BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB III LANDASAN TEORI. selebihnya pasir dan kerikil (Wuryati dan Candra, 2001). Karakteristik beton

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH CAMPURAN KAWAT BENDRAT TERHADAP KEKUATAN BALOK BETON DENGAN MUTU 20 MPa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus, agregat kasar,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat. Beton disusun

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERUBAHAN UKURAN BUTIRAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON OKSANDI ABSTRAK

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

PENGARUH KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BETON MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR BATU APUNG DENGAN TAMBAHAN KAWAT BENDRAT 50 MM

BAB III LANDASAN TEORI

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

BETON RINGAN TEMPURUNG KELAPA. Noviyanthy Handayani Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

PENGGUNAAN PECAHAN BOTOL KACA SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN KUAT TARIK LENTUR BETON DENGAN VARIASI KUAT TEKAN BETON

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP KUAT TEKAN

BAB III LANDASAN TEORI. agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan (SNI 2847 : 2013).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan laju pembangunan yang semakin pesat, beton telah banyak

BAB IV METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB III LANDASAN TEORI. pembentukannya seperti semen hidrolik (Portland Cement), agregat halus, agregat

BAB III LANDASAN TEORI. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB III LANDASAN TEORI. beton dengan penggunaan kadar fly ash yang cukup tinggi yakni di atas 50%

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

bersifat sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan. Dengan demikian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

BAB III LANDASAN TEORI. kasar, dan air dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan.

BARtl TINJAUAN PUSTAKA. Teknologi beton terns berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan

BAB III LANDASAN TEORI. Mutu Beton ditentukan oleh banyak faktor antara lain (Sutikno, 2003) d. Susunan butiran agregat yang dipakai

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI-03-2847- 2002). Beton terdiri dari atas agregat, semen, dan air yang dicampur bersamasama dalam keadaan plastis dan mudah untuk dikerjakan. Karena sifat ini menyebabkan beton mudah untuk dibentuk sesuai dengan keinginan. Sesaat setelah pencampuran terjadi reaksi kimia yang bersifat hidrasi dan menghasilkan suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan. Beton dalam konstruksi teknik didefinisikan sebagai batu batuan yang dicetak pada suatu wadah atau cetakan dalam keadaan cair atau kental, yang kemudian mampu untuk mengeras secara baik. Beton sendiri terdiri dari agregat halus, agregat kasar, dan suatu bahan pengikat. Bahan pengikat yang lazim dipakai umumnya adalah bahan pengikat yang bersifat hidrolik dalam arti mengikat dan mengeras secara baik kalau dicampur air (Soetjipto, Ismoyo 1978). Penggunaan konstruksi beton diminati karena beton memiliki sifat-sifat yang menguntungkan, seperti ketahanannya terhadap api, awet, kuat tekan yang timggi dan dalam pelaksanaannya mudah untuk untuk dibentuk sesuai bentuk yang dikehendaki. Tetapi konstruksi beton juga memiliki kelemahan-kelemahan antara lain : kemampuan menahan tarik yang rendah sehingga kostruksinya mudah retak jika mendapat tegangan tarik. 13

14 3.2. Beton Ringan Beton normal merupakan bahan yang relatif cukup berat, dengan berat jenis berkisar 2,4 atau berat 2400 kg/m 3. Untuk mengurangi beban mati suatu struktur beton atau mengurangi sifat penghantaran panas maka telah banyak dipakai beton ringan. Beton dengan berat kurang dari 1850 kg/m 3 biasa disebut dengan beton ringan. Pada dasarnya beton ringan diperoleh dengan cara penambahan pori-pori udara ke dalam campuran betonnya. Oleh karena itu pembuatan beton ringan dapat dilakukan dengan cara-cara berikut : a) Dengan membuat gelembung gelembung gas/udara dalam adukan semen. Dengan demikian akan terjadi banyak pori-pori udara di dalam betonnya. Bahan tambah khusus (pembentuk udara dalam beton) yaitu air entrance ditambahkan ke dalam semen akan timbul gelembung-gelembung udara. b) Dengan menggunakan aggrerat ringan, misalnya tanah liat bakar, dan batu apung. Dengan demikian beton yang terbentuk akan menjadi lebih ringan daripada beton normal. Beton normal merupakan bahan yang cukup berat, dengan berat sendiri mencapai 2400 kg/cm3. Untuk mengurangi beban mati pada suatu struktur beton maka telah banyak dipakai jenis beton ringan. beton dapat digolongkan sebagai beton ringan apa bila beratnya kurang dari 1850 kg/m 3 (SK SNI T-03-3449-2002). Kuat tarik beton ringan pada umumnya lebih kecil bila dibandingkan dengan beton normal (Navy, 2004)

15 3.3. Beton Serat Bahan tambah adalah bahan selain unsur pokok beton (air, semen, agregat) yang ditambahkan pada adukan beton, sebelum, segera atau selama pengadukan beton. Tujuannya ialah mengubah satu atau lebih sifat-sifat beton sewaktu masih dalam keadaan segar atau setelah mengeras, misalnya : mempercepat pengerasan, menambah encer adukan, menambah kuat tekan, menambah daktilitas, mengurangi sifat getas, mengurangi retak-retak pengerasan dan sebagainya (Tjokrodimulyo, 1996). Beton serat (fiber concrete) ialah bagian komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat. Bahan serat dapat berupa : serat asbestos, serat tumbuh-tumbuhan (rami, bambu, ijuk), serat plastik (polypropylene), atau potongan kawat baja. Jika serat yang dipakai mempunyai modulus elastisitas yang lebih tinggi daripada beton, maka beton serat akan mempunyai kuat tekan, kuat tarik, maupun modulus elastisitas yang sedikit lebih tinggi daripada beton biasa (Tjokrodimuljo, 1996). Serat pada umumnya berupa batang-batang dengan diameter antara 5 500 µm, bahkan sampai dengan 1300 µm (mikro meter), dan panjang sekitar 25 mm sampai 100 mm. bahan serat dapat berupa : serat asbestos, serat tumbuhtumbuhan (rami, ijuk, bambu) serat plastic (polypropylene), atau potongan kawat baja (tjokrodimuljo, 1996).

16 Beberapa jenis fiber baja yang biasa digunakan : 1. Bentuk fiber baja (steel fiber shapes) a. Lurus (straight) b. Berkait (hooked) c. Bergelombang (crimped) d. Double duo form e. Ordinary duo form f. Bundle (paddled) g. Kedua ujung ditekuk (enfaraged ends) h. Tidak teratur (irregular) i. Bergerigi (idented) 2. Penampang fiber baja (steel fiber cross section) a. Lingkaran/kawat (round/wire) b. Persegi / lembaran (rectangular/sheet) c. Tidak teratur/ bentuk dilelehkan (irregular/ melt extract) 3. Fiber dilekatkan bersama dalam satu ikatan (fibers glued yogether into a bundle)

17 Jenis dari fiber baja dapat dilihat pada gambar : Gambar 3.1 Jenis-Jenis Serat Fiber Baja 3.4. Bahan Penyusun Beton 3.4.1. Semen Portland Semen portlan adalah semen hidrlis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen Portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lainnya (SNI 15-2049-2004) Berdasarkan SNI-15-2049-2004, Semen dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan penggunaannya. Jenis semen berdasarkan kegunaannya adalah sebagai berikut: 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada semen jenis lain. 2. Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

18 kekuatan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang. 3. Jenis III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. 4. Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi yang rendah. 5. Jenis V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi terhadap sulfat 3.4.2. Agregat Halus Agregat halus adalah butiran mineral alam yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 3/16 inch atau 5 mm ( lolos saringan no. 4) yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar Menurut PBI (1971), syarat-syarat agregat halus (pasir) adalah sebagai berikut: a. Agregat halus terdiri dari butiran-butiran tajam dan keras, serta tidak mudah pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti panas matahari dan hujan. b. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap jumlah berat agregat kering. Apabila kandungan lumpur lebih dari 5%, agregat halus harus dicuci terlebih dahulu. c. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak. Hal demikian dapat dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams header dengan menggunakan larutan NaOH.

19 d. Agregat halus terdiri dari butiran-butiran yang beranekaragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat. 2. Sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat. 3. Sisa di atas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80-90% berat. Tabel 3.1 Batas-batas Gradasi Agregat Halus Lubang Berat Butir yang Lewat Ayakan (%) Ayakan (mm) Kasar Agak Kasar Agak Halus Halus 10 100 100 100 100 4,8 90-100 90-100 90-100 95-100 2,4 60-95 75-100 85-100 95-100 1,2 30-70 55-90 75-100 90-100 0,6 15-34 35-59 60-79 80-100 0,3 5-20 8-30 12-40 15-50 0,15 0-10 0-10 0-10 0-15 Sumber : Tjokrodimuljo, 1996 3.4.3. Agregat Kasar Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai ukuran butir-butir besar (antara 5 mm sampai 40 mm). Sifat dari agregat kasar akan mempengaruhi kekuatan akhir dari beton keras dan daya tahannya terhadap disintegrasi beton (Tjokrodimuljo,1996). Agregat kasar dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan berat jenisnya yaiu : a. Agregat normal : agregat normal adalah agregat yang berat jenisnya antara 2.5 2.7 gram/cm 3

20 b. Agregat berat : agregat berat adalah agregat yang berat jenisnya lebih dari 2.8 gram/cm 3 c. Agregat ringan : agregat ringan adalah agregat yang berat jenisnya kurang dari 2 gram/cm 3 Berdasarkan SK SNI T-03-3449-2002 mengenai tata cara rencana pembuatan campuran beton ringan dengan agregat ringan. Pemilihan agregat ringan dapat ditenttkan berdasarkan tujuan konstruksi seperti yang terdapat pada tabel 3.2 Tabel 3.2 Jenis Agregat Ringan Yang dipilih Berdasarkan Tujuan Konstruksi KONSTRUKSI BANGUNAN BETON RINGAN KUAT TEKAN Mpa BERAT ISI Kg/m 3 JENIS AGREGAT RINGAN Struktural Struktural Ringan Struktural Sangat Ringan Sebagai Isolasi Minimum 17,24 1400 Maksimum 41,36 1850 Agregat yang dibuat melalui proses pemanasan batu Serpih, batu lempung, batu sabak, terak besi atau terak abu terbang Minimum 6,89 800 Agergat ringan alam : Maksimum 17,24 1400 scoria atau batu apung Minimum - - Maksimum - 8000 Sumber : SK SNI T-03-3449-2002 Perlit atau vemikulit

21 3.4.4. Air Air merupakan salah satu bahan yang paling penting dalam pembuatan beton karena menentukan mutu dalam campuran beton. Fungsi air pada campuran beton adalah untuk membantu reaksi kimia semen portland dan sebagai bahan pelicin antara semen dengan agregat agar mudah dikerjakan. Air diperlukan pada adukan beton karena berpengaruh pada sifat pengerjaan beton (workability). Air berpengaruh terhadap kuat tekan beton, karena kelebihan air akan menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Kelebihan air akan membuat beton menjadi bleeding, yaitu air bersama-sama dengan semen bergerak kepermukaan beton. Dengan bergeraknya air bersama semen ke permukaan menyebabkan berkurangnya daya lekat beton antara lapis permukaan dengan lapisan dibawahnya. Penggunaan air sebagai bahan campuran beton sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut (Tjokrodimuljo,1996). 1. Air harus bersih. 2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda melayang lainnya lebih dari 2 gram/liter. 3. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton, asam, zat organik lebih dari 15 gram/liter. 4. Tidak mengandung klorida atau Cl > 0,5 gram/liter. 5. Tidak mengandung senyawa sulfat > 1 gram/liter.

22 3.4.5. Superplastizizer Superplastizizer adalah bahan tambah kimia yang digunakan untuk mempermudah pengerjaan campuran beton. Bahan ini tergolong bahan campuran untuk mereduksi air namun tidak mempengaruhi kuat tekan beton jika digunakan dengan takaran yang pas. 3.5. Faktor Air Semen (Fas) Untuk bereaksi dengan semen, air yang diperlukan hanya sekitar 25% dari berat semen saja, namun kenyataannya pemakaian nilai faktor air semen yang kurang dari 0,35 akan sulit dalam pengerjaannya (Tjokrodimuljo, 1996). Faktor air semen pada beton nonpasir berkisar 0,36 dan 0,46 sedangkan nilai faktor air semen optimum sekitar 0,40. Perkiraan faktor air semen tidak terlalu besar karena jika faktor air semen terlalu besar maka pasta semen akan terlalu encer sehingga pada waktu pemadatan pasta semen akan mengalir kebawah dan tidak meneyelimuti permukaan agregat. 3.6. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi kekuatan struktur dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan (Mulyono, Tri, 2004). Rumus yang digunakn untuk mencari besarnya kuat tekan beton adalah seperti yang terdapat pada persamaan 3-1 :

23 Gambar 3.2 Sketsa Uji Tekan Silinder (3-1) Keterangan: f c = kuat tekan (MPa) P = beban tekan (N) A = luas penampang benda uji (mm 2 ) Sifat beton yang baik adalah jika beton memiliki kuat tekan tinggi (20-50 MPa pada umur 28 hari ). Jadi dapat diasumsikan bahwa mutu beton lebih ditekankan hanya dari kuat tekannya saja (Tjokrodimuljo, 1996) 3.7. Kuat Tarik Belah Beton Kuat tarik belah beton adalah nilai kuat tarik tidak langsung dari benda uji beton berbentuk silinder yang diperoleh dari hasil pembebanan benda uji tersebut. Benda uji diletakkan mendatar sejajar dengan permukaan meja mesin uji tekan (SNI 03-2491-2002). Sketsa pengujian kuat tarik belah beton dapat ditunjukkan seperti pada gambar 3.4.

24 Gambar 3.3 Sketsa Uji Tarik Belah Silinder Rumus untuk mendapatkan nilai kuat tarik belah beton digunakan rumus berdasarkan percobaan di laboratorium sebagai berikut: 2 P f'ct (3-2) π h d Keterangan : f ct : kuat tarik belah (MPa) P : beban tekan (N) d : diameter benda uji (mm) h : panjang benda uji (mm) 3.8. Kuat Lentur Beton Kuat lentur balok beton adalah kemampuan balok beton yang diletakan pada dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji, sampai benda uji patah (SNI 03-4431-2011). Sketsa pengujian kuat lentur balok dapat ditunjukkan seperti pada gambar 3.4. Gambar 3.4 Sketsa Pengujian Kuat Lentur Balok

25 Rumus rumus perhitungan yang digunakan dalam metode pengujian kuat lentur balok beton adalah sebagai berikut: 1. Pengujian dimana patahnya benda uji ada di daerah pusat (1/3 jarak titik perletakan) dibagian tarik dari beton, maka kuat lentur beton dihitung menurut persamaan: (3-3) 2. Pengujian dimana patahnya benda uji ada di luar pusat (diluar daerah 1/3 jarak titik perletakan) dibagian tarik beton, dan jarak antara titik pusat dan titik patah kurang dari 5% dari panjang titik perletakan, maka kuat lentur beton dihitung menurut persamaan: (3-4) 3. Untuk benda uji yang patahnya di luar 1/3 lebar pusat pada bagian tarik beton dan jarak antara titik pembebanan dan titik patah lebih dari 5% bentang, hasil pengujian tidak dipergunakan Keterangan : σ : kuat lentur (MPa) P : beban maksimum yang mengakibatkan keruntuhan balok uji (N) L : panjang bentang antara kedua balok tumpuan (mm) b : lebar tampang lintang patah arah horizontal (mm) h : tinggi tampang lintang patah arah vertikal (mm) a : jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar yang terdekat, diukur pada 4 tempat pada sisi titik dari bentang (mm)