Ditulis oleh : Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi Pada 08 November 2015 publikasi film SMART? dalam screening mononton pada rangkaian acara Kampung Seni 2015 pukul 20.30 di gedung serba guna FSRD ISI Surakarta. SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI Teknologi berkembang cukup pesat dan dengan cepat mempengaruhi setiap sisi kehidupan manusia. Keberadaan teknologi sudah merambah manusia dari segala kalangan dan teknologi itu sendiri sudah bukan menjadi barang asing bagi manusia. Hal inilah yang diangkat oleh Muhammad Bilal melalui film garapannya berjudul SMART? yang dirilis pada tahun 2015. Film ini mengangkat permasalahan teknologi yang sudah sangat akrab dengan manusia. Bercerita tentang manusia yang sangat ketergantungan teknologi dalam kehidupan sehariharinya melalui penggambaran cerita dua sejoli yang salah satu pasangannya yakni si cewek tidak bisa terlepas dari interaksi maya melalui smartphonenya. Keberadaan smartphone dalam satu sisi dinilai menguntungkan karena tidak dapat dipungkiri bahwa manusia hidup akan selalu melakukan komunikasi. Komunikasi tersebut bisa dalam bentuk apa saja dan melalui apa saja, baik verbal maupun non verbal, baik langsung maupun tidak langsung. Smartphone itu sendiri merupakan salah satu sarana komunikasi tidak langsung dengan kemampuan teknologi yang cukup tinggi dan terlepas dari apakah anda setuju atau tidak dengan perkembangan teknologi ini karena secara jelas inovasi-inovasi teknologi tersebut berpengaruh sangat besar bagi komunikasi insani. Muhammad Bilal selaku creator dalam film ini dapat dikatakan cukup berhasil dalam menyampaikan ide tersebut melalui film berdurasi 8 menit lebih 37 detik dengan tidak membosankan mata dan telinga penonton. Melalui satu tempat dan satu waktu film ini dengan apik mengemas ide cerita yang sarat akan pesan kepada penonton. Cerita yang sedemikian di sajikan dengan gaya yang santai dan humoris dengan dibumbui grafis-grafis yang cukup menarik. Film yang bercerita peristiwa yang terjadi pada waktu yang cukup singkat ini disajikan dengan pola yang linier dimana waktu berjalan sesuai urutan aksi peristiwa tanpa adanya interupsi waktu yang signifikan. Terdapat dua tokoh dalam film ini dimana keduanya masingmasing menjadi karakter utama dan karakter pendukung. Si cewek dikategorikan sebagai pelaku
utama dalam film ini karena si cewek tersebut adalah motivator utama yang menjalankan alur naratif sejak awal hingga akhir cerita dan si cowok merupakan karakter pendukung yang memicu terjadinya konflik sekaligus membantu karakter utama dalam menyelesaikan masalahnya. Secara singkat, film ini menceritakan mengenai dua orang sejoli yang sedang berpacaran ditaman. Namun si cewek sibuk memainkan aplikasi di smartphone barunya. Ketika si cowok mengajaknya untuk berbicara, si cewek justru asyik mendengarkan musik dan mengunggah foto selfienya. Si cowokpun tiba-tiba merasa haus, namun percuma saja untuk si cowok mengungkapkannya pada si cewek karena si cewek sedang sibuk mendengarkan music dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Akhirnya si cowokpun pergi tanpa berpamitan dengan si cewek dan ketika si cewek mulai sadar perhatian dengan lingkungannya, barulah ia menyadari bahwa si cowok sudah tidak berada di sampingnya. Si cewek mencari dan mencari si cowok lagilagi melalui media sosial hingga kemudian si cowok datang dan meminta agar si cewek tidak sibuk dengan dunia mayanya saja. Pada film SMART? ini si cewek menjadi tokoh yang sangat ketergantungan dengan teknologi, lebih spesifiknya yakni smartphone yang menjadi salah satu media komunikasi tidak langsung dimana didalamnya terdapat media sosial. Pengguna media memiliki beberapa alasan dimana dia juga berusaha mencapai tujuan tertentu ketika menggunakan media. beberapa diantaranya yakni sebagai pengalihan diri dari rutinitas atau pekerjaan sehari-hari, sebagai pengganti teman karena media dianggap memiliki hubungan personal tertentu, sebagai salah satu cara untuk memunculkan identitas personal dan sebuah sarana untuk mencapai sesuatu. Dan diantara alasan tersebut, alasan yang paling mendasar yang muncul dalam pembentukan karakter si cewek terhadap media yakni media sebagai salah satu cara untuk memunculkan identitas personal. Hal ini dapat diketahui melalui adegan selfie yang di unggah ke media sosial dengan alasan agar eksis. Menurutnya ke-eksisan menjadi salah satu hal yang dapat diraih lewat media, selain itu ada adegan dimana si cewek memilih foto mana yang akan di unggah, dalam hal ini tokoh si cewek tersebut menggunakan media dalam membentuk identitasnya. Terjadi proses pencitraan dalam dirinya dimana ia menentukan bagaimana ia dilihat orang lain dan bagaimana orang lain menilainya melalui fotonya tersebut. Film ini disajikan dengan pola struktur naratif tiga tahap dengan jelas. Tahap permulaan dimana si cowok mulai mengajak si cewek untuk bertemu dan si cewek meunjukkan smartphone
barunya kemudian si cewek mulai asyik selfie dan memainkan smartphone barunya. Melalui kejadian-kejadian tersebut penonton secara tidak langsung berkenalan dengan karakter-karakter yang disuguhkan dalam film SMART? ini. Kemudian tahap pertengahan dimana si cewek mulai sadar pada dunia nyata dan merasa kehilangan si cowok dari sisinya, pada tahap ini tempo cerita meningkat hingga pada klimaks cerita. Lalu film mulai memasuki tahap penutupan dimana si cowok membantu untuk menyelesaikan masalah dari si cewek, berusaha untuk membuat si cewek tidak terus menerus hanya memperhatikan smartphonenya. Film SMART? Ini menjadi film yang cukup unik dan menarik. Dapat dikatakan demikian Karena film ini sarat akan grafis yang mengiringi beberapa peristiwa. Di dalam filmnya, sang creator membumbui dengan beragam efek animasi grafis yang mampu menciptakan suasana yang humoris. Salah satu contoh yakni pada saat si cewek melakukan selfie dan hendak mengunggahnya ke media sosial. Dalam adegan ini pembuat film memunculkan ilustrasi yang hampir mirip dengan tampilan smartphone saat pengguna juga akan mengunggah foto, mulai dari proses memilih foto hingga loading saat proses mengunggahnya. Grafis tersebut memperkuat tema film itu sendiri yakni tentang smartphone dan menimbulkan kedekatan emosional penonton dengan film karena visual yang demikian sudah bukan menjadi hal yang asing bagi penonton dan penonton juga dibawa seakan menjadi bagian dari tokoh cerita dalam film tersebut. Hal-hal inilah yang membuat film SMART? terbilang menarik dibandingkan film yang lain karena dalam beberapa film dengan tema yang sama belum ditemukan penambahan efek visual yang padat seperti dalam film SMART? dimana efek visual itu bukan hanya untuk mempercantik saja namun juga ikut menyampaikan pesan kepada penonton. Efek visual yang digunakan dapat katakan padat karena dalam durasi 8 menit lebih 37 detik terdapat 22 efek visual yang digunakan. Sedangkan pada beberapa film pendek yang lain sering kali lebih menonjolkan sisi drama dan unsur sinematiknya. Film ini menawarkan cakupan hal yang global dalam sebuah cerita yang dikemas secara ringan dan padat. Perihal teknologi yang pada dasarnya merupakan permasalahan yang sangat luas dimana teknologi terus berkembang pesat dalam kurun waktu yang cukup lama dan dengan perubahan yang sangat banyak. Teknologi-teknologi tersebut terus menerus mempengaruhi manusia dengan berbagai cara, salah satu caranya yakni terus menerus beusaha untuk melengkapi kebutuhan manusia itu sendiri. Ketika manusia semakin merasa tercukupi
kebutuhannya melalui keberadaan teknologi, salah satunya yakni smartphone, maka manusia akan menciptakan sebuah dunianya sendiri, sebuah dunia baru yakni dunia maya. Dunia maya tersebut akan semakin meluas dan semakin nyata secara semu bagi manusia itu sendiri. Terciptanya dunia maya tersebut akan menjadikan manusia mulai lupa terhadap perhatiannya pada dunia nyata yang sebenar-benarnya. Permasalahan yang cukup kompleks tersebut mampu disajikan dengan santai dan humoris. Hal-hal itulah yang menyebabkan film ini dianggap cukup unik dan berbeda dengan film pendek yang lain. Kemampuannya untuk mencakup perihal yang kompleks dalam sebuah kemasan cerita pendek yang ringan, padat, menarik namun tetap mengandung beberapa pesan yang ingin disampaikan kepada penontonnya. Film merupakan salah satu media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada penontonnya. Pesan tersebut disampaikan melalui tokoh yang memainkan alur cerita. Pesan yang ingin disampaikan bisa jadi lewat dialog antar tokoh, perilaku tokoh, grafis-grafis yang dimunculkan termasuk pernyataan dalam bentuk tulisan. Film SMART? Menyertakan sebuah pernyataan di akhir filmnya yang mengutip pernyataan dari Albert Einstein tentang hubungan manusia dan teknologi bahwa Aku takut suatu hari nanti teknologi akan melampaui interaksi manusia. Dunia akan memiliki generasi idiot. Sehingga tujuan creator yang dimaksudkan dari pernyataan dalam kutipan tersebut yakni menjadikan manusia terbebas dari pengaruh buruk teknologi atau lebih tepatnya menjadi bijak dalam menggunakan teknologi. Namun apabila diulas kembali tahap penutup pada film ini, justru terdapat ketidak sesuaian dengan pernyataan Albert Einstein yang dikutip. Sehingga justru memunculkan pesan ganda yang berbeda antara isi pada film dengan kutipan pesan di akhir film. Film ini memang bisa dibilang berhasil dalam menyampaikan pesannya kepada penonton dan berhasil pula membuat beberapa penonton bingung dengan pesan ganda yang terdapat didalamnya. Pesan pertama yang dapat ditangkap penonton pada film ini yakni pada tahap penutup dimana si cewek justru mengajak si cowok untuk ikut selfie, yang berarti penggunaan teknologi dalam hal ini masih pada tahap yang kurang berguna atau bisa dikatakan kurang bijak dalam menggunakan teknologi, sehingga seakan-akan creator film mempersilahkan penonton untuk bebas menggunakan teknologi baik berguna atau tidak, asalkan tidak menganggu orang disekelilingnya. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan pesan kedua yang menjadi penutup film dan berasal dari kutipan Albert Einstein, dimana seharusnya kita tidak dikalahkan dengan
teknolgi dan menjadi idiot. Mungkin pesan ganda menjadi bagus dan menarik apabila pesan tersebut bersifat memperkuat pesan satu dengan yang lainnya, akan tetapi hal tersebut tidak pada film SMART? ini, karena dalam film SMART? ini pesan ganda yang dimaksud justru saling mematikan satu sama lain atau bisa dibilang sangat bertentangan. Hingga akhir film, SMART? tidak menampilkan suatu penyelesaian dari masalah yang diangkat, yakni ketergantungan seseorang akan teknologi. Yang ditampilkan hingga akhir justru penyesuaian seseorang akan teknologi, bukannya kepintaran seseorang dalam menggunakan teknologi agar tidak terjadi ketergantungan. Adegan penutup pada film yang seharusnya dapat menjadi pesan berupa solusi dari masalah yang diangkat, justru tidak menyampaikan satu hal apapun. Film hanya berisi adegan-adegan yang mengakrabkan kita dengan sifat ketergantungan teknologi yang juga kita rasakan di kehidupan nyata, tanpa ada solusi untuk tidak bergantung dengan teknologi. Sehingga keberadaan film terasa tanpa tujuan, karena tidak adanya penyelesaian masalah tersebut Seharusnya creator dapat memasukkan pesan berupa solusi masalah, tidak hanya melalui pesan tulisan namun diharapkan dapat disampaikan melalui isi cerita juga. Karena dengan tema masalah ketergantungan teknologi ini merupakan masalah akrab yang sekarang marak melanda masyarakat. Sehingga diharapkan melalui film pendek ini dimunculkan sebuah solusi kecil yang dapat menginspirasi dan memperingati penonton, bukan hanya sekedar memberitahu hal yang akrab dan sudah diketahui umum. Semisal saja dapat ditampilkan sebuah adegan dimana si cewek akhirnya mengantongi atau menutup layar smartphonenya dan mau mengobrol dengan pacarnya. Sehingga penonton setidaknya menjadi sadar bahwa hanya dengan tindakan sekecil itu dapat membuat kita lebih dekat dengan orang di sekitar kita. Memang mencari sebuah solusi dari masalah global hanya dengan film berdurasi pendek bukanlah hal yang mudah. Namun bukannya tidak mungkin dari pesan kecil tersebut akan muncul sebuah pemahaman sederhana yang mampu menyadarkan penonton. Dari film SMART? ini hal yang perlu ditampilkan creator bukanlah kebersamaan dalam menggunakan teknologi, namun kesadaran akan penggunaan teknologi yang benar. Dimana sebaiknya kita tidak dikuasai teknologi, namun kita harus dapat menguasai teknologi, yakni dengan bertindak lebih bijak dalam menggunakan teknologi.
Daftar Pustaka Tubbs, Stewart L dan Sylvia Moss, Human Communication Prinsip-Prinsip Dasar, Terj. Deddy Mulyana, Remaja Rosdakarya: Bandung, 1996. Halaman 20 hingga 21 mengenai teknologi komunikasi terutama perkembangannya. Morissan, Psikologi Komunikasi, Ghalia Indonesia: Bogor, 2013. Halaman 265 mengenai alasan dan tujuan audien menggunakan media Pratista, Himawan, Memahami Film, Homerian Pustaka: Yogyakarta, 2008. Halaman 36 mengenai pola linier cerita dan halaman 43-46 mengenai elemen pokok naratif dan pola struktur naratif