MASALAH PENCEMARAN AIR DI JAKARTA, SUMBER DAN ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 MASALAH PENCEMARAN AIR DI WILAYAH DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA SKALA INDIVIDUAL

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB 2 STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PROPINSI DKI JAKRTA

PENYEMPURNAAN IPAL & DAUR ULANG AIR GEDUNG BPPT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

EVALUASI HASIL PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH DOMESTIK TIPE KOMUNAL DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA PUSAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV DASAR PERENCANAAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Air

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

Uji Model Fisik Water Treatment Bentuk Pipa dengan Media Aerasi Baling-Baling

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

ANALISIS FAKTOR VARIASI WAKTU DAN JARAK TEMPAT PENGAMBILAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN. Mukhtar Ali *) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK DI RUMAH SUSUN KARANG ANYAR JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik

PEMETAAN KUALITAS AIR SUMUR DI SEKITAR TPA PIYUNGAN BANTUL YOGYAKARATA CLEAN WATER MAPPING AROUND PIYUNGAN LANDFILL BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

Repository.Unimus.ac.id

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen esensial bagi makhluk hidup akan tetapi, air juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

Makalah Baku Mutu Lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

PT.Indofood dengan konsentrasi Biological Oxygen Demand (BOD) sebesar 27,

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENELITIAN KUANTITAS DAN KUALITAS AIR LIMBAH PADA DUA PUSAT PERTOKOAN DI KOTA SURABAYA

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN MENGGUNAKAN TANAH GAMBUT DAN TANAMAN AIR DOMESTIC WASTEWATER TREATMENT USING PEAT SOIL AND WATER PLANTS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

LAPORAN TUGAS AKHIR (EV-003)

PERENCANAAN PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT) DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU ABSTRACT

ANALISIS STATUS MUTU BATANG AGAM BAGIAN TENGAH QUALITY STATUES OF AGAM RIVER IN THE MIDDLE SEGMENT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SECARA BIOLOGI DENGAN TRICKLING FILTER

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. dan fasilitas pelayanan kesehatan yang membuang air limbahnya tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 122 Tahun 2005

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

Jadwal Kuliah. Utilitas-MG 03-Nensi 1

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

PENDAHULUAN. Limbah domestik merupakan jumlah pencemar terbesar yang masuk ke perairan

Transkripsi:

MASALAH PENCEMARAN AIR DI JAKARTA, SUMBER DAN ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA Oleh : Satmoko Yudo dan Nusa Idaman Said *) Abstract Water pollution in big cities, especially in Jakarta has become a serious problem. One of the potential reasons is home wastewater, which comes from the kitchen, bathroom, washing waste or human feaces. Limited facility for processing wastewater in the cities and bad sanitation system right now has quickens the process of water pollution, especially river and shallow underground water pollutions. For example, general septic tank system used by the people is the one, which does not fulfill technical terms. As the land become narrow, the reservoir system is not proper anymore, because wastewater penetrated through the earth still contains high concentrated pollutant. Bacteriological pollution in shallow underground water also can be potentially caused by bad human feaces waste. As the slow development of centrally processing system of home/city wastewater is a problem, the individual process home waste water (On Site Treatment) is a new way to solve it. Kata kunci : Pencemaran air, Limbah rumah tangga, Pengolahan limbah rumah tangga secara individual. 1. PENDAHULUAN Masalah pencemaran lingkungan di kota besar, khususnya Jakarta telah menunjukkan gejala yang cukup serius, khususnya masalah pencemaran air. Penyebab dari pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri dari pabrikpabrik yang membuang begitu saja air limbahnya tanpa pengolahan lebih dahulu ke sungai atau ke laut, tetapi juga yang tidak kalah memegang andil baik secara sengaja atau tidak adalah masyarakat Jakarta itu sendiri. Yakni akibat air buangan rumah tangga yang jumlahnya makin hari makin besar sesuai dengan perkembangan penduduk maupun perkembangan kota Jakarta. Ditambah lagi rendahnya kesadaran sebagian masyarakat yang langsung membuang kotoran/tinja maupun sampah ke dalam sungai, menyebabkan proses pencemaran sungai-sungai yang ada di Jakarta bertambah cepat. Dengan semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Jakarta, telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk serta buangan industri yang langsung dibuang ke badan air tanpa proses pengolahan telah menyebabkan pencemaran sungai-sungai yang ada di Jakarta, dan air tanah dangkal di sebagian besar daerah di wilayah DKI Jakarta. Bahkan kualitas air di perairan teluk Jakartapun sudah menjadi semakin buruk. Air limbah kota-kota besar di Indonesia khususnya Jakarta secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu air limbah industri dan air limbah domestik yakni yang berasal dari buangan rumah tangga dan yang ke tiga yakni air limbah dari perkantoran dan pertokoan (daerah komersial). Saat ini selain pencemaran akibat limbah industri, pencemaran akibat limbah domestikpun telah menunjukkan tingkat yang cukup serius. Di Jakarta misalnya, sebagai akibat masih minimnya fasilitas pengolahan air buangan kota (sewerage system) mengakibatkan tercemarnya badan - badan sungai oleh air limbah domestik, bahkan badan sungai yang diperuntukkan sebagai bahan baku air minumpun telah tercemar pula. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim JICA (1989), jumlah unit air buangan dari buangan rumah tangga per orang per hari adalah 118 liter dengan konsentrasi BOD rata-rata 236 mg/liter dan pada tahun 2010 *) Peneliti Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair, P3TL-TIEML, BPPT. Masalah Pencemaran Air Di Jakarta (Satmoko Yudo dan Nusa Idaman Said) 199

nanti diperkirakan akan meningkat menjadi 147 liter dengan konsentrasi BOD rata-rata 224 mg/liter. Sedangkan jumlah air buangan secara keseluruhan 1.316.113 m 3 /hari yang terdiri dari air buangan domestik 1.038.205 m 3 /hari, buangan perkantoran dan daerah komersial 172,651 m 3 /hari serta buangan industri 105.437 m 3 /hari. Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa untuk wilayah Jakarta, dilihat dari segi jumlah, air limbah domestik (rumah tangga) memberikan kontribusi terhadap pencemaran air sekitar 78,9 %, air limbah perkantoran dan daerah komersial 13,1 %, dan air limbah industri hanya sekitar 8,0 %. Sedangkan dilihat dari beban polutan organiknya, air limbah rumah tangga sekitar 73,4 %, air limbah perkantoran 12,0 %, dan air limbah industri memberikan kontribusi 14,6 %. Dengan demikian air limbah rumah tangga dan air limbah perkantoran adalah penyumbang terbesar terhadap pencemaran air di wilayah DKI Jakarta. Masalah pencemaran oleh air limbah rumah tangga di wilayah DKI Jakarta lebih diperburuk lagi akibat berkembangnya lokasi pemukiman di daerah penyangga yang ada di sekitar Jakarta, yang mana tanpa dilengkapi dengan fasilitas pengolahan air limbah, sehingga seluruh air limbah dibuang ke saluran umum dan akhirnya mengalir ke badan-badan sungai yang ada di wilayah DKI Jakarta. 2. TUJUAN DAN SASARAN Tujuan dari tulisan ini adalah melakukan identifikasi permasalahan pencemaran air di DKI Jakarta serta memberikan alternatif penanggulangan masalah pengolahan limbah rumah tangga (domestik). Sasaran yang akan dicapai adalah memperbaiki kualitas air yang masuk ke badan sungai di DKI Jakarta. 3. KONDISI PENCEMARAN AIR DI DKI JAKARTA 3.1. Pencemaran Sungai Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala DKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995, tentang penetapan peruntukan dan baku mutu air sungai/badan air di Jakarta dibagi empat golongan, yaitu Golongan A untuk air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu dengan standar BOD maksimum 5 mg/liter; Golongan B untuk air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum dengan standar BOD maksimum 10 mg/liter; Golongan C untuk perikanandan peternakan, BOD maksimum 20 mg/liter; Golongan D untuk pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, BOD maksimum 20 mg/liter dan Baku Mutu limbah cair industri/perusahaan/badan di wilayah Jakarta dengan BOD maksimum 75 mg/liter. Klasifikasi peruntukan sungai-sungai di DKI Jakarta seperti terlihat pada lampiran Gambar 1. Dari hasil pemantauan kualitas air sungai di wilayah DKI Jakarta sejak tahun 1983 s/d 1989 diketahui bahwa sebagian besar sungai-sungai yang ada di Jakarta sudah tercemar dengan tingkat pencemaram ringan sampai berat. Kondisi kualitas air sungai yang ada di Jakarta (1989) seperti terlihat pada lampiran. Dilihat dari parameter pencemar BOD (Biological Oxygen Demand) yakni parameter yang menunjukkan banyaknya zat organik, maka sebagian besar sungai di Jakarta sudah melewati ambang batas yang diperbolehkan yakni > 20 mg/liter untuk Air Golongan D (pertanian dan usaha perkotaan). Hal ini dapat dilihat dari hasil pemantauan yang dilakukan oleh P4L dan Team JICA (1989), seperti pada lampiran gambar 2. Dari gambar tersebut terlihat bahwa pencemaran berat dengan kadar BOD > 90 mg/liter, terdapat pada sungai Cipinang, Kali Baru Barat, Kali Petukangan, Cakung Drain, Kali Sunter bagian hilir, Kali Cideng, Saluran Bali-Matraman, Sungai Ancol, Kali Grogol dan Sungai Sekretaris. Selain itu hampir seluruh sungai di Jakarta mengandung bakteri Fecal Coli yang cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa sungai-sungai di Jakarta sudah tercemar oleh kotoran manusia (tinja). Hal ini seperti terlihat pada lampiran Gambar 3. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa, ada beberapa pencemaran sungai yang diakibatkan oleh industri misalnya Sungai Cipinang, Kali Baru Barat, Kali Petukangan dan Cakung Drain serta Saluran Morkevart. Tetapi sebagian besar disebabkan karena limbah domestik yakni berasal dari rumah tangga, restoran, perkantoran, daerah perdagangan dan lainnya. 3.2. Pencemaran Air Tanah Dari hasil pemantauan terhadap kualitas air sumur gali atau sumur tanah dangkal di DKI Jakarta yang dilakukan oleh 200 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 2, No. 2, Mei 2001 : 199-206

KPPL DKI Jakarta, diketahui bahwa sebagian besar contoh yang diperiksa telah tercemar oleh zat kimia antara lain zat organik, amonia,dan sebagian bahkan telah tercemar oleh bakteri coli yang berasal dari kotoran (tinja) manusia. Kondisi kualitas air tanah dangkal di wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada lampiran Tabel 5. Dari Tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar air tanah dangkal di Jakarta (rata-rata 87%) sudah mulai tercemar bakteri coli. Adanya bakteri coli dalam air tanah menunjukkan gejala adanya pencemaran oleh buangan rumah tangga (tinja). 3.3. Pencemaran Teluk Jakarta Seluruh sungai yang mengalir di DKI Jakarta bermuara ke perairan Teluk Jakarta, sehingga kualitas airnya, sangat dipengaruhi oleh kondisi kualitas air sungai yang mengalir ke Teluk Jakarta tersebut. Dengan semakin buruknya kualitas air sungai yang mengalir di wilayah Jakarta, maka kondisi kualitas air di Teluk Jakarta juga semakin buruk pula. Dari hasil pemantauan KPPL DKI Jakarta kualitas air di perairan Teluk Jakarta (1996) seperti terlihat pada Tabel 3, bahwa nilai rata-rata kandungan COD pada zona C dan D (pantai) sudah tidak memenuhi baku mutu yang diinginkan bagi budi daya biota/perikanan. Kemudian dari hasil pemantauan kualitas muara (Tabel 4) pada sebagian besar muara-muara sungai tidak memenuhi baku mutu yang diinginkan ataupun diperbolehkan baik untuk kandungan COD maupun kandungan logam. 4. ALTERNATIF PENANGGULANGAN MASALAH AIR LIMBAH DI JAKARTA Dari hasil studi Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta (The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal) yang dilakukan oleh Tim JICA (1990), pengelolaan air limbah di wilayah DKI Jakarta didasarkan pada kepadatan penduduk. Hal ini disebabkan karena ternyata kepadatan penduduk (jumlah penduduk) merupakan faktor yang paling dominan dalam memberikan sumbangan terhadap pencemaran air di DKI Jakarta. Dari hasil studi tersebut diatas, pengelolaan air limbah di Jakarta dapat digolongkan menjadi tiga wilayah bagian yakni wilayah dengan kepadatan penduduk rendah (Area A), wilayah dengan kepadatan penduduk sedang (Area B) dan wilayah dengan keadatan penduduk tinggi (Area C). Berdasarkan pembagian wilayah kepadatan penduduk tersebut, maka dapat diambil kesimpulan alternatif penanggulangan pemecahan masalah air limbah sebagai berikut: a. Wilayah dengan kepadatan Penduduk Rendah (Area A) Yang dimaksud dengan wilayah dengan kepadatan penduduk rendah yakni wilayah dengan kepadatan penduduk tidak melebihi 100 orang per hektar. Untuk wilayah ini hanya limbah dari toilet yang harus diolah dengan cara pengolahan ditempat (ON SITE TREATMENT) sedangkan limbah dari kamar mandi, dapur dan air cucian boleh dibuang tanpa pengolahan. b. Wilayah Dengan Kepadatan Penduduk Sedang (Area B) Yaitu wilayah dengan kepadatan penduduk antara 100 s/d 300 orang per hektar. Di wilayah ini air limbah dari toilet maupun air limbah rumah tangga yang lain harus diolah dengan cara pengolahan di tempat (on site treatment) sampai derajat pengolahan tertentu yakni sampai mencapai konsentrasi BOD 60 mg/liter. c. Wilayah Dengan Kepadatan Penduduk Tinggi (Area C) Adalah wilayah dengan kepadatan penduduk lebih besar dari 300 orang per hektar. Di wilayah ini seluruh air limbah rumah tangga akan diolah dengan cara terpusat yakni dengan sistem riolisasi (sewerage system) sampai derajat pengolahan tertentu sehingga konsentrasi BOD yang keluar maksimum 30 mg/liter. DAFTAR PUSTAKA 1. JICA, The Studi On Urban Drainage and Wastewater Disposal Project in The City of Jakarta, Jica, 1990. 2. KPPL, Informasi Kualitas Lingkungan DKI Jakarta Tahun 1996, KPPL DKI Jakrta, 1997. 3. Nusa Idaman, Teknologi Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biofilm Tercelup, JTL, DTL, BPPT, 2000. Masalah Pencemaran Air Di Jakarta (Satmoko Yudo dan Nusa Idaman Said) 201

4. KPPL, Laporan Lingkungan Jakarta 1994-1995 Air Sungai (KIMIAWI), KPPL DKI Jakarta, 1995. RIWAYAT PENULIS Satmoko Yudo, lahir di Bandung 1 Nopember 1958, lulus tahun 1984 dari UNPAD, Bandung, jurusan Matematika. Melanjutkan pendidikan S2 di Jepang, Saat ini bekerja di Kelompok Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair, Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang TIEML. Nusa Idaman Said, lahir di Jombang Mei 1959, lulus S1 Teknik Kimia, ITS. Melanjutkan S2 di Kyoto University. Saat ini bekerja sebagai Peneliti Madya dan Ketua Kelompok Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair, Direktorat Teknologi Lingkungan, TIEML, BPPT. LAMPIRAN : Tabel 1. Kondisi Air Buangan di Jakarta Tahun W i l a y a h 1989 Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur 2010 Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Air Buangan (m 3 /hari) Domestik % Komersial & % Industri % Total Perkantoran 179.432 78,0 45.741 19,9 4.722 2,1 229.895 143.506 68,6 20.622 9,9 45.188 21,6 209.316 210.790 79,2 35.770 13,4 19.424 7,3 265.984 247.350 85,1 35.146 12,1 8.015 2,8 290.511 256.947 80,2 35.372 11,0 28.088 8,8 320.407 Total 1.038.025 78,9 172.651 13,1 105.437 8,0 1.316.113 253.756 67,0 121.227 32,0 3.906 1,0 378.889 266.233 57,6 60.298 13,1 135.485 29,3 462.016 398.882 76,6 86.312 16,6 35.718 6,9 520.912 468.354 84,0 87.205 15,6 2.328 0,4 557.887 495.461 74,1 93.891 14,0 79.194 11,8 668.546 Total 1.882.686 72,7 448.933 17,3 256.631 9,9 2.588.250 Sumber : JICA Report, 1990 Tabel 2. Kondisi Estimasi Beban Polutan di Jakarta Tahun W i l a y a h 1989 Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur 2010 Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Beban Polutan (kg/hari) Domestik % Komersial & % Industri % Total Perkantoran 42.431 76,9 10.568 19,1 2.192 4,0 55.191 34.159 57,0 4.763 8,0 20.970 35,0 59.892 49.827 74,3 8.264 12,3 9.017 13,4 67.108 58.361 83,1 8.120 11,6 3.721 5,3 70.202 60.486 74,0 8.173 10,0 13.037 16,0 81.696 Total 245.264 73,4 39.888 12,0 48.937 14,6 334.089 57.216 65,7 28.004 32,2 1.806 2,1 87.026 60.604 44,2 13.929 10,1 62.615 45,7 137.148 89.917 71,1 19.937 15,8 16.505 13,1 126.359 105.354 83,2 20.144 15,9 10075 0,9 126.573 111.121 65,6 21.687 12,8 36.599 21,6 169.407 Total 424.212 65,7 103.701 16,0 118.600 18,3 646.513 Sumber : JICA Report, 1990 Tabel 3. Hasil Pengukuran Rata-rata COD (mg/l) di Teluk Jakarta - Tahun 1996 ZONA 1 2 3 4 5 6 7 A 27,36 32,49 37,50 34,32 32,62 35,49 34,63 B 33,35 35,30 32,08 37,36 34,95 37,36 41,38 C - 45,71 41,85 46,85 41,10 49,12 - D - - 54,98 59,30 55,91 54,83 - Sumber : KPPL DKI Jakarta 202 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 2, No. 2, Mei 2001 : 199-206

Tabel 4. Hasil Pengukuran Rata-rata COD di Muara Sungai - Tahun 1996 WAKTU M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 Pagi 55,19 33,46 59,71 54,45 49,57 56,02 56,84 58,12 Sore 58,56 34,20 53,58 51,18 41,76 52,50 55,03 62,14 Keterangan : Baku mutu budidaya biota laut/perikanan : COD diinginkan < 40 mg/l dan diperbolehkan < 80 mg/l Sumber : KPPL DKI Jakarta Tabel 5. Kondisi Sumur Pantau PerWilayah DI DKI Jakarta Yang Tercemar Melebihi Standar PERMENKES LOKASI KEKE RUHAN % AMMO- NIA % KHROMI UM % DETER- GENT % ORGA NIK % TOT.COLI FORM % Jakarta Utara 11 18,33 39 65,00 2 3,33 44 73,33 38 63,33 54 90,00 Jakarta Pusat 13 21,67 20 33,33-0,00 36 60,00 16 26,67 57 95,00 Jakarta Barat - 0,00-0,00-0,00 27 45,00-0,00 51 85,00 Jakarta Timur - 0,00-0,00 5 8,33 15 25,00-0,00 49 81,67 Jakarta Selatan - 0,00-0,00-0,00 21 35,00-0,00 51 85,00 Rata-rata 8,00 19,67 2,23 47,67 18,00 87,33 Keterangan : Jumlah Sumur Pantau sebanyak 60 buah. Sumber : KPPL DKI Jakarta, 1996. Gambar 1. Diagram Sistem Aliran Sungai dan Peruntukkannya Wilayah DKI Jakarta Masalah Pencemaran Air Di Jakarta (Satmoko Yudo dan Nusa Idaman Said) 203

Gambar 2. Beban Konsentrasi BOD di Lokasi Pemantauan Badan Sungai di DKI Jakarta 204 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 2, No. 2, Mei 2001 : 199-206

Gambar 3. Beban Konsentrasi Fecal Coliform di Lokasi Pemantauan Badan Sungai di DKI Jakarta Masalah Pencemaran Air Di Jakarta (Satmoko Yudo dan Nusa Idaman Said) 205

Gambar 4. Kodisi Kualitas Air Sungai di Lokasi Pemantauan Badan Sungai di DKI Jakarta Gambar 5. Pengolahan Limbah Rumah Tangga Skala Komunal 206 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 2, No. 2, Mei 2001 : 199-206