, 2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. oleh Indonesia adalah suku Cina atau sering disebut Suku Tionghoa.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Rosyadi (2006) menjelaskan bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran, terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan sastra di Indonesia diawali dari era sastra Melayu

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak dapat dipahami secara lengkap apabila dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. pengarang (Noor, 2007:13). Selain itu, Noor juga mengatakan bahwa sebagai

BAB V KESIMPULAN. Sastra peranakan Tionghoa adalah produk budaya dan sosial dari

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perayaan-perayaan hari raya tradisi di masyarakat Tionghoa mulai

BAB V PENUTUP di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari hal-hal yang bersentuhan dengan lingkungan masyarakat.

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan, istilah dalam bahasa Jawa Kuna berarti tulisan-tulisan utama.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemunculan sastra Indonesia-Tionghoa tiba pada suatu batas ikatan yang agak erat dengan penerjemahan hasil karya sastra Tiongkok ke dalam bahasa Melayu-Rendah. cerita-cerita rakyat Tiongkok yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu-Rendah yang sudah dimulai pada akhir abad ke-19 (Lan, 2013, hlm. 304). Sebuah karya sastra Tionghoa-Indonesia adalah hasil kerja sekelompok masyarakat Tionghoa yang pada masa itu disebut Tionghoa-Peranakan (Lan, 1962, hlm. 7). Sekelompok masyarakat Tionghoa yang baru saja tiba dari Tiongkok, yang baru memiliki satu keturunan yang tinggal di Indonesia, bisa dikatakan sebagai orang Tionghoa. Dan orang Tionghoa yang sudah tinggal di Indonesia dalam beberapa kurun waktu juga disebut orang Tionghoa. Tetapi jika ditinjau dari sudut psikologis, akan terlihat ada perbedaan di antara kedua kelompok orang Tionghoa ini (Lan, 1962, hlm. 7). Perbedaan di antara dua kelompok tersebut bisa dilihat dari yang pertama yaitu kelompok Tionghoa-Totok. Tionghoa-Totok sebutan untuk orang Tionghoa yang baru saja tiba dari Tiongkok yang umumnya bertujuan tidak untuk tinggal tetap di Indonesia dan kelak akan kembali berlayar kembali ke negerinya. Mereka memilih Indonesia hanya sebagai tempat mencari nafkah dan bersifat sementara. Bahkan jika ada yang sudah meninggal pun jenazahnya akan dipulangkan ke negerinya (Lan, 1962, hlm. 8). Kelompok kedua yakni Tionghoa-Peranakan, Tionghoa-Peranakan sebutan untuk Tionghoa yang sudah memiliki beberapa keturunan yang terus menetap di Indonesia, sedikitnya dua sampai tiga keturunan. Umumnya mereka sudah tidak bisa berbahasa Tionghoa lagi, sementara hubungan mereka dengan negeri Tiongkok sudah terputus. Bagi mereka Indonesia adalah tanah air mereka. Tidak

2 ada sedikit harapan dan pemikiran untuk mereka kembali ke Tiongkok walaupun mereka masih melakukan tradisi Tiongkok. Kesusastraan Melayu Tionghoa pada awalnya ditulis dalam bahasa Melayu oleh masyarakat Tionghoa dan untuk orang Tionghoa perantauan, berkembang di Hindia Belanda, khususnya untuk di pulau Jawa dan dalam tingkatan lebih rendah di Malaysia, dari akhir abad ke-19 sampai 1945. Sejak saat itu secara perlahan kesusastraan tersebut terlupakan. Generasi terakhir yang menikmatinya berangsurangsur habis, dan generasi baru yang mendapatkan pendidikan dalam konteks berbeda telah putus hubungan dengan budaya masa lalu, yang dirasakan tidak berguna dan ketinggalan zaman dalam menyikapi karya sastra (Claudine, 2010, hlm. 59). Hari kemerdekaan negara Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah hari di mana runtuhnya sejarah sastra Indonesia-Tionghoa. Pengarang-pengarang Tionghoa-Peranakan zaman sebelum Perang Pasifik sekarang boleh dikatakan semuanya telah menjadi warga negara Indonesia, karya mereka pun kini telah menjadi milik sastra Indonesia. Ada juga yang menolak kewarganegaraan Indonesia, tetapi jumlah mereka teramat kecil sehingga dipandang sebagai tidak ada lagi (Lan, 2013, hlm. 307). Di Indonesia sendiri banyak pengarang Melayu Tionghoa yang sudah menulis buku pada angkatan sebelum Balai Pustaka, seperti Roman "Percobaan Setia" sama dengan "Saltima" karya Tio Ie Soei, "Salah Asuhan" sama dengan karya Vjoo Cheong Seng yang berjudul "Nona Olanda sebagai Istri Tionghoa", "Salah Pilih" sama dengan karya Tan Boen Kim yang berjudul "Nona Iam Im". Dalam cerita ini terdapat tokoh wanita yang bersifat buruk karena telah mengecap pendidikan Belanda. Tema-tema yang digarap oleh pengarang Indonesia awal 1920-an adalah masalah-amsalah yang aktual dan ramai dibicarakan oleh masyarakat seperti soal adat, kawin paksa, budaya, tradisi dan modernisasi. Pengarang Tionghoa juga melihat permasalahan serupa, akibat pengaruh kebudayaan Barat yang dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda. Kekayaan dan khazanah kesusastraan etnis Tionghoa ini perlu digali lagi sebagai keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Memang, pemerintahan orde baru sempat

3 membelenggu kebudayaan Tionghoa di Indonesia, baik dalam masalah agama, budaya dan sastra. Seiring dengan alam demokrasi, diskriminasi rasial etnik itu harus dihapus, termasuk perkembangan sastra Tionghoa itu perlu diajarkan di bangku sekolah dan perguruan tinggi yang membuka jurusan sastra Indonesia (Lan, 1962, hlm. 55-82). Tokoh terbesar sastra Indonesia-Tionghoa pada masa baru lahirnya, Lie Kim Hok, yang hidup pada pertengahan kedua abad yang lalu dan awal abad sekarang ini. Salah satu karyanya dinamakan Tjhit Liap Seng (Tujuh Bintang). Cerita itu dibuatnya bermain pada masa pemerintahan kaisar Ham Hong dari dinasti Boantjiu, diasti yang memerintah Tiongkok pada zaman hidupnya dan dinasti terakhir yang menjajah Tiongko, tetapi biar bagaimanapun tidak dapat disangkal, bahwa kekaguman bagi sastra Tiongkok telah menjadi salah satu unsur yang telah menyebabkan lahirnya Tjhit Liap Seng sebagai pencerminan kebudayaan Tiongkok (Lan, 2013, hlm. 309). Kebudayaan Tiongkok tak dapat tak bergema dalam sastra Indonesia- Tionghoa. Orang Tionghoa-Peranakan di Indonesia pada masa Perang Dunia II sebenarnya hidup dalam semacam osmose kebudayaan, dalam sebuah bidang pertemuan berbagai kebudayaan (Lan, 2013, hlm. 309). Menetapnya etnis Tionghoa di Indonesia berarti juga masuknya kehidupan kebudayaan Tionghoa di Indonesia. Kesenian Tiongkok memang tampak juga di Indonesia, tetapi perkembangan kesenian Tiongkok hanya berlangsung di Tiongkok sendiri. Maka dari itu orang Tionghoa datang ke Indonesia dengan membawa kepercayaan mereka, untuk memenuhi kewajibannya, mereka membangun kuil-kuil. Dari pembangunan kuil saja mereka sudah melakukan kesenian, dimana seni bangunan yang dilengkapi dengan seni pahat dan keramik. Dari kesenian yang mereka buat tidak semata-mata, melainkan mereka berkesenian untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kepercayaan leluhur mereka. Kuil-kuil yang dibangun di setiap daerah di Indonesia, merupakan tempat beribadah bagi orang Tionghoa, dan selalu menjadi pusat kesenian Tionghoa yang nantinya akan disajikan untuk masyarakat sekitar, keseniannya pun berisikan kisah perjalanan ke barat, cerita silat dan lain-lain. Dari beberapa kesenian yang

4 dihidangkan memiliki nilai-nilai sosial atau sifat kemanusiaan yang harus dimiliki oleh manusia. Nilai-nilai sosial dalam suatu budaya merupakan modal awal dari suatu landasan konsep untuk menjunjung tinggi sifat kemanusiaan yang utuh, sebagai mana yang tercantum dalam falsafah bangsa Indonesia yaitu pancasila. Indonesia saat ini sedang mengalami krisis sosial budaya, di mana sebuah budaya sudah di kebelakangkan oleh masyarakatnya sendiri, salah satunya adalah budaya Tionghoa. Di masa sekarang ini, banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui budaya Tionghoa. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa dari sebuah kebudayaan Tionghoa bisa melahirkan banyak nilai sosial yang bisa dipetik dan dipelajari. Etnis Tionghoa saat ini hidup di tengah-tengah bangsa Indonesia, mereka hidup dengan memegang tinggi kebudayaan, kepercayaan serta tradisi mereka. Di era global saat ini, banyak budaya Barat yang masuk dan menjadi konsumsi masyarakat Indonesia, sehingga kurangnya perhatian akan budaya yang ada di Indonesia, khususnya budaya Tionghoa, dan itu adalah salah satu faktor yang membuat masyarakat luput akan budayanya khususnya budaya Tionghoa yang ada di sekitar mereka. Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal yang namanya Barongsai dan hari raya Imlek, dikarenakan setiap tahunnya budaya memainkan Barongsai semakin marak di berbagai daerah di Indonesia, bahkan didukung dan dibiayai oleh pemerintah yang memang bertujuan untuk menyajikan hiburan di hari raya imlek untuk masyarakatnya, di sisi lain ada juga yang bertujuan untuk kepentingan politik. Akan berbeda anggapan jika kita bercerita tentang kebiasaan masyarakat Tionghoa dalam melaksanakan hari raya hantu dan sembahyang makan malam, hanya masyarakat berdarah Tionghoa yang mengetahuinya, namun ada juga orang yang bukan berdarah Tionghoa mengetahui hal tersebut. Jika dilihat pada era sekarang ini, belum tentu orang yang berdarah Tionghoa mengetahuinya, dikarenakan pola pemikiran masyarakat Tionghoa saat ini lebih mementingkan logika dan gengsi terhadap lingkungannya. Contoh kasus pengalaman peneliti dalam perayaan hari raya Imlek dan Cap Go Meh di Tahun

5 2014, maraknya perayaan pesta budaya tersebut mengundang banyak masyarakat dari berbagai kalangan, dan komunitas-komunitas Barongsai dari berbagai daerah. Pelaku kesenian Barongsai jika diperhatikan lebih dominan masyarakat pribumi ketimbang masyarakat Tionghoa, sedangkan apresiator Barongsai itu sendiri adalah masyarakat Tionghoa. Dari sinilah banyak muncul persepsi terhadap kesenian Barongsai. Budaya Tionghoa di Indonesia sudah dibilang merekat dengan adanya faktor tradisi dan kebiasaan, sebagai contoh yaitu hari raya Imlek, Cap go meh, Barongsai, festival lampion, pemujaan leluhur dan lain-lain. Warga Indonesia sangat menerima kedatangan etnis Tionghoa karena dianggap menguntungkan pada masa perdagangan, sehingga etnis Tionghoa merasa nyaman kepada pribumi yang terkenal dengan ramah tamah, sehingga sedikit demi sedikit etnis Tionghoa mulai menetap di berbagai kota. Tidak hanya budaya dan tradisi yang melekat, tapi juga dari segi pangan, sebagai contoh bacang / bakcang, cincau, bahkan dodol Cina. Masyarakat Indonesia sedikitnya hanya menjadi penikmat saja tanpa sedikit berfikir apa makna yang terkandung di dalam tradisi dan budaya Tionghoa tersebut, bahkan kalau ditelusuri banyak nilai yang bisa diambil dan dipelajari. Dari latar belakang masalah di atas, peneliti menarik rumusan masalah mengenai nilai-nilai sosial budaya etnis Tionghoa yang ada pada masyarakat Indonesia. Dari objek yang akan diteliti, peneliti memilih karya sastra populer yang memiliki tema relevan dengan latar belakang masalah. Objek yang akan diteliti adalah tiga cerpen dari antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina, yaitu Hari Raya Hantu, Sembahyang Makan Malam dan Kuburan Kota Bunga karya Hanna Fransisca yang memang menceritakan budaya Tionghoa di Indonesia. Dari kebanyakan karya sastra Hanna Fransisca mulai dari puisi, cerpen, esai bahkan naskah drama, dan umumnya dari karya Hanna Fransisca menceritakan tradisi, kebudayaan, kebiasaan, prilaku serta kepercayaan yang dianut orang Tionghoa sehari-hari. Alasan pertama memilih Hanna Fransisca karena ditinjau dari antologi cerpen Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina, peneliti melihat terdapat beberapa cerpen yang relevan dengan kajian yang akan dilakukan oleh peneliti mengenai

6 nilai-nilai sosial budaya. Peneliti juga melihat beberapa cerpen merefleksikan nilai-nilai sosial budaya yang terjadi di masyarakat pada saat ini. Alasan kedua merujuk dari sisi kepengarangan Hanna Fransisca, Hanna adalah seorang pengarang yang produktif dalam berkarya dengan eksistensinya yang selalu mengangkat kearifan budaya Tionghoa di Indonesia. Dari beberapa karya Hanna Fransisca mulai dari puisi naskah drama sampai cerpen, sangat cocok untuk dikaji menggunakan kajian semiotika dan sosiologi sastra. Tapi peneliti akan meneliti dengan kajian sosiologi sastra. Di sisi lain, ada juga pengarang yang mengulas sama seperti Hanna Fransisca, seperti Lan Fang, Sunlie Thomas Alexander, Nano Riantiarno, dan masih banyak lagi. Akan tetapi Hanna lebih unggul dalam detai dalam mengisi ruang-ruang kosong dalam karya prosa dan lebih dekat dengan masyarakat pada umumnya. Dari antologi tersebut, peneliti memilih tiga cerpen, Hari Raya Hantu, Sembahyang Makan Malam, dan Kuburan Kota Bunga. di mana cerpen tersebut memiliki objek yang kuat dari segi tema serta gagasan yang nantinya akan dikaji menggunakan sosiologi sastra dalam menceritakan budaya yang jarang diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Selain itu peneliti memfokuskan pada latar belakang sosial budaya etnis Tionghoa yang relevan, dan memiliki nilai-nilai sosial lebih bagi pembaca. Peneliti juga melihat perspektif sosiologi pengarang yang bernotabene etnis Tionghoa dan berbeda dengan pengarang berdarah Tionghoa lainnya. Hanna Fransisca sebagai pengarang sangat lekat terhadap situasi sehari-hari dalam ruang lingkup keluarga yang masih mempertahankan tradisi dan budaya Tionghoa dan ditambah pengalaman sebagai seorang ibu yang mengurus keluarganya. Penelitian ini akan melibatkan kajian yang mempersoalkan antara interaksi manusia dan budaya, dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Peneliti harus benar-benar jeli dalam meneliti dalam menggunakan teori yang digunakan, sehingga dapat memberikan penjelasan yang benar dalam menerapkan pada beberapa cerpen yang dipilih oleh peneliti, dalam masalah yang akan diteliti dari judul Nilai-nilai Sosial Budaya Etnis Tionghoa Dalam Antologi Cerpen Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina Karya Hanna Fransisca.

7 1.2 Rumusan Masalah Peneliti menyimpulkan beberapa rumusan masalah yang akan memperjelas penelitian pada antologi cerpen Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca. Rumusan masalah tersebut sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur yang terdapat pada cerpen Hari Raya Hantu, Sembahyang Makan Malam dan Kuburan Kota Bunga dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca? 2. Bagaimana bentuk nilai-nilai sosial budaya yang terkandung dalam cerpen Hari Raya Hantu, Sembahyang Makan Malam dan Kuburan Kota Bunga dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca? 3. Bagaimana fungsi nilai-nilai sosial budaya yang terkandung dalam cerpen Hari Raya Hantu, Sembahyang Makan Malam dan Kuburan Kota Bunga dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini sejalur dengan apa yang dipaparkan pada rumusan masalah di atas. Tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan struktur yang terdapat pada cerpen Hari Raya Hantu, Sembahyang Makan Malam dan Kuburan Kota Bunga dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca. 2. Mendeskripsikan bentuk nilai-nilai sosial budaya yang terkandung dalam cerpen Hari Raya Hantu, Sembahyang Makan Malam dan Kuburan Kota Bunga dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca. 3. Mendeskripsikan fungsi nilai-nilai sosial budaya yang terkandung dalam cerpen Hari Raya Hantu, Sembahyang Makan Malam dan Kuburan Kota Bunga dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca.

8 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi banyak pembaca. Mulai dari yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis. Manfaat penelitian sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat teoretis a) diharapkan mampu memberikan pemahaman dan berguna dalam penerapan teori sastra, khususnya sosiologi sastra dengan fokus objek budaya Tionghoa b) diharapkan mampu menambah sumbangan dalam khazanah ilmu sastra terutama yang bergenre cerpen di Indonesia 1.4.2 Manfaat Praktis a) diharapkan hasil dari penelitian ini berguna bagi para pembaca baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menambah tingkat apresiasi terhadap karya sastra dan budaya Tionghoa b) diharapkan hasil dari penelitian ini berguna sebagai referensi dan rujukan bagi para pembaca, terutama representasi nilai-nial sosial budaya Tionghoa dalam antologi cerpen Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca 1.5 Struktur Organisasi Dari pemaparan latar belakang di atas, peneliti memiliki capaian dalam meneliti dan menganalisis nilai-nilai sosial budaya etnis Tionghoa dalam cerpen Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca, yang nantinya akan disusun melali beberapa bab. Bab pertama, peneliti menyusun tiga rumusan masalah serta tujuan penelitian, dari tujuan penelitian akan ada manfaat yang nantinya dibagi menjadi dua kategori yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Dalam bab kedua, peneliti mengambil beberapa tinjauan pustaka yang relevan dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti, karena objek penelitian sebuah prosa fiksi, maka peneliti akan menganalisis struktur dari sebuah cerpen yang menggunakan struktural Todorov. Selain itu peneliti menggunakan analisis

9 sosiologi sastra untuk mengungkap bagaimana bentuk nilai sosial budaya etnis Tionghoa dalam sebuah cerpen. Tidak lupa pula peneliti sedikit membahas penelitian terdahulu yang relevan dengan objek yang akan diteliti Dalam bab tiga, peneliti membuat metode penelitian yang dimulai dari teknik pengumpulan data relevan dari berbagai sumber data. Data yang sudah terkumpul akan diolah, disusun dan dianalisis sesuai dengan prosedur penelitian. Setelah data disusun maka terbentuk kerangka berpikir penelitian, teknik kajian teks cerpen, pedoman analisis struktur cerpen dan pokok-pokok analisis. Untuk mempermudah pemahaman kalimat dan kata yang sering digunakan, peneliti menjelaskan beberapa devinisi operasional. Menuju bab empat, peneliti memaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang merujuk pada tiga tujuan penelitian dengan teknik tematik, yang pertama yaitu mendeskripsikan struktur yang terdapat pada cerpen Hari Raya Hantu, Sembahyang Makan Malam dan Kuburan Kota Bunga dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca. Yang kedua Mendeskripsikan bentuk nilai-nilai sosial budaya yang terkandung dalam cerpen Hari Raya Hantu, Sembahyang Makan Malam dan Kuburan Kota Bunga dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca. Dan yang ketiga Mendeskripsikan fungsi nilai-nilai sosial budaya yang terkandung dalam cerpen Hari Raya Hantu, Sembahyang Makan Malam dan Kuburan Kota Bunga dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca. Setelah hasil penelitian terjawab, maka peneliti akan membahas hasil penelitian satu-persatu untuk memperjelas fungsi dan makna yang terkandung dalam onjek penelitian. Bab lima, setelah peneliti menemukan hasil penelitian, maka peneliti memaparkan kesimpulan dari objek yang diteliti yang nantinya akan bermanfaat bagi para pembaca. Setelah itu peneliti membuat saran dalam hasil penelitian agar nantinya pembaca maupun peneliti selanjutnya mengetahui kelebihan dan kekurangan. Dari kelima bab struktur organisasi skripsi di atas, peneliti akan mencantumkan beberapa sumber data lampiran data dari penelitian Nilai-nilai

10 Sosial Budaya Etnis Tionghoa Dalam Antologi Cerpen Karya Hanna Fransisca (Analisis Sosiologi Sastra).