelajaran ekspositori ini dilaksanakan secara simultan, akibatnya potensi kelas kurang diberdayakan, siswa kurang termotivasi untuk mengikuti materi mata diklat ini karena strategi yang digunakan dalam penyampaiannya selalu bersifat monoton, untuk memahami mata diklat kewirausahaan siswa tidak diarahkan pada gambaran langsung melalui proses social dan kelompok kerja. Sistem pembelajaran yang berpusat pada guru harus segera diubah, khususnya terkait dengan mata diklat pendidikan kewirausahaan agar kedepannya bisa menciptakan wirausaha-wirausaha yang handal. Apabila pemerintah Indonesia tidak mampu membentuk wirausaha-wirausaha baru yang handal maka diperkirakan akan semakin banyak jumlah pengangguran di Indonesia, dan hal ini tentu akan berimbas pada penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Maka dari itu dirasa sangat penting untuk mengembangkan pendidikan

8 kewirausahaan agar mampu mencetak wirausaha-wirausaha baru yang handal. Hal ini tentu saja tidak menjadi tanggung jawab pemerintah semata, atau guru semata namun manjadi tanggung jawab bagi semua pihak yang terkait di dalamnya termasuk juga stakeholder/masyarakat. Pengaruh strategi pembelajaran dengan menggunakan strategi yang monoton ilmiah ini yang diduga menjadi salah satu factor penyebab masih rendahnya nilai akhir siswa utnuk mata diklat kewirausahaan. Untuk dapat mengatasi adanya kesenjangan dalam pembelajaran kewirausahaan, maka salah satu hal yang dapat diterapkan dalam menyampaikan materi diklat kewirausahaan adalah menyesuaikan strategi pembelajaran yang baru dan hendaknya dipilih sesuai dengan metode, media dan sumber belajar lainnya yang dianggap relevan dalam menyampaikan materi, dalam membimbing siswa agar terlibat secara optimal sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka menumbuhkembangkan kemampuannya. Dengan demikian didalam pembelajaran pada mata diklat kewirausahaan, identifikasi terhadap motif berprestasi siswa dalam bidang jasa teknik komputer jaringan dan bodi otomotif merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan, karena tujuan akhir dari mata diklat ini adalah membentuk jiwa dan kepribadian siswa yang memiliki kemandirian. Salah satu karakteristik siswa yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar kewirausahaan adalah motif berprestasi. Menurut McClelland (1949) bahwa motif berprestasi adalah salah satu factor pokok dalam perilaku wirausaha. Lebih lanjut dikemukakan bahwa motif berprestasi adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya.

9 Untuk itu dalam mempelajari mata diklat kewirausahaan, motif berprestasi sangat berperan sekali terutama dalam mempelajari dan mengaplikasikan setiap kompetensi dasar yang ada. Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2003 : 33-34): (1) Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya, (2) Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan, (3) Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi, (4) Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan, (5) Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-fifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah. Peserta didik yang mempunyai motif berprestasi akan cenderung belajar dengan lebih baik, lebih cepat dari sebelumnya karena adanya dorongan dalam untuk berbuat lebih baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai solusi dalam meningkatkan kemampuan belajar kewirausahaan siswa adalah menerapkan strategi pembelajaran yang tepat agar siswa memperoleh hasil belajar kewirausahaan yang memuaskan sesuai dengan yang diharapkan. Ada banyak strategi pembelajaran yang dapat digunakan, misalnya strategi pebelajaran idnduktif, latihan inkuiri, pemrosesan informasi, peningkatan kapasitas berpikir, pengajaran nin directive, synetic, pertemuan kelas, investigasi kelompok, bermain

10 peran, inkuiri social, pembelajaran tuntas, pembelajaran langsung, simulasi, kooperatif, dan ekspositori dan lain sebagainya. Dengan demikian strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan keadaan siswa seperti ini adalah strategi pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievent Devision (STAD) dan strategi pembelajaran jigsaw. Strategi pemeblajaran kooperatif merupakan suatu metode pemebelajarn yang siswanya dikelompokkan menjadi kelompok kecil beranggotakan 4 sampai 5 orang, bekerja secara kolaboratif dengan kelompok heterogen (Slavin, 1995), karena tipe pembelajaran ini merupakan tipe pembelajaran kreatif, inovatif dan efektif, sehingga dapat memotif belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari beberapa strategi dan berdasarkan fenomena diatas, maka dalam penelitian ini, peneliti mencoba menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar kewirausahaan siswa yang mampu menyampaikan materi kepada siswa secara lebih mendalam dan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan memperhatikan motif berprestasi yang dapat mempengahruhi hasil belajarnya. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan gejala yang diamati peneliti, maka timbul beberapa pertanyaan yang dapat diidentifikasi sebagai permasalahan yakni: (1) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi hasil belajar kewirausahaan? (2) Bagaimana strategi pembelajaran yang diterapkan selama ini? (3) Apakah strategi pembelajaran dan penyampaian materi tidak menumbuhkan motif berprestasi siswa? (4) Apakah strategi pembelajaran untuk pembelajaran

11 kewirausahaan kurang menarik perhatian siswa? (5) Apakah strategi pembelajaran yang digunakan sudah sesuai dengan karakteristik siswa? (6) Strategi pembelajaran yang bagaimankah yang tepat digunakan dalam pembelajaran kewirausahaan? (7) Apakah motif berprestasi siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa? (8) Bagaimana hubunga strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan karakteristik siswa dengan hasil belajar siswa? (9) Apakah strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa pada mata diklat kewirausahaan? (10) Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan atau SDM guru mata diklat terhadap perolehan hasil belajar? (11) Apakah terdapat perbedaan hasil hasil belajar antara siswa yang memiliki motof berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motif berprestasi rendah? (12) Apakah ada interaksi antara strategi pembelajaran dengan motif berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajar siswa? C. Pembatas Masalah Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada: (1) strategi pembelajaran yang terdiri dari strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD, (2) motif berprestasi siswa antara motif berprestasi tinggin dan motif berprestasi rendah, (3) hasil belajar kewirausahaan siswa SMK Negeri 1 Meranti XII semester dengan standart kompetensi Mengelola Usaha Kecil/Mikro dan kompetensi dasarnya Mempersiapkan Pendirian Usaha.

12 D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah dan pembatas masalah yang dikemukakan diatas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah hasil belajar kewirausahaan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pelajaran kewirausahaan? 2. Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan motif berprestasi terhadap hasil belajar kewirausahaan siswa SMK Negeri 1 Meranti? 3. Apakah siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi yang diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki hasil belajar kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD? 4. Apakah siswa yang memiliki motif berprestasi rendah yang diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki hasil belajar kewirausahaan yang lebih tinggi dibandikan dengan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?

13 E. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh aplikasi strategi pembelajaran dan motif berprestasi terhadap hasil belajar siswa pada mata diklat kewirausahaan, sedangkan secara khusus bertujuan: 1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kewirausahaan antara siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Untuk mengetahui interaksi antara strategi pembelajaran dengan motif berprestasi terhadap hasil belajar kewirausahaan siswa SMK Negeri 1 Meranti. 3. Untuk mengetahui siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi yang diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memeiliki perbedaan hasil belajar kewirausahaan dengan siswa yang diajar dengan strategi pembelajan kooperatif tipe STAD. 4. Untuk mengetahui siswa yang memiliki motif berprestasi rendah yang diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memeiliki perbedaan hasil belajar kewirausahaan dengan siswa yang diajar dengan strategi pembelajan kooperatif tipe STAD

14 F. Manfaat Penelitian Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai: (1) salah satu bahan acuan bagi pengembang lembaga pendidikan dan penelitian selanjutnya yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh strategi pembelajaran dan motif berprestasi terhadap hasil belajar siswa. (2) menambah khasanah pengetahuan yang berkaitan dengan strategi pembelajaran dan hubungannya dengan motif berprestasi siswa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar kewirausahaan siswa SMK Teknik Komputer Jaringan (TKJ) dan Teknik Perbaikan Bodi Otomotif (TPBO). Secara praktif penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi guru khususnya pada mata diklat kewirausahaan sebagai salah satu strategi alternatif dalam menyampaikan materi pelajaran, memberikan informasi terutama pihak sekolah tentang ada tidaknya pengaruh strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD, serta motif berprestasi terhadap hasil belajar kewirausahaan siswa.