BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU : H.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan. yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku mulia. Begitulah kutipan filsuf Yunani, Plato, SM (dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

ISSN: PRAMUKA SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN PENDIDI- KAN BERKARAKTER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat melanjutkan cita-cita bangsa serta membawa bangsa ke arah perkembangan yang lebih baik, seperti bangsa Indonesia pada periode 2005-2035 dikaruniai usia populasi produktif yang luar biasa begitu besar dan itu belum pernah dialami ketika Indonesia merdeka. Melihat kondisi hal tersebut maka hal ini dapat menjadi keuntungan atau kerugian bagi bangsa Indonesia seperti yang di kemikakan Muhamad Nuh (2014:17) jumlah populasi produktif tersebut akan menjadi bonus demografi (demographic dividend) atau nikmat; tapi apabila tidak berkualitas justru akan menjadi laknat atau bencana demografi (demographic disaster). Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan fisik, yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya perubahan emosional, kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara berpikir yang mendasari tingkah laku dalam pengambilan keputusan serta nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orang tua dan aktivitas individu kemandirian menuntut suatu kesiapan individu, baik kesiapan fisik maupun emosional untuk mengatur, mengurus dan melakukan aktivitas atas tanggung jawabnya sendiri tanpa banyak menggantungkan diri pada orang lain. Mu tadin (2002: 1) mengemukakan, selama masa remaja, tuntutan terhadap kemandirian sangat besar dan jika tidak direspon secara tepat bisa saja menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis remaja di masa 1

2 mendatang. Banyak remaja yang mengalami frustasi dan kemarahan kepada orang tua karena tidak mendapatkan kemandirian. Memperoleh kebebasan (mandiri) merupakan suatu tugas bagi remaja. Dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, menyelesaikan masalah, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Dengan demikian remaja akan berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal. Menurut Ali & Asrori (2009: 108-109) pengembangan kemandirian menjadi sangat penting karena dewasa ini semakin terlihat gejala- gejala negatif. Pertama ketergantungan disiplin kepada kontrol dari luar dan bukan karena niat sendiri yang ikhlas. Perilaku seperti ini akan mengarah kepada perilaku formalistik dan ritualistik serta tidak konsisten. Situasi seperti ini akan menghambat pembentukan etos kerja dan etos kehidupan yang mapan sebagai salah satu ciri dari kualitas sumber daya kemandirian manusia. Kedua, sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup. Manusia mandiri bukanlah manusia yang lepas dari lingkungannya, melainkan manusia yang bertransenden terhadap lingkungannya. Ketidakpedulian terhadap lingkungan hidup merupakan gejala perilaku impulsif yang menunjukkan bahwa kemandirian masyarakat masih rendah. Ketiga, sikap hidup konformistik tanpa pemahaman dan kompromistik dengan mengorbankan prinsip. Gejala mitos bahwa segala sesuatunya bisa diatur yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat merupakan petunjuk adanya ketidak jujuran berpikir dan bertindak serta kemandirian yang masih rendah. Gejala-gejala tersebut merupakan sebagian kendala utama dalam mempersiapkan individuindividu yang mampu mengurangi kehidupan di masa mendatang yang semakin kompleks dan penuh tantangan. Oleh sebab itu, perkembangan kemandirian remaja menuju ke arah kesempurnaan menjadi sangat penting untuk diusahakan

3 secara serius, sistematis, dan terprogram perkembangan kemandirian telah digambarkan sebagai salah satu yang tugas perkembangan yang paling signifikan dari remaja. Menurut Yusuf, (2008: 14), masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya sikap dependen kepada orang tua ke arah independen, (2) minat seksualitas, dan (3) kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral. Adams et al (2003: 177) mengemukakan mencapai kemandirian adalah salah satu isu normatif kunci perkembangan psikososial remaja, dan semua perspektif pada pengembangan kemandirian menekankan hasil bermasalah yang mungkin mengikuti dari kurangnya dukungan yang tepat untuk kemandirian. Selama pengembangan kemandirian remaja biasanya cepat karena perubahan fisik dan kognitif yang cepat, memperluas hubungan sosial, dan hak-hak serta tanggung jawab. Kemandirian pribadi dan pengambilan keputusan meningkat, dan identitas diri bertahap secara konsolidasi, mempengaruhi, perilaku, dan kognisi. Kegagalandalam tugas-tugas ini dapat menimbulkan berbagai masalah perilaku secara luas dan dapat menimbulkan kesulitan lainnya. Yusuf, (2008: 198) mengemukakan pada masa remaja berkembang sikap conformity, yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman sebaya). Konformitas memberikan dampak yang negatif dan positif bagi remaja. Dampak negatif tersebut dapat mempengaruhi kemandirian remaja. Tidak sedikit remaja yang berperilaku konformitas terhadap teman-temannya, hal ini menandakan bahwa remaja tidak mandiri dalam perilakunya yaitu remaja tidak menunjukan bahwa dirinya memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh (a) tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, (b) tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan dan (c) memasuki kelompok sosial tanpa tekanan.

4 Steinberg (1993: 296) mengungkapkan indikator remaja yang memiliki kemandirian perilaku kemandirian perilaku pada masa remaja ditandai dengan (1) memiliki kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh (a) menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya, (b) memilih alternatif pemecahan masalah didasarkan atas pertimbangan sendiri dan orang lain dan (c) bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya, (2) memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh (a) tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, (b) tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan dan (c) memasuki kelompok sosial tanpa tekanan dan (3) memiliki rasa percaya diri yang ditandai oleh (a) merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan sekolah, (b) merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan sekolah, (c) merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya, dan (d) berani mengemukakan ide. Melihat penting nya meningkatkan kemandirian remaja maka hal tersebut perlu ditingkatkan, dalam menunjang peninkatan tersebut banyak sekali kegiatankegiatan pendidikan baik pendiikan formal maupun pendidikan nonformal yang digalakan digalakan guna menciptakan masyarakat yang berkualitas sehingga mampu menjadi masyarakat yang mandiri dari segala bidang hal ini tertuang dalam tertuang dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi siswa sehingga menjadi pribadi yang mandiri yang memiliki kemampuan untuk memahami diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, mampu mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana, mengarahkan diri sendiri sesuai dengan keputusan

5 yang diambilnya, serta akhirnya mampu mewujudkan diri sendiri secara optimal. Pendidikan disusun sebagai salah satu upaya yang dapat mengarahkan kepribadian manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya agar kelak dapat menjadi manusia yang insan kamil, dalam rangka mencapai tujuan akhir kehidupannya, (Taqiyudin,2008:55) pendidikan yang berkaitan dengan hal tersebut dan dikaitkan pendidikan luar sekolah dengan merujuk pada peraturan pemerintah No. 73 Tahun 1991tentang pendidikan luar sekolah yang dikemukakan bahwa: Pendidikan Luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah baik dilembagakan atapun tidak (pasal 1 ayat (1) yang bertujuan untuk (1) melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, (2) membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja, mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan/atau jenjang yang lebih tinggi dan (3) memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi jalur pendidikan sekolah (pasal2). Gerakan Pramuka hadir sebagai wadah organisasi guna meningkatkan kemampuan anggotanya baik kemampuan dari hard skil maupun soft skill peserta didiknya hal ini telah diamanatkan oleh UU No.12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka dan revitalisasi Gerakan Pramuka yang telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2006 (dalam blog Dewan Kerja Nasional) serta sesuai dengan tema Hari Pramuka ke-51 yakni Tingkatkan Kemandirian Gerakan Pramuka untuk Keberhasilan Karakter Kaum Muda, maka kiranya seluruh komponen mulai memikirkan dan berupaya untuk membentuk unit usaha yang dimaksud. Dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, semua bisa melihat bahwasanya revitalisasi Gerakan Pramuka dengan tiga sasaran

6 pokoknya yaitu 1) Memperkuat dasar hukum Gerakan Pramuka sebagai organisasi pendidikan nonformal di tanah air; 2) pembaharuan sistem pendidikan kepramukaan; 3) kemandirian organisasi telah berhasil merubah cara pandang masyarakat terhadap Gerakan Pramuka. Selaku penyelenggaraan pendidikan kepramukaan, Gerakan Pramuka memang mempunyai peranan besar dalam pembentukan kepribadian generasi muda.peranan itulah yang saat ini telah menjadi dambaan utama masyarakat Indonesia. Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Gerakan pramuka bertujuan untuk membentuk setiap anggota pramuka supaya memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup sehingga anggota pramuka dapat memiliki kemandirian didalam hidupnya. Proses pembelajaran didalam gerakan pramuka dalam meningkatkan kemampuan anggota pramuka dilakukan berbagai metode kepramukaan antara lain dengan metode sistem among dimana metode tersebut guna meningkatkan kegiatan pendidikan kepramukaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan spiritual dan intelektual, keterampilan, dan ketahanan diri yang dilaksanakan melalui metode belajar interaktif dan progresif, dalam meningkatkan minat dan bakat peserta didikanya kegiatan dalam gerakan pramuka tidak hanya berkemah, baris-berbaris, seperti yang kita ketahui pada umumya, gerakan pramuka juga mewadahi peserta didiknya kedalam kegiatan satuan karya pramuka (SAKA) hal in berguna untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam bidang yang di minatinya.

7 Satuan Karya Pramuka (Saka) adalah wadah pendidikan guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat dan pengalaman parapramuka dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Satuan Karya diperuntukkan bagi para Pramuka Penegak dan Pramuka Pandegaatau para pemuda usia antara 16-25 tahun dengan syarat khusus. Pendidikan kepramukaan dalam Sistem Pendidikan Nasional termasuk dalam jalur pendidikan nonformal yang diperkaya dengan pendidikan nilai-nilai gerakan pramuka dalam pembentukan kepribadian yang berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup. Gerakan Pramuka, merupakan salah satu kegiatan organisasi yang memiliki visi, misi, arah, tujan dan strategi yang jelas. Jenis kegiatan pengembangan pada setiap dalam prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan satuan mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi jelas tertuang. Gerakan Pramuka mendidik kaum muda Indonesia dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia agar menjadi manusia Indonesia yang lebih baik, dan anggota masyarakat Indonesia yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara, Kegiatan pendidikan kepramukaan dilaksanakan dengan menggunakan sistem among. Sistem among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antarmanusia. Sistem among dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan : di depan menjadi teladan, di tengah membangun kemauan; dan di belakang mendorong dan memberikan motivasi. Secara umum Gerakan Pramuka dan Satuan Karya Wanabakti bertujuan mempersembahkan kepada bangsa dan negara Indonesia kader bangsa sebagai kader pembangunan yang bermoral Pancasila. Untuk itu proses pendidikan progresif sepanjang hayat bagi anggota muda Gerakan Pramuka dalam abad ke 21

8 guna mencapai tujuan tersebut, difokuskan pada ketahanan mental, moral, fisik, emosional, intelektual, iptek dan sosial peserta didik baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Ketangguhan iptek/teknologi dalam Gerakan Pramuka dibina dan dikembangkan dalam satuan khusus yaitu Satuan karya Pramuka (SAKA). Satuan karya, di lingkungan World Scouting disebut Scout Service Brigade, merupakan wadah pendidikan guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan pengalaman Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dalam berbagai bidang kejuruan/tehnologi. Saka, memotivasi mereka untuk melaksanakan kegiatan karya nyata dan produktif sehingga dapat memberi bekal bagi kehidupan dan pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan negara, sesuai dengan aspirasi pemuda Indonesia dan tuntutan perkembangan pembangunan dalam rangka peningkatan ketahanan nasional, dalam menujudkan hal tersebut maka tidak luput dari peran serta tugas seorang pamong yang mengatur kegiatan sedemikan rupa sehingga tujuan dari satuan karya pramuka itu sendiri dapat terlaksana dan terwujud. Pamong merupakan figur yang sangat penting dalam satuan karya pramuka karena pamong bertugas dalam merancang dan management program pengembangan dan pembinaan satuan karya pramuka, mendaji pendorong, motivator, pendamping dan pembangit semangat untuk anggotanya. Satuan Karya Pramuka Wanabakti BKPH Ciparay adalah satuan karya wanabakti satusatunya yang aktif di kawasan bandung selatan, hal ini terbukti dari kegiatan yang sering dilaksanakan baik di dalam maupun kegiatan partisipsasi diluar, keutuhan dan keaktifan organisasi tersebut tentunya tak lupun dari peran seorang pengelola yaitu yang disebut sebagai pamong, dalam mengelola satuan karyanya pamong SAKA di BKPH Ciparay secara konsisten mempertahankan prinsip dan metode yang tertuang dalam anggaran rumah tangga pramuka yaitu Sistem Among, sistem among merupakan metode kepramukaan yang

9 membebaskan peserta didiknya untuk mengembangkan potensi sesuai minatnya, dan pamong bertugas untuk memfasilitasi dan melakukan pengawasan supaya tidak terjadi sesuatu yang menyimpang. Maka dari latar belakang diatas lah peneliti tertarik untuk meneliti PERAN PAMONG SATUAN KARYA WANABAKTI DALAM MEMBINA KEMANDIRIAN ANGGOTA MELALUI PENERAPAN SISTEM AMONG. B. Identifikasi Masalah Penelitian 1. Anggota satuan karya wanabakti BKPH ciparay terlihat mandiri hal ini dapat terlihat dari program kerja yang dilakukan oleh satuan karya wana bakti, berupa persemaian, kegiatan latihan rutin dan kegiatan bakti sosial. 2. Anggota pramuka sakawanabakti mempunyai kreatifitas yang cukup baik karena dapat menggunakan media alam sebagai sarana latihannya. 3. Prestasi satuan karyawanabakti cukup baik hal ini telihat dari berbagai prestasi yang pernah diraih. 4. Keteladan yang ditunjukan oleh pamong sakapramuka satuan karya wana bakti dalam melatih n anggota pramuka satuan karya wana bakti. 5. Pamong menggunakan sistem among dalam membina proses kegiaatan latihan anggota pramuka saka wana bakti. 6. Metode latihan beregu sebagai salah satu metode yang digunakan dalam latihan anggota pramuka saka wana bakti. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas maka dapat dirumuskanpermasalahannya sebagai berikut: Bagaimana peran pamong saka wana bakti dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan sistem

10 among? Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat diperolrh pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana Peran Pamong Satuan Karya Pramuka Wana Bakti dalam membina anggota Wanabakti di Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay? 2. Bagaimana penerapan sistem among oleh pamong Satuan Karya Pramuka Wanabakti di Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay? 3. Bagaimana Kemandirian anggota Satuan Karya Pramuka Wana Bakti di Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay? 4. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan sistem among? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai peran pamong satuan karya pramuka dalam meningkatkan kemandirian anggota satuan karya pramuka melalui penerapan sistem among. Dan secara khusus tujunan penilitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan peran Pamong Satuan Karya Pramuka Wana Bakti dalam membina Kemandirian anggota Satuan Karya Pramuka Wana Bakti di Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay. 2. Mendeskripsikan penerapan sistem among oleh pamong Satuan Karya Pramuka Ciparay. Wana Bakti di Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) 3. Mendeskripsikan kemandirian anggota pramuka satuan karya wana bakti di Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay. 4. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan sistem among. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

11 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan ilmu pendidikan luar sekolah, terutama pada organisasi satuan karya pramuka wanabakti dalam mengembangkan kemandirian peserta didiknya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Lembaga Bagi pihak Lembaga hasil karya skripsi ini dapat dijadikan sebagai bentuk masukan dan motivasi dalam rangka membina kemandirian anggota dalam kegiatan latihan satuan karya pramuka wanabakti b. Bagi Peserta didik Meningkatkan kemandirian anggota pramuka satuan karya wanabakti dalam menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan, meningkatkan kemampuan menganalisis suatu masalah maupun keterampilannya. c. Bagi Pamong atau Calon Peneliti Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan satuan karya Pramuka Wanabakti. d. Bagi Peneliti Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati seluruh kegiatan yang bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan. F. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini disususn kedalam lima bab yang berisi mengenai: BAB I : Pada BAB I mengeraikan pembahasan mengenai pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan

12 penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, struktur organisasi penelitian dan definisi operasional BAB II : Pada BAB II menguraikan pembahasan mengenai kajian pustaka, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian. BAB 9III: Pada BAB III menguraikan pembahasan mengenai metodologi penelitian yang terdiri dari metode penelitian, lokasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian teknik pengumpulan data, pengolahan data, dan analisa data. BAB IV : Menguraikan Pembahasan mengenai Pengolahan data dan pembahasan hasil temuan penelitian BAB V : Pada BAB V menguraikan tentang kesimpulan dan rekomendasi