IGNITER ROKET LAPAN. Heru Supriyatno Peneliti Bidang Propelan, LAPAN

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PIROTEKNIK PADA ROKET

PERANCANGAN IGNITER UNTUK MOTOR ROKET PADAT RX 420/4000 Sukandi Nasir Rohlll Peneliti Pusat Teknologi Wahana Dirgantara, LAPAN

RANCANG BANGUN ROKET LAPAN DAN KINERJANYA

KEMAJUAN UJI TERBANG ROKET JUNI 2007

PROSES PRODUKSI PROPELAN RX 550 MENUJU TERWUJUDNYA ROKET PENGORBIT SATELIT (RPS)

EVALUASI KINERJA SAMBUNGAN PROPELAN PADA MOTOR ROKET RX 550 [EVALUATION OF THE PROPELLANT JOINT PERFORMANCE IN ROCKET MOTOR RX 550]

SQUIB SEBAGAI SUMBU PENYALA LISTRIK

RANCANG BANGUN SISTEM PENAHAN PANAS PADA MOTOR ROKET CIGARETTE BURNING

ANALISIS NOSEL BAHAN TUNGSTEN DIAMETER 200 mm HASIL PROSES PEMBENTUKAN

PENENTUAN GAYA HAMBAT UDARA PADA PELUNCURAN ROKET DENGAN SUDUT ELEVASI 65º

BAB II LANDASAN TEORI

KAJIAN TENTANG RANCANGAN MOTOR ROKET RX100 MENGGUNAKAN PENDEKATAN GAYA DORONG OPTIMAL

ANALIS1S STRUKTUR NOSEL RX320 DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN S45C

KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET RKN BERTINGKAT PADA KONDISI TERBANG-BEBAS (FREE FLYING)

SELEKSI PEMILIHAN MATERIAL UNTUK TABUNG ROKET RX 420

EVALUASI UNJUK KERJA SISTEM PROPULSI MOTOR ROKET RX-150/1200 DENGAN MENGGUNAKAN PIRANTI LUNAK PRODUK LAPAN

PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN IGNITER BERBASIS KALKULASI PROPULSI ROKET (Studi Kasus Roket RX-320)

Uji Coba Peluncuran Motor Roket Tahun 2000

ANALISIS KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET BERTINGKAT RX-420/RX-250 PADA KONDISI FREE- FLYING DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

PERANCANGAN SISTEM PROPULSI FFAR DENGAN NOSEL TUNGGAL

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

EXHAUST SYSTEM GENERATOR: KNALPOT PENGHASIL LISTRIK DENGAN PRINSIP TERMOELEKTRIK

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir dibawah ini;

Endang Mugia GS. Peneliti Bidang Teknologi Avionik, Lapan ABSTRACT

PENELITIAN PRESTASI TERBANG ROKET SONDA SATU TINGKAT RX-320

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

RANCANG BANGUN AUTOCLAVE MINI UNTUK UJI KOROSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROGRAM DATA UJI ROKET RX LAPAN DENGAN DBASE III PLUS

ASPEK-ASPEK TERKAIT DALAM MENYIAPKAN UJI STATIK MOTOR ROKET BAHAN BAKAR CAIR PADA TAHAP AWAL

BAB II LANDASAN TEORI

DESAIN DAN PEMBUATAN NOSEL DENGAN BLAST TUBE DENGAN METODE SHRINK-FIT

ABSTRACT

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

POTENSI PABRIKASI PROPELAN HOMOGEN DI INDONESIA

SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 200 mm

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB IV PENGUJIAN DAPUR BUSUR LISTRIK

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Modifikasi Ruang Panggang Oven

PERANCANGAN ROKET PADAT BERPROPELAN KNO 3 C 6 H 12 O 6

BAB 4 HASIL & ANALISIS

PLASMA ARC WELDING. OLEH : Rizki Yustisiabella Cinthya Amourani Hidayat Ramadhan Kenan Sihombing

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN. Diketahui : Ditanya : m Al : 200g : 0,2kg Q :... (Joule) c Al

BAB I PENDAHULUAN. disegala aspek kehidupan manusia. Untuk itu pengaplikasian ilmu pengetahuan

ANALISIS DEFLEKSI DAN TEGANGAN STRUKTUR ROKET RX-320 PADA WAKTU HANDLING DENGAN METODE ELEMEN HINGGA (FEM)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B.

H_43. PENINGKATAN Isp PROPELAN DENGAN PENGGUNAAN MATERIAL BARU DAN ADITIF

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

BAB III METODE PENELITIAN

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

BAB SUHU DAN KALOR. Dengan demikian, suhu pelat baja harus ( ,3 0 C) = 57,3 0 C.

Bab 3 Perancangan dan Pembuatan Reaktor Gasifikasi

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UPAYA KEMANDIRIAN AMMONIUM PERKHLORAT DALAM RANGKA MENUNJANG ROKET PELUNCUR SATELIT

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

PEGAS DAUN DENGAN METODE HOT STRETCH FORMING.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

PENELITIAN SPIN MENGGUNAKAN CUTING & MULTI NOZZLE UNTUK MENINGKATKAN KESTABILAN TERBANG ROKET BALISTIK

METODE PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVE LAND OPEN CUP

Foto Alat. Pengujian Marshall

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Eksperimen Konversi Biomassa menjadi SynGas Pada Reaktor Bubbling Fluidized Bed Gasifier

Diterima 3 Maret 2015, Direvisi 20 Maret 2015, Disetujui 20 Maret 2015 ABSTRACT

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI AMONIUM PERKLORAT (NH 4 ClO 4 ) SEBAGAI SIMBOL KEMAJUAN TEKNOLOGI ROKET DAN RUDAL

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah dilakukan pengujian, maka didapatkan data yang merupakan parameterparameter

PROSES ADIABATIK PADA REAKSI PEMBAKARAN MOTOR ROKET PROPELAN

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Percobaan L-2 Hukum Joule Uraian singkat : Dasar teori:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ROKET DENGAN. MENINGKA'fKAN KINERJA MEMPERBESAR GAY A DORONG RINGKASAN ABSTRACT PENDAHULUAN DASARTEORIDANPERCOBAAN. Gaya Dorong dan Tekanan Pembakaran

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

Analisis Tegangan Pada Beberapa Jenis Ejektor Uap Bagus Budiwantoro 1, a, I Nengah Diasta 2, b, dan Reinaldo Sahat Samuel Hutabarat 1, c

Rangkaian Listrik. 4. Ebtanas Kuat arus yang ditunjukkan amperemeter mendekati.. a. 3,5 ma b. 35 ma c. 3,5 A d. 35 A e. 45 A

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR

PENGHEMAT BAHAN BAKAR PADA KOMPOR GAS RUMAH TANGGA

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PROPELAN DAN TEKNOLOGI PEMBUATANNYA

BAB V PEMBAHASAN Analisis Faktor. Faktor-faktor dominan adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BEBERAPA MASALAH DALAM PROSES PEMBUATAN ROKET SERI RX/RKX-100 (PROBLEMS IN THE PRODUCTION PROCESS OF ROCKET RX/RKX-100 SERIES)

LAPORAN PRAKTIKUM KONVEKSI PADA ZAT CAIR

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Transkripsi:

IGNITER ROKET LAPAN Heru Supriyatno Peneliti Bidang Propelan, LAPAN Berita Dirgantara Vol. 10 No. 1 Maret 2009:8-12 RINGKASAN Igniter merupakan komponen dari motor roket yang berfungsi sebagai penyala mula bahan bakar propelan yang terdapat di dalam motor roket. Igniter tersusun atas squib, bahan isian igniter dan tabung igniter yang berisikan bahan isian igniter. Dalam perkembangannya, LAPAN telah berhasil merancang igniter untuk berbagai macam dimensi roket, dimana jenis, dimensi dan bahan isian igniter yang dikembangkan, disesuaikan dengan bentuk dan dimensi motor roketnya. Selama ini, untuk motor roket yang memiliki diameter kecil, jenis isian igniter yang umum digunakan adalah Black Powder dan potongan propelan. Sejalan dengan berkembangnya pemakaian diameter motor roket, maka untuk mempersingkat waktu tunda penyalaannya, saat ini telah dikembangkan jenis isian berbentuk pellet. Dengan menggunakan isian berbentuk pellet yang dimasukkan ke dalam struktur tabung yang dirancang dengan mengacu pada jenis igniter roket Kappa-8, igniter telah berhasil menyalakan propelan roket berdiameter besar secara stabil, dengan waktu tunda penyalaan yang singkat. 1 PENDAHULUAN Sejak beberapa dekade yang lalu, LAPAN telah mulai melakukan penelitian tentang roket untuk berbagai keperluan sipil. Saat ini berbagai jenis ukuran roket telah berhasil dikembangkan, dan telah melalui proses pengujian baik statik maupun terbang. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama ini, meliputi berbagai macam penelitian mulai dari penelitian sistem propulsi, bahan bakar propelan, struktur bahkan sampai dengan sistem kontrol dan kendali roket. Salah satu bagian dari roket yang berfungsi untuk memulai penyalaan propelan di dalam motor roket adalah igniter. Igniter adalah suatu elemen di dalam roket yang secara umum tersusun atas : squib, isian piroteknik dan tabung. Mekanisme igniter itu sendiri adalah squib yang dialiri arus listrik akan teraktivasi sehingga menghasilkan percikan atau nyala api, api tersebut akan menyalakan isian piroteknik yang terdapat di dalam tabung, dan mengeluarkan nyala api yang akan membakar propelan di dalam tabung motor roket. Ada 4 tipe igniter yang umum dikenal pada saat ini, yaitu tipe basket, jellyroll, can dan pyrogen (Thiokol Rocket Basic). Sementara itu ditinjau dari posisi pemasangannya, igniter dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : igniter yang terpasang di bagian depan (cap) igniter yang terpasang di bagian nosel igniter yang terpasang di tengah-tengah propelan di dalam ruang bakarnya. 2 PERANCANGAN IGNITER Dalam melakukan perancangan igniter, hal yang harus diperhatikan adalah tekanan, temperatur, dan waktu pembakaran. Artinya bahwa tekanan dari hasil pembakaran igniter itu harus melebihi tekanan minimum yang diperlukan untuk menghasilkan pembakaran yang stabil, panas yang ditransfer dari hasil penyalaan igniter harus mampu meningkatkan temperatur permukaan propelan melebihi self ignition temperature-nya, dan waktu pembakaran igniter harus memiliki rentang waktu tertentu, sehingga proses transfer panas dari pembakaran igniter ke permukaan propelan dapat berlangsung secara optimum (Hans Florin, 1979). 8

Igniter Roket LAPAN (Heru Supriyatno) Gambar 2-1: Berbagai pola aliran tekanan gas selama penyalaan (dikutip dari Hans Florin, AGARD conference Proceeding) Gambar di atas mengilustrasikan kondisi dari proses penyalaan dengan memplotkan tekanan gas ruang bakar terhadap fungsi waktu. Gambar a menunjukkan kondisi dimana tekanan gasnya sangat tinggi, namun periode waktu efektifnya terlalu pendek. Sementara itu, gambar c menunjukkan situasi yang sebaliknya, dimana periode waktunya cukup lama, namun tekanan gasnya kurang. Sedangkan gambar b menunjukkan situasi dimana tekanan dan periode waktu efektifnya cukup, sehingga memungkinkan untuk menyalakan propelan secara stabil. Untuk mendapatkan karakteristik tekanan pembakaran dengan pola seperti pada gambar b, selain pertimbangan bahan piroteknik isian igniter, hal lain yang perlu dijadikan pertimbangan adalah struktur tabung igniter itu sendiri, dalam hal ini harus memperhatikan dimensi tabung, jumlah, diameter, dan arah lubang untuk pengeluaran nyala api. Hal ini dimaksudkan agar hasil pembakaran bahan isian piroteknik dapat terdistribusikan secara merata ke seluruh permukaan propelan tanpa menimbulkan tekanan yang berlebihan. Dengan demikian, maka diharapkan dalam waktu singkat dapat menghasilkan gaya dorong yang tinggi, memungkinkan roket dapat meluncur segera setelah penyalaan igniter. Dengan kata lain, igniter ini diharapkan memiliki waktu tunda penyalaan (ignition delay time) yang rendah. 3 BAHAN ISIAN IGNITER Bahan piroteknik yang digunakan sebagai bahan isian igniter harus memiliki nilai kalor yang tinggi, artinya bahwa kalor hasil pembakaran bahan isian igniter tersebut, harus mampu meningkatkan suhu permukaan propelan melebihi self-ignition temperaturnya, sehingga proses penyalaan propelan dapat berlangsung dengan baik. Pada umumnya bahan isian igniter dapat dibagi menjadi 2, yaitu bahan isian primer (primary charge) dan isian sekunder (secondary charge). Pada igniter roket LAPAN, selama ini yang banyak digunakan sebagai isian primer adalah Black powder (BP), yang merupakan bahan campuran dari potassium nitrat (KNO3), carbon dan belerang. Black Powder merupakan bahan campuran yang menghasilkan energi yang tidak terlalu besar dan mudah untuk dinyalakan (Alain Davenas). Selain itu, khususnya untuk roket yang memerlukan penyalaan primer yang cepat, digunakan ALNO powder yang merupakan campuran 9

Berita Dirgantara Vol. 10 No. 1 Maret 2009:8-12 antara black powder dan Alumunium (Al). Sedangkan yang umum digunakan sebagai isian sekunder adalah potongan propelan HTPB, dan isian berbentuk pellet dari bahan ALCLO powder (campuran bahan potassium klorat/ perklorat dengan Alumunium powder) dan juga bahan campuran potassium perklorat (KClO4), red lead (Pb3O4) dan Silicium powder (KPSiPb). Dalam menentukan jumlah bahan piroteknik yang akan digunakan sebagai isian igniter, pendekatan bisa dilakukan dengan mengacu pada persamaan berikut (Sutton, 1976) W i = 0,5 (V F) 0,7 W i = Berat isian bahan piroteknik (gram) V F = Volume ruang bebas, free volume (cm 3 ) 4 JENIS IGNITER Roket yang telah berhasil dikembangkan dan telah melalui pengujian dinamika terbang hingga saat ini meliputi, roket yang memiliki diameter 70 mm (RX-70) sampai 320 mm (RX-320). Untuk itu juga telah dikembangkan tipe igniter yang sesuai dengan dimensi dari roket yang ada. Di bawah ini dijelaskan spesifikasi dari masing-masing jenis igniter tersebut. 4.1 Igniter Roket RX-70 Igniter roket RX-70 merupakan igniter tipe can, dan diletakkan di bagian cap. Igniter jenis ini menggunakan isian Black powder dan potongan propelan. Struktur igniter ini memiliki tabung penyala di bagian dalam, dimana berisi isian piroteknik jenis BP. Sementara di bagian luar dinding tabung penyala bagian dalam diletakkan potongan dari bahan propelan HTPB. Penggunaan potongan propelan HTPB sebagai isian igniter ini dimaksudkan agar pembakaran bahan isian igniter menghasilkan panas yang efektif untuk pembakaran propelan di dalam tabung motor roket. Gambar 4-1: Igniter roket RX-70 4.2 Igniter Roket RX-100 Igniter roket RX-100 merupakan igniter tipe basket. Igniter untuk roket kelas RX-100 ini dapat dibedakan menjadi 3 jenis masing-masing untuk roket RX-1110, RX-1104 dan RX-1102, selain memiliki perbedaan dalam dimensi tabung maupun jumlah lubangnya, material tabung untuk igniter-igniter ini juga berbeda. Untuk igniter RX-1110 dan RX-1104 menggunakan material dari tabung alumunium, sementara untuk roket RX-1102, tabung igniternya menggunakan bahan dari besi. Hal ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa untuk roket RX-1102, diameter throat-nya terlalu kecil (15 mm), sehingga bila menggunakan bahan dari tabung alumunium, dikhawatirkan tabung alumunium tersebut akan melebur, dan hasil leburan logam tersebut akan menutupi throat-nya. Gambar 4-2: Igniter roket RX-100 10

Igniter Roket LAPAN (Heru Supriyatno) 4.3 Igniter Roket Cigarette Burning RCX-100 Igniter roket RCX-100 merupakan igniter stick terbuat dari tabung alumunium dan diletakkan di bagian nozzle. Sebagai isian jenis igniter ini digunakan bahan ALNO powder dan irisan propelan HTPB, yang dimaksudkan untuk meningkatkan suhu hasil pembakaran isian, sehingga efektif dalam pembakaran bahan bakar propelan di dalam tabung motor roket. Gambar 4-3: Igniter roket cigarette burning RCX- 100 4.4 Igniter Roket RX-160 Booster Igniter roket RX-160 booster adalah igniter yang digunakan untuk roket booster yang dikembangkan bekerjasama dengan TNI AL. Ini merupakan igniter dengan tipe basket terbuat dari bahan baja. Isian dari igniter jenis ini adalah ALNO powder sebagai isian primer dan pellet dari bahan KPSiPb sebagai isian sekundernya. 4.5 Igniter Roket RX-150 Igniter untuk roket RX-150 merupakan igniter tipe basket, yang terbuat dari tabung alumunium. Igniter jenis ini menggunakan isian ALNO powder sebagai isian primernya, dan potongan propelan HTPB sebagai isian sekundernya. Spesifikasi dari igniter jenis ini ditunjukkan pada Tabel 4-1. 4.6 Igniter Roket RX-250 Igniter RX-250 adalah igniter dengan jenis basket dari bahan Alumunium yang memiliki struktur yang tersusun atas komponenkomponen: tabung penyala I, tabung penyala II stick dan dudukan igniter. Sedangkan mengenai isiannya, igniter jenis ini menggunakan bahan ALNO powder sebagai isian primernya, dan pellet KPSiPb sebagai isian sekundernya. Spesifikasi dari igniter RX-250 ini ditunjukkan pada Tabel 4-2. Tabel 4-1 : SPESIFIKASI IGNITER RX-150 a. Dimensi - panjang total 210 mm - Panjang casing 100 mm - Diameter casing 30 mm - Jumlah lubang * lubang samping 40 buah, diameter 4mm * lubang depan 8 buah, diameter 4 mm - Panjang stik 60 mm - Berat total 645 gr b. Piroteknik - Isian BP & propelan - Berat isian 4 gram / 27 gram - Jenis squib Pindad 2 buah - Tahanan squib 0.4 ohm Tabel 4-2: SPESIFIKASI IGNITER RX-250 A. Dimensi - Panjang total 300 mm - Panjang tabung 160 mm - Diameter tabung 38 mm - Jumlah lubang dan diameter 57/4 mm - Panjang stick 120 mm - Berat total 785 gram B. Piroteknik - Isian Primer ALNO powder - Berat isian primer 3 gram - Isian sekunder Pellet KPSiPb - Berat isian sekunder 24 gram - Jenis squib Pindad 2 buah - Tahanan squib 0.4 ohm Pada tahun 2007, telah dilakukan uji statik dan uji terbang roket RX-250 yang menggunakan igniter jenis ini, sebagai pengganti igniter roket RX-250 yang selama ini menggunakan isian BP dan potongan propelan. Dari kedua pengujian tersebut, diperoleh hasil bahwa igniter roket ini menghasilkan waktu tunda pembakaran propelan yang jauh lebih pendek dibandingkan dengan igniter sebelumnya. 11

Berita Dirgantara Vol. 10 No. 1 Maret 2009:8-12 4.7 Igniter Roket RX-320 Pengembangan struktur tabung igniter untuk roket RX-320 dilakukan dengan mengacu pada jenis igniter yang digunakan pada roket Kappa-8 dari Jepang. Hal ini dilandasi pemikiran akan kebutuhan sebuah igniter yang mampu menghasilkan pancaran api yang memiliki nyala dengan panjang yang maksimal. Selain itu igniter jenis ini diharapkan memiliki waktu tunda penyalaan yang rendah, dalam arti bahwa igniter ini mampu untuk menyalakan propelan dengan waktu yang singkat. Hal ini diperlukan karena roket yang dikembangkan oleh LAPAN, diharapkan nantinya mampu untuk menjawab kebutuhan akan berbagai tujuan penggunaan, salah satunya adalah kemungkinan digunakan sebagai roket senjata. Apabila dikembangkan sebagai roket senjata, waktu tunda penyalaan (ignition delay time) harus relatif singkat. Struktur tabung igniter jenis ini memiliki rangkaian yang terdiri dari : tabung penyala primer, tabung penghubung nyala yang memiliki kontur konvergen nosel, dan tabung penyala sekunder. Jumlah, diameter dan arah lubang pengeluaran api yang terdapat pada masing-masing komponen tabung igniter dimaksudkan agar mampu memberikan nyala api yang optimal untuk menyalakan seluruh permukaan propelan. Sementara itu bahan isian piroteknik yang digunakan pada igniter ini meliputi bahan ALNO powder dan pellet KPSiPb. Dari beberapa kali pengujian, baik uji statik maupun uji terbang roket diperoleh hasil, bahwa igniter jenis ini mampu menghasilkan penyalaan propelan secara stabil dengan waktu tunda penyalaan yang singkat (Heru Supriyatno, 2008). Gambar 4-4: Struktur igniter roket RX-320 5 KESIMPULAN Berbagai jenis igniter telah berhasil dikembangkan oleh LAPAN dan telah berhasil digunakan sebagai penyala mula roket baik dalam pengujian statik maupun dinamika terbang roket. Jenis, dimensi dan isian igniter disesuaikan dengan dimensi dan bentuk motor roket, dengan maksud agar igniter dapat menyalakan propelan secara stabil dengan waktu tunda penyalaan yang rendah. Untuk roket dengan diameter kecil, igniter yang digunakan sebagai penyalanya, memiliki jenis isian Black powder dan potongan propelan HTPB, sementara untuk roket yang memiliki diameter besar, isian ALNO powder dan isian pellet menjadi jenis isian yang paling sesuai dalam usaha untuk mempersingkat waktu tunda penyalaan. DAFTAR RUJUKAN Alain Davenas, 1993. Solid Rocket Propulsion Technology, Pergamon Press, Oxford, UK. Hans Florin, 1979. AGARD Conference Proceeding No. 259, Oslo, Norway. Heru Supriyatno, 2008. Prosiding SIPTEKGAN XII-2008, hal 74-77, LAPAN. Sutton GP and Ross DM, 1976. Rocket Propulsion Element, 4 th edition, John Wiley and Sons, Inc., New York. Thiokol Rocket Basics, download dari web site www.aeroconsystems.com/thiokol_rocket_ basics. 12

Igniter Roket LAPAN (Heru Supriyatno) 13