BAB I PENDAHULUAN. sangat kompetitif. Sebagaimana ditegaskan dalam hasil penelitian yang dilakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang bimbingan belajar berbasis teknik mind map untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tahapan dalam memperoleh informasi dan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

I. PENDAHULUAN. manusia masih ada di muka bumi, belajar sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

2016 PENERAPAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana yang penting dalam menyiapkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan fisik dan alat reproduksi menjadi sempurna. terlibat konflik dengan orang tua karena perbedaan pandangan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan belajar (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan pribadi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

(Skripsi) Oleh : Eka Ria Nanda Putri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. hanya memberikan informasi saja atau mengarahkan ke satu tujuan saja.

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

*keperluan Korespondensi, no. HP ABSTRAK

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan keluarga (in formal), pendidikan di sekolah (formal) maupun

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan anak berbakat di Indonesia belum mampu seluruhnya menunjukkan keberbakatannya secara nyata, sehingga mereka belum mampu menjadi andalan bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan global yang sangat kompetitif. Sebagaimana ditegaskan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Anak Cerdas dan Berbakat Istimewa (CI+BI) Nasional, terdapat 2% dari populasi anak usia sekolah, adalah anak yang memiliki potensi cerdas/berbakat istimewa. Jika mengacu pada data BPS 2005, terdapat 65.291.624 anak usia sekolah (usia 4-19 thn). Artinya terdapat 1.305.832 anak Indonesia memiliki potensi cerdas/berbakat istimewa (CI+BI). Meskipun jumlah tersebut relatif kecil, tetapi layanan kepada anak berbakat belum cukup memadai. Berdasarkan data Asossiasi CI+BI tahun 2008/2009, Jumlah peserta didik CI+BI yang sudah terlayani masih sangat kecil, yaitu 9.551 orang yang berarti baru 0,73% peserta didik CI+BI yang terlayani (asosiasicibinasional:2012). Ditinjau dari segi kelembagaan, dari 260.471 sekolah, baru 311 sekolah yang memiliki program layanan bagi anak CI+BI. Layanan pendidikan kepada peserta didik CI+BI serba terbatas dari ragam pelayanan. Sebagaian besar dari anak-anak tersebut dipaksa mengikuti pendidikan yang sama dengan anak-anak normal, sehingga mereka mengalami kondisi underachiever (asosiasicibinasional:2012).

2 Sejalan dengan hasil penelitian di atas, istilah keberbakatan yang banyak digunakan dalam pendidikan di Indonesia umumnya mengacu pada Tekniksi Tiga Cincin dari Renzulli (2005) three Ring Conception yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria (tolok ukur) keberbakatan (giftedness) adalah keterkaitan antara; 1) Kemampuan umum (kapasitas intelektual) dan/atau kemampuan khusus di atas rata-rata. 2) Kreativitas di atas rata-rata 3) Pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment) yang cukup tinggi. Intelektual Kreativitas Keterlekatan pada Tugas Gambar 1.1. Teknik Renzulli tentang keberbakatan (Renzulli, 1979) Penggunaan model tekniksi Tiga Cincin Keberbakatan Renzulli, dalam identifikasinya lebih berorientasi pada psikotes dan prestasi, masih belum menyentuh seluruh populasi anak berbakat. Ada beberapa kelompok anak berbakat yang kemungkinan besar tidak terjaring dengan model identifikasi semacam itu, seperti mereka yang sebenarnya memiliki potensi kecerdasan

3 istimewa namun tidak mampu menampilkan kinerja/prestasi yang memuaskan. Mereka itulah yang disebut underachiever. Marland (Utami Munandar,1999) menyatakan bahwa penelitian di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat menunjukkan bahwa sekitar 15-50 % dari peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tergolong underachiever, sementara Pringle (Utami Munandar,1999) di Inggris angka underachiever mencapai 25 %. Di sisi lain, keberadaan peserta didik dapat ditinjau dari Ketentuan Umum Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab1 Pasal 1 poin 1 dan 4, menjelaskan bahwa: (1) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (4) Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Salah satu kata kunci dari definisi pendidikan di atas adalah berkembangnya potensi peserta didik. Peran pendidikan adalah memfasilitasi proses pengembangan potensi menjadi prestasi. Fasilitas tersebut ditunjukkan agar peserta didik mengenali, menemukan, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Buscaglia (2005) mengatakan education should be the process of helping everyone to discover his/her uniqueness. Uraian di atas mengandung makna bahwa pendidikan berupaya mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki peserta didik secara optimal

4 untuk terbentuknya manusia Indonesia yang berkarakter sesuai dengan apa yang dimanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Untuk itu lembaga pendidikan atau sekolah dalam hal ini dibutuhkan keberadaannya tidak hanya untuk proses transfer ilmu melainkan harus memiliki muatan pendidikan yang sebenar-benarnya sebagai agen pembelajaran yang memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik dan membekali dalam mengaktualisasikan kemampuan peserta didik dalam kehidupannya di masyarakat. Abin Syamsudin (2010:54) menyatakan bahwa Individu memperoleh kecakapan tertentu bukan karena kelahirannya semata-mata, melainkan juga karena perkembangan dan pengalamannya. Memang individu dianugerahi potensi dasar atau kapasitas (capacity) untuk berprilaku intelegen. Dengan demikian, sesungguhnya kecakapan individu atau yag sering juga disebut abiliti (ability) itu dapat dibedakan ke dalam dua kategori (1) kecakapan nyata (actual ability) dan (2) kecakapan potensial (potensial ability). Studi dokumentasi terhadap dokumen hasil pembelajaran dan pemeriksaan psikologis di salah satu kelas SMAN 1 Palimanan menggambarkan bahwa tidak semua peserta didik berbakat, dapat meraih hasil belajar yang sesuai dengan kemampuan potensialnya. Kenyataan menunjukkan bahwa peserta didik yang berada di kelas lower seorang di antaranya memiliki potensi superior (pada nomor urut 8). Hal ini menyiratkan bahwa tidak hanya peserta didik yang tidak cerdas saja yang membutuhkan bantuan, tetapi peserta didik cerdaspun mengalami masalah dan membutuhkan bimbingan dalam proses belajarnya.

5 Tabel 1.1 Hasil Belajar Peserta didik Kelas XI IPS-4 SMAN 1 Palimanan Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012-2013 NO. IQ NILAI RANGKING KOGNITIF PSIKOMOTOR KELAS 1. 102 1288 793 24 2. 108 1279 798 25 3. 102 1277 799 26 4. 103 1276 796 27 5. 87 1278 792 28 6. 102 1277 791 29 7. 99 1273 793 30 8. 127 1267 795 31 Terman dan Wechsler (Semiun Yustinus,2010) membuat skala pada rentang inteligensi (IQ) yang dilengkapi denngan distribusi persentase pada masing-masing tingkat. Tabel 1.2 Klasifikasi Inteligensi Terman Klasifikasi Genius Sangat superior Superior (Normal atas) Normal atau rata-rata Normal bawah (Bodoh) Garis batas Lemah mental: Moron Imbisil Idiot Rentang IQ > 140 120-140 110-120 90-110 80-90 70-80 50-70 25-50 < 25 Yustinus Semiun (2010) Dijelaskan oleh Muhammad Surya (1983: 114) bahwa yang dimaksud peserta didik berprestasi kurang adalah peserta didik yang memiliki taraf

6 intelegensi yang tergolong tinggi tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Dikatakan kurang karena prestasi yang dicapai masih kurang dibandingkan dengan prestasi yang seharusnya tercapai atas potensinya yang tergolong tinggi. Rochmat Wahab (2003:4) mendapatkan fenomena yang menunjukkan cukup banyak anak berbakat akademik dimanapun berada, tidak dapat menunjukkan prestasi belajarnya secara optimal. Menurut Kitano dan Kirby dalam Rochmat Wahab (2003:4) menyatakan bahwa mereka dapat diduga dari kelompok populasi anak berbakat yang tak beruntung, diantaranya: 1) Anak berbakat berprestasi kurang (the underachieving Gifted) 2) Anak berbakat yang cacat (the gifted handicapped) 3) Anak berbakat yang berpenghasilan rendah dan minoritas (the low-income and minority gifted) 4) Wanita yang berbakat (gifted girls) 5) Anak berbakat yang berasal dari desa (the rural gifted) Penelitian ini fokus pada anak berbakat dengan prestasi kurang (the underachieving gifted). Diungkapkan oleh Ellen J. Langer (2008:2) terdapat beberapa hal yang menjebak kegiatan belajar sehingga menghasilkan prestasi yang tidak sesuai harapan; 1) Kemampuan-kemampuan dasar harus dipelajari dengan baik sehingga menjadi sifat kedua 2) Memperhatikan berarti tetap berfokus pada satu hal dalam satu waktu 3) Menunda kepuasan itu penting 4) Penghafalan tanpa berpikir kritis perlu dalam pendidikan 5) Lupa adalah masalah 6) Kecerdasan berarti mengetahui apa yang ada di luar sana 7) Ada jawaban yang benar dan salah

7 Semua mitos yang berkembang dalam proses pembelajaran, apabila di kaitkan dengan teori perkembangan kognitif diperoleh masukan bahwa remaja pada usia 11-15 tahun semakin berpikir tentang pemikiran itu sendiri. Seorang remaja bertanya-tanya, "Aku mulai berpikir tentang mengapa aku memikirkan apa yang sedang aku pikirkan. Kemudian aku mulai berpikir mengapa aku memikirkan tentang mengapa aku memikirkan apa yang sedang aku pikirkan." (Santrock W, 1995:10) Kondisi peserta didik yang berada dalam rentang usia remaja tentunya mengalami pergeseran orientasi belajar lebih dari sekedar mengingat melainkan melalui proses pemahaman untuk memperkuat daya ingat terhadap bahan pelajaran. Sebagai contoh dapat dilihat dari fakta-fakta lainnya Kekuatan daya ingat ini sama dengan otot tubuh. Setiap manusia lahir dengan kondisi fisik yang kurang lebih sama dan dengan jumlah otot yang sama banyaknya. Namun mengapa Arnold Schwarzenegger memiliki bentuk tubuh yang luar biasa? Apakah saat lahir tubuh Arnold sudah seperti tubuh seorang binaragawan? Tentu tidak. Arnold memiliki tubuh yang sama dengan orang kebanyakan, namun ia tahu cara melatih otot tubuhnya. Dan ia tekun melatihnya hingga akhirnya ia berhasil menjadi Mr. Olympia dan juara dunia (Adi Gunawan, 2007:108) Blackman dan Goldstain (Abdurrahman, 2009) berpandangan bahwa tiap orang memiliki gaya kognitif yang berbeda dalam menghadapi tugas-tugas pemecahan masalah. Berbagai gaya kognitif tersebut merupakan suatu sifat kepribadian yang relatif menetap, sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku seseorang dalam menghadapi berbagai situasi.

8 Dengan fenomena tersebut, layak kiranya dikaji secara mendalam langkah-langkah apa yang sebaiknya diberikan untuk membantu para peserta didik yang mengalami prestasi kurang (underachiever) tersebut, sehingga dapat mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya dalam wujud prestasi yang muncul sesuai keharusan berdasarkan potensi tinggi yang dimilikinya. Studi pendahuluan dilakukan dengan mengali beberapa informasi dari peserta didik yang mengalami prestasi kurang. Berkenaan dalam kegiatan pembelajaran terdapat temuan bahwa pada umumnya mereka mengalami hal tersebut karena lemahnya penguasaan strategi belajar. Masih menurut pengakuan peserta didik kelas XI di SMAN 1 Palimanan hal yang dilakukan saat belajar adalah belajar untuk memahami, kenyataannya mereka hanya dapat mengingat pada saat yang tidak terlalu jauh rentang waktunya, sehingga untuk waktu-waktu berikutnya sangat memungkinkan untuk lupa, karena tidak melakukan penguatan. Untuk lebih jelasnya berikut ini dipaparkan hasil studi pendahuluan terhadap 146 peserta didik kelas XI SMAN 1 Palimanan sebagai sampel berdasarkan pada tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (Sugiyono, 2011:87), menunjukkan bahwa daya ingat peserta didik kelas XI SMAN 1 Palimanan tahun pelajaran 2012-2013, 24,66% berada pada kategori tinggi, 52,23 % berada pada kategori sedang, dan 17,12% berada pada kategori rendah. Secara rinci dapat dilihat dalam grafik 1.1 berikut ini.

9 Profil Daya Ingat Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Palimanan 17.12% 52.23% 24.66% Tinggi Sedang Rendah Grafik 1.1 Profil Daya Ingat Peserta didik Kelas XI SMAN 1 Palimanan Berdasarkan data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang paling mendesak dari peserta didik adalah dibutuhkannya sebuah strategi belajar yang efektif untuk membantu proses mengingat yang dilakukan peserta didik saat melaksanakan proses belajar baik dalam suasana kelas maupun belajar mandiri. Cara melatih otot memori yang kita miliki dikemukakan oleh Edwin Ray Guthrie dengan hukum law of contiguity (hukum kontiguitas) menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan tujuan, yakni meyatakan respon apa yang harus dibuat untuk suatu stimuli. Disarankan lingkungan belajar yang akan memunculkan respon yang diinginkan bersama dengan adanya stimuli yang akan dilekatkan padanya. Latihan praktis adalah penting karena ia menimbulkan lebih banyak stimuli untuk menghasilkan perilaku yang diinginkan. Karena setiap pengalaman adalah unik, seseorang harus belajar ulang berkali-kali. (Hergenhahn & Olson, 2010: 245-246)

10 Edward Chace Tolman yang menganut anggapan kombinasi psikologi Gestal dan Behavioral berpendapat bahwa pentingnya pendidikan dan pemahaman dalam praktek pendidikan. Peserta didik perlu melakukan tes hipotesis dalam situasi problem. Dalam hal ini Tolman berpendapat bahwa belajar bukan hanya memberi respon atau strategi yang benar tetapi juga meghilangkan respon atau strategi yang salah. Tolman menunjukkan bahwa pesrta didik semestinya dihadapkan pada topik dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Proses ini akan memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan peta kognitif, yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang topik tertentu dan topik lainnya. (Hergenhahn & Olson, 2010: 350-351). Bruner dan Holt penganut gagasan Gestaltian mengatakan bahwa belajar adalah memuaskan secara personal dan tidak perlu didorong-dorong oleh penguatan eksternal. Guru akan membantu peserta didik memandang hubungan dana mengorganisasikan pengalaman mereka ke dalam pola yang bermakna. Belajar dalam pandangan pendapat ini dimulai dengan sesuatu yang familiar setiap langkah dalam pendidikan didasarkan pada hal-hal yang sudah dikuasai. Semua aspek pelajaran dibagi menjadi unit-unit yang bermakna, dan unit-unit itu harus berkaitan dengan seluruh teknik atau pengalaman. Guru yang berorientasi Gestal mungkin menggunakan teknik ceramah (lecture), tetapi ia akan berusaha agar selalu ada interaksi antara guru dan peserta didik. Memorisasi tanpa pemahaman akan dihindari. Ketika hal-hal yang dipelajari telah dipahami, bukan hanya diingat, maka ia dapat dengan mudah diaplikasikan ke situasi yang baru

11 dan dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lama. (Hergenhahn & Olson,2010: 306-307) Pendapat Bandura dalam teori belajar observasional mengatakan bahwa proses atensional (perhatian) akan menentukan apa yang akan diamati oleh peserta didik, dan proses ini akan bervariasi seiring dengan pendewasaan dan pengalaman belajar sebelumnya. Bahkan jika sesuatu diperhatikan dan dipelajari, sesuatu itu harus dipertahankan atau disimpan dan diingat untuk dipakai nanti; jadi proses retensi adalah penting. Retensi sebagian besar ditentukan oleh kemampuan verbal seseorang. Jika peserta didik memperhatikan, menyimpan dan mampu melakukan perilaku yang dipelajari lewat observasi, peserta didik harus mempunyai intensif (dorongan) untuk melakukannya. Dorongan sebagai penguatan ekstrinsik dipakai untuk mempengaruhi kinerja bukan untuk mempengaruhi belajar. (Hergenhahn & Olson, 2010: 387-388) Sejalan dengan grand teori dari beberapa ahli yang dipaparkan di atas Tony Buzan menawarkan sebuah teknik memori yang dikenal dengan istilah mind maping. Michael Michalko berpendapat tentang Mind Map sebagai alternative pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linier. Mind Map menanggapi ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dan segala sudut (Tony Buzan, 2010: 2). Terdapat banyak referensi yang menjelaskan teknik memori secara jauh lebih mendetail dan mendalam. Terutama teori yang dikemukakan oleh Tony Buzan dalam Use Both Sides of Your Brain, Use Your Perfect Memory dan Master Your Memory. Mind Map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke

12 dalam otak dan mengabil informasi ke luar dari otak. Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran dengan cara yang sangat sederhana (Tony Buzan, 2010:4). Mengacu pada UUSPN No. 20 tahun 2003 yang memuat tujuan pendidikan nasional untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, maka salah satu hal yang urgent untuk dikembangkan sejalan dengan layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Untuk itu berkenaan dengan fenomena yang ada di SMA Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon, dibutuhkan adanya bimbingan dan konseling bidang akademis (bimbingan belajar) yang mampu membantu peserta didik yang mengalami prestasi kurang padahal potensinya cerdas. Mind map merupakan salah satu teknik dalam strategi belajar yang diperkirakan mampu memfasilitasi kebutuhan peserta didik dalam belajar sehingga peserta didik yang bersangkutan mampu mengaktualisasikan potensinya secara optimal. B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Fenomena yang dipaparkan pada bagian latar belakang di atas menjelaskan bahwa beberapa peserta didik mengalami underachiever, dikarenakan penguasaan strategi belajar yang kurang efektif, sehingga kurang mendukung keberhasilan dalam proses pembelajaran. Penggunaan teknik mind map sebagai upaya

13 meningkatkan daya ingat diajukan menjadi salah satu alternatif bantuan dalam bimbingan belajar bagi peserta didik underachiever. Masalah utama penelitian ini berupa program bimbingan belajar berbasis teknik mind map yang efektif untuk meningkatkan daya ingat peserta didik underachiever, secara rinci penelitian ini di rumuskan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana profil daya ingat peserta didik underachiever kelas XI SMA Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon? 2. Bagaimana rumusan program bimbingan belajar berbasis teknik mind map yang layak menurut para ahli dan praktisi bimbingan dan konseling? 3. Bagaimana efektivitas bimbingan belajar berbasis teknik mind map untuk meningkatkan daya ingat peserta didik underachiever di kelas XI SMA Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah dihasilkannya program bimbingan belajar berbasis mind map yang efektif untuk meningkatkan daya ingat peserta didik underachiever di kelas X SMAN 1 Palimanan Kabupaten Cirebon. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini untuk mendeskripsikan fakta empirik tentang: 1) Profil daya ingat peserta didik underachiever kelas XI SMA Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon. 2) Rumusan program bimbingan belajar berbasis teknik mind map yang layak menurut para ahli dan praktisi bimbingan dan konseling.

14 3) Efektivitas program bimbingan belajar berbasis teknik mind map untuk meningkatkan daya ingat peserta didik underachiever di kelas XI SMA Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon. D. Penjelasan Istilah Fokus penelitian yang dilakukan terdiri dari dua variabel yaitu Bimbingan Belajar Berbasis Teknik Mind Map dan Daya Ingat Peserta didik underachiever, kedua istilah tersebut akan diperjelas pada bagian ini. 1. Daya Ingat Peserta didik Underachiever Daya ingat atau dalam Bahasa Inggris lebih dikenal dengan istilah memori atau ingatan adalah cara-cara yang dengannya kita mempertahankan dan menarik pengalaman-pengalaman dari masa lalu untuk digunakan saat ini (Tulving & Craik,2000). Sebagai sebuah proses, memori mengacu kepada mekanismemekanisme dinamis yang diasosiasikan dengan aktivitas otak untuk menyimpan, mempertahankan dan mengeluarkan informasi tentang pengalaman di masa lalu (Bjorklund, Schneider & Hernandez Blasi, 2003; Crowder, 1976). Secara khusus, para psikolog kognitif (Sternberg, 2008:148) telah mengidentifikasikan tiga operasi memori yang umum: pengodean, penyimpanan dan pemanggilan. Memori juga diartikan oleh Koffka sebagai memory process (proses memori). Proses ini adalah aktivitas di otak yang disebabkan oleh pengalaman lingkungan. Proses ini bisa sederhana atau kompleks, tergantung pada pengalamannya. Ketika porses berhenti, jejak dari efeknya masih tertinggal di otak. Jejak ini, pada gilirannya, akan memengaruhi semua proses serupa yang

15 terjadi di masa depan. Menurut pendapat ini, proses, yang disebabkan oleh pengalaman, dapat terjadi kanya dalam bentuk "murni"; sesudah itu pengalaman yang sama akan muncul dari interaksi antara proses tersebut dengan jejak memori. Jadi, setiap kali proses dimunculkan, ia akan memodifikasi organisme dan modifikasi ini memengaruhi pengalaman di masa mendatang. Menurut Koffka, jika seseorang mendefinisikan belajar sebagai modifikasi potensi perilaku yang berasal dari pengalaman, maka setiap pemunculan proses ini dapat dilihat sebagai pengalaman belajar (Hergenhahn et al,2008: 303). Teknik memori adalah teknik memasukan informasi kedalam otak yang sesuai dengan cara kerja otak (brain based technique). Karena metode yang digunakan sejalan dengan cara otak beroperasi dan berfungsi maka hal itu akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi otak dalam menyerap dan menyimpan informasi (Adi Gunawan, 2007:108). Peserta didik underachiever adalah peserta didik yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : peserta didik yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130-140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah. Yang dimaksud dengan istilah daya ingat peserta didik underachiever dalam penelitian ini adalah sebuah hasil dari proses yang mengacu kepada mekanisme-mekanisme dinamis yang diasosiasikan dengan aktivitas otak untuk menyimpan, mempertahankan dan mengeluarkan informasi tentang pengalaman di masa lalu dimana proses tersebut dilalui oleh peserta didik yang memiliki

16 tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. 2. Bimbingan Belajar Berbasis Teknik Mind Map Layanan Bimbingan bertujuan agar peserta didik dapat: (1) merencanakan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, dan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi (SyamsuYusuf L.N. & Juntika Nurihsan, 2009:49). Dalam Wingkel & Sri Hastuti (2006: 115-118) mengistilahkan bimbingan belajar sebagai bimbingan akademik yaitu bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai,dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di sebuah institusi pendidikan. Hal ini mengandung makna bahwa guru pembimbing berupaya untuk membantu peserta didik agar mampu memahami keadaan dirinya dalam belajar, mengatasi kesulitan belajarnya, menetapkan pilihan studinya sampai pada tujuan yang diharapkan. Teknik Mind Map adalah teknik mengembangkan cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran Mind Map juga merupakan peta rute yang memudahkan ingatan dan memungkinkan untuk menyusun fakta dan pikiran, dengan demikian cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa

17 diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat tradisional (Tony Buzan 2010:4) Jadi yang dimaksud dengan bimbingan belajar berbasis teknik Mind Map dalam peneliitian ini adalah upaya pemberian bantuan dalam bentuk bimbingan belajar kepada konseli (peserta didik) oleh konselor (guru) agar konseli mampu mengembangkan diri secara optimal dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam bidang akademik (belajar) melalui aplikasi bimbingan belajar berbasis Mind Map dengan cara melibatkan cara kerja alami otak sejak awal dengan (1) mengembangkan cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan, (2) memetakan pikiran-pikiran sehingga memudahkan ingatan, dan (3) menyusun fakta dan pikiran. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini dapat menghasilkan teknik-teknik tentang peserta didik underachiever, faktor-faktor penyebabnya serta upaya bantuan yang tepat dalam penanganan masalah yang dapat dijadikan rujukan pengembangan keilmuan dalam dunia pendidikan, khususnya pada bidang bimbingan dan konseling. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian dan penyusunan program bimbingan belajar berbasis teknik mind map untuk meningkatkan daya ingat peserta didik underachiever ini

18 bermanfaat bagi: a. Bagi guru mata pelajaran, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan terutama untuk mendeteksi dan mengetahui lebih jauh karakteristik peserta didik underachiever dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah sebagai upaya pengembangan potensi peserta didik secara optimal. b. Bagi guru bimbingan dan konseling, sebagai acuan pemberian layanan bimbingan belajar yang efektif untuk membantu meningkatkan daya ingat sebagai upaya peningkatan kemampuan belajar peserta didik underachiever c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian bimbingan belajar berbasis teknik mind map terhadap daya ingat peserta didik underachiever, dapat memberikan masukan perluasan kerangka berpikir tentang peserta didik underachiever yang signifikan untuk dikaji pada penelitian selanjutnya.