I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

II. Tinjauan Pustaka. masyarakat (Johanes Mardimin, 1994:12). Menurut Soerjono Soekanto, tradisi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan antara suku bangsa, yang harus saling menghargai nilai nilai

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB V PENUTUP. masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan nenek moyang yang sangat berbeda latar belakangnya. Keragaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, dan lebih dari 60% dari jumlah ini merupakan tumbuhan tropika.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kegiatan sehari-hari. Kesehatan telah menjadi suatu kajian ilmu

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT CIREUNDEU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

I. PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan suatu negara kaya akan kebudayaan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan dalam masyarakat tidak begitu saja ada dengan sendirinya. Kebudayaan itu sendiri merupakan sebuah hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang diperoleh melalui proses belajar (Koentjaraningrat, 2009: 144). Dengan demikian budaya masyarakat dapat pula menjadi sarana untuk menyalurkan ideide, gagasan, serta pengetahuan yang dimiliki masyarakat kepada anggota masyarakat yang lain secara turun-temurun. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal yang berisi ide-ide, norma-norma dan peraturan. Wujud kedua dari kebudayaan berupa pola-pola perilaku masyarakat yang terwujud dari sistem-sistem dan struktur-struktur sosial masyarakat. Terakhir adalah kebudayaan dalam wujudnya sebagai benda-benda hasil karya manusia atau secara fisik (Koentjaraningrat, 1985: 5). Dalam memahami kebudayaan tidaklah cukup hanya mengetahui wujudnya saja. Kebudayaan tidaklah cukup hanya dipahami sebagai ide atau gagasan, pola perilaku maupun benda-benda. Kebudayaan itu, karena dapat berfungsi sebagai sarana untuk menyalurkan ide-ide atau pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat kepada anggota masyarakat lain dari generasi ke generasi, maka ideide atau pengetahuan yang hendak diwariskan inilah yang harus dicari. Dengan

2 demikian kebudayaan dianggap sebagai tempat atau wadah yang membawa makna yang hendak disalurkan kepada masyarakatnya, artinya kebudayaan itu juga harus dipahami maknanya, yang terkandung dalam berbagai wujudnya baik sebagai gagasan, pola perilaku maupun benda-benda. Di Indonesia khususnya juga terdapat beragam bentuk kebudayaan karena memiliki suku bangsa yang beragam pula. Salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia adalah suku Jawa yang memiliki bentuk kebudayaannya sendiri yaitu kebudayaan Jawa. Dalam kebudayaan Jawa terdapat nilai-nilai serta norma-norma yang dipakai dan dipatuhi serta diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Nilai-nilai budaya yang menjadi pandangan hidup orang Jawa kemudian mengendap dalam tradisi dan adat-istiadat yang dipegang teguh dan terwujud dalam salah satunya yaitu upacara-upacara adat (Thomas Wiyasa Bratawidjaja, 2000: 9). Upacara upacara adat Masyarakat Jawa ada bermacam-macam dan memiliki makna sendiri-sendiri. Dalam setiap upacara adat tentu digunakan berbagai macam srana atau perlengkapan untuk melaksanakan dan mendukung jalannya tata upacara tersebut. Berbagai macam perlengkapan itu oleh Orang Jawa disebut dengan uborampe. Salah satu upacara adat yang masih dilaksanakan hingga sekarang adalah upacara kematian. Dalam melaksanakan upacara kematian tentu menggunakan uborampe yang berbeda dengan upacara adat-upacara adat yang lain. Penggunaan uborampe yang cenderung bersifat mistis, terkadang terlihat sebagai sesuatu yang profan

3 yang jika dilihat secara fisik hanya menunjukan sisa-sisa kepercayaan terhadap penyembahan nenek moyang. Uborampe itu, misalnya saja dalam penggunaan payung yang diletakkan di atas makam orang yang sudah meninggal, atau yang menyertai pengusungan jenazah sampai ke kuburan, memiliki kesan bahwa jenazah yang meninggal masih bisa merasakan panas terik matahari atau guyuran hujan. Kesan-kesan yang tampak secara lahiriah itu seringkali menimbulkan anggapan orang bahwa uborampe yang digunakan dalam upacara kematian tidak berguna sama sekali, bahkan terkesan ribet. Terlepas dari pemahaman di atas, bisa jadi uborampe yang digunakan dalam upacara kematian itu menyimpan makna atau nilai-nilai yang ingin diwariskan kepada anak cucu atau masyarakat secara turun-temurun. Sebagai bagian dari kebudayaan Jawa, uborampe dapat menjadi sarana atau wadah yang dapat membawa dan menyampaikan ide-ide atau pandangan hidup masyarakat yang memiliki kebudayaan itu, yakni Masyarakat Jawa, sebab dalam kebudayaan jawa, perilaku Orang Jawa yang mencerminkan nilai-nilai dan ide-ide itu selalu terwujud melalui dua tataran yaitu lugas dan simbolis, sedangkan uborampe berada pada tataran simbolis (Tjaroko HP Teguh Pranoto, 2009 : 7), sehingga melalui Uborampe yang digunakan dalam upacara kematian tersebut dapat diketahui bagaimana masyarakat Jawa memahami, menghayati, serta memandang hal-hal yang berkaitan dengan kematian manusia. Orang Jawa yang masih berpegang teguh dengan tradisi nenek moyang, tidak terbatas dimana mereka tinggal, apakah masih berada di Pulau Jawa atau tinggal

4 di wilayah lain, tetap melaksanakan upacara adat dengan segala uborampe-nya. Salah satu masyarakat yang dalam upacara adat, khususnya yang berkaitan dengan kematian masih mempertahankan penggunaan uborampe adalah masyarakat Jawa di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. Mayoritas masyarakat di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur merupakan masyarakat transmigran dari Jawa (Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur). Sebagai masyarakat transmigran dari Jawa, mereka tidak serta-merta meninggalkan budaya asli, yakni budaya Jawa. Hingga kini mereka masih tetap mempertahankan tradisi-tradisi yang berasal dari moyangnya di Jawa. Walaupun memang, dalam pelaksanaannya, tradisi tersebut tidak menggunakan uborampe secara lengkap, penyebabnya ialah uborampe kematian sering dianggap sebagai sesuatu yang tidak berguna, atau kalaupun beberapa dari uborampe itu setidaknya memiliki manfaat dalam hal pengurusan jenazah biasanya telah diganti dengan benda yang lebih maju (maksudnya tidak menggunakan benda tradisional). Tentu hal ini tidak menjadi masalah selama makna dari uborampe itu tidak hilang begitu saja. Masalah tersebut biasanya disebabkan karena perihal penggunaan beberapa uborampe tersebut tidak ada tuntunannya dalam agama yang dianut masyarakat. Sehingga satu-satunya alasan dari beberapa masyarakat masih menggunakan uborampe kematian sesuai Adat Jawa adalah karena kebiasaan atau sekedar tradisi. Hal ini tentu sudah menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat akan makna dari uborampe kematian sudah berkurang.

5 Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai makna yang terkandung dalam uborampe yang digunakan dalam upacara kematian oleh Masyarakat Jawa di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Makna Simbolis Uborampe dalam Upacara Kematian Pada Masyarakat Jawa di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. 2. Makna Harfiah Uborampe dalam Upacara Kematian Pada Masyarakat Jawa di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. 2. Pembatasan Masalah Supaya penelitian ini tidak terlalu luas jangkauanya maka penulis membatasi masalah yang akan dikaji pada Makna Simbolis Uborampe dalam Upacara Kematian pada Masyarakat Jawa di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah makna simbolis Uborampe dalam Upacara

6 Kematian pada Masyarakat Jawa di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur? C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui makna simbolis dari Uborampe yang digunakan dalam Upacara Kematian pada Masyarakat Jawa di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. 2. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat serta pihak-pihak yang membutuhkan, adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis, dalam memberikan sumbangan pengetahuan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial dan budaya mengenai makna dari simbol-simbol kebudayaan berupa uborampe yang digunakan dalam upacara kematian menurut adat Jawa. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada masyarakat Jawa agar setelah memahami makna uborampe, dapat melestarikan penggunaannya dalam upacara adat, terutama upacara kematian.

7 3. Ruang Lingkup Penelitian a. Objek Penelitian : Makna simbolis dari Uborampe yang digunakan dalam upacara kematian pada Masyarakat Jawa. b. Subjek Penelitian : Masyarakat Jawa di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur c. Tempat Penelitian : Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur d. Waktu Penelitian : 2013 e. Bidang Ilmu : Antropologi Budaya

8 REFERENSI Koentjaraningrat.2009.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman 144.1985. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. Halaman 5 Thomas Wiyasa Bratawidjaja.2000.Upacara Tradisional Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Halaman 9 Tjaroko HP Teguh Pranoto. 2009. Tata Upacara Adat Jawa. Yogyakarta : Kuntul Press. Halaman 7