KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

dokumen-dokumen yang mirip
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

PERSENTASE TUTUPAN DAN TIPE LIFE FORM TERUMBU KARANG DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

STATUS PERSENTASE TUTUPAN KARANG SCLERACTINIA DI PULAU BUNAKEN (TAMAN NASIONAL BUNAKEN) DAN DI PANTAI MALALAYANG, PESISIR KOTA MANADO

METODE KERJA. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juli sampai dengan Bulan Oktober Lokasi

KONDISI TUTUPAN KARANG PULAU KAPOPOSANG, KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN, PROVINSI SULAWESI SELATAN

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

3. METODE PENELITIAN

Parameter Fisik Kimia Perairan

KONDISI TERUMBU KARANG DAN IKAN KARANG PERAIRAN TULAMBEN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/288367/PN/11826 Manajemen Sumberdaya Perikanan

3. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di dalam wilayah Kabupaten Administratif

PERSENTASE TUTUPAN KARANG HIDUP DI PULAU ABANG BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

STUDI TENTANG KONDISI TUTUPAN KARANG HIDUP DI PERAIRAN PULAU PIEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT

By : ABSTRACT. Keyword : Coral Reef, Marine Ecotourism, Beralas Pasir Island

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

Bentuk Pertumbuhan dan Kondisi Terumbu Karang di Perairan Teluk Tomini Kelurahan Leato Selatan Kota Gorontalo

3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Jenis dan Sumber Data

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG SEBAGAI EKOWISATA BAHARI DI PULAU DODOLA KABUPATEN PULAU MOROTAI

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Analisis Kualitas Air Dengan Pendekatan Statistik Pada Ekosistem Terumbu Karang Di Pulau Biawak Indramayu

PERSENTASE TUTUPAN KARANG DI PERAIRAN MAMBURIT DAN PERAIRAN SAPAPAN KABUPATEN SUMENEP PROVINSI JAWA TIMUR

THE CORAL REEF CONDITION IN SETAN ISLAND WATERS OF CAROCOK TARUSAN SUB-DISTRICT PESISIR SELATAN REGENCY WEST SUMATERA PROVINCE.

THE CORAL REEF CONDITION IN CEROCOK BEACH WATERS OF PAINAN, WEST SUMATERA PROVINCE By : Khairil ihsan 1), Elizal 2), Thamrin 2)

KONDISI TERUMBU KARANG HIDUP BERDASARKAN PERSEN TUTUPAN DI PULAU KARANG PROVINSI SUMATERA UTARA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN

3. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

BENTUK PERTUMBUHAN KARANG DAERAH TERTUTUP DAN TERBUKA DI PERAIRAN SEKITAR PULAU PAMEGARAN, TELUK JAKARTA

KAJIAN KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN TERUMBU KARANG PADA ZONA PEMANFAATAN WISATA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU OLEH PERSADA AGUSSETIA SITEPU

KONDISI TERUMBU KARANG PADA LOKASI WISATA SNORKELING DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JAWA TENGAH

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

3. METODE PENELITIAN

3 BAHAN DAN METODE. KAWASAN TITIK STASIUN SPOT PENYELAMAN 1 Deudap * 2 Lamteng * 3 Lapeng 4 Leun Balee 1* PULAU ACEH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LINE INTERCEPT TRANSECT (LIT)

3. METODE. Tabel 1 Posisi geografis stasiun penelitian.

KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU MATAS TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel di Pulau Pramuka

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

CORAL REEF CONDITION BASED ON LEVEL OF SEDIMENTATION IN KENDARI BAY

Kondisi Terumbu Karang di Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu DKI Jakarta

3. METODOLOGI. Koordinat stasiun penelitian.

Kadar Salinitas, Oksigen Terlarut,..Kepulauan Seribu-Provinsi DKI Jakarta (Dumarno, D & T. Muryanto)

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES

JAKARTA (22/5/2015)

IDENTIFIKASI TERUMBU KARANG PERAIRAN MAMBURIT KEBUPATEN SUMENEP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI TUTUPAN KARANG DI PULAU JANGGI KECAMATAN TAPIAN NAULI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

3 METODOLOGI PENELITIAN

THE CORAL REEF CONDITION IN BERALAS PASIR ISLAND WATERS OF GUNUNG KIJANG REGENCY BINTAN KEPULAUAN RIAU PROVINCE. By : ABSTRACT

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

TINJAUAN PUSTAKA. Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumberdaya hayati, sumberdaya nonhayati;

3 METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN REEF CHECK DI PERAIRAN KRUENG RAYA DAN UJONG PANCU ACEH BESAR DI SUSUN OLEH

DISTRIBUSI UKURAN KARANG PORITES SEBAGAI PENYUSUN UTAMA MIKROATOL DI DAERAH RATAAN TERUMBU (REEF FLAT) PERAIRAN KONDANG MERAK KABUPATEN MALANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perbedaan Presentasi Penutupan Karang di Perairan Terbuka dengan Perairan yang Terhalang Pulau-Pulau. di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Jakarta.

3. METODE PENELITIAN

Pertumbuhan Juvenil Kima Tridacna squamosa pada Kondisi Terumbu Karang Berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

KAJIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI PULAU TIKUS BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Perubahan Luasan Terumbu Karang dengan Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Perairan Pulau Pramuka Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu

BAB III METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kata kunci : Kondisi, Terumbu Karang, Pulau Pasumpahan. Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau 2)

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN Halaman :

MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR)

ANALYSIS OF BUTTERFLY FISH (CHAETODONTIDAE) ABUNDANCE IN THE CORAL REEF ECOSYSTEM IN BERALAS PASIR ISLAND BINTAN REGENCY ABSTRACT

KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN PULAU GUSUNG KEPULAUAN SELAYAR SULAWESI SELATAN SKRIPSI. Oleh: ABDULLAH AFIF

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,

PEMETAAN KONDISI TERUMBU KARANG DI DESA SUMBERKENCONO KABUPATEN BANYUWANGI

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

Maspari Journal 03 (2011) 42-50

Inventarisasi Bio-Ekologi Terumbu Karang Di Pulau Panjang, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah

ANALISIS KESUKAAN HABITAT IKAN KARANG DI SEKITAR PULAU BATAM, KEPULAUAN RZAU

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

1 KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU Aditya Hikmat Nugraha, Ade Ayu Mustika, Gede Suastika Joka Wijaya, Danu Adrian Mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu penyusun ekologi laut tropis, keberadaanya di lautan memiliki arti yang sangat penting karena ekosistem terumbu karang merupakan salah satu sumber produktivitas primer di lautan yang memiliki peran penting bagi kelangsungan hidup ikan. Kasus pencemaran minyak yang terjadi di Teluk Jakarta pada penghujung tahun 28 menyebabkan wilayah perairan Pulau Pari sebagai salah satu wilayah yang terkena dampak paling parah dari pencemaran minyak tersebut sehingga menjadikan alasan bagi kami untuk memantau sejauh mana dampak dari pencemaran terhadap ekosistem terumbu karang di perairan Pulau Pari. Pengambilan data ekosistem terumbu karang telah dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 21 dengan menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT). Hasil pengamatan di lapangan menunjukan nilai persentase penutupan karang berada pada kisaran 21,46% -7,82 5% nilai tersebut menunjukan penutupan karang berada dalam kategori buruk hingga baik. Kata kunci: Terumbu karang, Ekologi laut tropis, Line Intercept Transect (LIT) ABSTRACT Coral reef ecosystems are one of the constituent of tropical marine ecology, its presence in the sea has a very important because the coral reef ecosystem is one source of primary productivity in the sea plays an important role for the survival of fish. The case of oil pollution occurring in the Bay of Jakarta in late 28 led to the territorial waters of Pari Island as one of the areas worst affected by oil pollution making excuses for us to monitor the impact of pollution on coral reef ecosystems in the waters of Pulau Pari. Data collection of coral reef ecosystems have been held on December 27, 21 by using the Line Intercept Transect (LIT). Observations on the ground shows the percentage of coral cover values in the range 21.46% -7.82 5% value indicates coral cover in the category of bad to good. Keywords: Coral reef, Tropical marine ecology, Line Intercept Transect (LIT) PENDAHULUAN Ekosistem terumbu karang terdiri atas terumbu karang yang merupakan struktur dasar di laut berupa deposit kalsium karbonat yang dihasilkan oleh hewan

2 karang. Karang merupakan hewan yang tidak memiliki tulang belakang, yang termasuk ke dalam filum Coelenterata (hewan berrongga) atau Cnidaria, Ordo Scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa. Hewan karang memiliki dua jenis macam pertumbuhan yaitu karang hermatipik dan karang ahermatipik. Karang hermatipik bersimbiosis dengan zooxanthella dan dapat menghasilkan terumbu. Sedangkan karang ahermatipik tidak bersimbiosis dengan zooxanthella dan tidak menghasilkan terumbu. Keberadaan karang ahermatipik tersebar di seluruh dunia, sedangkan karang hermatipik hanya tersebar di daerah tropik (Nybakken, 1992). Zooxanthella yang terdapat pada karang berperan dalam hal kegiatatan fotosintesis yang menghasilkan oksigen bagi kepentingan metabolisme organisme karang itu sendiri dan bagi organisme yang berada di sekitar ekosistem terumbu karang, sehingga ekosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang memiliki produktivitas yang sangat tinggi di perairan. Kondisi perairan yang tercemar akan menyebabkan menurunnya kualitas pertumbuhan terumbu karang. Wilayah Indonesia bagian barat merupakan salah satu wilayah yang sering mengalami pencemaran, pencemaran tersebut akan berdampak terhadap kelangsungan ekosistem terumbu karang, ekosistem terumbu karang yang termasuk ke dalam kategori baik di wilayah itu hanya tinggal 23 % dan sisanya berada dalam kategori buruk (Burke,et al.22 dalam Soedharma dan Subhan, 27). Kasus pencemaran yang sering terjadi di wilayah barat Indonesia salah satunya terdapat di kawasan Teluk Jakarta yang merupakan tempat bermuaranya 19 sungai yang berasal dari daratan Jakarta. Kasus pencemaran minyak yang terjadi di Teluk Jakarta pada penghujung tahun 28, telah menyebabkan wilayah perairan Pulau Pari sebagai wilayah yang terkena dampak paling parah dari pencemaran yang terjadi pada waktu itu. Untuk mengetahui sejauh mana dampak pencemaran minyak yang terjadi di perairan Pulau Pari terhadap ekosistem terumbu karang, menjadikan hal tersebut sebagai alasan perlunya dilakukan penelitian ini dengan tujuan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh pemerintah setempat dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Pengambilan Data Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 21 di wilayah perairan Pulau Pari Kecamatan Pulau Seribu Selatan Kabupaten Pulau Seribu Propinsi DKI Jakarta. Terdapat empat stasiun pengamatan yang akan dijabarkan pada tabel 1. Koordinat lokasi diukur menggunakan GPS (Global Positioning System).

3 Gambar 1. Peta Stasiun Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang Tabel 1. Lokasi Stasiun Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang Stasiun Bujur Lintang 1 2 3 4 16.654 BT 16.6133 BT 16.6256 BT 16.6221 BT -5.8735 LS -5.8698 LS -5.8635 LS -5.863 LS Alat dan Bahan Pengamatan ekosistem terumbu karang menggunakan alat berikut: alat penyelaman SCUBA, pensil, kertas newtop,kamera bawah air dan roll meter Pengamatan kondisi fisik dan kimia di sekitar ekosistem terumbu karang menggunakan alat dan bahan sebagai berikut: Termometer, Floating Drodge, Kompas Bidik, Secchi Disk, DO meter, Refraktometer dan Kertas Lakmus. sebagai Teknik Pengambilan Data Parameter Fisik dan Kimia Perairan Data parameter fisik dan kimia perairan diambil dengan menggunakan alat dan bahan yang biasa digunakan untuk mengukur parameter-parameter tersebut. Pengukuran suhu perairan dilakukan dengan menggunakan termometer, salinitas diukur dengan menggunakan Refraktometer, kecerahan diukur dengan menggunakan Secchi Disk, kandungan oksigen terlarut diukur dengan

4 menggunakan DO meter, kecepatan arus diukur dengan menggunakan Floating Drodge dan ph diukur dengan menggunakan Kertas Lakmus. Teknik Pengambilan dan Pengolahan Data Karang Metode Line Intersept Transect (LIT ) Line Intercept Transect (LIT) adalah metode yang digunakan untuk mengestimasi penutupan karang dan penutupan komunitas bentos yang hidup bersama karang. Metode ini cukup praktis, cepat dan sesuai untuk wilayah terumbu karang didaerah tropis. Umumnya pengambilan data dilakukan di kedalaman 3-1 meter. Metode Pengolahan Data Karang Gambar 1Metode Line Intercept Transect (LIT) Identifikasi contoh karang akan dilakukan di laboratorium menurut Suharsono (1996) dan Veron (1986). Hasil pengukuran pada masing-masing transek garis, selanjutnya dihitung nilai penutupannya berdasarkan rumus berikut (Gomez dan Yap, 1988) : ni = x 1% Keterangan : ni : presentase penutupan koloni karang hidup(%), Ii : total panjang koloni karang per panjang transek, garis (cm), L : total panjang transek garis (3 cm), begitu juga halnya dengan persentase penutupan dari karang mati (Death Coral/DC), biotik (BIO) contohnya bulu babi, bintang laut, sponge dan lainnya kecuali karang hidup, abiotik (ABIO), contohnya sand, water, rock, rubble dan alga kecuali karang mati. Analisis persentasi kemunculan karang yaitu dengan menggunakan perhitungan proporsi kemunculan karang hidup dari semua titik pengambilan data, adalah sebagai berikut : Keterangan : Pi Ki L Pi = x 1% : persentase proporsi kemunculan karang(%), : jumlah kemunculan satu lifeform, : total lifeform yang ditemukan (pada transek garis dan transek kuadrat).

5 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi ekosistem terumbu karang sangat dingaruhi oleh parameter fisik dan kimia yang berada di perairan, berdasarkan penelitian yang dilakukan di peroleh data beberapa parameter fisik dan kimia perairan Pulau Pari, yang akan disajikan dalam tabel 2. Tabel 2. Data Parameter Fisik dan Kimia Perairan Pada Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Pulau Pari Parameter Stasiun yang diamati 1 2 3 4 Suhu ( C) 28 28 28 27 Kecerahan (m) 3.21 5.865 5.87 5.25 Kec.arus (m/s).956.195.73.613 DO (mg/l) 6,37 6,23 5,61 5,67 Salinitas (ppt) 34 34 34 34 ph 8 8 8 8 Berdasarkan data parameter fisik dan kimia pada tabel 1, suhu perairan Pulau Pari berada pada kisaran 27C-28C, nilai kisaran suhu tersebut sangat optimal bagi pertumbuhan terumbu (Sukarno et all, 1983). Hasil analisis kandungan oksigen terlarut dari semua stasiun pengamatan berkisar antara 5.61-6.37 mg/l, hasil tersebut dikatakan baik karena masih memenuhi standar baku mutu kandungan oksigen pada air laut, dengan kandungan > 5 mg/l (Efendi, 23). Salinitas yang sebesar 34 ppt termasuk ke dalam salinitas yang optimal untuk proses kehidupan hewan karang. Rata-rata ph di perairan di Pulau Pari memiliki nilai 8. Kecerahan secara umum di Pulau Pari masih cukup bagus untuk pertumbuhan terumbu karang, menurut standar baku mutu air laut, nilai kecerahan untuk terumbu karang harus lebih dari 5 meter, akan tetapi pada stasiun pengamatan pertama syarat tersebut tidak terpenuhi karena kecerahan pada stasiun tersebut hanya sampai pada kedalaman 3.21 meter (Sukarno et all 1983).Berdasarkan pengamatan arus yang terbentuk di Pulau Pari dapat dikatakan tenang, yaitu berkisar antara.613-.195 sehingga dapat mendukung kelangsungan hidup terumbu karang. Terdapat beberapa perbedaan data parameter fisik dan kimia perairan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Terangi pada tahun 27, data yang diperoleh pada tahun 27 menunjukan suhu di perairan Pulau Pari memiliki nilai rata-rata 29.6 C, kandungan oksigen terlarut sebesar 7.2 mg/l dan nilai ph sebesar 8.1.

6 Persen Penutupan Kategori Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Pulau Pari 8 6 4 2 Karang Karang Mati Biotik Abiotik Hidup Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Gambar 2. Diagram Batang Persen Penutupan Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Pulau Pari Berdasarkan data pada gambar 2, dapat dilihat nilai persentase penutupan karang hidup berada pada selang 21.46%-7.82%. Selang nilai tersebut menunjukan persentase penutupan kategori ekosistem terumbu karang berada pada kondisi buruk hingga baik. Persentase penutupan kategori terumbu karang hidup tertinggi terdapat di stasiun 4 dengan nilai 7.82%, sedangkan nilai persentase penutupan kategori terumbu karang hidup terendah terdapat di stasiun 2 dengan nilai 21.46%. Berdasarkan data pada parameter fisika dan kimia yang diperoleh pada stasiun 4, diketahui bahwa nilai suhu yang terukur sebesar 27o C merupakan kisaran suhu yang optimal bagi pertumbuhan karang (Nybaken,1992) Selain faktor suhu, faktor salinitas pun juga mendukung pertumbuhan karang pada stasiun 4, dimana kisaran salinitas yang terukur sebesar 34 dan nilai tersebut tergolong dalam nilai optimal untuk binatang karang hidup subur (Mawardi,22) Pada stasiun 2 diketahui kecepatan arus rata-rata yang terukur lebih besar jika dibandingkan dengan hasil pengukuran pada stasiun lainnya. Hal tersebut berdampak kepada pertumbuhan karang hidup yang lebih rendah dari stasiun lainnya. Dengan adanya arus yang lebih besar menyebabkan terbawanya partikelpartikel yang dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan terumbu karang dan bahkan menyebabkan kematian dari terumbu karang itu sendiri. Dibandingkan penelitian yang dilakukan di perairan Pulau Pari pada tahun 24 diperoleh nilai persentase penutupan terumbu karang untuk jenis Acropora sebesar 7% dan jenis non Acropora sebesar 3 %, pada akhir penelitian tahun 25 terdapat penurunan nilai persentase penutupan terumbu karang untuk jenis Acropora menjadi 6% dan jenis non Acropora menjadi sebesar 28 %. Penelitian tersebut menunjukan bahwa ekosistem terumbu karang di Pulau Pari berada dalam kategori sedang(paonganan, 27). Untuk mengetahui nilai dari persentase life form yang ditemukan di ekosistem terumbu karang yang terdapat di perairan Pulau Pari, maka akan disajikan dalam tabel 3 berikut :

7 Tabel 3. Nilai Persentase Life Form Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Pulau Pari Life form (%) Stasiun 1 2 3 4 CS 16,2 12,1,, CM 13,5 3,3 13,1, CF 5,4 21,2 24,6 65,62 CD 2,7,,, CE, 3, 6,6, CME,, 1,6, CMR,, 8,2 6,25 CT,, 1,6, CB 13,5, 19,7 6,25 ACT 2,7 3, 3,3, ACS 2,7,,, ACD 16,2 6.26 1,6, ACB 27, 24.24 14,8 21,88 ACE,, 4,9, Berdasarkan data pada tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa life form yang paling dominan adalah bentuk pertumbuhan yang berupa coral foliose yang termasuk kedalam genus Montipora. Hal ini dikarenakan genus Montipora sangat tergantung pada kejernihan suatu perairan. Biasanya berada pada perairan dangkal berkaitan dengan intensitas cahaya yang diperolehnya dengan bentuk koloni berupa lembaran (Johan, 23). Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisika dan kimia yang telah dilakukan pada keempat stasiun pengamatan diperoleh data bahwa perairan di bagian selatan Pulau Pari memiliki nilai tingkat kecerahan yang cukup tinggi ± 5 meter.berdasarkan data yang didapat faktor arus juga mempengaruhi pertumbuhan coral foliose, semakin deras arus maka persentase penutupan karang akan menjadi lebih sedikit karena karang genus ini memiliki kriteria habitat yang terlindung (Asaad,I.J, 1999). Namun arus bukanlah faktor utama yang dapat mempengaruhi persentase penutupan karang karena tingkat kejernihan suatu perairan merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan karang genus ini. Selanjutnya adalah Acropora Coral Branching yang juga memiliki nilai persentase penutupan karang yang cukup besar pada urutan kedua setelah coral foliose. Karang jenis ini biasanya tumbuh pada perairan jernih dan lokasi dimana terjadi pecahan ombak. Bentuk koloni umumnya bercabang dan tergolong jenis karang yang cepat tumbuh, namun sangat rentan terhadap sedimentasi dan aktivitas penangkapan ikan (Johan, 23).

8 KESIMPULAN Persen penutupan terumbu karang di perairan Pulau Pari, termasuk dalam kategori buruk hingga baik. Persen penutupan terumbu karang berada selang nilai persentase 7.82%-21.46%. Persentase tertinggi berada pada stasiun 4 dengan perentase nilai sebesar 7.82%, sedangkan persen penutupan karang terendah terdapat pada stasiun 2 dengan persentase nilai sebesar 21.46 %. Jumlah bentuk life form karang yang ditemukan pada lokasi pengamatan sebanyak 14 genera. Bentuk life form yang ditemukan terbanyak adalah bentuk coral foliose. UCAPAN TERIMA KASIH 1. Allah SWT karena berkat rahmat dan izinnya karya ilmiah ini dapat terwujud. 2. Dosen Pembimbing Beginer Subhan S.Pi,M.Si yang telah membimbing kami selama penyusunan karya ilmiah ini. 3. Teman-teman di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan yang telah membantu baik dalam pengambilan data maupun dukungan moral yang telah diberikan sehingga karya ilmiah ini dapat terwujud. DAFTAR PUSTAKA Asaad,I.J. 1999. Penutupan Karang Hidup Berdasarkan Bentuk Pertumbuhannya di Kawasan Wisata Bahari Pulau Nusa Penida, Bali. Sumber: http://repositori.ipb.ac.id, 29 Desember 21 Effendi,H.23.Telaah Kualitas Air.Kanasius:Yogyakarta. Estradivari,dkk. 27. Pengamatan Jangka Panjang Terumbu Karang Kepulauan Seribu. Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI). Suku Dinas Kelautan dan Pertanian Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu The David and Lucile Packard Foundation. Highsmith,R.C. 1982. Reproduction by Fragmentation in Corals. Mar Ecol Prog Ser 7:27-26. Johan,O. 23. Beberapa Genus Karang yang Umum di Indonesia. Dalam Training Course : Karakteristik Biologi Karang, 7-12 Juli 23, yang diselenggarakan oleh PSK-UI dan Yayasan TERANGI, serta didukung oleh IOI-Indonesia.

9 Mawardi, Wazir.22. Ekosistem terumbu karang peranan, Kondisi dan konservasinya. Makalah Falsafah Sains (PPs 72).Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologi [ Terjemahan M. Eidman, Kansoebiono, D.G Bengen, M. Hutomo dan Sulistiyono]. PT. Gramedia. Jakarta. Paonganan, Y.27.Analisis Tutupan Karang Pada Tiga Pulau Di Sekitar Teluk Jakarta.Sumber:http://indomaritimeinstitute.org, 25 Februari 211. Soedharma D, Subhan B.27. Transplantasi karang saat Ini dan Tantangannya di Masa Depan pada Prosiding Musyawarah Nasional Terumbu Karang I. Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang. COREMAP II. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Daftar Riwayat Hidup Penulis Nama lengkap Tempat dan tanggal lahir Status : Aditya Hikmat Nugraha : Bandung, 23 Januari 1991 : Mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor Angkatan 28 Karya-karya ilmiah yang pernah dibuat : - Penghargaan-penghargaan ilmiah yang pernah diraih : - Nama lengkap Tempat dan tanggal lahir Status : Ade Ayu Mustika : Bandar Lampung, 8 Desember 199 : Mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor Angkatan 28 Karya-karya ilmiah yang pernah dibuat : - Penghargaan-penghargaan ilmiah yang pernah diraih : - Nama lengkap Tempat dan tanggal lahir Status : Danu Adrian : Jakarta, 24 September 199 : Mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor Angkatan 28 Karya-karya ilmiah yang pernah dibuat : - Penghargaan-penghargaan ilmiah yang pernah diraih : - Nama lengkap Tempat dan tanggal lahir Status : Gede Suastika Joka Wijaya : Gianyar,13 Januari 1991 : Mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor Angkatan 29 Karya-karya ilmiah yang pernah dibuat : - Penghargaan-penghargaan ilmiah yang pernah diraih : -

1 LAMPIRAN Foto Ekosistem Terumbu Karang Komponen biotik Acropora coral Branching Hard Coral Coral Branching